KALKULUS
All Right Reserved. Hak Cipta Dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.
ii | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
PRA KATA
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penyusunan buku ajar Dasar-dasar Kalkulus telah terselesaikan sesuai
waktu yang direncanakan. Buku ajar Dasar-dasar Kalkulus disusun untuk mempermudah
mahasiswa mempelajari Kalkulus sebagai penunjang kelancaran proses pembelajaran.
Buku ajar Dasar-dasar Kalkulus berisikan teori-teori yang digunakan pada kalkulus
dengan pembahasan pada limit, turunan, aplikasi turunan, integral tentu dan aplikasi integral,
yang diawali dengan pembahasan bilangan real dan fungsi. Setiap pembahasan diberikan
contoh-contoh soal dengan penyelesaiannya dan diakhiri dengan soal-soal sebagai latihan.
Buku ini mengacu pada sumber dalam daftar pustaka, sehingga diharapkan kritik dan
saran pembaca. Buku ini jauh dari kesempurnaan, kesalahan maupun kekeliruan dalam buku
ini mohon kesediaannya pembaca memberikan pembetulan dan menyampaikannya pada kami
sebagai penyempurnaan buku ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kelancaran penyelesaian buku ini, semoga bantuan yang telah diberikan
mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis berharap buku ini memberikan
manfaat dan dapat membantu mahasiswa maupun siapapun yang mempelajari matematika
terutama kalkulus dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | iii
DAFTAR ISI
BAB II LIMIT
2.1. Pengertian Limit …………………………………………………… 16
Soal Latihan …………………………………………………… 18
2.2. Teorema Limit …………………………………………………… 19
Soal Latihan …………………………………………………… 22
2.3. Limit Fungsi Trigonometri …………………………………… 22
2.4. Kontinuitas Fungsi …………………………………………… 31
Soal Latihan …………………………………………………… 36
iv | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
4.4. Anti-Turunan ………………………………………………….. 106
4.5. Integral Tak-Tentu adalah Linear …………………………………. 107
4.6. Aturan Pangkat yang Digeneralisir ………………………….. 109
Soal Latihan ………………………………………………….. 111
Bilangan Asli
Bilangan Bulat
Bilangan Rasional
Bilangan Real
Contoh:
Manakah pernyataan berikut yang benar? Jalaskan!
1. Untuk semua 𝑥𝑥, 𝑥𝑥 2 > 0
2. Untuk semua 𝑥𝑥, 𝑥𝑥 < 0 ⟹ 𝑥𝑥 2 > 0
3. Untuk setiap 𝑥𝑥, terdapat sebuah 𝑦𝑦 sedemikian rupa sehingga 𝑦𝑦 > 𝑥𝑥
4. Terdapat sebuah 𝑦𝑦 sedemikian rupa sehingga, untuk semua 𝑥𝑥, 𝑦𝑦 > 𝑥𝑥
a b
[𝑎𝑎 , 𝑏𝑏] = {𝑥𝑥| 𝑎𝑎 ≤ 𝑥𝑥 ≤ 𝑏𝑏} (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) = {𝑥𝑥| 𝑎𝑎 < 𝑥𝑥 < 𝑏𝑏}
[𝑎𝑎, 𝑏𝑏) = {𝑥𝑥| 𝑎𝑎 ≤ 𝑥𝑥 < 𝑏𝑏} (𝑎𝑎, 𝑏𝑏] = {𝑥𝑥| 𝑎𝑎 < 𝑥𝑥 ≤ 𝑏𝑏}
(𝑏𝑏, ∞) = {𝑥𝑥| 𝑥𝑥 > 𝑏𝑏} [𝑏𝑏, ∞) = {𝑥𝑥| 𝑥𝑥 ≥ 𝑏𝑏}
(−∞, 𝑎𝑎) = {𝑥𝑥| 𝑥𝑥 < 𝑎𝑎} (−∞, 𝑎𝑎] = {𝑥𝑥| 𝑥𝑥 ≤ 𝑎𝑎}
(−∞, ∞) = ℝ
Contoh:
Tentukan himpunan solusi dari pertidaksamaan berikut:
−1
(1) 𝑥𝑥 + 1 ≥
𝑥𝑥−1
𝑥𝑥−2 𝑥𝑥+3
(2) >
𝑥𝑥−1 𝑥𝑥+1
Penyelesaian:
(1) |3𝑥𝑥 − 5| ≥ 1, dapat ditulis sebagi berikut:
3𝑥𝑥 − 5 ≤ −1 atau 3𝑥𝑥 − 5 ≥ 1
3𝑥𝑥 ≤ 4 atau 3𝑥𝑥 ≥ 6
4
𝑥𝑥 ≤
3
atau 𝑥𝑥 ≥ 2
4
Himpunan penyelesaiannya adalah gabungan dua interval; yaitu (−∞, 3] ∪ [2, ∞)
𝜀𝜀
(2) |𝑥𝑥 − 2| < ⟺ |5𝑥𝑥 − 10| < 𝜀𝜀
5
𝜀𝜀
Dalam istilah jarak, ini berarti jarak antara 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 2 lebih kecil daripada jika dan
5
8. |𝑥𝑥 + 1| < 4
9. |𝑥𝑥 − 2| < 3|𝑥𝑥 + 7|
3−2𝑥𝑥
10. | |≤4
1+𝑥𝑥
1.2. FUNGSI
Konsep fungsi merupakan konsepn yang mendasar dalam kalkulus sehinggan memiliki
peranan penting dalam kalkulus.
Definisi:
Suatu fungsi 𝑓𝑓 adalah suatu aturan korespondensi yang menghubungkan tiap obyek 𝑥𝑥
dalam suatu himpunan, yang disebut daerah asal (domain), dengan sebuah nilai tunggal
𝑓𝑓(𝑥𝑥) dari suatu himpunan kedua. Himpunan nilai yang diperleh secara demikian disebut
daerah hasil (range) fungsi.
𝑥𝑥 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
Untuk menyebutkan suatu fungsi secara lengkap maka harus dinyatakan sesuai aturan
korespondensi daerah asal fungsi tersebut.
1. Notasi fungsi
Suatu fungsi diberikan notasi dengan sebuah huruf tunggal, misalnya 𝑓𝑓 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑔𝑔 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝐹𝐹,
sehingga dalam bentuk 𝑓𝑓(𝑥𝑥 )𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝐹𝐹(𝑥𝑥) yaitu:
𝑓𝑓: 𝐴𝐴 → 𝐵𝐵
𝑥𝑥 → 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑦𝑦
Himpunan 𝐴𝐴 disebut Daerah asal (Domain) dari 𝑓𝑓(𝑥𝑥), dinotasikan 𝐷𝐷𝑓𝑓 , sedangkan untuk
{𝑦𝑦|𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑦𝑦 , 𝑥𝑥 ∈ 𝐴𝐴} ⊆ 𝐵𝐵 disebut Daerah hasil (Range) dari 𝑓𝑓(𝑥𝑥) dinotasikan 𝑅𝑅𝑓𝑓 .
Aturan korespondensi bersama daerah asal menentukan daerah hasil.
Apabila suatu fungsi daerah asal tidak disebutkan maka dianggap bahwa daerah asalnya
adalah himpunan bilangan real yang terbesar, sehingga aturan fungsi memiliki makna. Hal
ini disebut daerah asal alami (natural domain). Bilangan yang seharusnya diingat untuk
dikecualikan dari daerah asla alami yaitu nilai-nilai yang menyebabkan pembagian oleh
nol atau akar kuadrat dari bilangan negatif.
Suatu fungsi dengan aturan yang diberikan dalam persamaan berbentuk: 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥),
maka: 𝑥𝑥 disebut variabel bebas dan 𝑦𝑦 disebut variabel tak bebas
Sebarang elemen dari daerah asal boleh dipilih sebagai nilai dari variabel bebas 𝑥𝑥. Nilai 𝑥𝑥
yang terpilih tersebut menentukan nilai korespondensi dari variabel tak bebas 𝑦𝑦.
b. 𝑔𝑔(𝑡𝑡) = √9 − 𝑡𝑡 2
1
c. ℎ(𝑤𝑤) =
√9−𝑤𝑤 2
Penyelesaian:
(1) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 + 1, dengan daerah asal adalah {−1, 0, 1, 2, 3}
maka: daerah hasilnya adalah {1, 2, 5, 10}
Syarat pembagian yaitu penyebut tidak boleh nol dan akar kuadrat yaitu akar
kuadrat tidak boleh negatif, maka:
9 − 𝑤𝑤 2 ≥ 0 |𝑤𝑤| ≤ 3 dan 9 − 𝑤𝑤 2 ≠ 0 𝑤𝑤 ≠ −3, 𝑤𝑤 ≠ 3
Jadi daerah asal alami yaitu mengecualikan −3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 3, dapat dituliskan dengan
notasi interval yaitu (−3, 3).
2
(2) 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥−1
Beberapa macam fungsi dan sifat-sifat yang dimiliki akan dibahas berikut.
(1) Fungsi Genap dan Ganjil
Fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥) disebut fungsi genap bila 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓(−𝑥𝑥) untuk setiap 𝑥𝑥 di domain 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
(grafik f(x) simetris terhadap sumbu y). Fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥) disebut fungsi ganjil bila 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) =
−𝑓𝑓(−𝑥𝑥) untuk setiap 𝑥𝑥 di domain 𝑓𝑓(𝑥𝑥) (grafik 𝑓𝑓(𝑥𝑥) simetris terhadap titik pusat atau
pusat sumbu). Bila suatu fungsi bukan merupakan fungsi genap maka belum tentu
merupakan fungsi ganjil.
Penyelesaian:
(1) Untuk fungsi:
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 − 2
Termasuk fungsi genap sebab 𝑓𝑓 (−𝑥𝑥 ) = (−𝑥𝑥)2 − 2 = 𝑥𝑥 2 − 2 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
𝑥𝑥 2 −2
b. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥
(−𝑥𝑥)2 −2 𝑥𝑥 2 −2
Termasuk fungsi ganjil sebab 𝑓𝑓 (−𝑥𝑥 ) = = = −𝑓𝑓(𝑥𝑥)
−𝑥𝑥 𝑥𝑥
c. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 − 2𝑥𝑥 + 1
Bukan keduanya
𝑥𝑥 3 +3𝑥𝑥
(2) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥 4 −3𝑥𝑥 2 +4
karena
(−𝑥𝑥)3 + 3(−𝑥𝑥) −(𝑥𝑥 3 + 3𝑥𝑥)
𝑓𝑓(−𝑥𝑥 ) = = 4 = −𝑓𝑓(𝑥𝑥)
(−𝑥𝑥) − 3(−𝑥𝑥) + 4 𝑥𝑥 − 3𝑥𝑥 2 + 4
4 2
Bentuk dasar fungsi bernilai mutlak dinyatakan oleh 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = |𝑥𝑥| dan grafik fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
simetris terhadap sumbu 𝑌𝑌 dan terletak di atasdan atau pada sumbu 𝑋𝑋.
Secara umum fungsi bernilai mutlak dapat dinyatakan oleh:
𝑔𝑔(𝑥𝑥 ), 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 ∈ 𝐴𝐴
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑔𝑔(|𝑥𝑥|) = { ; 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐷𝐷𝑓𝑓 = 𝐴𝐴 ∪ 𝐴𝐴𝑐𝑐
𝑐𝑐
−𝑔𝑔(𝑥𝑥), 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 ∈ 𝐴𝐴
Contoh:
Tentukan nilai 𝑥𝑥 agar grafik fungsi 𝑓𝑓 (𝑥𝑥) = |𝑥𝑥 2 + 1| yang terletak di bawah garis
𝑦𝑦 = 2.
Penyelesaian:
Dicari nilai 𝑥𝑥 yang memenuhi pertidaksamaan (𝑥𝑥 ) = |𝑥𝑥 2 + 1| < 2 .
Menggunakan sifat pertidaksamaan nilai mutlak:
|𝑥𝑥 2 + 1| < 2 ⇔ (𝑥𝑥 2 + 1)2 < 4
diperoleh:
(𝑥𝑥 2 + 1)2 − 4 < 0
(𝑥𝑥 2 + 3)(𝑥𝑥 2 − 1) < 0
Jadi nilai 𝑥𝑥 yang memenuhi adalah – 1 < 𝑥𝑥 < 1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 |𝑥𝑥| < 1.
10 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
(3) Fungsi Banyak Aturan
Fungsi ini merupakan bentuk pengembangan dari fungsi bernilai mutlak dan untuk fungsi
dengan dua aturan yang dinyatakan oleh:
𝑓𝑓1(𝑥𝑥 ), 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 ∈ 𝐴𝐴
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = { ; 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐷𝐷𝑓𝑓 = 𝐴𝐴 ∪ 𝐴𝐴𝑐𝑐
𝑐𝑐
𝑓𝑓2 (𝑥𝑥), 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 ∈ 𝐴𝐴
Fungsi banyak aturan dapat dikembangkan sampai 𝑛𝑛 buah fungsi 𝑓𝑓𝑗𝑗(𝑥𝑥) dengan ketentuan
𝑗𝑗 = 1,2, … , 𝑛𝑛.
Fungsi rasional 𝑓𝑓(𝑥𝑥) tidak terdefinisi pada nilai 𝑥𝑥 yang menyebabkan penyebut sama
dengan nol atau q(x) = 0, sedangkan pembuat nol dari pembilang atau 𝑝𝑝(𝑥𝑥) tetapi bukan
pembuat nol penyebut merupakan pembuat nol dari fungsi rasional 𝑓𝑓(𝑥𝑥).
𝑥𝑥 2 −3𝑥𝑥+2
Contoh: Tentukan nilai 𝑥𝑥 yang menyebabkan fungsi 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 −4
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 11
(6) Fungsi Trigonometri
Bentuk dasar dari fungsi trigonometri diberikan berikut
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥 ; 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥
b. 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥 ; 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥
c. 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑥𝑥 ; 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥
Beberapa persamaan atau identitas yang berlaku pada fungsi trigonometri
diberikan:
a. 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (−𝑥𝑥 ) = − 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥
b. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ( −𝑥𝑥 ) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥
c. 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 ( −𝑥𝑥 ) = − 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑥𝑥
d. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ( −𝑥𝑥 ) = − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥
e. 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ( −𝑥𝑥 ) = 𝑠𝑠𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑥𝑥
f. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ( −𝑥𝑥 ) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥
𝜋𝜋
g. 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ( 2 − 𝑥𝑥 ) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥
𝜋𝜋
h. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ( 2 − 𝑥𝑥 ) = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥
𝜋𝜋
i. 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 ( − 𝑥𝑥) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥
2
12 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
cos (𝑥𝑥+𝑦𝑦)+cos (𝑥𝑥−𝑦𝑦)
x. cos 𝑥𝑥 cos 𝑦𝑦 =
2
sin (𝑥𝑥+𝑦𝑦)+sin (𝑥𝑥−𝑦𝑦)
y. sin 𝑥𝑥 cos 𝑦𝑦 =
2
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 13
Penyelesaian:
a. Domain adalah 𝐷𝐷𝑓𝑓 = (−∞, 1); 𝐷𝐷𝑔𝑔 = (−∞, 1) ∪ (1, ∞)
Range adalah 𝑅𝑅𝑔𝑔 = ℝ
b. Sebab 𝑅𝑅𝑓𝑓 ∩ 𝐷𝐷𝑔𝑔 = (1, ∞) maka 𝑔𝑔 ∘ 𝑓𝑓 terdefinisi dan rumusannya yaitu:
√1 − 𝑥𝑥
(𝑔𝑔 ∘ 𝑓𝑓 )(𝑥𝑥 ) = 𝑔𝑔(𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )) = 𝑔𝑔(√1 − 𝑥𝑥) =
1 − √1 − 𝑥𝑥
c. Sebab 𝑅𝑅𝑓𝑓 ∩ 𝐷𝐷𝑓𝑓 = (−∞, 1) maka 𝑔𝑔 ∘ 𝑓𝑓 terdefinisi dan rumusannya yaitu:
𝑥𝑥 𝑥𝑥
(𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔)(𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓(𝑔𝑔(𝑥𝑥 )) = 𝑓𝑓 ( ) = √1 −
√1 − 𝑥𝑥 1 − 𝑥𝑥
Sifat-sifat:
1. 𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔 ≠ 𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔
2. (𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔) ∘ ℎ = 𝑓𝑓 ∘ (𝑔𝑔 ∘ ℎ )
3. 𝐷𝐷𝑔𝑔∘𝑓𝑓 ⊆ 𝐷𝐷𝑓𝑓 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐷𝐷𝑔𝑔 ⊆ 𝑅𝑅𝑓𝑓
4. 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐷𝐷𝑔𝑔 = 𝐷𝐷𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐷𝐷𝑔𝑔∘𝑓𝑓 = 𝐷𝐷𝑓𝑓
Soal Latihan:
1
, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 > 3
1. Diketahui: 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = {𝑥𝑥
2𝑥𝑥, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 ≤ 3
Tentukan nilai dari:
a. 𝑓𝑓(−4)
b. 𝑓𝑓(0)
c. 𝑓𝑓(𝑡𝑡 2 + 5)
14 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
2
d. 𝑓𝑓 (𝑡𝑡) = 𝑡𝑡 3 − 4
e. 𝑔𝑔(𝑢𝑢) = |2𝑢𝑢 + 3|
f. ℎ(𝑥𝑥 ) = −√625 − 𝑦𝑦 4
cos(𝑥𝑥+1)
g. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) =
√2𝑥𝑥 2 −3𝑥𝑥+1
5. Tentukan (𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔)(𝑥𝑥), (𝑔𝑔 ∘ 𝑓𝑓)(𝑥𝑥) , domain dan range bila terdefinisi dari:
2
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = √𝑥𝑥 2 − 1 dan 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥
5𝑥𝑥, 𝑥𝑥 ≤ 0
6. Hitung (𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔)(𝑥𝑥) bila 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = {−𝑥𝑥, 0 < 𝑥𝑥 ≤ 8; 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3
√𝑥𝑥, 𝑥𝑥 > 8
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 15
BAB II
LIMIT
Contoh:
(1) Tentukan lim 4𝑥𝑥 − 5
𝑥𝑥→3
𝑥𝑥 2 −𝑥𝑥−6
(2) Tentukan lim
𝑥𝑥→3 𝑥𝑥−3
sin 𝑥𝑥
(3) Tentukan lim
𝑥𝑥→0 𝑥𝑥
Penyelesaian:
(1) lim 4𝑥𝑥 − 5 = 7
𝑥𝑥→3
𝑥𝑥 2 −𝑥𝑥−6 (𝑥𝑥−3)(𝑥𝑥+2)
(2) lim 𝑥𝑥−3
= lim 𝑥𝑥−3
= lim (𝑥𝑥 + 2) = 3 + 2 = 5
𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3
Soal latihan:
1. Tentukan limit:
a. lim (𝑥𝑥 2 + 2𝑥𝑥 − 1)
𝑥𝑥→3
b. lim 𝑡𝑡 2 − 1
𝑡𝑡→−1
16 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
c. lim 𝑡𝑡 2 − 𝑥𝑥 2
𝑡𝑡→−1
d. lim 1 − 2𝑡𝑡
𝑡𝑡→−1
𝑡𝑡 2 +4𝑡𝑡−21
c. lim
𝑡𝑡→−7 𝑡𝑡+7
𝑥𝑥 2 −9
d. lim
𝑥𝑥→3 𝑥𝑥−3
𝑥𝑥 4 +2𝑥𝑥 3 −𝑥𝑥 2
e. lim
𝑥𝑥→0 𝑥𝑥 2
√(𝑥𝑥−7)3
f. lim 𝑥𝑥−7
𝑥𝑥→7
(3𝑢𝑢+4)(2𝑢𝑢−2)3
g. lim (𝑢𝑢−1)2
𝑢𝑢→1
𝑥𝑥 2 −𝑡𝑡 2
h. lim
𝑥𝑥→𝑡𝑡 𝑥𝑥+𝑡𝑡
(𝑥𝑥+ℎ)2 −𝑥𝑥 2
i. lim ℎ
𝑥𝑥→0
𝑥𝑥 4 −18𝑥𝑥 2 +81
j. lim
𝑥𝑥→3 (𝑥𝑥−3)2
sebelah kanan 𝑐𝑐, maka 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 𝐿𝐿. Demikian pula untuk menyatakan
bahwa lim− 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝐿𝐿, berarti bahwa ketika 𝑥𝑥 dekat tetapi pada sebelah kiri 𝑐𝑐,
𝑥𝑥→𝑐𝑐
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 17
(2) Bila nilai 𝑓𝑓(𝑥𝑥) mendekati 𝐿𝐿 untuk nilai 𝑥𝑥 mendekati 𝑐𝑐 dari arah kiri maka dikatakan
bahwa limit fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥) untuk 𝑥𝑥 mendekati 𝑐𝑐 dari arah kiri sama dengan 𝐿𝐿 dan
dinotasikan:
lim 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝐿𝐿
𝑥𝑥→𝑐𝑐 −
(3) Bila 𝐿𝐿 = 1 maka dikatakan bahwa limit fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥) untuk 𝑥𝑥 mendekati 𝑐𝑐 sama
dengan 𝐿𝐿 dan dinotasikan:
lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝐿𝐿
𝑥𝑥→𝑐𝑐
(4) Bila 𝐿𝐿 ≠ 1 maka dikatakan bahwa limit fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥) untuk 𝑥𝑥 mendekati 𝑐𝑐 tidak ada.
Bentuk (1) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (2) disebut limit sepihak (limit kiri dan limit kanan), sedangkan bentuk
(3) mengisyaratkan bahwa nilai limit fungsi pada suatu titik dikatakan ada bila nilai limit
sepihaknya sama atau nilai limit kanan (1) sama dengan nilai limit kiri (2).
Contoh:
2
Selesaikan limit fungsi bila ada untuk 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = {𝑥𝑥2𝑥𝑥,
+1, 𝑥𝑥≥1
𝑥𝑥<1
Penyelesaian:
Limit fungsi tersebut:
(1) lim+ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = lim+ (𝑥𝑥 2 + 1) = 1 + 1 = 2
𝑥𝑥→1 𝑥𝑥→1
(3) Sebab limit kiri sama dengan limit kanan maka limit fungsi ada dan lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 2
𝑥𝑥→1
Soal latihan:
√3+𝑥𝑥
1. lim
𝑥𝑥→3+ 𝑥𝑥
𝑥𝑥−3
2. lim
𝑥𝑥→3+ √𝑥𝑥 2 −9
𝑥𝑥 2 +3𝑥𝑥+2
3. Selesaikan lim
𝑥𝑥→−2 𝑥𝑥 2 −4
18 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
2.2. Teorema Limit
Teorema limit meliputi:
1. Teorema A (Teorema Limit Utama)
Misalkan 𝑛𝑛 bilangan positif, 𝑘𝑘 konstanta, serta 𝑓𝑓 dan 𝑔𝑔 adalah fungsi-fungsi yang
mempunyai limit di 𝑐𝑐.
(a) lim 𝑘𝑘 = 𝑘𝑘
𝑥𝑥→𝑐𝑐
(b) lim 𝑥𝑥 = 𝑐𝑐
𝑥𝑥→𝑐𝑐
(i) lim 𝑛𝑛√𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑛𝑛√lim 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑛𝑛√lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥) , asalkan lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥) > 0 ketika n genap
𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥→𝑐𝑐
√𝑥𝑥 2 +9
c. lim
𝑥𝑥→4 𝑥𝑥
(2) Apabila lim 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 4 dan lim 𝑔𝑔(𝑥𝑥) = 8 maka tentukan: lim [𝑓𝑓 2 (𝑥𝑥) ∙ 3√𝑔𝑔(𝑥𝑥)]
𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3
Penyelesaian:
(1) Untuk nilai limit:
4
a. lim 2𝑥𝑥 4 = 2 lim 𝑥𝑥 4 = 2 [lim 𝑥𝑥] = 2(3)4 = 162
𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3
b. lim (3𝑥𝑥 2 − 2𝑥𝑥 ) = lim (3𝑥𝑥 2 ) − lim (2𝑥𝑥 ) = 3 lim (𝑥𝑥 2 ) − 2 lim (𝑥𝑥 )
𝑥𝑥→4 𝑥𝑥→4 𝑥𝑥→4 𝑥𝑥→4 𝑥𝑥→4
2
= 3 (lim(𝑥𝑥)) −2 lim (𝑥𝑥 ) = 3(4)2 − 2(4) = 40
𝑥𝑥→4 𝑥𝑥→4
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 19
√𝑥𝑥 2 +9 lim √𝑥𝑥 2 +9 lim √𝑥𝑥 2 +9 1 1
c. lim = 𝑥𝑥→4 = 𝑥𝑥→4 = lim √𝑥𝑥 2 + 9 = √lim 𝑥𝑥 2 + lim 9
𝑥𝑥→4 𝑥𝑥 lim 𝑥𝑥 4 4 𝑥𝑥→4 4 𝑥𝑥→4 𝑥𝑥→4
𝑥𝑥→4
1 1 5
= lim 𝑥𝑥 2 + 9 = √42 + 9 =
4 √𝑥𝑥→4 4 4
2
(2) lim [𝑓𝑓 2 (𝑥𝑥) ∙ 3√𝑔𝑔(𝑥𝑥)] = lim 𝑓𝑓 2 (𝑥𝑥) ∙ lim 3√𝑔𝑔(𝑥𝑥) = [lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥)] ∙ lim 3√𝑔𝑔(𝑥𝑥)
𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3 𝑥𝑥→3
2 3
= (4) ∙ √8 = 32
Penyelesaian:
7𝑥𝑥 5 − 10𝑥𝑥 4 − 13𝑥𝑥 + 6 7(2)5 − 10(2)4 − 13(2) + 6 11
lim = =−
𝑥𝑥→2 3𝑥𝑥 2 − 6𝑥𝑥 + 8 3(2)2 − 6(2) + 8 2
4. Teorema C
Apabila 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑔𝑔(𝑥𝑥) untuk semua 𝑥𝑥 di dalam suatu interval terbuka yang
mengandung bilangan 𝑐𝑐, terkecuali mungkin pada bilangan 𝑐𝑐 sendiri, dan jika
lim 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) ada, maka lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥) ada, sehingga:
𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥→𝑐𝑐
Contoh:
𝑥𝑥−1
(1) Tentukan lim
𝑥𝑥→1 √𝑥𝑥−1
𝑥𝑥 2 +3𝑥𝑥−10
(2) Tentukan lim
𝑥𝑥→2 𝑥𝑥 2 +𝑥𝑥−6
20 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Penyelesaian:
𝑥𝑥−1 (√𝑥𝑥+1)(√𝑥𝑥−1)
(1) lim = lim = lim (√𝑥𝑥 + 1) = √1 + 1 = 2
𝑥𝑥→1 √𝑥𝑥−1 𝑥𝑥→1 √𝑥𝑥−1 𝑥𝑥→1
𝑥𝑥 2 +3𝑥𝑥−10 (𝑥𝑥−2)(𝑥𝑥+5) 𝑥𝑥+5 7
(2) lim = lim = lim =
𝑥𝑥→2 𝑥𝑥 2 +𝑥𝑥−6 𝑥𝑥→2 (𝑥𝑥−2)(𝑥𝑥+3) 𝑥𝑥→2 𝑥𝑥+3 5
(𝑥𝑥−2)(𝑥𝑥+5) 𝑥𝑥+5
Langkah yang kedua dibenarkan sesuai teorema C karena = 𝑥𝑥+3 untuk
(𝑥𝑥−2)(𝑥𝑥+3)
Contoh:
1−𝑥𝑥 2 sin 𝑥𝑥
Asumsikan bahwa telah terbukti bahwa ≤ ≤ 1 untuk semua 𝑥𝑥 yang dekat
6 𝑥𝑥
sin 𝑥𝑥
tetapi berlainan dengan 0, maka apa yang dapat disimpulkan tentang lim = 1?
𝑥𝑥→0 𝑥𝑥
Penyelesaian:
1−𝑥𝑥 2 sin 𝑥𝑥
Misalkan ≤ ≤ 1, sebagai berikut:
6 𝑥𝑥
1−𝑥𝑥 2 sin 𝑥𝑥
𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = , 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = , ℎ(𝑥𝑥 ) = 1
6 𝑥𝑥
sin 𝑥𝑥
lim =1
𝑥𝑥→0 𝑥𝑥
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 21
Soal Latihan:
1. Tentukan nilai limit dengan menggunakan alasan pada teorema:
a. lim [(2𝑥𝑥 + 1)(𝑥𝑥 − 3)]
𝑥𝑥→0
2𝑥𝑥+1
b. lim
𝑥𝑥→2 5−3𝑥𝑥
c. lim √3𝑥𝑥 − 5
𝑥𝑥→3
𝑥𝑥 3 −6𝑥𝑥 2 +11𝑥𝑥−6
c. lim
𝑥𝑥→−1 𝑥𝑥 3 +4𝑥𝑥 2 −19𝑥𝑥+14
𝑥𝑥 2 +𝑥𝑥−2
d. lim
𝑥𝑥→1 𝑥𝑥 2 −1
𝑢𝑢2 −𝑢𝑢𝑢𝑢+2𝑢𝑢−2𝑥𝑥
e. lim
𝑢𝑢→−2 𝑢𝑢2 −𝑢𝑢−6
2𝑥𝑥 2 −6𝑥𝑥𝑥𝑥+4𝜋𝜋2
f. lim
𝑥𝑥→𝜋𝜋 𝑥𝑥 2 −𝜋𝜋2
3. Apabila lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 3 dan lim 𝑔𝑔(𝑥𝑥) = −1 maka tentuka nilai limit:
𝑥𝑥→𝑎𝑎 𝑥𝑥→𝑎𝑎
22 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
𝑡𝑡 2 cos 𝑡𝑡
Tentukan lim
𝑡𝑡→0 𝑡𝑡+1
Penyelesaian:
𝑡𝑡 2 cos 𝑡𝑡 𝑡𝑡 2
lim = (lim ) (lim cos 𝑡𝑡) = 0 ∙ 1 = 0
𝑡𝑡→0 𝑡𝑡 + 1 𝑡𝑡→0 𝑡𝑡 + 1 𝑡𝑡→0
Pembuktian:
a. Pada teorema A trigonometri diperoleh:
lim cos 𝑡𝑡 = 1 dan lim sin 𝑡𝑡 = 0
𝑡𝑡→0 𝑡𝑡→0
𝜋𝜋 𝜋𝜋
untuk − ≤ 𝑡𝑡 ≤ , 𝑡𝑡 ≠ 0 (Ingat, tidak peduli apa yang terjadi di 𝑡𝑡 = 0).
2 2
Perhatikan ruas garis tegak 𝐵𝐵𝐵𝐵 dan busur lingkaran 𝐵𝐵𝐵𝐵 yang tampak pada gambar
berikut:
Pada gambar tersebut tampak bahwa apabila 𝑡𝑡 < 0 maka pikirkan daerah arsir
yang dicerminkan terhadap sumbu 𝑥𝑥
Selain itu, terlihat jelas bahwa:
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 (𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂 ) ≤ 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 (∆ 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂) ≤ 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 (𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑜𝑜𝑟𝑟 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂)
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 23
Luas segitiga adalah setengah alas dikalikan tinggi. Luas sektor lingkaran dengan
sudut pusat 𝑡𝑡 dan jari-jari 𝑟𝑟 adalah:
1 2
𝑟𝑟 |𝑡𝑡|
2
sehingga diperoleh:
1 1 1
(cos 𝑡𝑡) 2 |𝑡𝑡| ≤ cos 𝑡𝑡 |sin 𝑡𝑡| ≤ 12 |𝑡𝑡|
2 2 2
setelah dikalikan 2 dan dibagi bilangan positif |𝑡𝑡| cos 𝑡𝑡 maka diperoleh:
|sin 𝑡𝑡| 1
cos 𝑡𝑡 ≤ ≤
|𝑡𝑡| cos 𝑡𝑡
sin 𝑡𝑡 −𝜋𝜋 𝜋𝜋
karena positif untuk ≤ 𝑡𝑡 ≤ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑡𝑡 ≠ 0 dan terdapat sifat bahwa
𝑡𝑡 2 2
|sin 𝑡𝑡| (sin 𝑡𝑡)
|𝑡𝑡|
= sehingga diperoleh:
𝑡𝑡
(sin 𝑡𝑡) 1
cos 𝑡𝑡 ≤ ≤
𝑡𝑡 cos 𝑡𝑡
Penyelesaian dengan limit dengan menggunakan teorema Apit, sehingga diperoleh:
sin 𝑡𝑡
lim =1
𝑡𝑡→0 𝑡𝑡
24 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Ketika 𝑥𝑥 → ∞ tidak dinyatakan secara langsung bahwa di suatu tempat yang jauh, jauh ke
kanan pada sumbu – 𝑥𝑥 terdapat sebuah bilangan (lebih besar dari sebuah bilangan) yang
didekati oleh 𝑥𝑥. Digunakan 𝑥𝑥 → ∞ sebagai cara singkat untuk menyatakan bahwa 𝑥𝑥 menjadi
semakin besar tanpa batas.
b. Limit ketika 𝑥𝑥 → −∞
Misalkan 𝑓𝑓 terdefinisi pada [−∞, 𝑐𝑐 ] untuk suatu bilangan 𝑐𝑐. Dikatakan bahwa
lim 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝐿𝐿 apabila untuk masing-masing 𝜀𝜀 > 0 terdapat bilangan 𝑀𝑀 yang
𝑥𝑥→∞
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 25
Contoh:
𝑥𝑥
(1) Tunjukan bahwa: lim =0
𝑥𝑥→∞ 1+𝑥𝑥 2
2𝑥𝑥 3
(2) Tentukan nilai: lim =0
𝑥𝑥→−∞ 1+𝑥𝑥 3
Penyelesaian:
(1) Digunakan cara biasa dengan membagi pembilang dan penyebut dengan pangkat 𝑥𝑥
tertinggi yang muncul di penyebut yaitu: 𝑥𝑥 2
𝑥𝑥 1 1 1
𝑥𝑥 lim lim
𝑥𝑥 2 𝑥𝑥 2 𝑥𝑥→∞ 𝑥𝑥 2 𝑥𝑥→∞ 𝑥𝑥 2
lim = lim = lim = =
𝑥𝑥→∞ 1 + 𝑥𝑥 2 𝑥𝑥→∞ 1 + 𝑥𝑥 2 𝑥𝑥→∞ 1 1 1
2 + 1 lim 2 + 1 lim + lim 1
𝑥𝑥 2 𝑥𝑥 𝑥𝑥→∞ 𝑥𝑥 𝑥𝑥→∞ 𝑥𝑥 2 𝑥𝑥→∞
0
= =0
0+1
2𝑥𝑥 3
(2) Grafik 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 1+𝑥𝑥3 tampak pada gambar berikut:
tanpa batas. Identik ketika 𝑥𝑥 menjadi deket ke 2 dari kanan tampak fungsi membesar
tanpa batas yang terlihat pada gambar berikut:
26 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
1
Fungsi lim dengan arah dari kiri kanan, bisa dituliskan sebagai berikut:
𝑥𝑥→2 (𝑥𝑥−2)
1 1
lim− = −∞ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 lim+ =∞
𝑥𝑥→2 (𝑥𝑥 − 2) 𝑥𝑥→2 (𝑥𝑥 − 2)
Definisi:
Dikatakan
1
lim+ =∞
𝑥𝑥→𝑐𝑐 (𝑥𝑥 − 2)
Apabila untuk maisng-masing bilangan positif 𝑀𝑀 berpadanan 𝛿𝛿 > 0 sedemikian
rupa sehingga:
0 < 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐 < 𝛿𝛿 ⟹ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) > 𝑀𝑀
Dengan kata lain 𝑓𝑓(𝑥𝑥) dpat dibuat sebesar yang diinginkan (lebih besar daripada
sebarang 𝑀𝑀 yang dipilih) dengan mengambil 𝑥𝑥 cukup dekat tetapi di kanan 𝑐𝑐.
Contoh:
1 1
(1) Tentukan lim− (𝑥𝑥−1)2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 lim
𝑥𝑥→1 𝑥𝑥→1+ (𝑥𝑥−1)2
𝑥𝑥+1
(2) Tentukan lim+ 𝑥𝑥2 −5𝑥𝑥+6
𝑥𝑥→2
Penyelesaian:
1
(1) Grafik 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = tampak pada gambar berikut:
(𝑥𝑥−1)2
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 27
Ketika 𝑥𝑥 → 1+ maka penyebut tetap positif tetapi menuju nol, sedangkan
1
pembilang adalah 1 untuk semua 𝑥𝑥. Hasil bagi dapat dibuang sebarang besar
(𝑥𝑥−1)2
tetapi di kiri 1.
Dengan demikian, dapat disimpulkan:
1 1
lim− =∞ 𝑑𝑑𝑎𝑎𝑛𝑛 lim+ =∞
𝑥𝑥→1 (𝑥𝑥 − 1)2 𝑥𝑥→1 (𝑥𝑥 − 1)2
28 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Tampak terlihat bahwa nilai-nilai tersebut mendekati 1, sehingga bisa dikatakan bahwa
barisan tersebut adalah:
lim 𝑎𝑎𝑛𝑛 = 1
𝑛𝑛→∞
Definisi:
Misalkan 𝑎𝑎𝑛𝑛 terdefinisi untuk semua bilangan asli yang lebih besar daripada
atau sama dengan suatu bilangan 𝑐𝑐, dapat dikatakan bahwa:
lim 𝑎𝑎𝑛𝑛 = 1
𝑛𝑛→∞
Perbedaannya pada syarat bahwa argument fungsi adalah bilangan asli dan teorema
limit berlaku untuk barisan
Contoh:
𝑛𝑛+1
Tentukan lim √
𝑛𝑛→∞ 𝑛𝑛+2
Penyelesaian:
Dengan menerapkan teorema limit maka:
1
1 1 2 1
𝑛𝑛 + 1 𝑛𝑛 + 1 2 1+ 1+0 2
lim √ = lim ( ) = lim ( 𝑛𝑛 ) =( ) =1
𝑛𝑛→∞ 𝑛𝑛 + 2 𝑛𝑛→∞ 𝑛𝑛 + 2 𝑛𝑛→∞ 2 1+0
1 + 𝑛𝑛
Soal latihan:
Tentukan nilai limit:
𝑥𝑥
1. lim
𝑥𝑥→∞ 𝑥𝑥−5
𝑡𝑡 2
2. lim
𝑥𝑥→−∞ 7−𝑡𝑡 2
𝑥𝑥 2
3. lim
𝑥𝑥→∞ (𝑥𝑥−5)(3−𝑥𝑥)
𝑥𝑥 3
4. lim
𝑥𝑥→∞ 2𝑥𝑥 3 −100𝑥𝑥 2
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 29
3𝑥𝑥 3 −𝑥𝑥 2
5. lim
𝑥𝑥→∞ 𝜋𝜋𝑥𝑥 3 −5𝑥𝑥 2
3√𝑥𝑥 3 +3𝑥𝑥
6. lim
𝑥𝑥→∞ √2𝑥𝑥 3
3 1+8𝑥𝑥 2
7. lim √
𝑥𝑥→∞ 𝑥𝑥 2 +4
√𝑥𝑥+1
8. lim
𝑥𝑥→∞ 𝑥𝑥+4
𝜃𝜃2
17. lim+ sin 𝜃𝜃
𝜃𝜃→𝜋𝜋
𝜋𝜋𝜋𝜋
18. lim+
𝜋𝜋 cos 𝜃𝜃
𝜃𝜃→
2
[|𝑥𝑥|]
19. lim− 𝑥𝑥
𝑥𝑥→0
1+cos 𝑥𝑥
20. lim−
𝑥𝑥→0 sin 𝑥𝑥
30 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
2.5. Kontinuitas Fungsi
Kata kontinu dalam matematika untuk menyatakan suatu proses yang berkelanjutan
tanpa perbuahan yang mendadak.
Perhatikan grafik berikut:
Keterangan:
Pada dua grafik pertama lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥) ada, atau ada tetapi tidak sama dengan 𝑓𝑓(𝑐𝑐) dan hanya
𝑥𝑥→𝑐𝑐
Fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥) dikatakan kontinu pada suatu titik 𝑥𝑥 = 𝑐𝑐 bila nilai limit 𝑓𝑓(𝑥𝑥) pada 𝑥𝑥 mendekati
𝑐𝑐 sama dengan nilai fungsi di 𝑥𝑥 = 𝑐𝑐 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑓𝑓(𝑐𝑐). Secara lebih jelas, 𝑓𝑓(𝑥𝑥) dikatakan kontinu di
𝑥𝑥 = 𝑐𝑐 bila berlaku:
1. 𝑓𝑓(𝑐𝑐) ada, terdefinisi atau 𝑓𝑓(𝑐𝑐) ∈ ℝ
2. lim 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) ada, yaitu lim+ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = lim− 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )
𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥→𝑐𝑐
Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi maka 𝑓𝑓 diskontinu di 𝑐𝑐. Jadi fungsi
yang diwakili grafik yang pertama dan kedua di atas diskontiunu di 𝑐𝑐, tetapi kontinu di titik-
titik lain dari daerah definisinya.
Dengan kata lain, bila minimal salah satu dari persyaratan di atas tidak dipenuhi maka f(x)
dikatakan tidak kontinu atau diskontinu di 𝑥𝑥 = 𝑎𝑎 dan titik 𝑥𝑥 = 𝑎𝑎 disebut titik diskontinu.
Secara geometris, grafik fungsi kontinu tidak ada loncatan atau tidak terputus.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 31
Bilamana kita menggambarkan suatu grafik fungsi sembarang dengan mengerakkan pensil kita
di kertas dan tanpa pernah mengangkat pensil tersebut sebelum selesai maka akan kita dapatkan
fungsi kontinu.
Contoh:
𝑥𝑥 2 −4
Misalkan 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = , 𝑥𝑥 ≠ 2 maka bagaimana seharusnya terdefinsi agar 𝑓𝑓 kontinu di
𝑥𝑥−2
titik 𝑥𝑥 = 2?
Penyelesaian:
Syarat kontinuitas yaitu:
1. 𝑓𝑓 (2) = 4 dan dapat diakatakan bahwa 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 + 2 untuk semua 𝑥𝑥.
𝑥𝑥 2 −4 (𝑥𝑥−2)(𝑥𝑥+2)
2. lim = lim = lim (𝑥𝑥 + 2) = 4
𝑥𝑥→2 𝑥𝑥−2 𝑥𝑥→2 𝑥𝑥−2 𝑥𝑥→2
𝑥𝑥 2 −4
3. lim = 4 = 𝑓𝑓(2)
𝑥𝑥→2 𝑥𝑥−2
Syarat kontinuitas terpenuhi dan 𝑓𝑓 (2) = 4 maka fungsi tersebut 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 + 2 untuk
semua 𝑥𝑥
32 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
(2) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑛𝑛√𝑥𝑥
Menurut teorema limit utama:
𝑛𝑛
Asalkan 𝑐𝑐 > 0 saat 𝑛𝑛 genap, berarti 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = √𝑥𝑥 kontinu di setiap titik pada setiap
bilangan real 𝑐𝑐 > 0.
Grafik 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = √𝑥𝑥 tampak pada gambar berikut:
Bukti:
Teorema yang ada yaitu:
lim 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = lim𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = lim𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓 (𝑐𝑐 )𝑔𝑔(𝑐𝑐)
𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥→𝑐𝑐
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 33
Penyelesaian:
Tidak perlu memamdang bilangan-bilangan tidak positif karena 𝑓𝑓 tidak
terdefinisikan pada bilangan-bilangan tersebut. Untuk sebarang bilangan positif
maka fungsi-fungsi √𝑥𝑥, 3√𝑥𝑥 , |𝑥𝑥|, 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 2 semuanya kontinu (teorema A dan B).
3
Menurut teorema C bahwa 3|𝑥𝑥|, 3|𝑥𝑥| − 2, √𝑥𝑥 + √𝑥𝑥 kontinu di setiap bilangan
positif, sehingga:
3|𝑥𝑥| − 𝑥𝑥 2
3
√𝑥𝑥 + √𝑥𝑥
Kontinu di setiap bilangan positif.
dan seterusnya untuk semua enam fungsi trigonometri dan merupakan tepat
persyaratan yang diperlukan untuk fungsi-fungsi ini agara kontinu pada setiap
bilangan real di daerah asalnya masing-masing.
Contoh:
a. Tunjukkan bahwa ℎ(𝑥𝑥 ) = |𝑥𝑥 2 − 3𝑥𝑥 + 6| kontinu di setiap bilangan real.
b. Tunjukkan bahwa ℎ(𝑥𝑥 ) = sin 𝑓𝑓(𝑔𝑔(𝑥𝑥 )) = |𝑥𝑥 2 − 3𝑥𝑥 + 6| kontinu kecuali di
3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 − 2
34 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Penyelesaian:
a. Misalkan 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = |𝑥𝑥| dan 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = |𝑥𝑥 2 − 3𝑥𝑥 + 6| maka keduanya kontinu di
setiap bilangan real sehingga nilai komposisinya juga kontinu.
ℎ(𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓(𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = |𝑥𝑥 2 − 3𝑥𝑥 + 6|
b. Fungsi kontinu di 3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 − 2, berarti 𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 − 6 = (𝑥𝑥 − 3)(𝑥𝑥 + 2),
sehingga fungsi rasional:
𝑥𝑥 2 − 3𝑥𝑥 + 6
𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 − 6
kontinu di 3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 − 2 (teorema A).
Menurut teorema D bahwa fungsi sinus kontinu di setiap bilangan real dan
teorema E maka dapat dikatakan bahwa: ℎ(𝑥𝑥 ) = sin(𝑔𝑔(𝑥𝑥 ))
sehingga ℎ kontinu kecuali di 3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 − 2.
kontinu pada [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] jika 𝑓𝑓 kontinu di setiap titik dari (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) dan jika lim+ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑓𝑓(𝑎𝑎) dan
𝑥𝑥→𝑎𝑎
Definisi:
Fungsi 𝑓𝑓 adalah kontinu kanan pada 𝑎𝑎 jika lim+ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑓𝑓(𝑎𝑎) dan kontinu kiri pada 𝑏𝑏
𝑥𝑥→𝑎𝑎
Dikatakan 𝑓𝑓 adalah kontinu pada sebuah interval terbuka (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) jika 𝑓𝑓 kontinu pada
setiap titik dari interval tersebut.
Dikatakan 𝑓𝑓 adalah kontinu pada sebuah interval tertutup [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] jika:
1. 𝑓𝑓 kontinu pada (𝑎𝑎, 𝑏𝑏)
2. Kontinu kanan pada 𝑎𝑎, berarti lim+ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑓𝑓(𝑎𝑎)
𝑥𝑥→𝑎𝑎
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 35
Contoh:
1
(1) Mengatakan bahwa 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = kontinu pada (0, 1) dan 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = √𝑥𝑥 kontinu pada
𝑥𝑥
dan
2
lim− √4 − 𝑥𝑥 2 = √4 − ( lim− 𝑥𝑥) = √4 − 4 = 0 = 𝑔𝑔(−2)
𝑥𝑥→2 𝑥𝑥→2
Jadi dapat disimpulkan bahwa 𝑔𝑔 kontinu pada daerah definisinya yaitu interval
tertutup [−2, 2].
Soal latihan:
1. Nyatakan apakah fungsi yang ditujukkan kontinu atau tidak di 3 dengan alasannya:
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = (𝑥𝑥 − 3)(𝑥𝑥 − 4)
3
b. ℎ(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥−3
𝑥𝑥 2 −9
c. ℎ(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥−3
|𝑡𝑡−3|
d. ℎ(𝑡𝑡) =
𝑡𝑡−3
e. 𝑓𝑓 (𝑡𝑡) = |𝑡𝑡|
36 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
𝑡𝑡 3 −27
, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑎𝑎 𝑡𝑡 ≠ 3
f. 𝑟𝑟(𝑡𝑡) = { 𝑡𝑡−3
27, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑡𝑡 = 3
𝑡𝑡 − 3, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑡𝑡 ≤ 3
g. 𝑟𝑟(𝑡𝑡) = {
3 − 𝑡𝑡, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑡𝑡 > 3
2. Fungsi yang diberikan tidak terdefinisi di suatu titik, bagaimana seharusnya didefinisikan
agar membuatnya kontinu di suatu titik?
2𝑥𝑥 2 −18
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) =
3−𝑥𝑥
√𝑡𝑡−1
b. ℎ(𝑡𝑡) = 𝑡𝑡−1
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 37
BAB III
TURUNAN
3.1. Turunan
Pemikiran dasar turunan yaitu pada kemiringan garis singgung dan kecepatan sesaat.
Kecepatan merupakan satu dari sekian banyak laju perubahan yang sangat penting dan
kecepatan juga merupakan laju perubahan jarak terhadap waktu. Laju perubahan lain yang
sangat penting yaitu kepadatan (atau densitas) suatu kawat (laju perubahan massa terhadap
jarak), pendapatan marjinal (laju perubahan pendapatan terhadap beberapa jenis produk) dan
arus listrik (laju perubahan muatan listrik terhadap waktu). Harus bisa membedakan antara laju
perubahan rata-rata pada suatu interval dan laju perubahan sesaat pada suatu titik. Istilah laju
perubahan tanpa keterangan apapun bermakna laju perubahan sesaat
Garis singgung merupakan gagasan Euclides merupakan garis yang menyentuh suatu
kurva hanya pada satu titik, benar untuk lingkaran (gambar 1) tetapi sama sekali tidak
memuaskan untuk kebanyakan kurva lain (gambar 2). Gagasan bahwa garis singgung pada
suatu kurva di 𝑃𝑃 sebgai garis yang paling baik mengaproksimasi kurva dekat 𝑃𝑃 adalah lebih
baik, tetapi masih tetap agak samar untuk kecermatan matematis. Konsep limit menyediakan
suatu cara untuk memperoleh deskripsi yang terbaik. Misalkan 𝑃𝑃 merupakan sebuah titik pada
suatu kurva dan misalkan 𝑄𝑄 merupakan sebuah titik terdekat yang dapat dipindah-pindahkan
pada kurva tersebut. Pandang garis yang melalui 𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑄𝑄 disebut garis sekan (tali busur). Garis
singgung (garis tangen) di 𝑃𝑃 adalah posisi pembatas (jika ada) dari garis sekan itu bila 𝑄𝑄
bergerak ke arah 𝑃𝑃 di sepanjang kurva (gambar 3). Misalkan kurva tersebut adalah grafik dari
persamaan 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) maka 𝑃𝑃 mempunyai koordinat (𝑐𝑐, 𝑓𝑓 (𝑐𝑐 )), titik 𝑄𝑄 di dekatnya mempunyai
koordinat (𝑐𝑐 + ℎ, 𝑓𝑓 (𝑐𝑐 + ℎ)), dan tali busur yang melalui 𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑄𝑄 mempunyai kemiringan
𝑚𝑚𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 yang diberikan oleh (gambar 4):
38 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Turunan (derivative) merupakan kata yang netral dalam istilah matematis. Turunan
sebagai kata kunci dalam kalkulus dan tambahan kata pada fungsi dan limit.
Definisi:
Turunan fungsi 𝑓𝑓 adalah fungsi lain 𝑓𝑓′ (dibaca "𝑓𝑓 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎") yang nilainya pada sebarang
bilangan 𝑐𝑐 adalah:
𝑓𝑓 (𝑐𝑐 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
𝑓𝑓 ′(𝑐𝑐 ) = lim
ℎ→0 ℎ
atau
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
Jika limit ini memang ada maka dikatakan bahwa 𝑓𝑓 terdiferensiasi di 𝑐𝑐. Pencarian
turunan disebut diferensiasi dan bagian yang berhubungan dengan turunan disebut kalkulus
diferensiasi.
Contoh:
(1) Misalkan 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 13𝑥𝑥 − 6, Tentukan 𝑓𝑓′(4)
(2) Jika 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 + 7𝑥𝑥 Tentukan 𝑓𝑓′(𝑥𝑥)
1
(3) Jika 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = Tentukan 𝑓𝑓′(𝑥𝑥)
𝑥𝑥
Penyelesaian:
(1) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 13𝑥𝑥 − 6
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
𝑓𝑓(4 + ℎ) − 𝑓𝑓(4) [13(4 + ℎ) − 6] − [13(4) − 6]
𝑓𝑓′(4) = lim = lim
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
13 ℎ
= lim = lim 13 = 13
ℎ→0 ℎ ℎ→0
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 39
(2) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 + 7𝑥𝑥
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
[( 𝑥𝑥 + ℎ + 7(𝑥𝑥 + ℎ)] − [𝑥𝑥 3 + 7𝑥𝑥 ]
) 3
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
3𝑥𝑥 2 ℎ + 3𝑥𝑥ℎ2 + ℎ3 + 7ℎ
= lim
ℎ→0 ℎ
ℎ(3𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥ℎ + ℎ2 + 7)
= lim
ℎ→0 ℎ
= lim (3𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥ℎ + ℎ2 + 7)
ℎ→0
= 3𝑥𝑥 2 + 7
1
(3) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
1 1
−
′( )
𝑓𝑓 𝑥𝑥 = lim 𝑥𝑥 + ℎ 𝑥𝑥
ℎ→0 ℎ
1 𝑥𝑥 − (𝑥𝑥 + ℎ)
= lim [ ∙ ]
ℎ→0 ℎ 𝑥𝑥(𝑥𝑥 + ℎ)
1 −ℎ
= lim [ ∙ ]
ℎ→0 ℎ 𝑥𝑥(𝑥𝑥 + ℎ)
−1
= lim
ℎ→0 𝑥𝑥(𝑥𝑥 + ℎ)
1
=−
𝑥𝑥 2
(4) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = √𝑥𝑥, 𝑥𝑥 > 0
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
√𝑥𝑥 + ℎ − √𝑥𝑥
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
Pencarian turunan selalu melibatkan pengambilan limit suatu hasil bagi dengan
pembilang dan penyebut keduanya menuju nol. Tugas kita yaitu menyederhanakan hasil bagi
agar kita dapat mencoret faktor ℎ dari pembilang dan penyebut, sehingga membolehkan untuk
menghitung limit.
40 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Pada contoh diatas dapat dilaksanakan dengan merasionalkan pembilang.
√𝑥𝑥 + ℎ − √𝑥𝑥 √𝑥𝑥 + ℎ + √𝑥𝑥
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = lim ∙
ℎ→0 ℎ √𝑥𝑥 + ℎ + √𝑥𝑥
𝑥𝑥 + ℎ − 𝑥𝑥 ℎ
= lim = lim
ℎ→0 ℎ(√𝑥𝑥 + ℎ + √𝑥𝑥) ℎ→0 ℎ(√𝑥𝑥 + ℎ + √𝑥𝑥)
1 1 1
= lim = =
ℎ→0 √𝑥𝑥 + ℎ + √𝑥𝑥 √𝑥𝑥 + √𝑥𝑥 2√𝑥𝑥
1
Jadi turunan dari 𝑓𝑓 diberikan oleh (𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = dan daerah asalnya (0, ∞)
2√𝑥𝑥
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
Perhatikan bahwa dalam semua kasus, bilangan dimana 𝑓𝑓′ dihitung tidak berubah selama
operasi limit.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 41
Contoh:
𝑓𝑓(𝑥𝑥)−𝑓𝑓(𝑐𝑐) 2
(1) Gunakan 𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = lim untuk mencari 𝑔𝑔′ (𝑐𝑐 ) jika 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥−𝑐𝑐 (𝑥𝑥+3)
(2) Masing-masing berikut merupakan suatu turunan tetapi tetap dari fungsi apa dan di
titik mana?
(4+ℎ)2 −16
a. lim ℎ
ℎ→0
2 2
−
b. lim 𝑥𝑥 3
𝑥𝑥→3 𝑥𝑥−3
Penyelesaian:
2
(1) 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = , diperoleh:
(𝑥𝑥+3)
𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) − 𝑔𝑔(𝑐𝑐)
𝑔𝑔′(𝑐𝑐 ) = lim
𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
2 2
−
′( )
𝑔𝑔 𝑐𝑐 = lim 𝑥𝑥 + 3 𝑐𝑐 + 3
𝑥𝑥→𝑐𝑐 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
2(𝑐𝑐 + 3) − 2(𝑥𝑥 + 3) 1
= lim [ ∙ ]
𝑥𝑥→𝑐𝑐 (𝑥𝑥 + 3)(𝑐𝑐 + 3) 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
−2(𝑥𝑥 − 𝑐𝑐) 1
= lim [ ∙ ]
ℎ→0 (𝑥𝑥 + 3)(𝑐𝑐 + 3) 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
−2 −2
= lim =
ℎ→0 (𝑥𝑥 + 3)(𝑐𝑐 + 3) (𝑐𝑐 + 3)2
Penyelesaian dengan memanipulasi hasil bagi hingga dapat mencoret suatu faktor
𝑥𝑥 − 𝑐𝑐 dari pembilang dan penyebut, kemudian menghitung limitnya.
(2) Fungsi turunan:
a. Turunan dari 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 di 𝑥𝑥 = 4
2
b. Turunan dari 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = di 𝑥𝑥 = 3
𝑥𝑥
42 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Bukti:
Perhatikan bahwa lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑓𝑓(𝑐𝑐) dengan menuliskan:
𝑥𝑥→𝑐𝑐
𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓 (𝑐𝑐 ) + ∙ (𝑥𝑥 − 𝑐𝑐 ), 𝑥𝑥 ≠ 𝑐𝑐
𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
karenanya
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = lim 𝑓𝑓 [(𝑐𝑐 ) + ∙ (𝑥𝑥 − 𝑐𝑐 )]
ℎ→0 ℎ→0 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
lim 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = lim 𝑓𝑓(𝑐𝑐 ) + lim ∙ lim (𝑥𝑥 − 𝑐𝑐 )
ℎ→0 ℎ→0 ℎ→0 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐 ℎ→0
= 𝑓𝑓 (𝑐𝑐 ) + 𝑓𝑓′(𝑐𝑐) ∙ 0
= 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
sedangkan
𝑓𝑓(0 + ℎ) − 𝑓𝑓(0) |0 + ℎ| |ℎ| −ℎ
lim = lim− = lim− = lim− = −1
ℎ→0− ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
tidak ada
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 43
Argumentasi serupa menunjukkan bahwa di sebarang titik dimana grafik suatu fungsi
kontinu mempunyai pojok yang tajam mak fungsi tersebut tidak terdeferensiasikan.
Grafik berikut menujukkan sejimlah cara untuk suatu fungsi agar tidak terdeferensiasikan
di suatu titik.
Ditegas lagi bahwa dalam grafik di atas tampak bahwa turunan tidak ada di titik 𝑐𝑐, titik
tempat garis singgung tegak, ini disebabkan oleh:
𝑓𝑓(𝑐𝑐 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
lim =∞
ℎ→0 ℎ
Hal ini berhubungan dengan realita bahwa kemiringan suatu garis tegak tidak terdefinisi.
3. Pertambahan
Apabila nilai suatu variabel berubah dari 𝑥𝑥1 ke 𝑥𝑥2 maka 𝑥𝑥1 − 𝑥𝑥2 , perubahan dalam 𝑥𝑥
disebut pertambahan (increment) 𝑥𝑥 dan biasanya dinyatakan oleh ∆𝑥𝑥 (delta 𝑥𝑥).
Perhatikan ∆𝑥𝑥 tidak berarti ∆ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥.
Jika 𝑥𝑥1 = 4,1 dan 𝑥𝑥2 = 5,7 maka: ∆𝑥𝑥 = 𝑥𝑥2 − 𝑥𝑥1 = 5,7 − 4,1 = 1,6
Jika 𝑥𝑥1 = 𝑐𝑐 dan 𝑥𝑥2 = 𝑐𝑐 + ℎ maka: ∆𝑥𝑥 = 𝑥𝑥2 − 𝑥𝑥1 = (𝑐𝑐 + ℎ) − 𝑐𝑐 = ℎ
Misalkan 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) menentukan suatu fungsi. Jika 𝑥𝑥 berubah dari 𝑥𝑥1 ke 𝑥𝑥2 maka 𝑦𝑦
berubah dari 𝑦𝑦1 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥1 ) ke 𝑦𝑦2 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥2 ). Jadi berkorespondensi terhadap pertambahan
∆𝑥𝑥 = 𝑥𝑥2 − 𝑥𝑥1 dalam 𝑥𝑥, terdapat suatu pertambahan dalam 𝑦𝑦 yang diberikan oleh:
44 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
Misalkan 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 2 − 𝑥𝑥 2 . Tentukan ∆𝑦𝑦 saat 𝑥𝑥 berubah dari 0,4 𝑘𝑘𝑘𝑘 1,3 yang
tampak pada grafik berikut:
Penyelesaian:
∆𝑦𝑦 = 𝑓𝑓 (1,3) − 𝑓𝑓 (0,4) = [2 − (1,3)2 ] − [2 − (0,4)2 ] = 1,53
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 45
Menggambarkan kemiringan suatu garis sekan yang melalui (𝑥𝑥, 𝑓𝑓(𝑥𝑥)) seperti tampak
pada gambar berikut:
Ketika ∆𝑥𝑥 → 0 maka kemiriang garis sekan ini mendekati kemiringan garis singgung dan
𝑑𝑑𝑑𝑑
untuk kemiringan garis singgung digunakan lambing sehingga diperoleh:
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
merupakan hasil bagi dari dua bilangan yang sanagt kecil (infinitesimal), artinya tidak
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
jelas dan tidak dapat digunakannya. Namun merupakan lambang baku untuk turunan
𝑑𝑑𝑑𝑑
6. Garis Turunan
Turunan 𝑓𝑓(𝑥𝑥) memberikan kemiringan garis singgung terhadap garis 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) pada
nilai 𝑥𝑥, sehingga ketika garis singgung miring naik ke kanan maka turunan positif dan
ketika gari singgung miring turun ke kiri maka turunan negative, sehingga bisa
memperoleh gambaran kasar dari turunan hanya dengan diketuhui grafik fungsi.
Contoh:
Diketahui garis 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) yang tampak pada gambar berikut.
Gambarkan grafik turunan 𝑓𝑓′(𝑥𝑥).
46 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Penyelesaian:
➢ Untuk 𝑥𝑥 < 0 maka garis singgung terhadap garis 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) mempunyai kemiringan
positif. Perhitungan kasar dari plot menyarankan bahwa ketika 𝑥𝑥 = −2 maka
kemiringannya sekitar 3. Ketika bergerak dari kiri ke kanan di sepanjang kurva
dalam gambar tampak bahwa kemiringan masih tetap positif (untuk sementara)
tetapi garis singgung semakin mendatar.
➢ Ketika 𝑥𝑥 = 0 maka garis singgung mendatar sehingga 𝑓𝑓 ′ (0) = 0
➢ Untuk 𝑥𝑥 diantara 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 2 (0 < 𝑥𝑥 < 2) maka garis singgung mempunyai
kemiringan negative di sepnajang interval.
➢ Ketika 𝑥𝑥 = 2 maka ada sebuah titik dengan garis singgung mendatar sehingga
turunan sama dengan nol ketika 𝑥𝑥 = 2
➢ Untuk 𝑥𝑥 > 2 maka garis singgung mempunyai kemiringan positif lagi dan grafik
turunan tampak pada bagian terakhir.
Soal Latihan:
𝑓𝑓(𝑐𝑐+ℎ)−𝑓𝑓(𝑐𝑐)
1. Gunakan definisi: 𝑓𝑓′(𝑐𝑐 ) = lim ℎ
untuk mencari turunan:
ℎ→0
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 47
𝑓𝑓(𝑥𝑥+ℎ)−𝑓𝑓(𝑥𝑥)
2. Gunakan 𝑓𝑓′(𝑥𝑥 ) = lim untuk mencari turunan:
ℎ→0 ℎ
a. 𝑠𝑠(𝑥𝑥 ) = 2𝑥𝑥 + 1
b. 𝑟𝑟(𝑥𝑥 ) = 3𝑥𝑥 2 + 4
c. 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 + 2𝑥𝑥 2 + 1
2
d. ℎ(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥
6
e. 𝐹𝐹(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥 2 +1
2𝑥𝑥−1
f. 𝐻𝐻(𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥−4
g. 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = √3𝑥𝑥
3
h. ℎ(𝑥𝑥 ) =
√𝑥𝑥−2
3. Limit yang diberikan adalah suatu turunan tetapi dari fungsi apa dan di titik mana?
2(5+ℎ)3 −2(5)3
a. lim
ℎ→0 ℎ
𝑥𝑥 2 −4
b. lim
𝑥𝑥→2 𝑥𝑥−2
𝑡𝑡 2 −𝑥𝑥 2
c. lim
𝑡𝑡→𝑥𝑥 𝑡𝑡−𝑥𝑥
2 2
−
d. lim 𝑥𝑥−1
𝑥𝑥 𝑡𝑡
𝑥𝑥→𝑡𝑡
cos(𝑥𝑥+ℎ)−cos 𝑥𝑥
e. lim
ℎ→0 ℎ
48 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
3.2. Aturan Turunan
Proses Pencarian turunan suatu fungsi langsung dari definisi turunan yaitu dengan
menyusun hasil bagi selisih:
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
ℎ
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑑𝑑𝑑𝑑
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 49
(b) Teorema B (Aturan Fungsi Satuan)
Jika 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 maka 𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 1 yaitu:
𝑓𝑓′(𝑘𝑘 ) = 1
Bukti:
𝑓𝑓(𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑥𝑥 + ℎ − 𝑥𝑥 ℎ
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = lim = lim = lim = 1
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
50 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
𝑛𝑛(𝑛𝑛 − 1) 𝑛𝑛−2 2
𝑥𝑥 𝑛𝑛 + 𝑛𝑛𝑥𝑥 𝑛𝑛−1 ℎ + 𝑥𝑥 ℎ + ⋯ + 𝑛𝑛𝑥𝑥ℎ𝑛𝑛−1 + ℎ𝑛𝑛 − 𝑥𝑥 𝑛𝑛
= lim 2
ℎ→0 ℎ
1 𝑛𝑛(𝑛𝑛 − 1) 𝑛𝑛−2
= lim [ℎ (𝑛𝑛𝑥𝑥 𝑛𝑛−1 + 𝑥𝑥 ℎ + ⋯ + 𝑛𝑛𝑥𝑥ℎ𝑛𝑛−2 + ℎ𝑛𝑛−1 )]
ℎ→0 ℎ 2
𝑛𝑛(𝑛𝑛 − 1) 𝑛𝑛−2
= 𝑛𝑛𝑥𝑥 𝑛𝑛−1 + 𝑥𝑥 ℎ + ⋯ + 𝑛𝑛𝑥𝑥ℎ𝑛𝑛−2 + ℎ𝑛𝑛−1
2
sehingga terbukti:
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 𝑛𝑛𝑥𝑥 𝑛𝑛−1
sebagai ilustrasi, perhatikan bahwa:
𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥)3 = 3𝑥𝑥 2
𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥)9 = 9𝑥𝑥 8
𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥)100 = 100𝑥𝑥 99
2. Operator Linear
𝐷𝐷𝑥𝑥 merupakan operator linear dan sangat baik ketika diterapkan pada kelipatan konstanta
fungsi atau pada jumlah fungsi.
(d) Teorema D (Aturan Kelipatan Konstanta)
Jika 𝑘𝑘 suatu konstants dan 𝑓𝑓 satu fungsi yang terdeferensiasikan maka:
(𝑘𝑘𝑘𝑘 )′(𝑥𝑥 ) = 𝑘𝑘 ∙ 𝑓𝑓′(𝑥𝑥)
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 51
(e) Teorema E (Aturan Jumlah)
Jika 𝑓𝑓 dan 𝑔𝑔 adalah fungsi-fungsi yang terdeferensiasikan maka:
(𝑓𝑓 + 𝑔𝑔)′ (𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) + 𝑔𝑔′(𝑥𝑥)
52 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
3. Aturan Hasil Kali dan Hasil Bagi
(g) Teorema G (Aturan Hasil Kali)
Jika 𝑓𝑓 dan 𝑔𝑔 adalah fungsi-fungsi yang terdeferensiasikan maka:
(𝑓𝑓 ∙ 𝑔𝑔)′(𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑔𝑔′(𝑥𝑥 ) + 𝑔𝑔(𝑥𝑥)𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 )
Contoh:
Tentukan turunan (3𝑥𝑥 2 − 5)(2𝑥𝑥 4 − 𝑥𝑥) dengan menggunakan aturan hasil kali
dan periksa dengan cara lain.
Penyelesaian:
𝐷𝐷𝑥𝑥 [(3𝑥𝑥 2 − 5)(2𝑥𝑥 4 − 𝑥𝑥)] = (3𝑥𝑥 2 − 5)𝐷𝐷𝑥𝑥 (2𝑥𝑥 4 − 𝑥𝑥 ) + (2𝑥𝑥 4 − 𝑥𝑥 )𝐷𝐷𝑥𝑥 (3𝑥𝑥 2 − 5)
= (3𝑥𝑥 2 − 5)(8𝑥𝑥 3 − 1) + (2𝑥𝑥 4 − 𝑥𝑥)(6𝑥𝑥)
= 24𝑥𝑥 5 − 3𝑥𝑥 2 − 40𝑥𝑥 3 + 5 + 12𝑥𝑥 5 − 6𝑥𝑥 2
= 36𝑥𝑥 5 − 40𝑥𝑥 3 − 9𝑥𝑥 2 + 5
Pemerikasaan cara lain, yaitu dengan mengalikan kemudian mencari turunannya:
(3𝑥𝑥 2 − 5)(2𝑥𝑥 4 − 𝑥𝑥 ) = 6𝑥𝑥 6 − 10𝑥𝑥 4 − 3𝑥𝑥 3 + 5𝑥𝑥
sehingga:
𝐷𝐷𝑥𝑥 (3𝑥𝑥 2 − 5)(2𝑥𝑥 4 − 𝑥𝑥 ) = 𝐷𝐷𝑥𝑥 (6𝑥𝑥 6 ) − 𝐷𝐷𝑥𝑥 (10𝑥𝑥 4 ) − 𝐷𝐷𝑥𝑥 (3𝑥𝑥 3 ) + 𝐷𝐷𝑥𝑥 (5𝑥𝑥)
= 36𝑥𝑥 5 − 40𝑥𝑥 3 − 9𝑥𝑥 2 + 5
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 53
(h) Turunan H (Aturan Hasil Bagi)
𝑓𝑓 ′ 𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥) 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)𝑔𝑔′(𝑥𝑥 )
( ) (𝑥𝑥 ) =
𝑔𝑔 𝑔𝑔2 (𝑥𝑥)
Bukti:
𝑓𝑓(𝑥𝑥)
Misalkan 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) = maka:
𝑔𝑔(𝑥𝑥)
𝐹𝐹 (𝑥𝑥 + ℎ) − 𝐹𝐹(𝑥𝑥)
𝐹𝐹 ′ (𝑥𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ℎ) 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
−
𝑔𝑔(𝑥𝑥 + ℎ) 𝑔𝑔(𝑥𝑥)
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥 )𝑔𝑔(𝑥𝑥 + ℎ) 1
= lim ∙
ℎ→0 ℎ 𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑔𝑔(𝑥𝑥 + ℎ)
𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑓𝑓(𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) + 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑔𝑔(𝑥𝑥 + ℎ) 1
= lim ∙
ℎ→0 ℎ ( )
𝑔𝑔 𝑥𝑥 𝑔𝑔(𝑥𝑥 + ℎ)
𝑓𝑓(𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑔𝑔(𝑥𝑥 + ℎ) − 𝑔𝑔(𝑥𝑥) 1
= lim {[𝑔𝑔(𝑥𝑥) + 𝑓𝑓(𝑥𝑥) ] }
ℎ→0 ℎ ℎ 𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑔𝑔(𝑥𝑥 + ℎ)
1
= [𝑔𝑔(𝑥𝑥)𝑓𝑓′(𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)𝑔𝑔′(𝑥𝑥 )] ∙
𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑔𝑔(𝑥𝑥)
1 𝑓𝑓′(𝑥𝑥)𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)𝑔𝑔′(𝑥𝑥 )
= [𝑓𝑓′(𝑥𝑥)𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)𝑔𝑔′(𝑥𝑥 )] ∙ =
𝑔𝑔2 (𝑥𝑥) 𝑔𝑔2 (𝑥𝑥)
Contoh:
𝑑𝑑 (3𝑥𝑥−5)
(1) Tentukan turunan 𝑑𝑑𝑑𝑑 [(𝑥𝑥2+7)]
2 3
(2) Tentukan 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 apabila 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥4 +1 + 𝑥𝑥
Penyelesaian:
𝑑𝑑 (3𝑥𝑥−5)
(1) Turunan [ ]
𝑑𝑑𝑑𝑑 (𝑥𝑥 2 +7)
𝑑𝑑 𝑑𝑑 2
𝑑𝑑 (3𝑥𝑥 − 5) (3𝑥𝑥 − 5) ∙ (𝑥𝑥 2 + 7) − (3𝑥𝑥 − 5) ∙ (𝑥𝑥 + 7)
[ 2 ]= 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑 (𝑥𝑥 + 7) 2
(𝑥𝑥 + 7) 2
54 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
(3) ∙ (𝑥𝑥 2 + 7) − (3𝑥𝑥 − 5) ∙ (2𝑥𝑥)
=
(𝑥𝑥 2 + 7)2
−3𝑥𝑥 2 + 10𝑥𝑥 + 21
=
(𝑥𝑥 2 + 7)2
2 3
(2) 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 apabila 𝑦𝑦 = +
𝑥𝑥 4 +1 𝑥𝑥
2 3
𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 = 𝐷𝐷𝑥𝑥 ( ) + 𝐷𝐷𝑥𝑥 ( )
𝑥𝑥 4 +1 𝑥𝑥
𝐷𝐷𝑥𝑥 (2) ∙ (𝑥𝑥 4 + 1) − (2) ∙ 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 4 + 1) 𝐷𝐷𝑥𝑥 (3) ∙ (𝑥𝑥 ) − 3 ∙ 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥)
= +
(𝑥𝑥 4 + 1)2 𝑥𝑥 2
(0) ∙ (𝑥𝑥 4 + 1) − (2) ∙ (4𝑥𝑥 3 + 1) 𝐷𝐷𝑥𝑥 (3) ∙ (𝑥𝑥 ) − 3 ∙ 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥)
= +
(𝑥𝑥 4 + 1)2 𝑥𝑥 2
−8𝑥𝑥 3 3
= −
(𝑥𝑥 4 + 1)2 𝑥𝑥 2
Soal-soal Latihan:
1. Tentukan turunan:
a. 𝑦𝑦 = 2𝑥𝑥 2
100
b. 𝑦𝑦 =
𝑥𝑥 5
c. 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 4 + 𝑥𝑥 3 + 𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 + 1
d. 𝑦𝑦 = 𝜋𝜋𝑥𝑥 7 − 2𝑥𝑥 5 − 5𝑥𝑥 −2
3
e. 𝑦𝑦 = + 𝑥𝑥 −4
𝑥𝑥 3
2 1
f. 𝑦𝑦 = −
𝑥𝑥 𝑥𝑥 2
g. 𝑦𝑦 = (𝑥𝑥 2 + 2)(𝑥𝑥 3 + 1)
1
h. 𝑦𝑦 =
3𝑥𝑥 2 +1
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 55
𝑥𝑥−1
i. 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥+1
2𝑥𝑥 2 −1
j. 𝑦𝑦 = 3𝑥𝑥+5
2𝑥𝑥 2 −3𝑥𝑥+1
k. 𝑦𝑦 =
2𝑥𝑥+1
𝑥𝑥 2 −𝑥𝑥+1
l. 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 2 +1
2. Apabila 𝑓𝑓 (0) = 4, 𝑓𝑓 ′ (0) = −1, 𝑔𝑔(0) = −3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑔𝑔′ (0) = 5 maka tentukan:
a. (𝑓𝑓 ∙ 𝑔𝑔)′(0)
b. (𝑓𝑓 + 𝑔𝑔)′(0)
𝑓𝑓
c. (𝑔𝑔)′(0)
3. Tunjukkan bahwa 𝐷𝐷𝑥𝑥 [𝑓𝑓(𝑥𝑥)]2 = 2 ∙ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) ∙ 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑓𝑓(𝑥𝑥) dengan menggunakan aturan hasil
kali.
56 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
(1) 𝐷𝐷𝑥𝑥 (3 sin 𝑥𝑥 − 2 cos 𝑥𝑥)
(2) 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 2 sin 𝑥𝑥)
𝑑𝑑 1+sin 𝑥𝑥
(3) 𝑑𝑑𝑑𝑑
(
cos 𝑥𝑥
)
(4) Tentukan persamaan garis singgung pada grafik 𝑦𝑦 = 3 sin 𝑥𝑥 di titik (𝜋𝜋, 0) yang
tampak pada gambar di bawah ini:
(5) Pada saat 𝑡𝑡 detik, pusat sebuah pelampung gabus berada pada 𝑦𝑦 = 2 sin 𝑡𝑡 cm di
𝜋𝜋
atas (atau di bawah) permukaan air. Berapa kecepatan garpu pada 𝑡𝑡 = 0, , 𝜋𝜋
2
Penyelesaian:
(1) 𝐷𝐷𝑥𝑥 (3 sin 𝑥𝑥 − 2 cos 𝑥𝑥) = 3𝐷𝐷𝑥𝑥 (sin 𝑥𝑥) − 2𝐷𝐷𝑥𝑥 (cos 𝑥𝑥) = 3 cos 𝑥𝑥 + 2 sin 𝑥𝑥
(2) 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 2 sin 𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 𝐷𝐷𝑥𝑥 (sin 𝑥𝑥) + sin 𝑥𝑥 (𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑥𝑥 2 ) = 𝑥𝑥 2 cos 𝑥𝑥 + 2𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥
𝑑𝑑 𝑑𝑑
𝑑𝑑 1+sin 𝑥𝑥 cos 𝑥𝑥( (1+sin 𝑥𝑥))−(1+sin 𝑥𝑥)( cos 𝑥𝑥)
(3) 𝑑𝑑𝑑𝑑
( cos 𝑥𝑥
)= 𝑑𝑑𝑑𝑑
(cos 𝑥𝑥)2
𝑥𝑥
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 57
Persamaan garis singgung:
𝑦𝑦 − 𝑦𝑦1 = 𝑚𝑚(𝑥𝑥 − 𝑥𝑥1 )
𝑦𝑦 − 0 = −3(𝑥𝑥 − 𝜋𝜋)
𝑦𝑦 = −3𝑥𝑥 + 𝜋𝜋
𝜋𝜋
(5) 𝑦𝑦 = 2 sin 𝑡𝑡 cm maka kecepatan garpu pada 𝑡𝑡 = 0, , 𝜋𝜋 adalah:
2
𝑑𝑑𝑑𝑑
= 2 cos 𝑡𝑡
𝑑𝑑𝑑𝑑
sehingga
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑡𝑡 = 0 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 2 cos 0 = 2
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜋𝜋 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝜋𝜋
𝑡𝑡 = 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 2 cos = 0
2 𝑑𝑑𝑑𝑑 2
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑡𝑡 = 𝜋𝜋 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 cos 𝜋𝜋 = −2
𝑑𝑑𝑑𝑑
(b) Teorema B
Untuk semua titik 𝑥𝑥 di dalam daerah asal fungsi:
𝐷𝐷𝑥𝑥 (tan 𝑥𝑥) = sec2 𝑥𝑥
𝐷𝐷𝑥𝑥 (cot 𝑥𝑥) = −csc2 𝑥𝑥
𝐷𝐷𝑥𝑥 (sec 𝑥𝑥) = sec 𝑥𝑥 tan 𝑥𝑥
𝐷𝐷𝑥𝑥 (csc 𝑥𝑥) = −csc 𝑥𝑥 cot 𝑥𝑥
Contoh:
(1) Tentukan 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 𝑛𝑛 tan 𝑥𝑥) untuk 𝑛𝑛 ≥ 1
𝜋𝜋
(2) Tentukan persamaan garis singgung terhadap grafik 𝑦𝑦 = tan 𝑥𝑥 pada titik ( , 1)
4
(3) Tentukan semua titik pada grafik 𝑦𝑦 = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠2 𝑥𝑥 yang mempunyai garis singgung
mendatar
Penyelesaian:
(1) Diterapakan hasil kali dengan teorema B, yaitu:
𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 𝑛𝑛 tan 𝑥𝑥) = 𝑥𝑥 𝑛𝑛 𝐷𝐷𝑥𝑥 (tan 𝑥𝑥) + tan 𝑥𝑥 (𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑥𝑥 𝑛𝑛 ) = 𝑥𝑥 𝑛𝑛 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑥𝑥 + 𝑛𝑛𝑥𝑥 𝑛𝑛−1 tan 𝑥𝑥
𝜋𝜋
(2) Persamaan garis singgung terhadap grafik 𝑦𝑦 = tan 𝑥𝑥 pada titik ( , 1)
4
𝑑𝑑𝑑𝑑
= 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑
58 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
𝜋𝜋
sehingga untuk titik ( , 1) maka:
4
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝜋𝜋 2
= 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑥𝑥 = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 = ( )2 = 2
𝑑𝑑𝑑𝑑 4 √2
Persamaan garis singgung:
𝜋𝜋
𝑦𝑦 − 1 = 2(𝑥𝑥 − )
4
𝜋𝜋
𝑦𝑦 − 1 = 2𝑥𝑥 − 2 ∙
4
𝜋𝜋
𝑦𝑦 = 2𝑥𝑥 − + 1
2
(3) Grafik 𝑦𝑦 = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠2 𝑥𝑥 yang mempunyai garis singgung mendatar:
𝑑𝑑 𝑑𝑑
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠2 𝑥𝑥 = (sin 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥) = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 cos 𝑥𝑥 + sin 𝑥𝑥 cos 𝑥𝑥 = 2 sin 𝑥𝑥 cos 𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
Hasil kali sin 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 cos 𝑥𝑥 adalah sama dengan nol ketika salah satu
𝜋𝜋 3𝜋𝜋
sin 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 cos 𝑥𝑥 sama dengan nol yaitu pada 𝑥𝑥 = 0, ± , ±𝜋𝜋, ± ,⋯
2 2
Soal-soal Latihan:
𝑑𝑑𝑑𝑑
1. Tentukan dari:
𝑑𝑑𝑑𝑑
3.10. 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 2 cos 𝑥𝑥
3.11. 𝑦𝑦 = 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡2 𝑥𝑥
𝜋𝜋
2. Tentukan persamaan garis singgung pada 𝑦𝑦 = sin 𝑥𝑥 di 𝑥𝑥 = 3
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 59
3.4. Aturan Rantai
Aturan rantai sangat penting sehingga sering digunakan dalam mendiferesnsiasikan,
sehingga ada teorema yaitu:
(a) Teorema A (Aturan Rantai)
Misalkan 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓 (𝑢𝑢) 𝑑𝑑𝑎𝑎𝑛𝑛 𝑢𝑢 = 𝑔𝑔(𝑥𝑥). Jika 𝑔𝑔 terdiferensiakan di 𝑥𝑥 dan 𝑓𝑓
terdiferensiakan di 𝑢𝑢 = 𝑔𝑔(𝑥𝑥), maka fungsi komposit 𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔 yang didefinisikan oleh
(𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔)(𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓(𝑔𝑔(𝑥𝑥 )) adalah terdiferensiasikan di 𝑥𝑥 dan
(𝑓𝑓 ∘ 𝑔𝑔)′ = 𝑓𝑓 ′ (𝑔𝑔(𝑥𝑥))𝑔𝑔′(𝑥𝑥)
yaitu
𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑓𝑓(𝑔𝑔(𝑥𝑥 ))) = 𝑓𝑓 ′(𝑔𝑔(𝑥𝑥))𝑔𝑔′(𝑥𝑥)
atau
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
=
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
(b) Penerapan Aturan Rantai
Contoh:
(1) Apabila 𝑦𝑦 = (2𝑥𝑥 2 − 4𝑥𝑥 + 1)60 maka tentukan 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦
1 𝑑𝑑𝑑𝑑
(2) Jika 𝑦𝑦 = tentukan
(2𝑥𝑥 5 −7)3 𝑑𝑑𝑑𝑑
13
𝑡𝑡 3 −2𝑡𝑡+1
(3) Tentukan 𝐷𝐷𝑡𝑡 ( )
𝑡𝑡 4 +3
𝑑𝑑𝑑𝑑
(4) Apabila 𝑦𝑦 = sin 2𝑥𝑥, tentukan 𝑑𝑑𝑑𝑑
60 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Penyelesaian:
(1) 𝑦𝑦 = (2𝑥𝑥 2 − 4𝑥𝑥 + 1)60 maka harus terpikirkan 𝑦𝑦 sebagai pangkat ke 60 suatu
fungsi 𝑥𝑥, yaitu:
𝑦𝑦 = 𝑢𝑢60
𝑢𝑢 = 2𝑥𝑥 2 − 4𝑥𝑥 + 1
Fungsi luar menjadi:
𝑓𝑓 (𝑢𝑢) = 𝑢𝑢60
Fungsi dalam menjadi:
𝑢𝑢 = 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = 2𝑥𝑥 2 − 4𝑥𝑥 + 1
sehingga diperoleh:
𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 = 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑓𝑓(𝑔𝑔(𝑥𝑥 ))
= 𝑓𝑓 (𝑢𝑢)𝑔𝑔(𝑥𝑥)
= (60𝑢𝑢59 )(4𝑥𝑥 − 4)
= 60(2𝑥𝑥 2 − 4𝑥𝑥 + 1)59 (4𝑥𝑥 − 4)
1
(2) 𝑦𝑦 = dengan memisalkan 𝑢𝑢, yaitu:
(2𝑥𝑥 5 −7)3
1
𝑦𝑦 = = 𝑢𝑢−3 dengan 𝑢𝑢 = 2𝑥𝑥 5 − 7
𝑢𝑢3
sehingga:
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
=
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
−3 −30𝑥𝑥 4
= (−3𝑢𝑢−4 )(10𝑥𝑥 4 ) = 4
∙ 10𝑥𝑥 4 =
𝑢𝑢 (2𝑥𝑥 5 − 7)4
13
𝑡𝑡 3 −2𝑡𝑡+1
(3) 𝐷𝐷𝑡𝑡 ( 𝑡𝑡 4 +3
)
13 13−1
𝑡𝑡 3 − 2𝑡𝑡 + 1 𝑡𝑡 3 − 2𝑡𝑡 + 1 𝑡𝑡 3 − 2𝑡𝑡 + 1
𝐷𝐷𝑡𝑡 ( ) = 13 ( ) 𝐷𝐷𝑡𝑡 ( )
𝑡𝑡 4 + 3 𝑡𝑡 4 + 3 𝑡𝑡 4 + 3
12
𝑡𝑡 3 − 2𝑡𝑡 + 1 (3𝑡𝑡 2 − 2)(𝑡𝑡 4 + 3) − (4𝑡𝑡 3 )(𝑡𝑡 3 − 2𝑡𝑡 + 1)
= 13 ( )
𝑡𝑡 4 + 3 (𝑡𝑡 4 + 3)2
12
𝑡𝑡 3 − 2𝑡𝑡 + 1 −𝑡𝑡 6 + 6𝑡𝑡 4 − 4𝑡𝑡 3 + 9𝑡𝑡 2 − 6
= 13 ( )
𝑡𝑡 4 + 3 (𝑡𝑡 4 + 3)2
(4) 𝑦𝑦 = sin 2𝑥𝑥
𝑦𝑦 = sin 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑢𝑢 = 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑
= (cos 2𝑥𝑥) ( 2𝑥𝑥) = 2 cos 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 61
(5) 𝐹𝐹 (𝑦𝑦) = 𝑦𝑦 sin 𝑦𝑦 2
𝐹𝐹 ′(𝑦𝑦) = 𝑦𝑦𝐷𝐷𝑦𝑦 (sin 𝑦𝑦 2 ) + (sin 𝑦𝑦 2 )𝐷𝐷𝑦𝑦 (𝑦𝑦)
= 𝑦𝑦(cos 𝑦𝑦 2 )𝐷𝐷𝑦𝑦 (𝑦𝑦 2 ) + (sin 𝑦𝑦 2 )(1)
= 2𝑦𝑦 2 cos 𝑦𝑦 2 + sin 𝑦𝑦 2
𝑥𝑥 2 (1−𝑥𝑥)3
(6) 𝐷𝐷𝑥𝑥 ( 1+𝑥𝑥
)
𝑑𝑑 1 𝑑𝑑 𝑑𝑑 −6
= (2𝑥𝑥 − 1)−3 = −3(2𝑥𝑥 − 1)−3−1 (2𝑥𝑥 − 1) =
𝑑𝑑𝑑𝑑 (2𝑥𝑥 − 1)3 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 (2𝑥𝑥 − 1)4
(8) 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 (4𝑥𝑥)
𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 (4𝑥𝑥 ) = 𝐷𝐷𝑥𝑥 [sin(4𝑥𝑥)]3 = 3[sin(4𝑥𝑥)]3−1 𝐷𝐷𝑥𝑥 [sin(4𝑥𝑥)]
= 3[sin(4𝑥𝑥)]2 𝐷𝐷𝑥𝑥 [sin(4𝑥𝑥)]
= 3[sin(4𝑥𝑥 )]2 cos 4𝑥𝑥 𝐷𝐷𝑥𝑥 (4𝑥𝑥)
= 3[sin(4𝑥𝑥 )]2 cos 4𝑥𝑥 (4)
= 12 cos 4𝑥𝑥 sin2 (4𝑥𝑥)
(9) 𝐷𝐷𝑥𝑥 sin[cos(𝑥𝑥 2 )]
𝐷𝐷𝑥𝑥 sin[cos(𝑥𝑥 2 )] = cos[cos(𝑥𝑥 2 )] ∙ [− sin(𝑥𝑥 2 )] ∙ 2𝑥𝑥
= −2𝑥𝑥 sin(𝑥𝑥 2 ) ∙ cos[cos(𝑥𝑥 2 )]
62 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
(10) Turunan-turunan dalam bentuk 𝐹𝐹(𝑥𝑥):
a. 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝐹𝐹 (𝑥𝑥 3 ))
𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝐹𝐹(𝑥𝑥 3 )) = 𝐹𝐹 ′(𝑥𝑥 3 )𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 )3 = 3𝑥𝑥 2 (𝐹𝐹′(𝑥𝑥 3 )
b. 𝐷𝐷𝑥𝑥 [(𝐹𝐹(𝑥𝑥 ))3 ]
𝐷𝐷𝑥𝑥 [(𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ))3 ] = 3[𝐹𝐹 (𝑥𝑥 )]2 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝐹𝐹(𝑥𝑥)) = 3[𝐹𝐹 (𝑥𝑥 )]2 𝐹𝐹′(𝑥𝑥)
Soal-soal Latihan:
1. Tentukan 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦:
a. 𝑦𝑦 = (1 + 𝑥𝑥)15
b. 𝑦𝑦 = (3 − 2𝑥𝑥)5
c. 𝑦𝑦 = (𝑥𝑥 3 − 2𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥 + 11)11
1
d. 𝑦𝑦 =
(𝑥𝑥+3)5
e. 𝑦𝑦 = sin(𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 )
f. 𝑦𝑦 = cos 3 𝑥𝑥
𝑥𝑥+1 3
g. 𝑦𝑦 = ( )
𝑥𝑥−1
3𝑥𝑥 2
h. 𝑦𝑦 = cos (𝑥𝑥+2)
i. 𝑦𝑦 = (3𝑥𝑥 − 2)2 (3 − 𝑥𝑥 2 )2
(𝑥𝑥+1)2
j. 𝑦𝑦 =
3𝑥𝑥−4
2. Tentukan turunan:
a. 𝑦𝑦 ′𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = (𝑥𝑥 2 + 4)2
3𝑡𝑡−2 3
b. 𝐷𝐷𝑡𝑡 ( )
𝑡𝑡+5
𝑑𝑑 (3𝑡𝑡−2)3
c. ( )
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑡𝑡+5
𝑑𝑑𝑑𝑑 sin 𝑥𝑥 3
d. 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = (
cos 2𝑥𝑥
)
𝑑𝑑𝑑𝑑
e. 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = [sin 𝑡𝑡 tan(𝑡𝑡 2 + 1)]
𝑑𝑑𝑑𝑑
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 63
4. Tentukan turunan dengan menggunakan aturan rantai:
a. 𝐷𝐷𝑥𝑥 [sin2 (𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥)]
b. 𝐷𝐷𝑡𝑡 [sin3 (cos 𝑡𝑡)]
c. 𝐷𝐷𝜃𝜃 [cos 4 (sin 𝜃𝜃 2 ]
𝑑𝑑
d. 𝑑𝑑𝑑𝑑
[sin{cos(sin 2𝑥𝑥)}]
5. Nyatakan turunan-turunan berikut dalam bentuk fungsi 𝐹𝐹(𝑥𝑥) diasumsikan bahwa 𝐹𝐹 dapat
dideferensiasikan:
a. 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝐹𝐹 (2𝑥𝑥 ))
b. 𝐷𝐷𝑥𝑥 ((𝐹𝐹 (𝑡𝑡))−2 )
𝑑𝑑 2
c. 𝑑𝑑𝑑𝑑
(1 + (𝐹𝐹 (2𝑧𝑧)))
𝑑𝑑
d. 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝐹𝐹(cos 𝑥𝑥)
64 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Notasi turunan yang umum dari 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) dikatakan turunan pertama yang dinotasikan:
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑦𝑦′ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝐷𝐷
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
𝑑𝑑𝑑𝑑
Khususnya untuk motasi Leibniz pada turunan kedua misalnya dinotasikan:
𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 2 𝑦𝑦
( ) 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑥𝑥 2
Notasi tersebut dibaca: turunan kedua dari 𝑦𝑦 terhadap 𝑥𝑥
Contoh:
(1) Apabila 𝑦𝑦 = sin 2𝑥𝑥, tentukan turunan ketiga, keempat dan keduabelas
(2) Sebuah benda bergerak di sepanjang garis koordinat sehingga posisinya 𝑠𝑠 memenuhi
𝑠𝑠 = 2𝑡𝑡 2 − 12𝑡𝑡 + 8 dimana 𝑠𝑠 diukur dalam cm dan 𝑡𝑡 dalam detik dengan 𝑡𝑡 ≥ 0.
a. Tentukan kecepatan benda ketika 𝑡𝑡 = 1 dan ketika 𝑡𝑡 = 6.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 65
b. Kapan kecepatannya nol?
c. Kapan kecepatannya positif?
(3) Sebuah benda bergerak di sepanjang garis koordinat mendatar sedemikian rupa
sehingga posisinya pada saat 𝑡𝑡 dinyatakan oleh:
𝑠𝑠 = 𝑡𝑡 3 − 12𝑡𝑡 2 + 36𝑡𝑡 − 30
𝑠𝑠 dalam satuan dm dan 𝑡𝑡 dalam satuan detik
a. Kapan kecepatan 0?
b. Kapan kecepatan positif?
c. Kapan titik itu bergerak mundur (yaitu ke kiri)?
d. Kapan percepatannya positif?
(4) Dari puncak gedung setinggi 160 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓, sebuah bola dilempar ke atas dengan kecepatan
awal 64 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 per detik.
a. Kapan bola mencapai ketinggian maksismum?
b. Berapa ketinggian maksimumnya?
c. Kapan bola membentur tanah?
d. Dengan laju berapa bola membentur tanah?
e. Berapa percepatannya pada 𝑡𝑡 = 2?
Penyelesaian:
(1) 𝑦𝑦 = sin 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑
= 2 cos 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑 2 𝑦𝑦
= −22 sin 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑
Turunan ketiga:
𝑑𝑑 3 𝑦𝑦
= −23 cos 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑
Turunan keempat:
𝑑𝑑 4 𝑦𝑦
= 24 sin 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑
Turunan ke dua belas:
𝑑𝑑12 𝑦𝑦
= 212 sin 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑
66 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
(2) Menggunakan lambing 𝑣𝑣(𝑡𝑡) untuk kecepatan pada saat 𝑡𝑡 maka:
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑣𝑣(𝑡𝑡) = = 4𝑡𝑡 − 12
𝑑𝑑𝑑𝑑
a. Kecepatan benda ketika 𝑡𝑡 = 1 dan ketika 𝑡𝑡 = 6.
𝑣𝑣(1) = 4(1) − 12 = −8 𝑐𝑐𝑐𝑐/𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑣𝑣 (6) = 4(6) − 12 = 12 𝑐𝑐𝑐𝑐/𝑑𝑑𝑑𝑑
b. Kecepatannya nol
Kecepatan nol ketika 4𝑡𝑡 − 12 = 0 yaitu saat 𝑡𝑡 = 3
c. Kecepatannya positif
Kecepatan positif ketika 4𝑡𝑡 − 12 > 0 yaitu saat 𝑡𝑡 > 3
Skema tampak sebagai berikut:
(3) 𝑠𝑠 = 𝑡𝑡 3 − 12𝑡𝑡 + 36𝑡𝑡 − 30, 𝑠𝑠 dalam satuan dm dan 𝑡𝑡 dalam satuan detik
a. Kecepatan nol:
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑣𝑣 = = 3𝑡𝑡 2 − 24𝑡𝑡 + 36 = 3(𝑡𝑡 − 2)(𝑡𝑡 − 6)
𝑑𝑑𝑑𝑑
Jadi 𝑣𝑣 = 0 pada 𝑡𝑡 = 2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑡𝑡 = 6
b. Kecepatan positif:
𝑣𝑣 > 0 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑡𝑡 − 2)(𝑡𝑡 − 6) > 0
Sehingga diperoleh:
𝑡𝑡 < 2 𝑎𝑎𝑡𝑡𝑡𝑡𝑢𝑢 𝑡𝑡 > 6
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 67
c. Kapan titik itu bergerak mundur ke kiri:
𝑣𝑣 < 0 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑡𝑡 − 2)(𝑡𝑡 − 6) < 0
Penyelesaian pertidaksamaan tersebut adalah berupa interval (2, 6)
d. Kapan percepatannya positif:
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎 > 0 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑎𝑎 = = 6𝑡𝑡 − 24 = 6(𝑡𝑡 − 4) > 0
𝑑𝑑𝑑𝑑
Sehingga diperoleh: 𝑎𝑎 > 0 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡 > 4
Tampak pada gambar berikut:
(4) Misalkan 𝑡𝑡 = 0 berkorespondensi dengan saat pada waktu bola dilempar, maka 𝑠𝑠0 =
160 dan 𝑣𝑣0 = 64 (𝑣𝑣0 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎), sehingga:
𝑠𝑠 = −16𝑡𝑡 2 + 𝑣𝑣0 𝑡𝑡 + 𝑠𝑠0
𝑠𝑠 = −16𝑡𝑡 2 + 64𝑡𝑡 + 160
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑣𝑣 = = −32𝑡𝑡 + 64
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎 = = −32
𝑑𝑑𝑑𝑑
a. Bola mencapai ketinggian maksimum, pada waktu kecepatannya 0 yaitu ketika:
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑣𝑣 = = −32𝑡𝑡 + 64 = 0 𝑡𝑡 = 2
𝑑𝑑𝑑𝑑
68 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Diperoleh:
4 ± √16 + 40 4 ± 2√14
𝑡𝑡 = = = 2 ± √14
2 2
Hanya jawaban positif yang dianggap masuk akal, sehingga bola membentur tanah
pada 𝑡𝑡 = 2 + √14 ≈ 5,74 detik.
d. Bola membentur tanah, saat 𝑡𝑡 = 2 + √14 maka diperoleh:
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑣𝑣 = = −32𝑡𝑡 + 64 = −32(2 + √14) + 64 ≈ −119,73
𝑑𝑑𝑑𝑑
Sehingga bola membentur tanah pada laju 119,73 feet per detik
e. Percepatannya pada 𝑡𝑡 = 2, maka:
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎 = = −32
𝑑𝑑𝑑𝑑
Sehingga percepatan selalu −32 feet per detik.
Hal ini merupakan percepatan gravitasi didekat permukaan air laut.
Soal-soal Latihan:
𝑑𝑑3 𝑦𝑦
1. Tentukan
𝑑𝑑𝑡𝑡 3
a. 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 + 3𝑥𝑥 2 + 6𝑥𝑥
b. 𝑦𝑦 = (3𝑥𝑥 + 5)3
c. 𝑦𝑦 = sin(7𝑥𝑥 )
1
d. 𝑦𝑦 =
𝑥𝑥−1
2. Tentukan 𝑓𝑓′′(2)
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 + 1
2
b. 𝑓𝑓 (𝑡𝑡) =
𝑡𝑡
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 69
4. Jika 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 + 3𝑥𝑥 2 − 45𝑥𝑥 − 6 maka tentukan 𝑓𝑓′′ pada setiap titik nol dari 𝑓𝑓′ yaitu
pada setiap titik 𝑐𝑐 yang memenuhi 𝑓𝑓′(𝑐𝑐)
1
5. Apabila 𝑠𝑠 = 𝑡𝑡 4 − 5𝑡𝑡 3 + 12𝑡𝑡 2 maka tentuka kecepatan benda bergerak tersebut ketika
2
percepatannya nol.
6. Dua benda bergerak di sepanjang suatu garis koordinat. Setelah 𝑡𝑡 detik jarak-jarak
berarahnya dari titik-titik asal, masing-masing diberikan oleh 𝑠𝑠1 = 4𝑡𝑡 − 3𝑡𝑡 2 dan 𝑠𝑠2 =
𝑡𝑡 2 − 2𝑡𝑡
a. Kapan keduanya mempunyai kecepatan sama?
b. Kapan keduanya mempunyai laju sama?
c. Kapan keduanya mempunyai posisi sama?
7. Sebuah benda yang dilemparkan langsung ke atas berada pada ketinggian yaitu 𝑠𝑠 =
−16𝑡𝑡 2 + 48𝑡𝑡 + 256 feet setelah 𝑡𝑡 detik.
a. Berapa kecepatan awalnya?
b. Kapan benda mencapai maksimum?
c. Berapa tinggi maksimumnya?
d. Laju berapa benda membentur tanah?
terlebih dahulu menyelesaikan secara gamblang persamaan yang diberikan untuk 𝑦𝑦 dalam 𝑥𝑥.
70 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
𝑑𝑑𝑑𝑑
(1) Tentukan 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 4𝑥𝑥 2 𝑦𝑦 − 3𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 − 1
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
(2) Tentukan 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 2 + 5𝑦𝑦 3 = 𝑥𝑥 + 9
𝑑𝑑𝑑𝑑
(3) Tentukan persamaan garis singgung pada kurva 𝑦𝑦 3 − 𝑥𝑥𝑦𝑦 2 + cos 𝑥𝑥𝑥𝑥 = 2 di titik (0, 1)
Penyelesaian:
𝑑𝑑𝑑𝑑
(1) 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 4𝑥𝑥 2 𝑦𝑦 − 3𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 − 1
𝑑𝑑𝑑𝑑
Dua jawaban dalam cara A & B tampak berbeda yaitu jawaban yang diperoleh cara A
dalam 𝑥𝑥 saja, sedangkan jawaban cara B dalam 𝑥𝑥 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑦𝑦.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 71
Sebenarnya jawaban cara B bisa dirubah dalam bentuk jawaban cara A dengan
𝑥𝑥 3 −1 𝑑𝑑𝑑𝑑
mensubstitusikan 𝑦𝑦 = ke dalam ekspresi untuk yang baru saja diperoleh,
4𝑥𝑥 2 −3 𝑑𝑑𝑑𝑑
sehingga didapat:
𝑑𝑑𝑑𝑑 3𝑥𝑥 2 − 8𝑥𝑥𝑥𝑥
=
𝑑𝑑𝑑𝑑 4𝑥𝑥 2 − 3
2 𝑥𝑥 3 − 1 3𝑥𝑥 2 (4𝑥𝑥 2 − 3) − 8𝑥𝑥(𝑥𝑥 3 − 1)
𝑑𝑑𝑑𝑑 3𝑥𝑥 2 − 8𝑥𝑥𝑥𝑥 3𝑥𝑥 − 8𝑥𝑥 (4𝑥𝑥 2 − 3) 4𝑥𝑥 2 − 3
= 2
= 2
=
𝑑𝑑𝑑𝑑 4𝑥𝑥 − 3 4𝑥𝑥 − 3 4𝑥𝑥 2 − 3
1 12𝑥𝑥 4 − 9𝑥𝑥 2 − 8𝑥𝑥 4 + 8𝑥𝑥 4𝑥𝑥 4 − 9𝑥𝑥 2 + 8𝑥𝑥
= ∙ =
4𝑥𝑥 2 − 3 4𝑥𝑥 2 − 3 (4𝑥𝑥 2 − 3)2
𝑑𝑑𝑑𝑑
(2) 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 2 + 5𝑦𝑦 3 = 𝑥𝑥 + 9
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑 2 𝑑𝑑
(𝑥𝑥 + 5𝑦𝑦 3 ) = (𝑥𝑥 + 9)
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
2𝑥𝑥 + 15𝑦𝑦 2 =1
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
15𝑦𝑦 2 = 1 − 2𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑 1 − 2𝑥𝑥
=
𝑑𝑑𝑑𝑑 15𝑦𝑦 2
(3) Persamaan garis singgung pada kurva 𝑦𝑦 3 − 𝑥𝑥𝑦𝑦 2 + cos 𝑥𝑥𝑥𝑥 = 2, dengan
mendiferensiasikan kedua ruas dan menyamakan hasilnya, sehingga diperoleh:
𝑦𝑦 3 − 𝑥𝑥𝑦𝑦 2 + cos 𝑥𝑥𝑥𝑥 = 2
3𝑦𝑦 2 𝑦𝑦 ′ − 𝑥𝑥(2𝑦𝑦𝑦𝑦 ′) − 𝑦𝑦 2 − (sin 𝑥𝑥𝑥𝑥)(𝑥𝑥𝑦𝑦 ′ + 𝑦𝑦) = 0
3𝑦𝑦 2 𝑦𝑦 ′ − 2𝑥𝑥𝑥𝑥𝑦𝑦 ′ − 𝑦𝑦 2 − 𝑥𝑥𝑥𝑥′(sin 𝑥𝑥𝑥𝑥) − 𝑦𝑦(sin 𝑥𝑥𝑥𝑥) = 0
𝑦𝑦′(3𝑦𝑦 2 − 2𝑥𝑥𝑥𝑥 − 𝑥𝑥(sin 𝑥𝑥𝑥𝑥)) = 𝑦𝑦 2 + 𝑦𝑦(sin 𝑥𝑥𝑥𝑥)
𝑦𝑦 2 + 𝑦𝑦(sin 𝑥𝑥𝑥𝑥)
𝑦𝑦 ′ =
3𝑦𝑦 2 − 2𝑥𝑥𝑥𝑥 − 𝑥𝑥(sin 𝑥𝑥𝑥𝑥)
1
Di titik (0, 1) maka 𝑦𝑦 ′ = , sehingga persamaan garis singgung di (0, 1) yaitu:
3
1
𝑦𝑦 − 1 = (𝑥𝑥 − 0)
3
1
𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 + 1
3
72 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Teorema A (Aturan Pangkat):
Misalkan 𝑟𝑟 sebarang bilangan rasional, maka untuk 𝑥𝑥 > 0
𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 𝑟𝑟 ) = 𝑟𝑟𝑥𝑥 𝑟𝑟−1
𝑝𝑝
Jika 𝑟𝑟 dapat dituliskan dalam suku terendah sebagai 𝑟𝑟 = 𝑞𝑞 dengan 𝑞𝑞ganjil maka:
Misalkan:
𝑝𝑝
𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 𝑥𝑥 𝑞𝑞 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑦𝑦 𝑞𝑞 = 𝑥𝑥 𝑝𝑝
Dan diferensiasi implisit yaitu:
𝑞𝑞𝑦𝑦 𝑞𝑞−1 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 = 𝑝𝑝𝑥𝑥 𝑝𝑝−1
Sehingga diperoleh:
𝑝𝑝𝑥𝑥 𝑝𝑝−1 𝑝𝑝 𝑥𝑥 𝑝𝑝−1 𝑝𝑝 𝑥𝑥 𝑝𝑝−1 𝑝𝑝 𝑝𝑝−1−𝑝𝑝+𝑝𝑝 𝑝𝑝 𝑝𝑝−1
𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 = 𝑞𝑞−1
= ∙ 𝑞𝑞−1 = ∙ 𝑝𝑝 == 𝑥𝑥
𝑞𝑞 = 𝑥𝑥 𝑞𝑞 = 𝑟𝑟𝑥𝑥 𝑟𝑟−1
𝑞𝑞𝑦𝑦 𝑞𝑞 𝑝𝑝 𝑞𝑞 𝑝𝑝−𝑞𝑞 𝑞𝑞 𝑞𝑞
(𝑥𝑥 𝑞𝑞 ) 𝑥𝑥
Contoh:
5
Jika 𝑦𝑦 = 2𝑥𝑥 3 + √𝑥𝑥 2 + 1 maka tentukan 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦
Penyelesaian:
Dengan menggunakan teorema A dan aturan rantai maka diperoleh:
5
𝑦𝑦 = 2𝑥𝑥 3 + √𝑥𝑥 2 + 1
5 1 5 5 1 1 10 2 𝑥𝑥
𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 = 2𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑥𝑥 3 + 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 2 + 1)2 == 2 ∙ 𝑥𝑥 3−1 + (𝑥𝑥 2 + 1)2−1 ∙ (2𝑥𝑥 ) == 𝑥𝑥 3 +
3 2 3 √𝑥𝑥 2 + 1
Soal Latihan:
1. Asumsikan bahwa masing-masing persamaan berikut mendefinisikan sebuah fungsi
dalam 𝑥𝑥 yang terdiferensiasi. Tentukan 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝑦𝑦 dengan menggunakan diferensiasi implisit:
a. 𝑦𝑦 2 − 𝑥𝑥 2 = 1
b. 𝑥𝑥𝑥𝑥 = 1
c. 𝑥𝑥𝑦𝑦 2 = 𝑥𝑥 − 8
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 73
d. 4𝑥𝑥 2 + 7𝑥𝑥𝑦𝑦 2 = 2𝑦𝑦 3
e. √5𝑥𝑥𝑥𝑥 + 2𝑦𝑦 = 𝑦𝑦 2 + 𝑥𝑥𝑦𝑦 3
f. 𝑥𝑥𝑥𝑥 + sin(𝑥𝑥𝑥𝑥) = 1
2. Tentukan persamaan garis singgung sesuai dengan titik yang telah ditentukan:
a. 𝑥𝑥 3 𝑦𝑦 + 𝑦𝑦 3 𝑥𝑥 = 30 di titik (1, 3)
𝜋𝜋
b. sin(𝑥𝑥𝑥𝑥) = 𝑦𝑦 di titik ( , 1)
2
2 2
c. 𝑥𝑥 − 𝑦𝑦 − 2𝑦𝑦 = 2 di titik (1, −1)
3 3
𝑑𝑑𝑑𝑑
3. Tentukan
𝑑𝑑𝑑𝑑
5
a. 𝑦𝑦 = 3𝑥𝑥 3 + √𝑥𝑥
1
b. 𝑦𝑦 = 3√𝑥𝑥 + 3
𝑥𝑥 √
3
c. 𝑦𝑦 = √3𝑥𝑥 2 − 4𝑥𝑥
1
d. 𝑦𝑦 = 2
(𝑥𝑥 3 +2𝑥𝑥)3
e. 𝑦𝑦 = √𝑥𝑥 2 + sin 𝑥𝑥
1
f. 𝑦𝑦 = 3
√𝑥𝑥 2 +sin 𝑥𝑥
4
g. 𝑦𝑦 = √1 + cos(𝑥𝑥 2 + 2𝑥𝑥)
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
4. Apabila 𝑠𝑠 2 𝑡𝑡 + 𝑟𝑟 3 = 1 maka tentukan 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
5. Apabila 𝑦𝑦 = sin(𝑥𝑥 2 ) + 2𝑥𝑥 3 maka tentukan 𝑑𝑑𝑑𝑑
tidak mencoba memberikan makna tersendiri pada 𝐷𝐷𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐷𝐷𝑥𝑥 sehingga perlu memberikan
makna terhadap 𝐷𝐷𝑦𝑦 dan terhadap 𝐷𝐷𝑥𝑥
74 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
1. Definisi Diferensial:
Misalkan 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) adalah fungsi terdiferensiasi dari variabel bebas 𝑥𝑥.
∆𝑥𝑥 adalah pertambahan sebarang dalam variabel bebas 𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑 disebut diferensial variabel bebas 𝑥𝑥, adalah sama dengan ∆𝑥𝑥
∆𝑥𝑥 adalah perubahan sebenarnya dalam variabel 𝑦𝑦 ketika 𝑥𝑥 berubah dari 𝑥𝑥 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 + ∆𝑥𝑥
yaitu 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 + ∆𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑥𝑥)
𝑑𝑑𝑑𝑑 disebut diferensial variabel tak bebas 𝑦𝑦, didefinisikan oleh 𝑑𝑑𝑦𝑦 = 𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑
Contoh:
Tentukan 𝑑𝑑𝑑𝑑 apabila:
(1) 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 − 3𝑥𝑥 + 1
(2) 𝑦𝑦 = √𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥
(3) 𝑦𝑦 = sin(𝑥𝑥 4 − 3𝑥𝑥 2 + 11)
Penyelesaian:
Apabila telah mengetahui bagaimana menghitung turunan maka tahu bagaimana
menghitung diferensial, sehingga cukup menghitung turunan dan mengalikannya dengan
𝑑𝑑𝑑𝑑
(1) 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 − 3𝑥𝑥 + 1 maka:
𝑑𝑑𝑑𝑑 = (3𝑥𝑥 2 − 3)𝑑𝑑
(2) 𝑦𝑦 = √𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥 maka:
1
𝑦𝑦 = (𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥 )2
1 2 1
𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝑥𝑥 + 3𝑥𝑥 )−2 (2𝑥𝑥 + 3)𝑑𝑑𝑑𝑑
2
1 2𝑥𝑥 + 3 2𝑥𝑥 + 3
𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∙ 1 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑑𝑑𝑑𝑑
2 ( 2 2√𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥
𝑥𝑥 + 3𝑥𝑥 )−2
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 75
(3) 𝑦𝑦 = sin(𝑥𝑥 4 − 3𝑥𝑥 2 + 11) maka:
𝑑𝑑𝑑𝑑 = cos(𝑥𝑥 4 − 3𝑥𝑥 2 + 11) ∙ (4𝑥𝑥 3 − 6𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) =
𝑑𝑑𝑑𝑑
2. Aproksimasi
Diferensial mempermainkan beberapa peranan, tetapi saat ini penggunaan utamanya
yaitu dalam penyediaan aproksimasi. Misalkan, 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) yang tampak dalam gambar
berikut:
76 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Pertambahan ∆𝑥𝑥 menghasilkan pertambahan yang berkorespondensi ∆𝑦𝑦 dalam 𝑦𝑦 yang
dapat dihampiri oleh 𝑑𝑑𝑑𝑑, sehingga 𝑓𝑓(𝑥𝑥 + ∆𝑥𝑥) dihampiri oleh:
𝑓𝑓(𝑥𝑥 + ∆𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) + 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) + 𝑓𝑓(𝑥𝑥)∆𝑥𝑥
Rumus tersebut sebagai acuan dalam menyelesaian permaslahan yang ada.
Contoh:
(1) Misalkan Anda memmerlukan aproksimasi yang baik terhadap √4, 6 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 √8, 2
tetapi kalkulutor Anda mati. Apa yang mungkin Anda kerjakan?
(2) Gunakan diferensial untuk mengaproksimasikan pertambahan luas sebuah
gelombang sabun pada saat jari-jarinya bertambah dari 3 inci menjadi 3,25 inci.
Penyelesaian:
(1) Tinjau grafik 𝑦𝑦 = √𝑥𝑥 yang disketsakan dalam gambar berikut:
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 77
Pada saat 𝑥𝑥 = 4 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0,6 memiliki nilai:
1 0, 6
𝑑𝑑𝑑𝑑 = (0, 6) = = 0,15
2√4 4
Sehingga diperoleh: √4, 6 ≈ √4 + 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 + 0,15 = 2,15
Ketika 𝑥𝑥 berubah dari 9 ke 8, 2 maka √𝑥𝑥 berubah dari √9 = 3 ke (secara
aproksimasi) √9 + 𝑑𝑑𝑑𝑑
Pada saat 𝑥𝑥 = 9 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 = −0, 8 memiliki nilai:
1
𝑦𝑦 = √𝑥𝑥 = 𝑥𝑥 2
1 1 1
𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑥𝑥 −2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑑𝑑𝑑𝑑
2 2√𝑥𝑥
1 −0, 8
𝑑𝑑𝑑𝑑 = (−0, 8) = ≈ −0,133
2√9 6
Sehingga diperoleh: √8, 2 ≈ √9 + 𝑑𝑑𝑑𝑑 ≈ 3 − 0, 133 = 2,867
Nilai-nilai aproksimasi 2, 15 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 2, 867 boleh dibandingkan terhadap nilai-nilai
yang sebenarnya hingga empat posisi decimal yaitu 2, 1448 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 2, 8636
(2) Luas gelembung bola sabun diberikan oleh 𝐴𝐴 = 4𝜋𝜋𝑟𝑟 2 maka boleh mengaproksimasi
nilai sebenarnya, ∆𝐴𝐴 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 dengan:
𝐴𝐴 = 4𝜋𝜋𝑟𝑟 2
𝑑𝑑𝑑𝑑 = 8𝜋𝜋𝜋𝜋 𝑑𝑑𝑑𝑑
Pada 𝑟𝑟 = 3 dan ∆𝑟𝑟 = 0,025 maka: 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 8𝜋𝜋(3)(0,025) ≈ 1,885 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
Soal Latihan:
Tentukan 𝑑𝑑𝑑𝑑:
(1) 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 − 3
(2) 𝑦𝑦 = (2𝑥𝑥 + 3)−4
(3) 𝑦𝑦 = (sin 𝑥𝑥 + cos 𝑥𝑥 )3
−3
(4) 𝑦𝑦 = (7𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥 − 1) 2
(5) 𝑦𝑦 = √(𝑡𝑡 2 − cos 𝑡𝑡 + 2)3
78 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
BAB IV
APLIKASI TURUNAN
1. Definisi:
Misalkan 𝑆𝑆, daerah asal 𝑓𝑓, mengandung titik 𝑐𝑐. Dikatakan bahwa:
a. 𝑓𝑓(𝑐𝑐) adalah nilai maksimum 𝑓𝑓 pada 𝑆𝑆 jika 𝑓𝑓(𝑐𝑐) ≥ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) untuk semua 𝑥𝑥 di 𝑆𝑆
b. 𝑓𝑓(𝑐𝑐) adalah nilai minimum 𝑓𝑓 pada 𝑆𝑆 jika 𝑓𝑓(𝑐𝑐) ≤ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) untuk semua 𝑥𝑥 di 𝑆𝑆
c. 𝑓𝑓(𝑐𝑐) adalah nilai ekstrim 𝑓𝑓 pada 𝑆𝑆 jika ia adalah nilai maksimum atau nilai
minimum
d. Fungsi yang ingin kita maksimumkan atau minimumkan adalah fungsi objektif
Apakah 𝑓𝑓 mempunyai nilai maksimum (atau minimum) pada 𝑆𝑆? Jawabannya bergantung
pertama-tama pada himpunan 𝑆𝑆 tersebut dengan meninjau fungsi sebagi berikut:
1
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑆𝑆 = (0, ∞); fungsi ini tidak mempunyai nilai maksimum atau
minimum.
1
b. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑆𝑆 = [1, 3]; fungsi ini mempunyai nilai maksimum:
𝑥𝑥
1
𝑓𝑓 (1) = 1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑓𝑓(3) = 3.
1
c. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑆𝑆 = (1,3]; fungsi ini tidak mempunyai nilai maksimum dan nilai
𝑥𝑥
1
minimum 𝑓𝑓 (3) =
3
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 79
Jawaban juga tergantung pada jenis fungsi dengan meninjau fungsi diskontinu yang
didefinisikan:
𝑥𝑥, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 ≤ 𝑥𝑥 < 2
𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = {
𝑥𝑥 − 2, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 2 ≤ 𝑥𝑥 ≤ 3
Pada 𝑆𝑆 = [1, 3], fungsi 𝑔𝑔 tidak mempunyai nilai maksimum (cukup dekat dengan 2 tetapi
tidak pernah mencapainya) dan mempunyai nilai minimum 𝑔𝑔(2) = 0.
80 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Umumnya fungsi objektif mempunyai suatu interval 𝐼𝐼 sebagai daerah asalnya, tetapi
interval ini boleh berupa sebarang dari berbagai type interval. Beberapa permasalahan
yaitu:
a. Misalkan 𝐼𝐼 = [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] yang memuat kedua titik ujungnya; [𝑎𝑎, 𝑏𝑏) hanya memuat tiitk
ujung kiri; (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) sama sekali tidak memuat titik ujung.
Nilai-nilai ekstrim dari fungsi yang didefinisikan pada interval tertutup seringkali
terjadi pada titik-titik ujung yang tampak pada gambar berikut:
b. Jika 𝑐𝑐 sebuah titik tempat 𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 0 disebut titik stasioner. Nama itu dari fakta
bahwa pada titik stasioner maka grafik 𝑓𝑓 mendatar katen garis singgung mendatar.
Nilai-nilai ekstrim seringkali terjadi pada titik stasioner yang tampak pada gambar
berikut:
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 81
c. Jika 𝑐𝑐 merupakan titik dalam dari 𝐼𝐼 dan 𝑓𝑓′ tidak ada maka titik 𝑐𝑐 disebut titik
singular. Pada titik singular maka 𝑓𝑓 memiliki sudut yang tajam, garis singgung
vertical, atau berupa loncatan, atau di dekatnya grafik bergoyang sangat buruk.
Nilai-nilai ekstrim dapat terjadi pada titik-titik singular yang tampak pada gambar
berikut:
d. Ketiga jenis titik yaitu titik ujung, titik stasioner dan titik singular merupakan titik-
titik kunci dari teori maksimum minimum. Sebarang titik dalam daerah asal fungsi
𝑓𝑓 yang termasuk salah satu dari tiga type ini disebut titik kritis.
Contoh:
1
Tentukan titik-titik kritis dari 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = −2𝑥𝑥 3 + 3𝑥𝑥 2 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 [− 2 , 2]
Penyelesaian:
1
Titik-titik ujung adalah − 2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 2.
82 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Bukti:
Perhatikan pada kasus pertama, dengan 𝑓𝑓(𝑐𝑐) adalah nilai maksismum 𝑓𝑓 pada 𝐼𝐼 dan
misalkan bahwa 𝑐𝑐 bukan titik ujung ataupun titik singular maka harus dibuktikan bahwa 𝑐𝑐
adalah titik stasioner.
Sekarang, karena 𝑓𝑓(𝑐𝑐) adalah nilai maksimum maka 𝑓𝑓(𝑥𝑥) ≤ 𝑓𝑓(𝑐𝑐) untuk semua 𝑥𝑥 dalam 𝐼𝐼
yaitu:
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐) ≤ 0
Jika 𝑥𝑥 < 𝑐𝑐 sehingga 𝑥𝑥 − 𝑐𝑐 < 0 maka:
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
≥0 (1)
𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
Sedangkan jika 𝑥𝑥 > 𝑐𝑐 maka:
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) − 𝑓𝑓(𝑐𝑐)
≤0 (2)
𝑥𝑥 − 𝑐𝑐
Tetapi 𝑓𝑓 ′(𝑐𝑐 )𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎, karena 𝑐𝑐 bukan titik singular.
Akibanya, ketika misalkan 𝑥𝑥 → 𝑐𝑐 − dalam (1) dan 𝑥𝑥 → 𝑐𝑐 + dalam (2) maka diperoleh
masing-masing 𝑓𝑓 ′(𝑐𝑐 ) ≥ 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑓𝑓′(𝑐𝑐) ≤ 0, sehinga disimpulkan bahwa 𝑓𝑓 ′(𝑐𝑐 ) = 0 (dalam
pembuktian ini berarti digunakan fakta bahwa pertidaksamaan ≤ tidak beribah pada
operasi pengambilan limit.
4. Nilai Ekstrim
Dari teorema A dan B dapat disederhanakan saat menghitung nilai maksimum dan nilai
minimum suatu fungsi kontinu 𝑓𝑓 pada 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝐼𝐼.
Langkah 1: carilah titik-titik kritis 𝑓𝑓 pada 𝐼𝐼
Langkah 2: hitunglah 𝑓𝑓 pada setiap titik kritis, yang terbesar diantara nilai-nilai
adalah maksimum dan yang terkecil adalah minimum
Contoh:
Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum dari 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 pada [−2, 2]
Penyelesaian:
𝑓𝑓′(𝑥𝑥 ) = 3𝑥𝑥 2
Ketika 𝑥𝑥 = 0 maka 𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 0 maka titik kritisnya adalah 𝑥𝑥 = 0 dan titik-titik ujungnya
adalah 𝑥𝑥 = −2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 2.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 83
Perhitungan 𝑓𝑓 pada titik-titik kritis menghasilkan:
𝑓𝑓 (−2) = −8, 𝑓𝑓 (0) = 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑓𝑓 (2) = 8
Jadi nilai maksimum 𝑓𝑓 adalah 8 (tercapai di 𝑥𝑥 = 2) dan nilai minimum adalah −8
(tercapai di 𝑥𝑥 = −2).
Perhatikan pada contoh di atas, tampak bahwa 𝑓𝑓 ′(0) = 0 tetapi 𝑓𝑓 tidak mencapai suatu
minimum ataupun maksimum di 𝑥𝑥 = 0. Hal ini tidak bertentangan dengan teorema B
karena teorema B menyatakan bahwa jika 𝑐𝑐 adalah titik kritis maka 𝑓𝑓 (𝑐𝑐 ) adalah suatu
minimum atau maksimum dan teprema B menyatakan bahwa jika 𝑓𝑓 (𝑐𝑐 ) adalah minimum
atau maksimum maka 𝑐𝑐 adalah titik kritis.
Contoh:
(1) Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum dari:𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = −2𝑥𝑥 3 + 3𝑥𝑥 2 pada
1
[− , 2]
2
2
(2) Fungsi 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 kontinu dimana-mana. Tentukan nilai-nilai maksimum dan
minimumnya pada [−1,2]
(3) Tentukan nilai maksimum dan minimum dari 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 + 2 cos 𝑥𝑥 pada [−𝜋𝜋, 2𝜋𝜋]
Penyelesaian:
1
(1) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = −2𝑥𝑥 3 + 3𝑥𝑥 2 pada [− , 2], maka:
2
−4 (dicapai di 2).
84 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
2
(2) Fungsi 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 pada [−1,2], maka:
2 −1
𝐹𝐹 ′(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3
3
sehingga diperoleh:
1
2
𝐹𝐹 ′ (𝑥𝑥 ) = 3 𝑥𝑥 −3 tidak pernah nol, tetapi 𝐹𝐹′(𝑥𝑥) tidak ada dan 0 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 85
(3) Fungsi 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 + 2 cos 𝑥𝑥 pada [−𝜋𝜋, 2𝜋𝜋], maka:
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 1 − 2 sin 𝑥𝑥
1
Yang terdefinisi pada (−𝜋𝜋, 2𝜋𝜋) dan 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 sin 𝑥𝑥 = 2.
1
Satu-satunya dalam interval [−𝜋𝜋, 2𝜋𝜋] yang memenuhi sin 𝑥𝑥 = 2 adalah:
𝜋𝜋 5𝜋𝜋
𝑥𝑥 = 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 =
6 6
𝜋𝜋 5𝜋𝜋
Sehingga diperoleh titik-titik kritis adalah −𝜋𝜋, 6 , 6
, 2𝜋𝜋
86 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Soal-soal latihan:
1. Telaah Konsep:
a. Suatu fungsi ……………. pada suatu interval …………… akan selalu mempunyai
nilai maksimum dan nilai minimum pada interval tersebut.
b. Istilah nilai …….. menyatakan suatu nilai maksimum dan minimum
c. Suatu fungsi dapat mencapai nilai ekstrim hanya pada titik kritis. Titik-titik kritis
ada tiga tipe yaitu : …………………, …………….. dan ……………….
d. Titik stasioner untuk 𝑓𝑓 adalah sebuah nilai 𝑐𝑐 sedemikian hingga ……………. dan
titik singular untuk 𝑓𝑓 adalah sebuah nilai 𝑐𝑐 sehingga ………………………
2. Tentukan titik-titik kritis, nilai maksimum dan nilai minimum pada interval yang
diberikan:
a. 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 + 4𝑥𝑥 + 4 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑑𝑑𝑎𝑎 𝐼𝐼 = [−4,0]
b. ℎ(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 + 3𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼 = [−2,1]
1
c. 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼 = [−1,3]
𝑥𝑥
3. Tentukan titik-titik kritis dan nilai ekstrim pada [−1,5] untuk masing-masing fungsi:
a. 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 − 6𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 + 2
b. 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = |𝑓𝑓(𝑥𝑥)|
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 87
4.2. Kemonotonan dan kecekungan
Sebagai ilustrasi untuk memahami grafik naik dan grafik turun, maka perhatikan gambar
berikut:
Dari gambar tersebut dapat dikatakan bahwa 𝑓𝑓 turun di kiri 𝑐𝑐 dan naik di kanan 𝑐𝑐.
Definisi:
Misalkan 𝑓𝑓 terdefinisi pada interval 𝐼𝐼 (terbuka, atau tak satupun). Dikatakan bahwa:
a. 𝑓𝑓 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼, jika untuk setiap pasangan bilangan 𝑥𝑥1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥2 dalam 𝐼𝐼 maka:
𝑥𝑥1 < 𝑥𝑥2 ⟹ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥1 ) < 𝑓𝑓 (𝑥𝑥2 )
b. 𝑓𝑓 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼, jika untuk setiap pasangan bilangan 𝑥𝑥1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥2 dalam 𝐼𝐼 maka:
𝑥𝑥1 < 𝑥𝑥2 ⟹ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥1 ) > 𝑓𝑓 (𝑥𝑥2 )
c. 𝑓𝑓 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼, jika 𝑓𝑓 naik pada 𝐼𝐼 atau turun pada 𝐼𝐼
88 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Teorema A (Teorema Kemonotonan):
Misalkan 𝑓𝑓 kontinu ada interval 𝐼𝐼 dan terdefinisikan pada setiap titik dalam dari 𝐼𝐼 maka:
a. Jika 𝑓𝑓′(𝑥𝑥) > 0 untuk semua titik-dalam 𝐼𝐼 maka 𝑓𝑓 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐼𝐼
b. Jika 𝑓𝑓′(𝑥𝑥) < 0 untuk semua titik-dalam 𝐼𝐼 maka 𝑓𝑓 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎 𝐼𝐼
Contoh:
(1) Jika 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 2𝑥𝑥 3 − 3𝑥𝑥 2 − 12𝑥𝑥 + 7, tentukan dimana 𝑓𝑓 naik dan dimana 𝑓𝑓 turun
𝑥𝑥
(2) Tentukan dimana 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = ( menaik dan menurun
1+𝑥𝑥 2 )
Penyelesaian:
(1) Diawali dengan mencari turunan 𝑓𝑓
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 2𝑥𝑥 3 − 3𝑥𝑥 2 − 12𝑥𝑥 + 7
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 6𝑥𝑥 2 − 6𝑥𝑥 − 12 = 6(𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 − 2)
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 6(𝑥𝑥 + 1)(𝑥𝑥 − 2)
Selanjutnya mencari nilai 𝑥𝑥 yang memenuhi:
(𝑥𝑥 + 1)(𝑥𝑥 − 2) > 0
Dan juga yang memenuhi:
(𝑥𝑥 + 1)(𝑥𝑥 − 2) < 0
Sehingga diperoleh:
𝑥𝑥 = −1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 2
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 89
Dengan interval yaitu: (−∞, −1), (−1, 2), (2, ∞), yang dilakukan titik-titik uji,
maka:
+ - +
-1 2
Karena penyebut harus selalu positif maka maka 𝑔𝑔′(𝑥𝑥) mempunyai tanda sama
yaitu (1 − 𝑥𝑥)(1 + 𝑥𝑥), sehingga diperoleh:
𝑥𝑥 = −1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 1
Dengan interval yaitu: (−∞, −1), (−1,1), (1, ∞), yang dilakukan titik-titik uji,
maka:
- + -
-1 1
90 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Menurut teorema A diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Fungsi turun pada (−∞, −1) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (1, ∞)
b. Fungsi naik pada (−1, 1)
Keterkaitan dengan teorema A maka dapat dikatakan bahwa turunan kedua dari 𝑓𝑓 adalah
turunan pertama dari 𝑓𝑓′, sehingga 𝑓𝑓 ′𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑓𝑓 ′′𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑓𝑓 ′𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑓𝑓 ′′ 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 91
Contoh:
1
(1) Dimana 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 − 𝑥𝑥 2 − 3𝑥𝑥 + 4 menaik, menurun, cekung ke atas dan
3
cekung ke bawah?
𝑥𝑥
(2) Dimana 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = ( cekung ke atas dan dimana cekung ke bawah? Sketsalah
1+𝑥𝑥 2 )
grafiknya 𝑔𝑔.
Penyelesaian:
1
(1) Fungsi 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 − 𝑥𝑥 2 − 3𝑥𝑥 + 4 dengan turunan:
3
+ - +
-1 3
Diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Fungsi 𝑓𝑓 menaik pada (−∞, 1]𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 [3, ∞)
b. Fungsi 𝑓𝑓 turun pada (−1, 3)
92 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Dengan intervalnya:
(−∞, 1)𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (1, ∞)
+ -
1
Diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Fungsi 𝑓𝑓 cekung ke bawah pada (-∞, 1)
b. Fungsi 𝑓𝑓 cekung ke atas pada (1, ∞)
𝑥𝑥
(2) Fungsi 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = (
1+𝑥𝑥 2 )
𝑥𝑥
𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = (
1+𝑥𝑥 2 )
Karena penyebut harus selalu positif maka 𝑔𝑔′(𝑥𝑥) mempunyai tanda sama yaitu
(1 − 𝑥𝑥)(1 + 𝑥𝑥), sehingga diperoleh:
𝑥𝑥 = −1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 1
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 93
Dengan interval yaitu: (−∞, −1), (−1,1), (1, ∞), yang dilakukan titik-titik uji,
maka:
- + -
-1 1
Dengan interval (−∞, −√3), (−√3, 0), (0, √3), (√3, ∞) dengan dilakukan
titik-titik uji:
- + - +
-√3 0 √3
94 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Sketsa grafik:
3. Titik Belok
Misalkan 𝑓𝑓 kontinu di 𝑐𝑐, maka (𝑐𝑐, 𝑓𝑓 (𝑐𝑐 )) merupakan suatu titik belok (inflection point) dari
grafik 𝑓𝑓 jika 𝑓𝑓 cekung ke atas pada suatu sisi dan cekung ke bawah pada sisi lainnya dari 𝑐𝑐,
dengan beberapa kemungkinan:
Titik-titik dimana 𝑓𝑓 ′′′ (𝑥𝑥 ) = 0 atau dimana 𝑓𝑓 ′′′ (𝑥𝑥 ) 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 merupakan calon-calon titik
belok. Kata calon berarti ada kemungkinan berhasil atau gagal sebagai ttitik belok, misalnya
titik dengan 𝑓𝑓′′′(𝑥𝑥 ) = 0 mungkin gagal menjadi suatu titik belok.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 95
Contoh:
(1) Untuk 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 4 dengan gambar berikut:
Diperoleh bahwa benar 𝑓𝑓 ′′′ (𝑥𝑥 ) = 0 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑓𝑓 ′′′(0) = 0, tetapi titik asal bukan titik
belok. Hal ini karena dalam mencar titik belok, diawali dengan mengenali apakah
titik-titik dengan sifat 𝑓𝑓 ′′′ (𝑥𝑥 ) = 0 (dan titik dimana 𝑓𝑓 ′′′(𝑥𝑥 ) 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎), selanjutnya
memeriksa apakah titik-titik tersebut benar-benar merupakan titik-titik belok.
1
(2) Perhatikan saat grafik 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 − 𝑥𝑥 2 − 3𝑥𝑥 + 4 (contoh seselumnya)
3
Tampak terlihat bahwa fungsi tersebut memiliki tiga titik belok yaitu
3 3
(−√3, −√ ) , (0,0)𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (√3, √ )
4 4
96 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
1
(3) Tentukan semua titik belok untuk 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 + 2
Penyelesaian:
1
𝑓𝑓′(𝑥𝑥 ) = 2
3𝑥𝑥 3
2
𝑓𝑓 ′′(𝑥𝑥) =− 5
9𝑥𝑥 3
Turunan kedua, 𝑓𝑓 ′′(𝑥𝑥 ) tidak pernah nol tetapi gagal untuk ada di 𝑥𝑥 = 0. Titik (0, 2)
merupakan titik belok karena 𝑓𝑓 ′′′ (𝑥𝑥) > 0 untuk 𝑥𝑥 < 0 dan 𝑓𝑓′′′(𝑥𝑥) untuk 𝑥𝑥 > 0.
Fungsi tergambar sebagai berikut:
Soal-soal latihan:
1. Telaah konsep:
a. Jika 𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) > 0 dimana-mana maka 𝑓𝑓 adalah ……….., dimana-mana;
jika𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥) > 0 dimana-mana maka 𝑓𝑓 adalah …………….
b. Jika ………… dan ………….. pada interval terbuka 𝐼𝐼 maka 𝑓𝑓 menaik dan cekung
ke bawah pada 𝐼𝐼.
c. Sebuah titik ada grafik suatu fungsi kontinu tempat kecekungan berubah arah
disebut ……….
d. Dalam mencoba melokasikan titik-titi belok untuk grafik suatu fungsi 𝑓𝑓, seharusnya
mencari bilangan 𝑐𝑐 yang atau ………… atau …………….
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 97
2. Gunakan teorema kemonotonan untuk mencari dimana fungsi yang diberikan naik dan
dimana turun:
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 3𝑥𝑥 + 3
b. 𝑓𝑓 (𝑡𝑡) = 𝑡𝑡 2 + 2𝑡𝑡 − 3
c. 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = 2𝑥𝑥 3 − 9𝑥𝑥 2 + 12𝑥𝑥
𝑧𝑧 4 4𝑧𝑧 3
d. ℎ(𝑧𝑧) = 4
−
6
98 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
4.3. Teorema Nilai Rataan untuk Turunan
Teorema nilai rataan mudah dinyatakan dan dipahami. Teorema mengatakan bahwa jika
grafik sebuah fungsi kontinu mempunyai garis singgung tegak pada setiap titik antar 𝐴𝐴 dan
𝐵𝐵, maka terdapat paling sedikit satu titik 𝐶𝐶 pada grafik di antara 𝐴𝐴 dan 𝐵𝐵 sehingga garis
singgung di titik 𝐶𝐶 sejajar tali busur 𝐴𝐴𝐴𝐴.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 99
Tampak bahwa 𝑦𝑦 = 𝑔𝑔(𝑥𝑥) merupakan persamaan garis yang melalui
[𝑓𝑓(𝑏𝑏)−𝑓𝑓(𝑎𝑎)]
(𝑎𝑎, 𝑓𝑓(𝑎𝑎))𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (𝑏𝑏, 𝑓𝑓 (𝑏𝑏)). Garis ini memiliki kemiringan dan melalui
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)
Perhatikan bahwa 𝑠𝑠(𝑏𝑏) = 𝑠𝑠(𝑎𝑎) = 0 dan untuk 𝑥𝑥 dalam (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) maka:
𝑓𝑓(𝑏𝑏) − 𝑓𝑓 (𝑎𝑎)
𝑠𝑠 ′(𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) −
𝑏𝑏 − 𝑎𝑎
Perhatikan, apabila terdapat suatu bilangan 𝑐𝑐 dalam (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) yang memnuhui
𝑠𝑠 ′ (𝑐𝑐 ) = 0 maka akan selesai, karena persamaan terakhir menyatakan bahwa:
𝑓𝑓 (𝑏𝑏) − 𝑓𝑓 (𝑎𝑎)
0 = 𝑓𝑓 ′(𝑐𝑐 ) =
𝑏𝑏 − 𝑎𝑎
Yang setara dengan kesimpulan teorema tersebut.
Untuk melihat bahwa 𝑠𝑠 ′(𝑐𝑐 ) = 0 untuk suatu 𝑐𝑐 dalam (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) dengan alasan yaitu:
a. 𝑠𝑠 kontinu pada [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] karena merupakan selisih dua fungsi kontinu,
sehingga menurut teorema maksimum minimum maka 𝑠𝑠 harus
mencapai baik nilai maksimum ataupun minimum pada [𝑎𝑎, 𝑏𝑏].
Apabila kedua nilai kebetulan adalah nol maka 𝑠𝑠(𝑥𝑥) secara identik
adalah 0 pada [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] akibatnya 𝑠𝑠 ′(𝑥𝑥 ) = 0 untuk semua 𝑥𝑥 dalam
(𝑎𝑎, 𝑏𝑏), jauh lebih banyak dari yang diperlukan.
b. Jika salah satu nilai maksimum atau nilai minimum berlainan
dengan 0 maka nilai tersebut dicapai pada sebuah titik dalam 𝑐𝑐,
karena 𝑠𝑠(𝑎𝑎) = 𝑠𝑠(𝑏𝑏) = 0. Sekarang 𝑠𝑠 mempunyai turunan di setiap
titik dari (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) sehingga menurut teorema kritis maka 𝑠𝑠 ′ (𝑐𝑐 ) = 0.
100 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
(1) Tentukan bilangan 𝑐𝑐 dengan teorema nilai rataan untuk 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) =
2√𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 [1, 4]
(2) Misalkan 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 − 𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 + 1 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 [−1,2]. Tentukan semua bilangan
yang memenuhi kesimpulan terhadap teorema nilai rataan.
2
(3) Misalkan 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 [−8, 27] maka perlihatkan bahwa kesimpulan
terhadap teorema nilai rataan gagal dan jelaskan mengapa demikian.
Penyelesaian:
(1) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 2√𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 [1, 4]
Maka:
1 1 1
𝑓𝑓 ′ (𝑥𝑥 ) = 2 ∙ 𝑥𝑥 −2 =
2 √𝑥𝑥
Dan
𝑓𝑓 (4) − 𝑓𝑓(1) 4 − 2 2
= =
4−1 3 3
Sehingga:
1 2
=
√𝑐𝑐 3
Penyelesaian tunggalnya yaitu:
9
𝑐𝑐 =
4
Tampak pada gambar berikut:
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 101
(2) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 − 𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 + 1 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 [−1,2]
Maka:
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 3𝑥𝑥 2 − 2𝑥𝑥 − 1
Dan:
𝑓𝑓 (2) − 𝑓𝑓(−1) 3 − 0
= =1
2 − (−1) 3
Sehingga:
3𝑐𝑐 2 − 2𝑐𝑐 − 1 = 1
Atau secara setara:
3𝑐𝑐 2 − 2𝑐𝑐 − 2 = 0
Penyelesaian ada dua yaitu:
2 ± √4 + 24
𝑐𝑐 =
6
𝑐𝑐1 ≈ −0,55 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑐𝑐2 ≈ 1,22
Kedua bilangan tersebut berada dalam interval (−1, 2)
Tampak pada gambar berikut:
102 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
2
(3) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 [−8, 27]
Maka:
2 1
𝑓𝑓 ′(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 −3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 ≠ 0
3
Dan:
𝑓𝑓 (27) − 𝑓𝑓(−8) 9 − 4 1
= =
27 − (−8) 35 7
Sehingga:
2 −1 1
𝑐𝑐 3 =
3 7
14 3
𝑐𝑐 = ( ) ≈ 102
3
Tetapi 𝑐𝑐 = 102 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 (−8, 27) seperti yang diisyaratkan dan
tampak pada grafik bahwa 𝑓𝑓 ′(0)𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎, sehingga 𝑓𝑓(𝑥𝑥) tidak terdefinisikan
dimana-mana pada (−8, 27)
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 103
2. Teorema B
Jika 𝐹𝐹 ′(𝑥𝑥 ) = 𝐺𝐺′(𝑥𝑥) untuk semua 𝑥𝑥 dalam (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) maka terdapat konstanta 𝑐𝑐
sedemikian rupa sehingga:
𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) = 𝐺𝐺 (𝑥𝑥 ) + 𝑐𝑐
Untuk semua 𝑥𝑥 dalam (𝑎𝑎, 𝑏𝑏).
Bukti:
Misalkan 𝐻𝐻 (𝑥𝑥 ) = 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) − 𝐺𝐺(𝑥𝑥) maka:
𝐻𝐻′(𝑥𝑥 ) = 𝐹𝐹′(𝑥𝑥 ) − 𝐺𝐺′(𝑥𝑥)
Untuk semua 𝑥𝑥 dalam (𝑎𝑎, 𝑏𝑏).
Pilih 𝑥𝑥1 sebagai suatu titik (tetap) dalam (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) dan misalkan 𝑥𝑥 sebarang titik
lain disana. Fungsi 𝐻𝐻 memenuhui hipotesis teorema nilai rataan pada interval
tertutup dengan titik-titik ujung 𝑥𝑥1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥. Jadi terdapat bilangan 𝑐𝑐 sedemikian
rupa sehingga:
𝐻𝐻(𝑥𝑥 ) − 𝐻𝐻 (𝑥𝑥1 ) = 𝐻𝐻′(𝑐𝑐)(𝑥𝑥 − 𝑥𝑥1 )
Tetapi menurut hipotesis 𝐻𝐻 ′(𝑐𝑐 ) = 0, sehingga 𝐻𝐻(𝑥𝑥 ) − 𝐻𝐻 (𝑥𝑥1 ) = 0
Atau 𝐻𝐻(𝑥𝑥 ) − 𝐻𝐻 (𝑥𝑥1 ) untuk semua 𝑥𝑥 dalam (𝑎𝑎, 𝑏𝑏).
Karena 𝐻𝐻 (𝑥𝑥 ) = 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) − 𝐺𝐺(𝑥𝑥) dapat disimpulkan bahwa 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) − 𝐺𝐺 (𝑥𝑥 ) = 𝐻𝐻(𝑥𝑥1 )
Misalkan 𝑐𝑐 = 𝐻𝐻(𝑥𝑥1 ) maka disimpulkan bahwa 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) = 𝐺𝐺 (𝑥𝑥 ) + 𝑐𝑐
104 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Soal-soal latihan:
1. Telaah konsep:
a. Teorema nilai rataan untuk turunan menyatakan bahwa jika 𝑓𝑓 …………. pada
(𝑎𝑎, 𝑏𝑏) dan terdiferensiasikan pada …………… maka terdapat suatu titik 𝑐𝑐 dalam
(𝑎𝑎, 𝑏𝑏) sedemikian rupa sehingga …………………..
b. Fungsi 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = |sin 𝑥𝑥| akan memenuhui hipotesis teorema nilai rataan pada
interval [0,1] tetapi tidak memenuhuinya pada interval [−1, 1] karena
…………………
c. Jika dua fungsi 𝐹𝐹 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐺𝐺 mempunya turunan yang sama pada interval (𝑎𝑎, 𝑏𝑏) maka
terdapat kontanta 𝐶𝐶 sedemikian rupa sehingga ……………
d. Karena 𝐷𝐷𝑥𝑥 (𝑥𝑥 4 ) = 4𝑥𝑥 3 maka jelas bahwa fungsi 𝐹𝐹 yang memenuhui 𝐹𝐹′(𝑥𝑥) = 4𝑥𝑥 3
mempunyai bentuk 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) = …………………………………
2. Didefinisikan sebuah fungsi dan diketahui sebuah interval tertutup. Putuskan apakah
teorema nilai rataan dapat diberikan terhadap fungsi yang diketahui pada interval yang
diberikan? Jika demikian, cari semua nilai 𝑐𝑐 yang mungkin dan sketsalah grafik fungsi
yang diketahui dengan interval yang diberikan!
a. 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 ; [−2, 2]
b. 𝐻𝐻(𝑠𝑠) = 𝑠𝑠 2 + 3𝑠𝑠 − 1 ; [−3, 1]
1
c. 𝑓𝑓(𝑧𝑧) = (𝑧𝑧 2 + 𝑧𝑧 − 4) ; [−1, 2]
3
𝑥𝑥
d. ℎ(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥−3 ; [0, 2]
2
e. ℎ(𝑡𝑡) = 𝑡𝑡 3 ; [0, 2]
f. 𝐺𝐺 (𝜃𝜃 ) = sin 𝜃𝜃 ; [−𝜋𝜋, 𝜋𝜋]
1
g. 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 + ; [1, 2]
𝑥𝑥
1
3. Gunakan teorema nilai rataan untuk memperlihatkan bahwa 𝑠𝑠 = 𝑡𝑡
menurun pada
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 105
4.4. Anti-Turunan
Matematika mempunyai banyak pasangan operasi balikan, diantaranya penambahan
dan pengurangan, perkalian dan pembagian, pemangkatan dan penarikan akar. Apabila
memecahkan persamaan yang melibatkan turunan maka memerlukan balikannya yaitu anti-
turunan atau anti-diferensiasi atau integrasi (integral).
Definisi:
𝐹𝐹 merupakan suatu anti turunan 𝑓𝑓 pada interval 𝐼𝐼 jika 𝐷𝐷𝑥𝑥 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) pada 𝐼𝐼 yaitu jika
𝐹𝐹 ′ (𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) untuk semua 𝑥𝑥 dalam 𝐼𝐼
Notasi anti-turunan merupakan notasi asal Leibviz dengan menggunakan lambing ∫ … 𝑑𝑑𝑑𝑑,
sehingga:
∫ 1 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑥𝑥 + 𝐶𝐶
Teorema ini tidak ada interval 𝐼𝐼 yang dirinci, maka dipahami hanya untuk interval
tempat 𝑥𝑥 𝑟𝑟 terdefinisi. Secara khusus, yang mengecualikan interval yang mengandung
titik asal jika 𝑟𝑟 < 0.
106 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Leibniz menggunakan kata sifat tak-tentu (indefinite) untuk menyatakan secara tidak langsung
bahwa integral tak-tentu selalu melibatkan konstanta sebarang.
Contoh:
(1) Tentukan anti-turunan fungsi 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2
(2) Tentukan anti-turunan fungsi 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 4𝑥𝑥 3
Penyelesaian:
(1) Anti-turunan 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2
𝑥𝑥 3 1
∫ 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = + 𝐶𝐶 = 𝑥𝑥 3 + 𝐶𝐶
1 3
3
4
(2) Anti-turunan 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 3
7
4 𝑥𝑥 3 3 7
∫ 𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑 = + 𝐶𝐶 = 𝑥𝑥 3 + 𝐶𝐶
7 7
3
Teorema B
Bukti:
Cukup lihat bahwa 𝐷𝐷𝑥𝑥 (− cos 𝑥𝑥 + 𝐶𝐶 ) = sin 𝑥𝑥 dan 𝐷𝐷𝑥𝑥 (sin 𝑥𝑥 + 𝐶𝐶 ) = cos 𝑥𝑥
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 107
Teorema C (Integral Tak-Tentu adalah Operator Linear)
Misalkan 𝑓𝑓 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑔𝑔 mempunyai anti-turunan (integral tak-tentu) dan misalkan 𝑘𝑘 suatu
konstanta, maka:
Bukti:
Untuk memperlihatkan sifat yang pertama dan kedua, cukup mendiferensiasikan ruas
kanan dan perhatikan bahwa diperoleh integran dari ruas kiri:
𝐷𝐷𝑥𝑥 [∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 + ∫ 𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑] = 𝐷𝐷𝑥𝑥 ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 + 𝐷𝐷𝑥𝑥 ∫ 𝑔𝑔(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) + 𝑔𝑔(𝑥𝑥)
Penyelesaian:
(1) ∫(3𝑥𝑥 2 + 4𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
= 3 ∫ 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 + 4 ∫ 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥 3 𝑥𝑥 2
= 3 ( + 𝐶𝐶1 ) + 4 ( + 𝐶𝐶2 )
3 3
= 𝑥𝑥 3 + 2𝑥𝑥 2 + (3𝐶𝐶1 + 4𝐶𝐶2 )
= 𝑥𝑥 3 + 2𝑥𝑥 2 + 𝐶𝐶
Dua konstanta 𝐶𝐶1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐶𝐶2 digabunga dalam sautu konstanta 𝐶𝐶 merupakan suatu hal
yang secara konsisten selalu diikuti.
108 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
3
(2) ∫ (𝑢𝑢2 − 3𝑢𝑢 + 14) 𝑑𝑑𝑑𝑑
3 3
∫ (𝑢𝑢2 − 3𝑢𝑢 + 14) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑢𝑢2 𝑑𝑑𝑑𝑑 − 3 ∫ 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑 + 14 ∫ 1 𝑑𝑑𝑑𝑑
2 5 3
= 𝑢𝑢2 − 𝑢𝑢2 + 14𝑢𝑢 + 𝐶𝐶
5 2
1
(3) ∫ ( 2 + √𝑡𝑡) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑡𝑡
1 1 1
∫( 2
+ √𝑡𝑡) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ (𝑡𝑡 −2 + 𝑡𝑡 2 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑡𝑡 −2 𝑑𝑑𝑡𝑡 + ∫ 𝑡𝑡 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑡𝑡
3
𝑡𝑡 −2 𝑡𝑡 2 1 2 3
= + + 𝐶𝐶 = − + 𝑡𝑡 2 + 𝐶𝐶
−1 3 𝑡𝑡 3
2
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 109
Jadi aturan pangkat yang digeneralisir hanyalah aturan pangkat biasa yang diterapkan pada
fungsi, tetapi dalam menerapkannya harus selalu yakin mempunyai 𝑑𝑑𝑑𝑑 bersama-sama dengan
𝑢𝑢𝑟𝑟 .
Contoh:
Hitunglah:
(1) ∫(𝑥𝑥 4 + 3𝑥𝑥 )30 (4𝑥𝑥 3 + 3) 𝑑𝑑𝑑𝑑
(2) ∫ sin10 𝑥𝑥 cos 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
(3) ∫(𝑥𝑥 3 + 6𝑥𝑥 )5 (6𝑥𝑥 2 + 12) 𝑑𝑑𝑑𝑑
(4) ∫(𝑥𝑥 2 + 4)10 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Penyelesaian:
(1) ∫(𝑥𝑥 4 + 3𝑥𝑥 )30 (4𝑥𝑥 3 + 3) 𝑑𝑑𝑑𝑑
Misalkan:
𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 4 + 3𝑥𝑥
Maka:
𝑔𝑔′(𝑥𝑥 ) = 4𝑥𝑥 3 + 3
Menurut teorema D:
[𝑔𝑔(𝑥𝑥)]11 sin11 𝑥𝑥
= + 𝐶𝐶 = + 𝐶𝐶
11 11
(3) ∫(𝑥𝑥 3 + 6𝑥𝑥 )5 (6𝑥𝑥 2 + 12) 𝑑𝑑𝑑𝑑
Misalkan:
𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 3 + 6𝑥𝑥
110 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Maka:
𝑑𝑑𝑑𝑑 = (3𝑥𝑥 2 + 6) 𝑑𝑑𝑑𝑑
Dan:
(6𝑥𝑥 2 + 12) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2(3𝑥𝑥 2 + 6) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
Sehingga diperoleh:
𝑢𝑢6 𝑢𝑢6
∫(𝑥𝑥 3 + 6𝑥𝑥 )5 (6𝑥𝑥 2 + 12) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑢𝑢5 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 ∫ 𝑢𝑢5 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 [ + 𝐶𝐶] = + 2𝐶𝐶
6 3
(𝑥𝑥 3 + 6𝑥𝑥 )6
= + 𝐾𝐾
3
(4) ∫(𝑥𝑥 2 + 4)10 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Misalkan:
𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 2 + 4
Maka:
𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Sehingga diperoleh:
1 1 1 𝑢𝑢11
∫(𝑥𝑥 2 + 4)10 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫(𝑥𝑥 2 + 4)10 ∙ ∙ 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑢𝑢10 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ( + 𝐶𝐶)
2 2 2 11
(𝑥𝑥 2 + 4)11
= + 𝐾𝐾
11
Soal-soal latihan:
1. Tentukan anti-turunan umum 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) + 𝐶𝐶
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 5
b. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 + 𝜋𝜋
5
c. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 4
1
d. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 3
√𝑥𝑥 2
e. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥
f. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 4𝑥𝑥 5 − 𝑥𝑥 3
g. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 27𝑥𝑥 7 + 3𝑥𝑥 5 − 24𝑥𝑥 3 + √2𝑥𝑥
3 2
h. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = −
𝑥𝑥 2 𝑥𝑥 3
4𝑥𝑥 6 +3𝑥𝑥 4
i. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) =
𝑥𝑥 3
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 111
2. Tentukan integral tak-tentu yang ditunjuk:
a. ∫(𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
b. ∫(𝑥𝑥 + 1)2 𝑑𝑑𝑑𝑑
2
(𝑧𝑧 2 +1)
c. ∫ 𝑑𝑑𝑧𝑧
√𝑧𝑧
g. ∫ 𝑥𝑥 2 √𝑥𝑥 3 + 4 𝑑𝑑𝑑𝑑
h. (𝑥𝑥 3 + 𝑥𝑥)√𝑥𝑥 4 + 2𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
i. ∫ sin 𝑥𝑥 (1 + cos 𝑥𝑥 )4 𝑑𝑑𝑑𝑑
4. Tentukn ∫ 𝑓𝑓′′(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 √𝑥𝑥 3 + 1
5. Misalkan 𝑢𝑢 = sin(𝑥𝑥 2 + 4)4 maka tentukan ∫ sin2 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
112 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
BAB V
INTEGRAL TENTU
Misalkan suatu patisi 𝑃𝑃 membagi interval [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] menjadi 𝑛𝑛 interval-bagian (tidak perlu
sama panjang) dengan menggunakan titik-titik 𝑎𝑎 = 𝑥𝑥1 < 𝑥𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑥𝑛𝑛−1 < 𝑥𝑥𝑛𝑛 = 𝑏𝑏 dan
misalkan ∆𝑥𝑥𝑖𝑖 = 𝑥𝑥𝑖𝑖 − 𝑥𝑥𝑖𝑖−1 . Pada interval bagian [𝑥𝑥𝑖𝑖−1 , 𝑥𝑥𝑖𝑖 ], ambil sebuah titik sebarang 𝑥𝑥̅𝑖𝑖 (yang
mungkin saja sebuah titik ujung) yang disebut sebagai titik sampel untuk interval bagian ke-𝑖𝑖.
Sebuah contoh dari konstruksi ini diperlihatkan dalam gambar berikut untuk 𝑛𝑛 = 6.
Disebut jumlah:
𝑛𝑛
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 113
Jumlah Rienmann untuk 𝑓𝑓 yang berpadanan terhadap partisi 𝑃𝑃. Tafsiran (interpretasi)
geometrinya diperlihatkan dalam gambar berikut:
Contoh:
Hitung jumlah Rienmann untuk 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 + 1 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 [−1, 2] dengan
menggunakan titik-titik partisi berjarak sama −1 < −0,5 < 0 < 0,5 < 1 < 1,5 < 2
dengan titik sampel 𝑥𝑥̅𝑖𝑖 berupa titik tengah dari interval bagian ke-𝑖𝑖.
Penyelesaian:
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 2 + 1 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 [−1, 2] yang tampak pada gambar berikut:
𝑛𝑛
114 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Fungsi pada gambar diatas merupakan positif, akibatnya jumlah Rienmann hanyalah sejumlah
luas segiempat-segiempat, tetapi bagaimana jika negatif?
Pada kasus ini titik sampel 𝑥𝑥̅𝑖𝑖 dengan sifat bahwa 𝑓𝑓 (𝑥𝑥̅𝑖𝑖 ) < 0 akan mengarah ke segiempat yang
sepenuhnya berada di bawah sumbu 𝑥𝑥 dan hasil kali 𝑓𝑓 (𝑥𝑥̅𝑖𝑖 ) ∆𝑥𝑥𝑖𝑖 akan negative. Hal ini berarti
segiempat-segiempat yang demikian terhadap jumlah Rienmann adalah negatif yang tampak
pada gambar berikut:
Contoh:
Hitung jumlah Rienmann 𝑅𝑅𝑝𝑝 untuk:
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = (𝑥𝑥 + 1)(𝑥𝑥 − 2)(𝑥𝑥 − 4) = 𝑥𝑥 3 − 5𝑥𝑥 2 + 2𝑥𝑥 + 8
Pada interval [0, 5] dengan menggunakan partisi 𝑃𝑃 dengan titik-titik 0 < 1,1 < 2 <
3,2 < 4 < 5 dan titik-titi sampel yang berpadanan 𝑥𝑥̅1 = 0,5; 𝑥𝑥̅2 = 1,5; 𝑥𝑥̅3 =
2,5; 𝑥𝑥̅4 = 3,6 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥̅5 = 5.
Penyelesaian:
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = (𝑥𝑥 + 1)(𝑥𝑥 − 2)(𝑥𝑥 − 4) = 𝑥𝑥 3 − 5𝑥𝑥 2 + 2𝑥𝑥 + 8 pada interval [0, 5] tampak
pada gambar berikut:
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 115
𝑛𝑛
= 𝑓𝑓 (𝑥𝑥̅1 ) ∆𝑥𝑥1 + 𝑓𝑓(𝑥𝑥̅2 ) ∆𝑥𝑥2 + 𝑓𝑓 (𝑥𝑥̅3 ) ∆𝑥𝑥3 + 𝑓𝑓 (𝑥𝑥̅4 ) ∆𝑥𝑥4 + 𝑓𝑓 (𝑥𝑥̅5 ) ∆𝑥𝑥5
= 𝑓𝑓 (0,5)(1,1 − 0) + 𝑓𝑓 (1,5)(2 − 1,1) + 𝑓𝑓 (2,5)(3,2 − 2) + 𝑓𝑓 (3,6)(4 − 3,2) + 𝑓𝑓(5)(5 − 4)
= (7,875)(1,1) + (3,125)(0,9) + (−2,625)(1,2) + (−2,944)(0,8) + 18(1) = 23,9698
116 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Tampak pada gambar berikut:
Atau:
𝑏𝑏
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎
Dengan 𝑎𝑎 sebagai titik ujung bawah (limit bawah) dan 𝑏𝑏 sebagai titik ujung atas (limit atas)
untuk integral.
Perkataan limit dalam definisi tenatang integral tentu lebih umum ketimbang penggunaan
sebelumnya dan oleh karenanya perlu dijelaskan. Identitas:
𝑛𝑛
Berarti bahwa berpadanan terhadap setiap 𝜀𝜀 > 0 terdapat suatu 𝛿𝛿 > 0 sedemikian rupa
sehingga:
𝑛𝑛
Untuk semua jumlah Rienmann ∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1 𝑓𝑓 (𝑥𝑥̅𝑖𝑖 ) ∆𝑥𝑥𝑖𝑖 untuk 𝑓𝑓 pada [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] yang memenuhi norma ‖𝑃𝑃‖
partisi yang berhubungan adalah lebih kecil dari 𝛿𝛿, sehingga dikatakan bahwa limit yang
ditunjuk itu bernilai 𝐿𝐿.
𝑏𝑏
Dalam definisi ∫𝑎𝑎 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑, secara implisit diasumsikan bahwa 𝑎𝑎 < 𝑏𝑏 sehingga diperoleh:
𝑎𝑎
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑥𝑥 = 0
𝑎𝑎
𝑏𝑏 𝑎𝑎
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = − ∫ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑, 𝑎𝑎 > 𝑏𝑏
𝑎𝑎 𝑏𝑏
Misalnya:
2 2
(1) ∫2 𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑, maka: ∫2 𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0
2 2 6
(2) ∫6 𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑, maka: ∫6 𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑 = − ∫2 𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 117
Variabel 𝑥𝑥 merupakan variabel boneka (dummy variabel) sehingga 𝑥𝑥 bisa diganti sebarang
huruf lain (tentu saja, asalkan diganti di setiap kemunculannya):
𝑏𝑏 𝑏𝑏 𝑏𝑏
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑓𝑓(𝑡𝑡) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑓𝑓(𝑢𝑢) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎 𝑎𝑎 𝑎𝑎
Terlihat bahwa untuk fungsi tek terbatas ini jumlah Rienmann dapat dibuat besar secara
sebarang limit jumlah Rienmann pada [−2, 2] 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎.
Bahkan beberapa fungsi terbatas dapat gagal untuk bisa terintegasikan tetapi fungsi-fungsi itu
pasti sangat rumit.
Teorema di bawah ini merupakan teorema terpenting tentang keintegrasian, tetapi sangat sulit
untuk dibuktikan sehingga dibahas pada kalkulus lanjut.
118 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Akibatnya fungsi-fungsi berikut dapat terintegrasikan pada setiap interval tertutup [𝑎𝑎. 𝑏𝑏],
yaitu:
a. Fungsi Polinomial
b. Fungsi Sinus dan Cosinus
c. Fungsi Rasional, asalkan [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] tidak mengandung titik-titik yang mengakibatkan
penyebut nol.
Perhitungan integral tentu dengan menggunakan partisi beraturan (interval-interval bagian
sama panjang) dan mengambil titik sampel 𝑥𝑥̅𝑖𝑖 dalam cara yang mudah dipahami.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 119
Dalam bahasa tak resmi tetapi deskriptif dikatakan bahwa integral tentu
mempertahankan pertidaksamaan.
𝑏𝑏 𝑏𝑏
∫ 𝑘𝑘 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑘𝑘 ∫ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎 𝑎𝑎
𝑏𝑏 𝑏𝑏 𝑏𝑏
∫ [𝑓𝑓(𝑥𝑥) + 𝑔𝑔(𝑥𝑥)] 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 + ∫ 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎 𝑎𝑎 𝑎𝑎
𝑏𝑏 𝑏𝑏 𝑏𝑏
∫ [𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) − 𝑔𝑔(𝑥𝑥)] 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 − ∫ 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎 𝑎𝑎 𝑎𝑎
Contoh:
Menurut teorema dasar kalkulus pertama, hitunglah:
𝑑𝑑 𝑥𝑥
1. [∫1 𝑡𝑡 3 𝑑𝑑𝑑𝑑]
𝑑𝑑𝑑𝑑
3
𝑑𝑑 𝑥𝑥 𝑡𝑡 2
2. [∫2 𝑑𝑑𝑑𝑑]
𝑑𝑑𝑑𝑑 √𝑡𝑡 2 +17
𝑑𝑑 4
3. [∫𝑥𝑥 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡2 𝑢𝑢 cos 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑]
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥 2
4. 𝐷𝐷𝑥𝑥 [∫1 (3𝑡𝑡 − 1) 𝑑𝑑𝑑𝑑]
120 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Penyelesaian:
𝑑𝑑 𝑥𝑥
3. [∫1 𝑡𝑡 3 𝑑𝑑𝑑𝑑] = 𝑥𝑥 3
𝑑𝑑𝑑𝑑
3 3
𝑑𝑑 𝑥𝑥 𝑡𝑡 2 𝑥𝑥 2
2. [∫2 𝑑𝑑𝑑𝑑] =
𝑑𝑑𝑑𝑑 √𝑡𝑡 2 +17 √𝑥𝑥 2 +17
𝑑𝑑 4 𝑑𝑑 𝑥𝑥
3. [∫𝑥𝑥 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡2 𝑢𝑢 cos 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑] = [− ∫4 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡2 𝑢𝑢 cos 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑] = 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡2 𝑥𝑥 cos 𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥
𝑑𝑑
= [∫ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡2 𝑢𝑢 cos 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑] = −𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡2 𝑥𝑥 cos 𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑 4
Pertukaran limit atas dan limit bawah diperbolehkan jika kita beri tanda kurang
𝑎𝑎 𝑏𝑏
di depan (ingat kembali definisi) bahwa: ∫𝑏𝑏 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = − ∫𝑎𝑎 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥 2
4. 𝐷𝐷𝑥𝑥 [∫1 (3𝑡𝑡 − 1) 𝑑𝑑𝑑𝑑] 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 2
Jadi:
𝑥𝑥 2
3 1
𝐷𝐷𝑥𝑥 [∫ (3𝑡𝑡 − 1) 𝑑𝑑𝑑𝑑] = 𝐷𝐷𝑥𝑥 ( 𝑥𝑥 4 − 𝑥𝑥 2 − ) = 6𝑥𝑥 3 − 2𝑥𝑥
1 2 2
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 121
Soal Latihan:
1. Telaah Konsep:
a. Apabila 4 ≤ 𝑥𝑥 2 ≤ 16 untuk semua 𝑥𝑥 dalam [2, 4] maka dari sifat keterbatasan
4
integral dapat dikatakan bahwa ….. ≤ ∫2 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑.
𝑑𝑑 𝑥𝑥
b. [∫1 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑] = ………
𝑑𝑑𝑑𝑑
4 5 5
c. Menurut kelinearan, ∫1 𝑐𝑐 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑐𝑐 ∙ … dan ∫2 (𝑥𝑥 + √𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫2 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 + …
4
d. Jika ∫1 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑 = 5 dan 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) ≤ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) untuk semua 𝑥𝑥 dalam [1, 4] maka sifat
4
perbandingan menyatakan bahwa ∫1 𝑔𝑔(𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑 ≤ ………….
1 2 1 2
2. Misalkan ∫0 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2, ∫1 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 3, ∫0 𝑔𝑔(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = −1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 ∫1 𝑔𝑔(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 4,
gunakan sifat-sifat integral tentu untuk menghitung integral:
2
a. ∫0 2 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
2
b. ∫0 [2 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) + 𝑔𝑔(𝑥𝑥)] 𝑑𝑑𝑑𝑑
2
c. ∫0 [2 𝑓𝑓(𝑠𝑠) + 5 𝑔𝑔(𝑠𝑠)] 𝑑𝑑𝑑𝑑
2
d. ∫0 [3 𝑓𝑓(𝑡𝑡) + 2 𝑔𝑔(𝑡𝑡)] 𝑑𝑑𝑑𝑑
3. Tentukan 𝐺𝐺′(𝑥𝑥) dari fungsi berikut:
𝑥𝑥
a. 𝐺𝐺 (𝑥𝑥 ) = ∫1 2𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥
b. 𝐺𝐺 (𝑥𝑥 ) = ∫0 (2𝑡𝑡 2 + 𝑡𝑡)𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥 2
c. 𝐺𝐺 (𝑥𝑥 ) = ∫1 sin 𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑
122 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
𝑏𝑏
(1) Perlihatkan bahwa ∫𝑎𝑎 𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑘𝑘(𝑏𝑏 − 𝑎𝑎) dengan 𝑘𝑘 konstanta.
2
(2) Hitunglah ∫−1(4𝑥𝑥 − 6𝑥𝑥 2 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 dengan menggunakan teorema dasar kalkulus dua dan
menggunakan kelinearan
8 1 4
(3) Hitunglah ∫1 (𝑥𝑥 3 + 𝑥𝑥 3 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
3
(4) Carilah 𝐷𝐷𝑥𝑥 ∫0 3 sin 𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑 dengan dua cara
Penyelesaian:
(1) 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 ) = 𝑘𝑘𝑘𝑘 adalah suatu anti-turunan 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑘𝑘 sehingga menurut teorema dasar
kalkulus kedua:
𝑏𝑏
∫ 𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝐹𝐹 (𝑏𝑏) − 𝐹𝐹 (𝑎𝑎) = 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 𝑘𝑘(𝑏𝑏 − 𝑎𝑎)
𝑎𝑎
(5) Cara kedua dengan teorema dasar kalkulus kedua untuk menghitung integral 0 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥
kemudian menggunakan aturan turunan:
𝑥𝑥
𝑥𝑥
∫ 3 sin 𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [−3 cos 𝑡𝑡] = −3 cos 𝑥𝑥 − (− cos 0) = −3 cos 𝑥𝑥 + 3
0 0
Selanjutnya:
𝑥𝑥
𝐷𝐷𝑥𝑥 ∫ 3 sin 𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝐷𝐷𝑥𝑥 (= −3 cos 𝑥𝑥 + 3) = 3 sin 𝑥𝑥
0
Kesimpulan:
𝑏𝑏
𝑏𝑏
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [∫ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑]
𝑎𝑎 𝑎𝑎
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 123
Metode Substitusi.
Aturan substitusi tidak lebih dari kebalikan aturan rantai yang diperlihatkan dalam
teorema substitusi untuk integral tak-tentu.
Contoh:
(1) Hitunglah ∫ sin 3𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
(2) Hitunglah ∫ 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
(3) Hitunglah ∫ 𝑥𝑥 3 √𝑥𝑥 4 + 11 𝑑𝑑𝑑𝑑
4
(4) Hitunglah ∫0 √𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 (2𝑥𝑥 + 1)𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜋𝜋
(5) Hitunglah ∫04 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 2𝑥𝑥 cos 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Penyelesaian:
(1) Substitusikan 𝑢𝑢 = 3𝑥𝑥 sehingga 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 3 𝑑𝑑𝑑𝑑
Diperoleh:
1 1 1 1
∫ sin 3𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ sin 3𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ sin 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑 = cos 𝑢𝑢 + 𝐶𝐶 = cos 3𝑥𝑥 + 𝐶𝐶
3 3 3 3
(2) Substitusikan 𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 2 sehingga 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Diperoleh:
1 1 1 1
∫ 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑥𝑥 = ∫ 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 2 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ sin 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑 = cos 𝑢𝑢 + 𝐶𝐶 = cos 𝑥𝑥 2 + 𝐶𝐶
2 2 2 2
(3) Substitusikan 𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 4 + 11 sehingga 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 4𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑
Diperoleh:
1 1 1 3
∫ 𝑥𝑥 3 √𝑥𝑥 4 + 11 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫(𝑥𝑥 4 + 11)2 (4𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑 ) = (𝑥𝑥 4 + 11)2 + 𝐶𝐶
4 6
(4) Substitusikan 𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 sehingga 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (2𝑥𝑥 + 1) 𝑑𝑑𝑑𝑑
Diperoleh:
1 2 3 2 3
∫ √𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 (2𝑥𝑥 + 1)𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑢𝑢2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑢𝑢2 + 𝐶𝐶 = (𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 )2 + 𝐶𝐶
3 3
Teorema dasar kalkulus kedua:
4
2 3 4 2 3
∫ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 2𝑥𝑥 cos 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [ (𝑥𝑥 2 + 𝑥𝑥 )2 ] = (20)2 ≈ 59,63
0 3 0 3
124 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
(5) Substitusikan 𝑢𝑢 = sin 2𝑥𝑥 sehingga 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 cos 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Diperoleh:
𝜋𝜋 𝜋𝜋
4 1 4 1 1 𝑢𝑢4
∫ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑥𝑥 cos 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ (sin 2𝑥𝑥)3 2 cos 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑢𝑢3 𝑑𝑑𝑑𝑑 =
3
0 2 0 2 2 4
𝜋𝜋
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠4 2𝑥𝑥 4 1 1
=[ ] = −0=
8 0 8 8
Dengan 𝑢𝑢 = 𝑔𝑔(𝑥𝑥)
Contoh:
1 𝑥𝑥+1
(1) Hitunglah ∫0 (𝑥𝑥 2 +2𝑥𝑥+6)2
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜋𝜋2
cos √𝑥𝑥
(2) Hitunglah ∫ 4
𝜋𝜋2
𝑑𝑑𝑑𝑑
√𝑥𝑥
9
Penyelesaian:
(1) Substitusikan 𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 2 + 2𝑥𝑥 + 6 sehingga 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (2𝑥𝑥 + 2)𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2(𝑥𝑥 + 1)𝑑𝑑𝑑𝑑 sehingga
ketika 𝑥𝑥 = 0 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑢𝑢 = 6 dan ketika 𝑥𝑥 = 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑢𝑢 = 9
Diperoleh:
1
𝑥𝑥 + 1 1 1 𝑥𝑥 + 1
∫ 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑑𝑑𝑑𝑑
0 (𝑥𝑥 2 + 2𝑥𝑥 + 6)2 2 0 (𝑥𝑥 2 + 2𝑥𝑥 + 6)2
1 9 −2 −1 1 9 1 1 1
= ∫ 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [ ] = − − (− ) =
2 6 2 𝑢𝑢 6 8 12 36
(2) Substitusikan 𝑢𝑢 = √𝑥𝑥 sehingga 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (2√𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
Diperoleh:
𝜋𝜋2 𝜋𝜋2
4 4 𝜋𝜋 𝜋𝜋
cos √𝑥𝑥 1 2 2 = 2 − √3
∫ 𝑑𝑑𝑥𝑥 = 2 ∫ cos √𝑥𝑥 ∙ 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 ∫ cos 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [2 sin 𝑢𝑢] 𝜋𝜋
√𝑥𝑥 2√𝑥𝑥 𝜋𝜋
𝜋𝜋2 𝜋𝜋2 3 3
9 9
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 125
Soal Latihan:
1. Telaah konsep:
𝑏𝑏
a. Jika 𝑓𝑓 kontinu pada [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] dan jika 𝑓𝑓 sebarang ... dari 𝑓𝑓 maka ∫𝑎𝑎 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑 =…
b. Lambang [𝐹𝐹(𝑥𝑥)]𝑏𝑏𝑎𝑎 menggantikan ekspresi …………..
𝑑𝑑
c. Menurut teorema dasar kalkulus ∫𝑐𝑐 𝐹𝐹 (𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑 = ………………
1
d. Dengan substitusi 𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 3 + 1 maka integral tentu ∫0 𝑥𝑥 2 (𝑥𝑥 3 + 1)4 𝑑𝑑𝑑𝑑 =……….
2. Gunakan teorema dasar kalkulus kedua untuk menghitung masing-masing integran
tentu:
2
a. ∫0 𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑
2
b. ∫−1(3𝑥𝑥 3 − 2𝑥𝑥 + 3) 𝑑𝑑𝑑𝑑
4 1
c. ∫1 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑤𝑤 2
4
d. ∫0 √𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑
4 1
e. ∫0 (𝑦𝑦 2 + ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑦𝑦
𝜋𝜋
f. ∫02 cos 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
1
g. ∫0 (2𝑥𝑥 4 − 3𝑥𝑥 2 + 5) 𝑑𝑑𝑑𝑑
3. Gunakan metode substitusi untuk mencari nilai integral tak-tentu:
a. ∫ √3𝑥𝑥 + 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
b. ∫ cos(𝑥𝑥 2 + 2) 𝑑𝑑𝑑𝑑
c. ∫ sin(6𝑥𝑥 − 7) 𝑑𝑑𝑑𝑑
d. ∫ 𝑥𝑥√𝑥𝑥 2 + 4 𝑑𝑑𝑑𝑑
12
e. ∫ 𝑥𝑥 (𝑥𝑥 2 + 3)− 7 𝑑𝑑𝑑𝑑
f. ∫ 𝑥𝑥 sin(𝑥𝑥 2 + 4) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥 sin √𝑥𝑥 2 +4
g. ∫ 𝑑𝑑𝑑𝑑
√𝑥𝑥 2 +4
126 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
4. Gunakan metode substitusi untuk mencari nilai integral tentu:
1
a. ∫0 (𝑥𝑥 2 + 1)10 𝑑𝑑𝑑𝑑
3 1
b. ∫−1 (𝑡𝑡+2)2 𝑑𝑑𝑑𝑑
8
c. ∫5 √3𝑥𝑥 + 1 𝑑𝑑𝑑𝑑
3
d. ∫−3 √7 + 2𝑡𝑡 2 (8𝑡𝑡) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜋𝜋
e. ∫02 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 2 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
1
f. ∫0 (𝑥𝑥 + 1)(𝑥𝑥 2 + 2𝑥𝑥)2 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜋𝜋
g. ∫06 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 𝜃𝜃 cos 𝜃𝜃 𝑑𝑑𝑑𝑑
1
h. ∫0 cos(3𝑥𝑥 − 3) 𝑑𝑑𝑑𝑑
1
i. ∫0 𝑥𝑥 sin(𝜋𝜋𝑥𝑥 2 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜋𝜋
j. ∫04 (cos 2𝑥𝑥 + sin 2𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜋𝜋
k. ∫02 sin 𝑥𝑥 sin(cos 𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
1
l. ∫0 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 3(𝑥𝑥 ) sin(𝑥𝑥 2 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 127
Definisi (Nilai Rata-rata Sebuah Fungsi):
Jika 𝑓𝑓 terintegrasikan pada interval [𝑎𝑎, 𝑏𝑏], maka nilai rata-rata 𝑓𝑓 pada [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] adalah:
𝑏𝑏
1
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑏𝑏 − 𝑎𝑎 𝑎𝑎
Contoh:
(1) Carilah nilai rata-rata fungsi yang didefinisikan oleh 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 2 pada interval
[0, √ 𝜋𝜋]
(2) Misalkan dalam Fahrenheit suatu balok naja dengan panjang 2 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 tergantung pada
posisi 𝑥𝑥 menurut fungsi 𝑇𝑇(𝑥𝑥 ) = 40 + 20𝑥𝑥(2 − 𝑥𝑥). Carilah suhu rata-rata dalam balok
itu. Adakah titik tempat suhu yang sebenarnya sama dengan suhu rata-rata?
Penyelesaian:
(1) 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 2 pada interval [0, √ 𝜋𝜋]
Nilai rata-rata adalah:
𝑏𝑏 √𝜋𝜋
1 1 1 √𝜋𝜋
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑏𝑏 − 𝑎𝑎 𝑎𝑎 √𝜋𝜋 − 0 0 √𝜋𝜋 0
Untuk menghitung integral tersebut, substitusi:
𝑢𝑢 = 𝑥𝑥 2
𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Ketika 𝑥𝑥 = 0 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑢𝑢 = 0 dan ketika 𝑥𝑥 = √𝜋𝜋 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑢𝑢 = 𝜋𝜋
Sehingga diperoleh:
1 √𝜋𝜋 1 √𝜋𝜋 1 1 1 1
∫ 𝑥𝑥 sin 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ sin 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [− cos 𝑢𝑢]𝜋𝜋0 = (2) =
√𝜋𝜋 0 √𝜋𝜋 0 2 2√𝜋𝜋 2√𝜋𝜋 √𝜋𝜋
128 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
(2) Panjang 2 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 tergantung pada posisi 𝑥𝑥 menurut fungsi 𝑇𝑇(𝑥𝑥 ) = 40 + 20𝑥𝑥(2 − 𝑥𝑥)
Suhu rata-rata adalah:
𝑏𝑏 2
1 1
∫ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑥𝑥 = ∫ [40 + 20𝑥𝑥 (2 − 𝑥𝑥 )] 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑏𝑏 − 𝑎𝑎 𝑎𝑎 2−0 0
1 2
= ∫ [40 + 20𝑥𝑥(2 − 𝑥𝑥)] 𝑑𝑑𝑑𝑑
2 0
2
= ∫ (20 + 20𝑥𝑥 − 10𝑥𝑥 2 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
0
20 2 10 3 2
= [20𝑥𝑥 + 𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 ]
2 3 0
10 3 2
= [20𝑥𝑥 + 10𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 ]
3 0
80
= (40 + 40 − )
3
160
= °𝐹𝐹
3
Tampak pada gambar berikut:
Suhu 𝑇𝑇 sebagai fungsi 𝑥𝑥 yang menunjukkan bahwa ada dua titik tempat suhu yang
sebenarnya sama dengan suhu rata-rata. Untuk mencari titik-titik tersebut ditetapkan
160
bahwa 𝑇𝑇(𝑥𝑥 ) = 3
dan menyelesaikan sehingga:
160
40 + 20𝑥𝑥 (2 − 𝑥𝑥 ) =
3
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 129
Menggunakan rumus abc, maka:
1 1
𝑥𝑥 = (3 − √3) ≈ 0,42265 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = (3 − √3) ≈ 1,5774
3 3
Kedua penyelesaian tersebut antara 0 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 2 sehingga terdapat dua titik tempat suhu
yang sebenarnya sama dengan suhu rata-rata.
130 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
1
(2) Integral 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = (𝑥𝑥+1)2 pada interval [0, 2]
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 131
5.6. Penggunaan Simetri dalam Perhitungan Integral Tentu
Ingat kembali bahwa fungsi genap adalah fungsi yang memenuhi 𝑓𝑓 (−𝑥𝑥 ) = 𝑓𝑓(𝑥𝑥),
sedangkan fungsi ganjil yang memenuhi 𝑓𝑓 (−𝑥𝑥 ) = −𝑓𝑓(𝑥𝑥). Grafik 𝑓𝑓(−𝑥𝑥) simetri terhadap
sumbu 𝑦𝑦 dan grafik −𝑓𝑓(𝑥𝑥) simetri terhadap titik asal.
Teorema B (Teorema Simetri):
Jika 𝑓𝑓 fungsi genap, maka:
𝑎𝑎 𝑎𝑎
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 ∫ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑
−𝑎𝑎 0
Bukti:
Untuk Fungsi Genap, tafsiran geometri teorema tampak dalam gambar berikut:
Akibatnya:
𝑎𝑎 0 𝑎𝑎 𝑎𝑎 𝑎𝑎 𝑎𝑎
∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 + ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 + ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
−𝑎𝑎 −𝑎𝑎 0 0 0 0
132 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
𝜋𝜋 𝑥𝑥
(1) Hitunglah ∫−𝜋𝜋 cos ( ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
4
5 𝑥𝑥 5
(2) Hitunglah ∫−5 𝑥𝑥2 +4 𝑑𝑑𝑑𝑑
2
(3) Hitunglah ∫−2(𝑥𝑥 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠4 𝑥𝑥 + 𝑥𝑥 3 − 𝑥𝑥 4 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜋𝜋
(4) Hitunglah ∫−𝜋𝜋 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 𝑥𝑥 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 5 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Penyelesaian:
𝜋𝜋 𝑥𝑥
(1) ∫−𝜋𝜋 cos ( ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
4
Karena:
𝑥𝑥 𝑥𝑥
cos (− ) = cos ( )
4 4
𝑥𝑥
Maka 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = cos (4 ) adalah fungsi genap
Sehingga diperoleh:
𝜋𝜋 𝜋𝜋 𝜋𝜋
𝑥𝑥 𝑥𝑥 𝑥𝑥 1
∫ cos ( ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2 ∫ cos ( ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 8 ∫ cos ( ) ∙ 𝑑𝑑𝑑𝑑
−𝜋𝜋 4 −𝜋𝜋 4 −𝜋𝜋 4 4
𝜋𝜋
4
= 8 ∫ cos 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑
0
𝜋𝜋
= [8 sin 𝑢𝑢]04
= 4√2
5 𝑥𝑥 5
(2) ∫−5 2 𝑑𝑑𝑥𝑥
𝑥𝑥 +4
𝑥𝑥 5
Untuk 𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) = 𝑥𝑥2 +4 adalah fungsi ganjil, sehingga integral bernilai nol.
2
(3) ∫−2(𝑥𝑥 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠4 𝑥𝑥 + 𝑥𝑥 3 − 𝑥𝑥 4 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
Integran tersebut ada tiga suku, dua suku pertama dalam integran adalah ganjil dan
yang terakhir adalah genap, sehingga diperoleh:
2 2 2
∫ (𝑥𝑥 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠4 𝑥𝑥 + 𝑥𝑥 3 − 𝑥𝑥 4 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑥𝑥 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑖𝑖4 𝑥𝑥 + 𝑥𝑥 3 𝑑𝑑𝑑𝑑 − ∫ 𝑥𝑥 4 𝑑𝑑𝑑𝑑
−2 −2 −2
2 5 2
𝑥𝑥 −64
= 0 − 2 ∫ 𝑥𝑥 4 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [−2 ] =
−2 5 0 5
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 133
𝜋𝜋
(4) ∫−𝜋𝜋 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 𝑥𝑥 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 5 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑
Fungsi sin 𝑥𝑥 adalah fungsi ganjil dan cos 𝑥𝑥 adalah fungsi genap.
Sebuah fungsi ganjil dipangkatkan dengan pangkat ganjil adalah fungsi ganjil,
sehingga 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3 𝑥𝑥 adalah fungsi ganjil.
Sebuah fungsi genap dipangkatkan dengan bilangan bulat adalah sebuah fungsi genap,
sehingga 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 5 𝑥𝑥 adalah fungsi genap.
Jadi integran dalam integral ini adalah sebuah fungsi ganjil dan intervalnya simetri
terhadap titik 0 sehingga nilai integral ini adalah nol.
Bukti:
Tafsiran geometri tampak dalam gambar berikut:
Sehingga dapat menggantikan 𝑓𝑓 (𝑢𝑢 + 𝑝𝑝)𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜ℎ 𝑓𝑓(𝑢𝑢) karena 𝑓𝑓 adalah fungsi periodik.
134 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Soal-soal latihan:
1. Telaah Konsep:
a. Rata-rata nilai suatu fungsi 𝑓𝑓 pada interval [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] adalah …………
b. Teorema nilai rataan untuk integral mengatakan bahwa terdapat 𝑐𝑐 pada interval
[𝑎𝑎, 𝑏𝑏] sedemikian rupa sehingga rata-rata nilai fungsi pada [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] sama dengan …..
2
c. Jika 𝑓𝑓 adalah fungsi ganjil maka ∫−2 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ⋯ dan jika 𝑓𝑓 adalah fungsi genap
2
maka ∫−2 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ⋯
d. Fungsi 𝑓𝑓 adalah fungsi periodik jika terdapat bilangan 𝑝𝑝 sedemikian rupa sehingga
……………. untuk semua 𝑥𝑥 di dalam daerah asal 𝑓𝑓. Bilangan positif 𝑝𝑝 demikian
yang terkecil disebut …………… dari fungsi tersebut.
2. Carilah rata-rata nilai fungsi pada interval yang diberikan:
a. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = 4𝑥𝑥 3 ; [1, 3]
𝑥𝑥
b. 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = ; [0, 3]
√𝑥𝑥 2 +16
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 135
BAB VI
APLIKASI INTEGRAL
Contoh:
Tentukan luas daerah 𝑅𝑅 di bawah 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 4 − 2𝑥𝑥 3 + 2 diantara 𝑥𝑥 = −1 dan 𝑥𝑥 = 2
Penyelesaian:
Grafik 𝑅𝑅 tampak pada gambar berikut:
136 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Esitimasi wajar untuk luas 𝑅𝑅 adalah luas kali rata-rata tinggi, misalnya (3)(2) = 6
Nilai eksak adalah:
𝑏𝑏
𝐴𝐴(𝑅𝑅) = ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎
2
𝑥𝑥 5 𝑥𝑥 4 2
𝐴𝐴(𝑅𝑅 ) = ∫ (𝑥𝑥 4 − 2𝑥𝑥 3 + 2) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [ − + 2𝑥𝑥]
−1 5 2 −1
32 16 1 1 51
=( − + 4) − (− − − 2) = = 5,1
5 2 5 2 10
Nilai terhitung 5,1 cukup deket dngan nilai estimasi ke 6 sehingga yakin
kebenarannya.
Estimasi awal untuk luasnya yaitu (5)(3) = 15 dan nilai eksaknya adalah:
𝑏𝑏
𝐴𝐴(𝑅𝑅 ) = − ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 137
3 3
2 2 𝑥𝑥 3 3
𝐴𝐴(𝑅𝑅) = − ∫ (𝑥𝑥 3 − 4) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ (−𝑥𝑥 3 + 4) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [− + 4𝑥𝑥]
−2 −2 9 2
27 8 145
= (− + 12) − ( − 8) = = 16,11
9 9 9
Nilai terhitung 16, 11 cukup deket dngan nilai estimasi yakin kebenarannya
Perhatikan bahwa ada sebagian yang terletak di atas sumbu 𝑥𝑥 da nada yang di bawah
sumbu 𝑥𝑥. Luas dua bagian ini yaitu 𝑅𝑅1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑅𝑅2 harus dihitung secara terpisah dan
memeriksa bahwa kurva menotong sumbu 𝑥𝑥 di −1, 1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 3, sehingga:
𝑏𝑏 𝑑𝑑
𝐴𝐴(𝑅𝑅 ) = 𝐴𝐴(𝑅𝑅1 ) + 𝐴𝐴(𝑅𝑅2 ) = ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑 + ∫ 𝑓𝑓(𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎 𝑐𝑐
1 2
= ∫ (𝑥𝑥 3 − 3𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 + 3) 𝑑𝑑𝑑𝑑 − ∫ (𝑥𝑥 3 − 3𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 + 3) 𝑑𝑑𝑑𝑑
−1 1
4 2 4
𝑥𝑥 𝑥𝑥 1 𝑥𝑥 𝑥𝑥 2 2
= [ − 𝑥𝑥 2 − + 3𝑥𝑥] − [ − 𝑥𝑥 2 − + 3𝑥𝑥]
4 2 −1 4 2 1
7 23
= 4 − (− ) =
4 4
Perhatikan bahwa menyatakan luas daerha sebagai satu integral dengan
menggunakan lambang nilai mutlak yaitu:
2
𝐴𝐴(𝑅𝑅 ) = ∫ |𝑥𝑥 3 − 3𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 + 3| 𝑑𝑑𝑑𝑑
−1
138 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Cara berpikir yang dapat membantu perhitungan dengan lima langkah:
a. Langkah 1: sketsalah daerah tersebut
b. Langkah 2: irislah menjadi irisan-irisan kecil (strip) dan beri label irisan
tertentu
c. Langkah 3: aproksimasikan luas irisan tertentu ini, dengan label suatu irisan
tertentu sebuah segiempat
d. Langkah 4: jumlahkanlah aproksimasi dari luas irisan-irisan tersebut
e. Langkah 5: ambillah limit dengan menunjukan lebar irisan mendekati nol,
sehingga diperoleh integral tentu.
Contoh:
Susunlah integral untuk luas daerah di bawah kurva 𝑦𝑦 = 1 + √𝑥𝑥 dan ada diantara
𝑥𝑥 = 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 4
Penyelesaian:
Memahami lima langkah dapat disederhanakan menjadi tiga langkah yaitu iris,
aproksimasi dan integrasikan. Integrasi merupakan gabunag dua langkah yaitu
jumlahkan luas irisan dan ambil limit ketika lebar irisan menuju nol. Saat proses
ini, ∑ … ∆𝑥𝑥 berubah menjadi ∫ … 𝑑𝑑𝑑𝑑 saat mengambil limit yang tampak pada
gambar berikut ini:
Aproksimasikan:
∆𝐴𝐴 ≈ (1 + √𝑥𝑥) ∆𝑥𝑥
Integrasikan:
4
𝐴𝐴 = ∫0 (1 + √𝑥𝑥) 𝑑𝑑𝑑𝑑
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 139
3. Daerah di antara dua kurva
Perhatikan kurva-kurva 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑔𝑔(𝑥𝑥) dengan 𝑔𝑔(𝑥𝑥 ) ≤ 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑎𝑎 ≤ 𝑥𝑥 ≤ 𝑏𝑏.
Kurva-kurva dan interval itu menentukan daerah yang diperlihatkan pada gambar
berikut:
Contoh:
(1) Carilah luas di antara kurva 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 4 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = 2𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 2
(2) Pengirisan mendatar, carilah luas daerah di antara parabola 𝑦𝑦 2 = 4𝑥𝑥
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 4𝑥𝑥 − 3𝑦𝑦 = 4
Penyelesaian:
(1) Dimulai dengan mencari titik-titik potong dari dua kurva tersebut, sehingga perlu
menyelesaikan 2𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 2 = 𝑥𝑥 4 , suatu persamaan berderajat empat yang biasanya
sulit dipecahkan. Kasus ini dengan 𝑥𝑥 = 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 1 adlah penyelesaian yang
cukup jelas. Sketsa daerah beserta aproksimasi dan integral yang terkait tampak
pada gambar berikut:
140 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Perhitungan integral:
1
𝑥𝑥 2 𝑥𝑥 5 1 1 1 7
∫ (2𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 2 − 𝑥𝑥 4 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [𝑥𝑥 2 − − ] = 1− − =
0 3 5 0 3 5 15
(2) Diperlukan titik potong dua kurva ini. Koordinat 𝑦𝑦 dari titik-titik ini dapat
diperoleh dengan menuliskan persamaan kedua sebagai 4𝑥𝑥 = 3𝑦𝑦 + 4 dan
menyamakan kedua persamaan untuk 4𝑥𝑥
𝑦𝑦 2 = 3𝑦𝑦 + 4
𝑦𝑦 2 − 3𝑦𝑦 − 4 = 0
(𝑦𝑦 − 4)(𝑦𝑦 + 1) = 0
𝑦𝑦 = 4, −1
1
Ketika 𝑦𝑦 = 4 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 = 4 dan ketika 𝑦𝑦 = −1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 = , sehingga disimpulkan
4
1
bahwa titik-titik potong adalah (4, 4) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 ( , −1) dan daerah di antara kurva-kurva di
4
Sekarang bayangkan mengiris daerah ini secara tegak maka menghadapi masalah
karena perbatasan bawah terdiri atas dua kurva yang berbeda. Irisan paling kiri
merentang dari cabang bawah parabola hingga cabang atasnya. Untuk daerah sisanya,
irisan merentang dari garis ke parabola. Pemecahan masalah ini dengan irisan tegak,
pertama dipisahkan daerah menjadi dua bagian, menyusun integral untuk masing-
masing bagian dan selanjutnya menghitung kedua integral.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 141
Pendekatan yang jauh lebih baik yaitu mengiris daerah secara mendatar yang tampak
pada gambar berikut:
Dengan menggunakan 𝑦𝑦 sebagai variabel integrasi dan bukannya 𝑥𝑥. Perhatikan irisan-
irisan mendatar itu selalu berawalpada parabola (di sebelah kiri) dan berakhir (di
sebelah kanan). Lebar irisan yang demikian adalah:
1 1
𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑥𝑥 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑥𝑥 = (3𝑦𝑦 + 4) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑥𝑥 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑥𝑥 = 𝑦𝑦 2 )
4 4
Sehingga:
4 4
1 1 3𝑦𝑦 + 4 − 𝑦𝑦 2
𝐴𝐴 = ∫ [ (3𝑦𝑦 + 4) − 𝑦𝑦 2 ] 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 𝑑𝑑𝑑𝑑
−1 4 4 −1 4
4
1 1 4
=∫ (3𝑦𝑦 + 4 − 𝑦𝑦 2 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ (3𝑦𝑦 + 4 − 𝑦𝑦 2 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
−1 4 4 −1
1 3𝑦𝑦 2 𝑦𝑦 3 4 1 64 3 1
= [ + 4𝑦𝑦 − ] = [(24 + 16 − ) − ( − 4 + )]
4 2 3 −1 4 3 2 3
125
= ≈ 5,21
24
Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
(a) Integran yang dihasilkan dari pengirisan mendatar mengandung variabel 𝒚𝒚
bukan 𝒙𝒙.
(b) Untuk memperoleh integran, pecahkan dua persamaan tersebut untuk 𝒙𝒙 dan
kurangkan nilai 𝒙𝒙 yang lebih kecil dari nilai 𝒙𝒙 yang lebih besar.
142 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
4. Jarak dan Perpindahan
Pandang suatu benda bergerak di sepanjang garis lurus dengan kecepatan 𝑣𝑣(𝑡𝑡) pada
𝑏𝑏
saat 𝑡𝑡. Jika 𝑣𝑣(𝑡𝑡) ≥ 0 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ∫𝑎𝑎 𝑣𝑣(𝑡𝑡)𝑑𝑑𝑑𝑑 memberikan jarak yang ditempuh dalam
interval waktu 𝑎𝑎 ≤ 𝑡𝑡 ≤ 𝑏𝑏, tetapi jika 𝑣𝑣(𝑡𝑡) kadangkala negatif yang berarti bahwa benda
bergerak dalam arah sebaliknya maka:
𝑏𝑏
∫ 𝑣𝑣(𝑡𝑡) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑠𝑠(𝑏𝑏) − 𝑠𝑠(𝑎𝑎)
𝑎𝑎
Mengukur perpindahan benda yaitu jarak berarah dari tempat berangkat 𝑠𝑠(𝑎𝑎) ke
tempat akhir 𝑠𝑠(𝑏𝑏). Untuk mendapatkan jarak total yang ditempuh benda selama 𝑎𝑎 ≤
𝑏𝑏
𝑡𝑡 ≤ 𝑏𝑏 maka harus menghitung ∫𝑎𝑎 |𝑣𝑣(𝑡𝑡)| 𝑑𝑑𝑑𝑑 dan luas daerah diantara kurva kecepatan
dan sumbu 𝑡𝑡.
Contoh:
Sebuah benda berada pada posisi 𝑠𝑠 = 3 pada waktu 𝑡𝑡 = 0 dan kecepatan waktu
𝑡𝑡 adalah 𝑣𝑣(𝑡𝑡) = 5 sin 6𝜋𝜋. Dimana posisi benda pada waktu 𝑡𝑡 = 2 dan berapa
jauh benda tersebut menjelajah selama waktu itu?
Penyelesaian:
Perpindahan benda yaitu perubahan posisi adalah:
2 2
5 2
𝑠𝑠(2) − 𝑠𝑠(0) = ∫ 𝑣𝑣(𝑡𝑡) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ 5 sin 6𝜋𝜋𝜋𝜋 𝑑𝑑𝑑𝑑 = [− cos 6𝜋𝜋𝜋𝜋] = 0
0 0 6𝜋𝜋 0
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 143
Soal Latihan:
1. Telaah Konsep:
a. Misalkan 𝑅𝑅 adalah daerah di antara kurva 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) dan sumbu 𝑥𝑥 pada interval [𝑎𝑎, 𝑏𝑏].
𝑓𝑓(𝑥𝑥 ) ≥ 0 untuk semua 𝑥𝑥 dalam [𝑎𝑎, 𝑏𝑏] maka 𝐴𝐴(𝑅𝑅) = ⋯ tetapi jika 𝑓𝑓(𝑥𝑥) ≤ 0 dalam
[𝑎𝑎, 𝑏𝑏] maka 𝐴𝐴(𝑅𝑅 ) = ⋯
b. Untuk mencari luas daerah diantara dua kurva maka akan sangat membantu jika kita
mengingat tiga kata yaitu: ……………….
c. Misalkan kurva 𝑦𝑦 = 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = 𝑔𝑔(𝑥𝑥) membatasi daerah 𝑅𝑅 maka pada 𝑅𝑅 berlaku
𝑏𝑏
yaitu = 𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) ≤ 𝑦𝑦 = 𝑔𝑔(𝑥𝑥) , sehingga lus 𝑅𝑅 diberikan oleh ∫𝑎𝑎 … 𝑑𝑑𝑑𝑑 dimana 𝑎𝑎 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑏𝑏
ditentukan dengan menyelesaikan persamaan …………..
d. Jika 𝑝𝑝(𝑦𝑦) ≤ 𝑞𝑞(𝑦𝑦) untuk sumbu 𝑦𝑦 pada interval 𝑐𝑐, 𝑑𝑑 maka luas 𝐴𝐴(𝑅𝑅) dari daerah 𝑅𝑅
yang dibatasi oleh kurva-kurva 𝑥𝑥 = 𝑝𝑝(𝑦𝑦)𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 𝑞𝑞(𝑦𝑦) di antara 𝑐𝑐 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐷𝐷 diberikan
oleh: 𝐴𝐴 (𝑅𝑅) = ……………….
2. Susunlah integral untuk daerah yang ditunjuk dan hitunglah integral tersebut:
a.
144 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
b.
c.
d.
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 145
e.
146 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
6.2. Volume Benda Pejal (Lempengan, Cakram, Cincin)
Benda pejal yang sederhana disebut silinder tegak, empat diantaranya tampak dalam
gambar berikut:
Dalam setiap kasus, benda itu dibentuk dengan cara mengerakkan suatu daerah rata (alas)
sejauh ℎ dengan arah tegak lurus pada daerha tersebut, sehingga volume benda pejal
didefinisikan sebagai luas alas dikalikan tinggi, yaitu:
𝑉𝑉 = 𝐴𝐴 ∙ ℎ
Berikutnya dengan memperhatikan benda pejal yang penampang-penampangnya tegak
lurus dengan suatu garus yang memiliki luas yang diketahui. Khususnya, misalnya garis
tersebut adalah sumbu 𝑥𝑥 dan misalkan bahwa luas penampang pada 𝑥𝑥 adalah 𝐴𝐴(𝑥𝑥) dengan
menyisipkan titik-titik 𝑎𝑎 = 𝑥𝑥0 < 𝑥𝑥1 < 𝑥𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑥𝑛𝑛 = 𝑏𝑏. Kemudian dilewatkan bidang-
bidang melalui titik-titik ini tegak lurus pada sumbu 𝑥𝑥 sehingga mengiris benda menjadi
lempengan-lempengan tipis pada gambar berikut:
Volume ∆𝑉𝑉 suatu lempengan kira-kira sama dengan volume silinder yaitu:
∆𝑉𝑉𝑖𝑖 ≈ 𝐴𝐴(𝑥𝑥̅𝑖𝑖 )∆𝑥𝑥𝑖𝑖
(𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑏𝑏ℎ𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑥𝑥̅𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 [𝑥𝑥𝑖𝑖−1 , 𝑥𝑥𝑖𝑖 ]
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 147
Volume dari benda pejal dapat diaproksimasikan dengan jumlah Riemann, yaitu:
𝑛𝑛
𝑉𝑉 ≈ ∑ 𝐴𝐴(𝑥𝑥̅𝑖𝑖 )∆𝑥𝑥𝑖𝑖
𝑖𝑖−1
Ketika norma partisi mendekati nol maka diperoleh suati integral tentu, yaitu:
𝑏𝑏
𝑉𝑉 = ∫ 𝐴𝐴(𝑥𝑥 )𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑎𝑎
148 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
(1) Tentukan volume benda pejal putar yang diperoleh dari pemutaran daerah 𝑅𝑅 yang
dibatasi oleh kurva 𝑦𝑦 = √𝑥𝑥, sumbu 𝑥𝑥 dan garis 𝑥𝑥 = 4 mengelilingi sumbu 𝑥𝑥
(2) Tentukan volume benda pejal yang terbentuk dari pemutaran daerah yang dibatasi oleh
kurva 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 , sumbu 𝑦𝑦 dan garis 𝑦𝑦 = 3 mengelilingi sumbu 𝑦𝑦
Penyelesaian:
(1) Volume benda pejal putar yang diperoleh dari pemutaran daerah 𝑅𝑅 yang dibatasi oleh
kurva 𝑦𝑦 = √𝑥𝑥, sumbu 𝑥𝑥 dan garis 𝑥𝑥 = 4 mengelilingi sumbu 𝑥𝑥
Dengan:
2
𝐴𝐴(𝑥𝑥 ) = 𝜋𝜋𝑟𝑟 2 ℎ = 𝜋𝜋√𝑥𝑥
Sehingga:
2
∆𝑉𝑉 ≈ 𝜋𝜋√𝑥𝑥 ∆𝑥𝑥 = 𝜋𝜋𝜋𝜋 ∆𝑥𝑥
Maka diperoleh:
4 4
𝑥𝑥 2 4 16
𝑉𝑉 = ∫ 𝜋𝜋𝜋𝜋 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝜋𝜋 ∫ 𝑥𝑥 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝜋𝜋 [ ] = 𝜋𝜋 = 8𝜋𝜋 ≈ 25,3
0 0 2 0 2
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 149
(2) Volume benda pejal yang terbentuk dari pemutaran daerah yang dibatasi oleh kurva
𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 , sumbu 𝑦𝑦 dan garis 𝑦𝑦 = 3 mengelilingi sumbu 𝑦𝑦
Pengirisan secara mendatar yang membuat 𝑦𝑦 pilihan yang cocok sebagai variabel
integrasi dengan memperhatikan bahwa:
𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 3√𝑦𝑦
Sehingga:
∆𝑉𝑉 ≈ 𝜋𝜋( 3√𝑦𝑦)2 ∆𝑦𝑦
Maka diperoleh:
3 3 3
3 5 3 9√9
𝑉𝑉 = ∫ 𝜋𝜋( 3√𝑦𝑦)2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝜋𝜋 ∫ 𝜋𝜋( 3√𝑦𝑦)2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝜋𝜋 [ 𝑦𝑦 3 ] = 𝜋𝜋 ≈ 11,76
0 0 5 0 5
150 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
Contoh:
(1) Tentukan volume banda pejal yang dibentuk dengan memutar daerah yang dibatasi
parabola-parabola 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 2 = 8𝑥𝑥 mengelilingi sumbu 𝑥𝑥
(2) Daerah setengah lingkaran yang dibatasi kurva 𝑥𝑥 = √4 − 𝑦𝑦 2 dan sumbu 𝑦𝑦 diputar
mengelilingi garis 𝑥𝑥 = −1, susunlah integral yang menyatakan volumenya.
Penyelesaian:
(1) Volume banda pejal yang dibentuk dengan memutar daerah yang dibatasi parabola-
parabola 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 2 = 8𝑥𝑥 mengelilingi sumbu 𝑥𝑥.
Tampak pada gambar berikut:
Sehingga diperoleh:
2
∆𝑉𝑉 ≈ 𝜋𝜋 [(√8𝑥𝑥) − (𝑥𝑥 2 )2 ] ∆𝑥𝑥 = 𝜋𝜋(8𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 4 )∆𝑥𝑥
Maka:
2 2
8𝑥𝑥 2 𝑥𝑥 5 2 48𝜋𝜋
𝑉𝑉 = ∫ 𝜋𝜋(8𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 4 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝜋𝜋 ∫ (8𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 4 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝜋𝜋 [ − ] = ≈ 30,16
0 0 2 5 0 5
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 151
(2) Volume benda pejal pada daerah setengah lingkaran yang dibatasi kurva 𝑥𝑥 = √4 − 𝑦𝑦 2
dan sumbu 𝑦𝑦 diputar mengelilingi garis 𝑥𝑥 = −1
Tampak pada gambar berikut:
Dalam hal ini, jari-jari cincin luar adalah 1 + √4 − 𝑦𝑦 2 dan jari-jari dalam adalah 1.
Bagian yang terletak diatas sumbu 𝑥𝑥 mempunyai volume yang sama seperti bagian
dibawahnya (yang menyatakan dirinya dalam integran genap), sehingga boleh
mengintegrasikan dari 0 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 dan kemudian hasilnya dikalikan dua.
2
∆𝑉𝑉 = 𝜋𝜋 [(1 + √4 − 𝑦𝑦 2 ) − 12 ] ∆𝑦𝑦
Maka:
2 2 2 2
𝑉𝑉 = ∫ 𝜋𝜋 [(1 + √4 − 𝑦𝑦 2 ) − 12 ] 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝜋𝜋 ∫ [(1 + √4 − 𝑦𝑦 2 ) − 12 ] 𝑑𝑑𝑑𝑑
−2 −2
152 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
3. Benda Pejal Lain yang Penampangnya Belum Diketahui
Hingga saat ini, benda pejal yang dibahas yang memiliki penampang lingkaran. Metode
volume masih bisa digunakan dalam perhitungan benda pejal yang penampangnya berupa
persegi atau segitiga.
Contoh:
Misalkan alas sebuah benda pejal berupa daerah rata pada kuadran pertama yang
𝑥𝑥 2
dibatasi oleh 𝑦𝑦 = 1 − , sumbu 𝑥𝑥 dan sumbu 𝑦𝑦. Misalkan penampang yang tegak
4
lurus pada sumbu 𝑥𝑥 berbentuk persegi maka tentuka volume benda pejal tersebut.
Penyelesaian:
𝑥𝑥 2
Benda pejal berupa daerah rata pada kuadran pertama yang dibatasi oleh 𝑦𝑦 = 1 − ,
4
sumbu 𝑥𝑥 dan sumbu 𝑦𝑦 dengan misalkan penampang yang tegak lurus pada sumbu 𝑥𝑥
berbentuk persegi. Benda pejal diiris secara tegak lurus dengan sumbu 𝑥𝑥 maka
diperoleh kotak persegi tipis yang tampak pada gambar berikut:
Sehingga diperoleh:
𝑥𝑥 2 2
∆𝑉𝑉 ≈ (1 − ) ∆𝑥𝑥
4
Maka:
2 2
𝑥𝑥 2 2 𝑥𝑥 2 𝑥𝑥 4
𝑉𝑉 = ∫ (1 − ) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫ (1 − + ) 𝑑𝑑𝑑𝑑
0 4 0 2 16
𝑥𝑥 3 𝑥𝑥 5 2 8 32 16
= [1 − + ] =2− + = ≈ 1,07
6 80 0 6 80 15
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 153
Soal Latihan:
1. Telaah Konsep:
a. Volume cakram berjari-jari 𝑟𝑟 dan tebal ℎ adalah ………..
b. Volume cincin dengan jari-jari dalam 𝑟𝑟 dan jari-jari luar 𝑅𝑅 dan tebal ℎ adalah …….
c. Jika daerah 𝑅𝑅 yang dibatasi oleh 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 2 , 𝑦𝑦 = 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 3 yang diputar mengelilingi
sumbu 𝑥𝑥, cakram pada 𝑥𝑥 mempunyai volume ∆𝑉𝑉 ≈ ……………………….
d. Jika daerah R dari soal (3) diputar mengelilingi 𝑦𝑦 = −2, cincin pada 𝑥𝑥 mempunyai
volume ∆𝑉𝑉 ≈ ……………………………
2. Tentukan volume benda yang dibentuk jika daerah yang diberikan diputar mengelilingi
sumbu yang dirinci:
a. Sumbu 𝑥𝑥
b. Sumbu 𝑥𝑥
154 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s
3. Sketsalah daerah R yang dibatasi oleh grafik-grafik persamaan yang diberikan dan
tunjukkan sutau irisan yang tegak tertentu. Kemudian tentukan volume benda yang
terbentuk apabila 𝑅𝑅 diputar mengelilingi sumbu 𝑥𝑥.
𝑥𝑥 2
a. 𝑦𝑦 = , 𝑥𝑥 = 4 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = 0
𝜋𝜋
1
b. 𝑦𝑦 = , 𝑥𝑥 = 2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = 0
𝑥𝑥
c. 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 3 𝑥𝑥 = 3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = 0
d. 𝑦𝑦 = √9 − 𝑥𝑥 2 , 𝑦𝑦 = 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = −2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 3
4. Sketsalah daerah R yang dibatasi oleh grafik-grafik persamaan yang diberikan dan
tunjukkan sutau irisan yang tegak tertentu. Kemudian tentukan volume benda yang
terbentuk apabila 𝑅𝑅 diputar mengelilingi sumbu 𝑥𝑥.
a. 𝑥𝑥 = 𝑦𝑦 2 , 𝑥𝑥 = 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦 = 3
b. 𝑥𝑥 = 2√𝑦𝑦, 𝑦𝑦 = 4 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 0
2
c. 𝑥𝑥 = , 𝑦𝑦 = 2, 𝑦𝑦 = 6 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 0
𝑦𝑦
3
d. 𝑥𝑥 = 𝑦𝑦 2 , 𝑦𝑦 = 9 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 0
5. Tentukan volume benda pejal yang terbentuk dengan memutar mengelilingi sumbu 𝑥𝑥
daerah yang dibatasi oleh garis 𝑥𝑥 − 2𝑦𝑦 = 0 dan parabola 𝑦𝑦 2 = 4𝑥𝑥
6. Tentukan volume benda pejal yang terbentuk dengan memutar mengelilingi sumbu 𝑥𝑥
daerah yang dibatasi oleh garis 𝑦𝑦 − 4𝑥𝑥 = 0 dan parabola 𝑦𝑦 − 4𝑥𝑥 2 = 0
7. Tunjukkan bahwa volume silinder dengan tinggi ℎ dan jari-jari 𝑟𝑟 yang memutar daerah
antara garis 𝑦𝑦 = 𝑟𝑟 dan sumbu 𝑥𝑥, antara 𝑥𝑥 = 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = ℎ mengelilingi sumbu 𝑥𝑥 adalah
𝜋𝜋𝑟𝑟 2 ℎ
8. Tunjukan bahwa volume benda pejal berbentuk bola yang berjari-jari r dengan memutar
pada daerah antara setengah lingkaran 𝑦𝑦 = √𝑟𝑟 2 − 𝑥𝑥 2 dan sumbu 𝑥𝑥, antara 𝑥𝑥 =
−𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 𝑟𝑟 mengelilingi sumbu x, sehingga simetri terhadap sumbu 𝑦𝑦 dan
4
menggunakan begian daerah yang terletak antara 𝑥𝑥 = 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 𝑟𝑟 adalah 𝜋𝜋𝑟𝑟 3
3
D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 155
Daftar Pustaka
Ayers, Frank JR & Mendelson, Elliot. 2006. Kalkulus. Edisi IV. Schaums Outline of. Erlangga.
Varberg, D., Purcell, E.J & Rigdon, S.E. 2010 Kalkulus Jilid 1. Edisi IX. Erlangga.
156 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s