Anda di halaman 1dari 2

‫مجلس الحديث النبوي الشريف‬

MAJELIS KAJIAN HADITS BERSAMA ZULKIFLI ZAKARIA (HP/WA 0813-6345-7570)


DI RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC)
Jl. Basuki Rahmat No.1 Pariaman, Telp (0751) 93277-WA +62823-9204-3467

‫الر ِحيْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ‫هللا‬
ِ ‫س ِم‬
ْ ِ‫ب‬
BAHASAN AL-WA’AD (JANJI) DAN AL-WA’IID (ANCAMAN)
Rabu, 14 Shafar 1445 H/ 30 Agustus 2023 M

PERTEMUAN 3: ANCAMAN TAK MASUK JANNAH BAGI YANG MENGAKU ANAK DARI BUKAN AYAHNYA
Teks Hadits:
‫س ْع َد بْنَ أَبِي‬ َ ُ‫سمِ ْعت‬ َ ‫صنَ ْعت ُ ْم؟ إِنِي‬َ ‫ َما َهذَا الَّذِي‬:ُ‫ َفقُ ْلتُ لَه‬،َ‫ِي ِزيَا ٌد لَ ِقيتُ أَبَا بَ ْك َرة‬ َ ‫ لَ َّما ادع‬:َ‫ َقال‬، َ‫ع ْن أَبِي عُثْ َمان‬ َ ،ٌ‫ أَ ْخبَ َرنَا خَا ِلد‬،‫ِير‬
ٍ ‫ش ْي ُم ْب ُن بَش‬َ ُ‫ َح َّدثَنَا ه‬،ُ‫ع ْم ٌرو النَّاقِد‬ َ ‫َح َّدثَنِي‬
َ ُ‫ فَ ْال َجنَّة‬،ِ‫غي ُْر أَبِيه‬
‫ أَنَا‬:َ‫علَ ْي ِه َح َرا ٌم» فَقَا َل أَبُو بَ ْك َرة‬ َ ُ‫ يَ ْعلَ ُم أَنَّه‬،ِ‫غي َْر أَبِيه‬ ِ ْ ‫عى أَبًا فِي‬
َ ‫اْلس ََْل ِم‬ َ ‫ « َم ِن ا َّد‬:ُ‫سلَّ َم َوه َُو يَقُول‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َاي مِ ْن َرسُو ِل هللا‬ ُ
َ ‫سمِ َع أذُن‬ َ :ُ‫ يَقُول‬،‫اص‬ ٍ َّ‫َوق‬
‫سلَّ َم‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
ْ
َ َ َ ُ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬‫ص‬َ ِ ‫هللا‬ ‫ل‬
ِ ‫و‬ ‫س‬
ُ ‫ر‬
َ ‫ن‬ْ ِ‫م‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫سمِ ْعت‬
َ
‘Amru bin An-Naqid telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Husyaim bin
Basyir telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) bahwa Khalid telah
menyampaikan kabar kepada kami, dari Abu ‘Utsman yang menuturkan, “Tatkala Ziyad diakui sebagai
anak (oleh Mu’awiyah), aku berjumpa Abu Bakrah, lalu aku berkata kepadanya, “Apakah gerangan ini
yang telah kalian perbuat? Sungguh aku telah mendengar Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallaahu ‘anhu
berkata, “Kedua telingaku telah mendengar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika Beliau
bersabda,
َ ُ‫ فَ ْال َجنَّة‬،ِ‫غي ُْر أَبِيه‬
»‫علَ ْي ِه َح َرا ٌم‬ َ ُ‫ يَ ْعلَ ُم أَنَّه‬،ِ‫غي َْر أَبِيه‬ ِ ْ ‫عى أَبًا فِي‬
َ ‫اْلس ََْل ِم‬ َ ‫« َم ِن ا َّد‬
“Barangsiapa yang pada masa Islam mengakui seseorang yang bukan ayahnya sebagai ayahnya,
sementara dia mengetahui bahwa lelaki itu bukanlah ayahnya, maka Jannah (Surga) diharamkan
atasnya.”
Maka Abu Bakrah radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Dan aku sendiri telah mendengar itu dari Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam.”
(Teks HR. Muslim no.63-114)

Petikan Pelajaran:

Allah ta’ala berfirman:

ْ ‫طأْت ُ ْم ِب ِه َولَ ِك ْن َما تَ َع َّم َد‬


‫ت‬ َ ‫ع َل ْي ُك ْم ُجنَا ٌح فِي َما أَ ْخ‬ َ ‫ِين َو َم َوالِي ُك ْم َولَي‬
َ ‫ْس‬ ِ ‫َّللا فَإِ ْن لَ ْم ت َ ْعلَ ُموا آ َبا َءهُ ْم فَإِ ْخ َوانُ ُك ْم فِي الد‬
ِ َّ ‫ط ِع ْن َد‬ َ ‫{ا ْدعُوهُ ْم ِِل َبا ِئ ِه ْم ه َُو أ َ ْق‬
ُ ‫س‬
]5 :‫)} [األحزاب‬5( ‫ورا َرحِ ي ًما‬ ً ُ‫غف‬ ُ َّ َ‫قُلُوبُ ُك ْم َو َكان‬
َ ‫َّللا‬

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka! Itulah yang
lebih adil pada sisi Allah, dan jika kalian tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka
sebagai) saudara-saudara kalian seagama dan maula-maula kalian! Dan tidak ada dosa atas kalian
terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hati kalian.
Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(QS. Al-Ahzaab:5)

Al-Qurthubiy rahimahullaah menjelaskan:

“Sepakat ulama tafsir bahwa ayat ini turun tentang Zaid bin Haritsah radhiyallaahu ‘anhu. Sejumlah imam
meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Dahulu kami selalu memanggil Zaid
1
bin Haritsah dengan nama Zaid bin Muhammad sampai turunlah ayat “Panggilah mereka (anak-anak
angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka!” (QS. Al-Ahzaab:5).

Dan berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dan selainnya, dahulu Zaid adalah
seorang tawanan dari Negeri Syam. Rombongan berkuda dari Tihamah menawannya. Lalu Hakim bin
Hizam bin Khuwailid membelinya, yang kemudian menghibahkannya kepada bibinya, yaitu Khadijah.
Kemudian Khadijah menghibahkannya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Maka Beliau
memerdekakannya, lalu menjadikannya sebagai anak angkat (mutabanni).”

(Tafsir Al-Qurthubiy, cetakan Ad-Dar Al-‘Alamiyah Kairo, th. 1440 H-2018 M, 14/107)

An-Nawawiy rahimahullaah menjelaskan:

“Makna ungkapan dalam hadits ini ialah teguran terhadap Abu Bakrah radhiyallaahu ‘anhu. Karena Ziyad
yang dibicarakan ini ialah dikenal dengan nama Ziyad bin Abu Sufyan--ada juga yang menamakannya
Ziyad bin Abih dan Ziyad bin Ummih--padahal dia adalah saudara Abu Bakrah yang seibu. Dulunya dia
dikenal dengan nama Ziyad bin ‘Ubaid Ats-Tsaqafiy, lalu Mu’awiyah bin Abi Sufyan menyebutnya sebagai
saudaranya dan menghubungkan nasabnya kepada ayahnya, yaitu Abu Sufyan. Sehingga Ziyad pun
berada di dalam barisan pendukungnya, padahal sebelumnya dia adalah pendukung ‘Ali bin Abi Thalib
radhiyallaahu ‘anhu.

Karena sebab inilah Abu ‘Utsman mengatakan kepada Abu Bakrah radhiyallaahu ‘anhu, “Apakah
gerangan ini yang telah kalian perbuat?”

Dan Abu Bakrah sendiri adalah termasuk orang yang membantah perlakuan demikian dan karena itulah
dia meninggalkan Ziyad dan bersumpah untuk tidak akan berbicara lagi dengannya buat selamanya. Ada
kemungkinan belum sampai perihal sikap Abu Bakrah ini kepada Abu ‘Utsman sehingga dia mengeluarkan
perkataan demikian kepadanya. Atau boleh jadi maksud perkataannya “Apakah gerangan ini yang telah
kalian perbuat?” ialah “Apakah peristiwa yang telah dilakukan saudara engkau? Alangkah tercela dan
alangkah besar sanksinya karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam sungguh telah mengharamkan
Jannah (Surga) atas orang yang melakukan perbuatan demikian.”

(Syarah Shahih Muslim, Karangan Imam An-Nawawiy, terbitan Ad-Dar Al-‘Alamiyah Kairo, th. 1440 H-2019
M, 1/380)

Adz-Dzahabiy rahimahullaah menulis:

“Ziyad bin Abih Al-Amir (sang pejabat). Tak diketahui kalau dia ini tergolong sahabat, sekali pun dia
dilahirkan pada tahun Hijrah. Di dalam kitab Adh-Dhu’afa’, Ibnu Hibban berkata, “Secara tampak lahiriah,
kondisi-kondisinya adalah perbuatan maksiat. Ulama telah sepakat untuk meninggalkan berargumentasi
dengan seseorang yang kondisinya demikian.”

Ibnu ‘Asakir berkata, “Dia tidak pernah melihat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dia masuk Islam pada
masa Khalifah Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu dan kemudian menjadi gubernur untuk kawasan Irak pada
masa kekhalifahan Mu’awiyah radhiyallaahu ‘anhu.”

(Mizaan Al-I’tidaal, karangan Adz-Dzahabiy, terbitan Dar El-Fikr Beirut, 2/86)

Wallaahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai