Anda di halaman 1dari 2

‫مجلس الحديث النبوي الشريف‬

MAJELIS KAJIAN HADITS BERSAMA ZULKIFLI ZAKARIA (HP/WA 0813-6345-7570)


DI RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC)
Jl. Basuki Rahmat No.1 Pariaman, Telp (0751) 93277-WA +62823-9204-3467

‫الر ِحيْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ‫هللا‬
ِ ‫س ِم‬
ْ ِ‫ب‬
BAHASAN AL-WA’AD (JANJI) DAN AL-WA’IID (ANCAMAN)
Rabu, 21 Shafar 1445 H/ 6 September 2023 M

PERTEMUAN 4: TAK MASUK JANNAH ORANG YANG DALAM DIRINYA ADA KESOMBONGAN (TAKABBUR)
Teks Hadits:
‫ع ْن‬
َ ،‫ِب‬َ ‫ع ْن أَبَانَ ب ِْن تَ ْغل‬ َ ،ُ‫ش ْعبَة‬ ُ ‫ أَ ْخبَ َرنَا‬،ٍ‫ َح َّدثَنِي يَحْ يَى ْب ُن َح َّماد‬:‫ قَا َل ا ْب ُن ْال ُمثَنَّى‬،ٍ‫ع ْن يَحْ يَى ب ِْن َح َّماد‬َ ‫ َجمِ يعًا‬،‫َار‬ ٍ ‫ َوإِب َْراهِي ُم ْب ُن دِين‬،‫ار‬ ٍ ‫ش‬َّ َ‫ َو ُم َح َّم ُد ْب ُن ب‬،‫َو َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن ْال ُمثَنَّى‬
‫«َل َي ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ َم ْن كَانَ فِي قَ ْل ِب ِه مِ ثْقَا ُل ذَ َّرةٍ مِ ْن ِكب ٍْر» قَا َل‬
َ :َ‫سلَّ َم قَال‬ ‫و‬
َ َ َ ُ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬‫ص‬ ‫ي‬ ‫ب‬َّ
َ ِ ِ ِ َ ‫ن‬‫ال‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ،ٍ‫د‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫س‬
ْ
ُ َ ِ‫م‬ ‫ْن‬
‫ب‬ ِ ‫هللا‬ ‫د‬
ِ ‫ب‬
ْ ‫ع‬
َ َ ْ
‫ن‬ ‫ع‬ ، َ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ق‬ ْ
َ َ َ ،ِ‫ِيم النَّ َخعِي‬
َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬ َ ‫ع ْن ِإب َْراه‬ َ ،ِ‫ض ْي ٍل ْالفُقَيْمِ ي‬ َ ُ‫ف‬
»‫اس‬ َّ ُ
ِ ‫غ ْمط الن‬ َ ‫ َو‬،‫ق‬ ْ َ ْ ْ َ
ِ ‫ ال ِكب ُْر بَط ُر ال َح‬،َ‫ «إِنَّ هللاَ َجمِ ي ٌل يُحِ بُّ ال َج َمال‬:َ‫ قال‬،‫سنَة‬ ً ُ
َ ‫سنًا َونَ ْعلهُ َح‬ َ ُ ْ َ
َ ‫الر ُج َل يُحِ بُّ أن يَكونَ ث ْوبُهُ َح‬ َّ َّ‫ إِن‬:ٌ‫َر ُجل‬
Dan Muhammad bin Al-Mutsanna, Muhammad bin Basysyar serta Ibrahim bin Dinar telah menyampaikan
hadits kepada kami, yang hadits kesemua mereka berasal dari Yahya bin Hammad; Ibnu Al-Mutsanna
mengatakan bahwa Yahya bin Hammad telah menyampaikan hadits kepadaku, (yang mengatakan bahwa)
Syu’bah telah menyampaikan kabar kepada kami, dari Aban bin Taghlib, dari Fudhail Al-Fuqaimiy, dari
Ibrahim An-Nakha’iy, dari ‘Alqamah, dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam yang telah bersabda,
»‫«َل يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ َم ْن َكانَ فِي قَ ْلبِ ِه مِ ثْقَا ُل ذَ َّرةٍ مِ ْن ِكب ٍْر‬
َ
“Tidak akan memasuki Jannah (Surga), yaitu siapa saja yang ada sebesar kuman kecil saja di dalam
qalbunya dari kesombongan (kibr).”
Seorang lelaki berkata, “Sungguh orang itu suka kalau pakaiannya adalah bagus dan sandalnya adalah
bagus.”
Lalu Beliau bersabda,
ُ ‫غ ْم‬
ِ َّ‫ط الن‬
»‫اس‬ َ ‫ َو‬،‫ق‬ِ ‫ط ُر ْال َح‬ َ َ‫ ْال ِكب ُْر ب‬،َ‫«إِ َّن هللاَ َجمِ ي ٌل يُحِ بُّ ْال َج َمال‬
“Sesungguhnya Allah ta’ala adalah mencintai segala yang bagus. Sombong (kibir) ialah sikap menolak
(membantah) kebenaran dan meremehkan manusia.”
(Teks HR. Muslim no.91-147)

Petikan Pelajaran:

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan pengertian kibir (takabbur), yaitu sikap menolak
atau membantah kebenaran dan sikap meremehkan manusia yang selain dirinya sendiri. Iblis laknatullah
telah mencontohkan sikap demikian ketika dia tidak mematuhi perintah Penciptanya untuk melakukan
sujud terhadap Adam ‘alaihis salaam, sementara malaikat mematuhi. Maka dia disebut telah melakukan
sikap takabbur (sombong) dan telah kafir (mengingkari). Allah ta’ala berfirman tentang itu:

]34 :‫)} [البقرة‬34( َ‫ِيس أَبَى َوا ْست َ ْكبَ َر َو َكانَ مِ نَ ْالكَاف ِِرين‬ َ َ‫{وإِ ْذ قُ ْلنَا ل ِْل َم ََلئِ َك ِة ا ْس ُجدُوا ِِل َد َم ف‬
َ ‫س َجدُوا إِ ََّل إِ ْبل‬ َ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kaliankepada Adam!" Maka
sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang
yang kafir.”

(QS. Al-Baqarah:34)

1
Sunaid bin Dawud telah mengutip penuturan Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullaah, “Barangsiapa yang
pebuatan maksiatnya karena nafsu syahwat, maka berharaplah bahwa dia bakal diterima taubat! Namun
barangsiapa yang perbuatan maksiatnya karena sombong, maka hendaklah anda cemas atasnya! Karena
Adam ‘alaihis salam telah melakukan perbuatan maksiat karena nafsu syahwat, lalu dia mendapatkan
ampunan, sementara Iblis (melakukan maksiat) karena menyombongkan diri, maka dia mendapatkan
laknat (kutukan).”

(Siyar A’lam An-Nubala’, Imam Adz-Dzahabiy, terbitan Dar Al-Hadits Kairo, th.1427 H-2007 M, 7/418)

Ibnu Qudamah rahimahullaah menulis:

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kibir ialah suatu akhlak bathin (dalam diri) yang memunculkan berbagai
perbuatan yang merupakan buah darinya. Perbuatan-perbuatan ini muncul pada anggota-anggota badan.
Akhlak kibir tersebut ialah memandang diri sendiri di atas orang yang disombongi. Yaitu dia memandang
bahwa dirinya adalah di atas orang lain dalam berbagai kesempurnaan. Saat itulah dia menjadi seorang
insan yang mutakabbir (sombong).

Inilah pembeda antara sikap sombong (kibir) dengan ujub (kagum terhadap diri sendiri). Sikap ujub
hanyalah menimbulkan kekaguman terhadap diri sendiri saja. Sehingga sekiranya yang ada hanya seorang
manusia saja, maka tetap tergambar bahwa dia berpeluang memiliki sikap ujub, namun tak akan
tergambar bahwa dia memiliki sikap sombong. Kecuali manakala dia berada bersama orang lain yang
ketika dia memandang dirinya di atas orang itu.

Karena saat seseorang melihat dirinya dengan pandangan membesarkan diri, maka dia merendahkan dan
memandang hina kepada orang yang di bawahnya. Kondisi orang sombong ini ialah ia memandang
kepada manusia secara umum seolah-olah dia memandang kepada keledai karena menilai dungu dan
nista.

Dan bahaya kibir adalah sangat besar. Orang-orang khusus pun terjerumus dalam bahaya ini. Amat
sendiri kalangan rajin ibadah, kalangan zuhud dan ulama yang terbebas dari bahayanya. Betapa tidak
besar bahaya kibir ini, padahal Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, ““Tidak akan memasuki
Jannah (Surga), yaitu siapa saja yang ada sebesar kuman kecil saja di dalam qalbunya dari kesombongan
(kibr).”
Sikap ini menjadi penghalang untuk masuk Jannah (Surga) adalah karena menjadi penghambat diri
seorang hamba untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak kaum mukminin. Karena insan yang sombong tak
mampu membuat dirinya untuk mencintai bagi orang-orang mukmin, apa-apa yang dia cintai bagi dirinya
sendiri. Dia tidak sanggup untuk bersikap tawadhu’ (merendahkan diri). Dia tak akan sanggup untuk
meninggalkan sikap dengki, iri dan marah. Bahkan dia tak akan mampu meredam kemarahan dan
menerima nasehat. Dia tak akan selamat dari sikap menyepelekan dan menggunjing orang lain. Pokoknya,
semua akhlak tercela adalah berdiri di atas sikap kibir (sombong).”

(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, terbitan Maktabah Ar-Rahab Kairo, 1427 H-
2006 M, hal.222-223)

Na’udzu billaah (kita berlindung kepada Allah ta’ala) dari sikap kibir (sombong).

Wallaahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai