KEARIFAN LOKAL
PROGRAM PEMBELAJARAN
PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
TENTANG
MODUL 1 PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
DI SMP IT TIARA AKSARA
Menimbang : Perlu adanya perangkat guru berupa modul ajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran siswa dalam rangka penerapan kurikulum merdeka di sekolah.
Memutuskan:
KESATU : Mensahkan setelah melalui telaah dan koreksi penggunaan modul 3 projek penguatan profil pelajar
Pancasila, tema Kearifan Lokal, topik “KUnjungan ke tempat bersejarah di kota Tangerang” yang
disusun tim untuk digunakan di SMP IT Tiara Aksara.
KEDUA : Penggunaan modul hanya sebagai salah satu bahan ajar dan referensi belajar bagi siswa kelas VII
SMP IT Tiara Aksara dan panduan bagi fasilitator dan pembimbing projek.
KETIGA : Modul 3 projek penguatan profil pelajar Pancasila ini terbuka untuk koreksi dan perbaikan.
Pertama-tama tim penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpah rahmatnya sehingga Modul 1
projek penguatan profil pelajar Pancasila ini dapat selesai dan siap digunakan. Secara umum. Modul ini berisi pendahuluan,
pembelajaran dan assesment.
Modul ini disusun untuk menjadi bahan ajar dan/atau panduan bagi siswa di SMP IT Tiara Aksara di dalam pelaksanaan
pembelajaran projek penguatan profil pelajar Pancasila elemen Akhlak pribadi, Mengenal dan menghargai budaya,
Kolaborasi, dan Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan pada dimensi profil pelajar pancasila. Adapun projek di
Kelas VII mengambil tema kearifan lokal, dengan topik “Mengunjungi tempat bersejarahdi Kota Tangerang”. Siswa diberikan
kebebasan di dalam mengembangkan projek dan berkolaborasi dengan pihak/sumber lain yang diketahuinya, strategi
pembelajaran maupun alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran modul 2 projek penguatan profil
pelajar Pancasila ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, sarana dan prasarana, minat serta karakteristik peserta didiknya.
Tim penyusun menyadari sepenuhnya bahwa modul 2 projek penguatan profil pelajar Pancasila ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran/masukan yang konstruktif dari para pembaca dan siswa sebagai pengguna
maupun dari pihak-pihak lain yang terkait dengan kurikulum merdeka sangat kami harapkan demi kesempurnaan isi modul ini.
Dengan adanya kritik dan saran tersebut penyusun berharap modul ini ke depan akan semakin bermanfaat keberadaannya baik
bagi guru dan peserta didik maupun rekan-rekan komunitas.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan modul ini, tim penyusun tetap berharap modul ini dapat membantu
siswa dan guru SMP IT Tiara Aksaradi dalam melaksanakan pembelajran projek penguatan profil pelajar pancasila.
Penyusun
Lembar Pengesahan 3
Kata Pengantar ………………………………………………………… 4
Daftar Isi ………………………………………………………………… 5
Peta kedudukan modul ..................................................................... 6
MODUL 3 Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 7
Tujuan Projek 7
Pertanyaan Pemantik 7
Informasi Umum 8
Informasi Umum 9
Komponen inti 9
Komponen Inti 10
Dimensi, Elemen, Subelemen, dan Capaian 10
Tahapan Aktivitas Proyek 11
Kegiatan 1 12
Kegiatan 2 13
Tahap refleksi 14
Daftar Pustaka 17
Sumber: Panduan Pengembangan Projek Penguatan Jenjang Pendidikan Dasar dan Memengah (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA) Profil Pelajar Pancasila, Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Jakarta
2021. Hal 49.
IDENTITAS
TUJUAN PROJEK
Menguatkan profil pelajar pancasila melalui pemahaman nilai kearifanlokal pada Mengunjungi Tempat
Bersejarah Kota Tangerang”
PEMAHAMAN BERMAKNA
Mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dan melestarikan budaya masyarakat yang ada di Kota Tangerang melalui
kunjungan ke tempat bersejarah
PERTANYAAN PEMANTIK
Menurutmu,apakah perlu melestarikan tempat bersejarah dan apakah kunjungan ke tempat wisata masih perlu
dipertahankan di tengah perkembangan dunia yang sudah semakin maju dan modern? Mengapa?
Menurutmu, apa saja tempat bersejarah daerah yang perlu dilestarikan?
Menurutmu sejauh mana peran generasi muda dalam melestarikan kearifan lokal melalui tempat tempat bersejarah
Sarana dan prasarana
Tempat bersejarah,mike pengeras suara, untuk refleksi Ruang kelas,
proyektor, Laptop, pulpen, kertasHVS, Klip sampul
Perlengkapan membuat jurnal tentang temapt tempat bersejarah
Target Peserta Didik
Peserta didik reguler
Peserta didik dengan kesulitan belajar
Peserta didik dengan pencapaian tinggi
Relevansi projek ini bagi sekolah dan semua guru mata pelajaran
Dewasa ini, anak-anak lebih banyak menyukai situs situs sejarah luar negeri, atau situs sejarah
atau tempat bersejarah di luar daerah nya sendiri.
Sebagai upaya meningkatkan kesadaran anak-anak akan mencintai budaya dan tempat
bersejarah di daerah sendiri, sebagai proses sejarah budaya, dan sejarah terbentuknya daerahnya.
dan mengenalkan kembali akar budayanya, maka pembahasan terkait mengunjungi tempat
bersejarah dipilih untuk menanamkan nila- nilai kearifan lokal pada anak-anak, untuk
melestarikan kembali tempat bersejarah sebagai sumber sejarah dan sekaligus sebagai identitas
budaya.
Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan tempat tempat bersejarah sebagai situs sejarah
daerah masing-masing.Tempat bersejarah ini ini berpengaruh pada pembentukan karakter dan
sikap serta pola hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal ini tergambar dari banyaknya sumber
sejarah berupa tempat bersejarah, yang tersebar di sebagai kearifan lokal yang perlu
dilestarikan.
Sekolah sebagai agen sosialisasi merupakan lingkungan belajar untuk anak. Oleh karenanya,
pengenalan tempat bersejarah pada kegiatan projek ini melalui lingkungan sekolah akan
terasa lebih bermakna. Kearifan lokal yang mulai lambat laun terlupakan, bisa dikenalkan kembali
pada anak-anak melalui kunjungan ke tempat bersejarah.
Perangkat ajar (toolkit) ini dirancang untuk membantu guru SMP (Fase D) agar dapat
melaksanakan projek dengan tema Kearifan Lokal. Judul projek pada perangkat ajar ini
adalah “Mengunjungi Tempat Bersejarah Kota Tangerang”” yang didalamnya bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran peserta didik untuk mengenal tempat bersejarah dan mencintai nilai-
nilai kearifan lokal yang terkandung didalamnya. Perangkat ajar ini terdiri dari 10 aktivitas
yang saling berkaitan. Disarankan projek ini dilakukan pada semester 1 kelas 7 SMP
dikarenakan aktivitas yang ditawarkan disusun sedemikian rupa agar peserta didik tidak hanya
mengenal tetapi juga memahami makna pada proses dan nilai-nilai yang terdapat tempat
bersejarah. Selain itu juga dapat melakukan aksi nyata dalam upaya melestarikan tempat
bersejarah didaerah sendiri. Waktu yang direkomendasikan dalam pengerjaan projek ini
adalah selama 1 minggu dengan total waktu 10 jam. Namun demikian, kami memahami
bahwa setiap sekolah memiliki kondisi yang berbeda. Oleh karena itu, guru dan kepala sekolah
mempunyai kewenangan dalam menyesuaikan jumlah aktivitas dan pengaturan alokasi
waktunya. Materi ataupun rancangan aktivitas dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah agar
projek ini dapat berjalan lancar dan efektif. Kami pun sudah menyiapkan beberapa alternatif dan
tips agar dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan projek ini.
KELENTENG Boen Tek Bio tampak mencolok. Berhias raya dengan dominasi warna merah
terang. Bagian atap utamanya menampakkan sepasang naga mengapit mutiara yang menyala.
Lampion-lampion merah bergelantungan di langit-langitnya.
Klenteng menghadap ke selatan. Jika masuk ke halaman depan yang berubin merah, Anda akan
menjumpai dua patung singa dari batu andesit abu-abu. Menara pembakaran kertas sembahyang
bercat merah ada di sisi kanan dan kiri halaman. Di tengahnya terdapat pedupaan atau hiolo
utama. Pedupaan berwarna emas ini merupakan tempat pembakaran hio bagi Tuhan Yang Maha
Esa (Dewa Langit). Sementara, bangunan utama kelenteng terdiri dari ruang dewa utama yang
dikelilingi oleh serambi bagi dewa-dewi pendukung.
Kelenteng Boen Tek Bio adalah klenteng tertua di kawasan Pecinan, Kota Tangerang.
Kehadirannya tak bisa dilepaskan dari kedatangan orang-orang Tionghoa yang dikenal dengan
sebutan “Cina Benteng”.
Menurut Sudemi dalam “Jejak Warisan Sejarah Agama Khonghucu Pada Masyarakat Cina
Benteng”, tesis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019, seiring
dengan kedatangan mereka, masuk pula ajaran Kong Hu Cu. Di tempat baru ini mereka
membangun permukiman dalam bentuk petak sembilan dengan Bio (klenteng) sebagai pusatnya.
Mula-mula yang dibangun Kelenteng Boen Tek Bio. Menyusul kemudian tiga kelenteng lain
dibangun di Tangerang.
“Kelenteng Boen Tek Bio dibangun dan didedikasikan untuk menghormati Dewi Kwan Im, salah
satu Shen Ming yang dihormati umat Khonghucu,” lanjut Sudemi. Shen Ming bisa diartikan
Dewa-Dewi.
Boen Tek Bio sendiri berasal dari bahasa Hokkian yang memiliki arti khusus. Boen berarti
intelektual, tek berarti kebajikan, dan bio berarti tempat ibadah. Secara etimologi, Boen Tek Bio
berarti tempat bagi umat manusia untuk menjadi insan yang penuh kebajikan dan intelektual.
Ada beberapa versi mengenai kapan dibangunnya Kelenteng Boen Tek Bio. Klenteng Boen Tek
Bio dibangun sekitar akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18. Masyarakat Tionghoa setempat
meyakini kelenteng semula berbentuk sebuah rumah bambu. Pemugaran kemudian beberapa kali
dilakukan.
Kelenteng di Jalan Bhakti, Kota Tangerang, ini direnovasi besar-besaran pada 1844. Bangunan
yang pertama dibangun adalah bagian tengah klenteng saat ini. Bangunan inilah yang mengalami
renovasi tahun 1844. Ahli bangunan dari Tiongkok sengaja didatangkan sehingga bangunan
kelenteng yang awalnya hanya berupa rumah menjadi seperti yang bisa dilihat seperti saat ini.
Saat renovasi tahun 1844, keempat kimsin dewa-dewi yang disembah di kelenteng ini, yakni
Dewi Kwan Im Hud Couw, Kongco Kha Lam Ya, Kongco Hok Tek Ceng Sin, dan Kongco
Kwan Seng Tee Kun dipindahkan ke Kelenteng Boen San Bio di daerah Pasar Baru, Tangerang.
Setelah renovasi selesai, keempat kimsin dikembalikan ke Kelenteng Boen Tek Bio melalui
prosesi arak-arakan tandu (joli). Prosesi arak-arakan pertama, yang dilakukan tahun 1856,
kemudian menjadi tradisi rutin dan dikenal dengan istilah Gotong Toapekong.
Menurut Stefanus Hansel Suryatenggara dalam “Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang Kajian
Arsitektural”, skripsi di Universitas Indonesia tahun 2011, setiap 12 tahun kegiatan ini digelar
untuk merayakan sekaligus memperingati ulang tahun kelenteng.
“Perayaan ini pada dasarnya adalah arak-arakan umat dan simpatisan kelenteng yang
menggotong joli (tandu) yang berisi tiga dewa-dewi yang disembah, yaitu Kwan Im, Cha Lam
Ya, dan Kwan Kong,” jelas Stefanus.
Salah satu yang menarik pada Kelenteng Boen Tek Bio adalah berbagai atribut di dalamnya.
Mulai dari tempat sembahyang hingga papan didatangkan langsung dari Tiongkok. Termasuk
dua patung singa di halaman depan kelenteng. Patung yang biasa disebut Ciok say ini berasal
dari sumbangan tahun 1827.
“Sepasang patung singa ini biasa ditempatkan di depan kuil Cina, satu melambangkan unsur
yang (jantan) digambarkan dengan mulut terbuka dan sebuah bola kecil, satu lagi sebagai unsur
yin, betina, dengan mulut tertutup dan anak singa di bawah kakinya,” jelas Stefanus.
Pun sebuah lonceng di sebelah barat laut. Lonceng ini adalah cetakan dari perunggu utuh dengan
nama Wende Miao dalam aksara mandarin yang dilebur di Tiongkok.
Kelenteng yang pernah berubah nama menjadi Vihara Padumuttara pada masa Orde Baru ini
terletak di kawasan Pasar Lama Tangerang. Letaknya yang strategis membuat Kelenteng Boen
Tek Bio selalu kedatangan pengunjung. Aksesnya pun mudah. Biasanya pengunjung dari Jakarta
akan melalui Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta, kemudian langsung masuk ke Jalan Ir. H. Juanda
lalu ambil jalan Jakarta-Bogor dan Jl. Dewi Sartika. Jika sudah mencapai persimpangan, putar
balik untuk menuju ke Jalan Ki Hajar Dewantoro, dan lanjut ke Jalan Bakti. Bisa juga dengan
transportasi umum, seperti KRL. Yang terdekat adalah Stasiun Tangerang.
Kelenteng Boen Tek Bio terakhir kali mengadakan perayaan Toapekong pada 6 Oktober 2012.
Perayaan berikutnya akan diadakan lagi pada 2024. Kendati begitu tak perlu menunggu lama
untuk menyaksikan perayaan di sana. Pasalnya setiap tahun kelenteng ini rutin mengadakan
berbagai perayaan seperti Peh Cun, yaitu lomba perahu naga yang diadakan di Kali Cisadane
Masjid tersebut merupakan masjid tertua di Kota Tangerang. Usianya kini 445 tahun.
Terletak di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Masjid Jami Kalipasir
berdiri di tengah-tengah permukiman warga.
Masjid itu memiliki warna krem di dinding luarnya dan didominasi warna putih di bagian dalam.
Gentingnya berwarna hijau.
Bangunan masjid itu sejatinya menghadap ke arah barat, tepatnya menghadap ke Sungai
Cisadane. Namun, tak ada pintu masuk di bagian muka masjid itu.
Di bagian muka masjid yang merupakan halaman utama terdapat sejumlah makam.
Jemaah yang akan memasuki area peribadatan, pun berziarah ke makam-makam di sana, bisa
masuk melalui pintu yang terletak di sisi utara dan sisi selatan masjid.
Begitu memasuki area dalam masjid, jemaah akan melihat kokohnya empat pilar berwarna hitam
yang berdiri tepat di bagian tengah Masjid Jami Kalipasir. Sjairodji menuturkan, masjid itu sama
sekali tidak pernah dialihfungsikan sebagai tempat lain. Sejak 1412 hingga saat ini, Masjid Jami
Kalipasir selalu digunakan sebagai tempat peribadatan muslim. "Enggak pernah
(dialihfungsikan). Masjid ini ya tetap sebagai masjid, untuk orang-orang shalat. Beberapa saat
dijadikan sebagai tempat singgah, tapi tidak pernah dialihfungsikan. Salah satu pilar pemberian
Sunan Kalijaga Sjairodji menyatakan, empat pilar yang berdiri kokoh di dalam masjid itu sama
sekali tidak pernah direvitalisasi. Bahkan, salah satunya merupakan pemberian istimewa dari
Sunan Kalijaga, salah satu tokoh agama Islam yang juga Wali Songo. "Yang sampai sekarang
masih ada peninggalan sejarahnya adalah empat tiang penyangga ini," ujar Sjairodji. "Di dalam
penjelasan menurut sejarah, bahwa satu di antaranya diberikan oleh Sunan Kalijaga," imbuh dia.
Hingga 2018, kata dia, tidak ada yang mengetahui pilar mana yang merupakan pemberian Sunan
Kalijaga. Barulah pada 2018, sejumlah ulama berkumpul di masjid tersebut. Mereka
memperbincangkan perihal pilar yang diberikan Sunan Kalijaga. Kata Sjairodji, ada salah satu
ulama yang mengetuk pilar itu satu per satu menggunakan tangannya. Ulama tersebut lantas
mendengar suara yang berbeda dari salah satu pilar ketika diketuk.
Ulama itu meyakini, pilar yang mengeluarkan suara berbeda adalah pemberian Sunan Kalijaga.
"Ini, pilar yang ada di kiri belakang yang adalah pemberian Sunan Kalijaga," ucap Sjairodji.
Sjairodji menambahkan, empat pilar itu sebenarnya tak memiliki arti khusus. Jumlah pilar yang
ada pun juga tidak merepresentasikan apa pun. Namun, ada yang menafsirkan empat pilar
tersebut merepresentasikan sahabat Rasulullah SAW.
[13.40, 31/8/2023] Kang Rully M.Si.: Tampak dalam Masjid Kalipasir, sebuah tempat ibadah
yang sudah berusia 445 tahun. Masjid tertua di Kota Tangerang itu terletak di Kelurahan
Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Penasihat DKM Masjid Jami Kalipasir Achmad Sjairodji (71) berujar, masjid tersebut ditetapkan
sebagai masjid pada 1576.
Kata Sjairodji, tidak ada yang mengetahui orang yang meresmikan bangunan tersebut sebagai
masjid.
Namun, lanjut dia, yang memutuskan masjid itu berdiri pada 1576 adalah Tobari Ashajili,
seorang ulama di Kota Tangerang sekaligus pemilik pesantren di Periuk, Kota Tangerang.
"Yang menentukan tahun berdirinya masjid ulama juga. Masih ada orangnya sekarang, yaitu KH
Tobari Ashajili," ungkap Sjairodji saat ditemui, Rabu (21/4/2021).
Saat itu, Sjairodji menjelaskan, seorang penyiar agama Islam bernama Ki Tengger Jati datang
dari Kerajaan Galuh Kawali.
"Mereka datang kemari dengan tujuan untuk syiar Islam. Yang sebelumnya, dia mempelajari
agama Islam kepada seorang guru yang bernama Syekh Syubakir," papar Sjairodji.
Sjairodji menuturkan, masjid itu sama sekali tidak pernah dialihfungsikan sebagai tempat lain.
Sejak 1412 hingga saat ini, Masjid Jami Kalipasir selalu digunakan sebagai tempat peribadatan
muslim. "Enggak pernah (dialihfungsikan). Masjid ini ya tetap sebagai masjid, untuk orang-
orang shalat. Beberapa saat dijadikan sebagai tempat singgah, tapi tidak pernah dialihfungsikan,"
tuturnya.
Salah satu pilar pemberian Sunan Kalijaga Sjairodji menyatakan, empat pilar yang berdiri kokoh
di dalam masjid itu sama sekali tidak pernah direvitalisasi. Bahkan, salah satunya merupakan
pemberian istimewa dari Sunan Kalijaga, salah satu tokoh agama Islam yang juga Wali Songo.
"Yang sampai sekarang masih ada peninggalan sejarahnya adalah empat tiang penyangga ini,"
ujar Sjairodji. "Di dalam penjelasan menurut sejarah, bahwa satu di antaranya diberikan oleh
Sunan Kalijaga," imbuh dia. Hingga 2018, kata dia, tidak ada yang mengetahui pilar mana yang
merupakan pemberian Sunan Kalijaga.
Salah satu produk budaya yang lambat laun mulai ditinggalkan oleh masyarakat adalah
kearifan lokal tempat bersejarah. Pada tema “kearifan lokal” dengan mengacu pada dimensi
Profil Pelajar Pancasila. Projek “Mengunjungi tempat bersejarah” ini disusun dengan tujuan
menguatkan profil pelajar pancasila melalui pemahaman nilai kearifan lokal pada tempat
bersejarah
Projek ini dimulai dengan kegiatan mencari data terkait tempat bersejarah Kota Tangerang
yang ada di Tangerang melalui pengamatan langsung dalam junjungan ke tempat bersejarah..
Selanjutnya mengembangkan permasalahan melalui isu-isu yang terjadi di masyarakat terkait
dengan tempat bersejarah melalui hasil pengamatan yang dituangkan dalam tulisan, atau
jurnal.. Peserta didik kemudian diajak untuk lebih mengenal lebih dalam tempat bersejarah
yang dikunjungi melalui tulisan. Dalam prosesnya, mereka juga diajak untuk
mengembangkan kemandirian diri dan berkolaborasi untuk menciptakan sebuah event
kegiatan pameran atau kegiatan menceritakan kembali temapat bersejarah yang diamati pada
saat kunjungan atau disebut dengan story telling dimana jurnal yang dituliskan akan
diceritakan kembali dihadapan peserta didik kelas VIII dan Kelas IX pada kegiatan English
Day dengan menggunakan bahasa Inggris yang benar. Proyek ini mengembangkan empat
dimensi dari Profil pelajar Pancasila yakni Kemandirian, Gotong Royong dan
Berkebhinekaan Global, dan bernalar kritis beserta elemen-elemen yang terkait.
Salah satu produk budaya yang lambat laun mulai ditinggalkan oleh masyarakat adalah
mencintai dan melestarikan tempat bersejarah di daerahnya sendiri . Pada tema “kearifan
lokal” dengan mengacu pada dimensi Profil Pelajar Pancasila. Projek “ mengunjungi tempat
bersejarah” ini disusun dengan tujuan menguatkan kembali profil pelajar pancasila melalui
pemahaman n ilai kearifan lokal pada tempat tempat bersejarah.
Projek ini dimulai dengan kegiatan mencari data terkait dengan tempat bersejarah yang ada
di Indonesia, khususnya yang ada di Kota Tangerang. Selanjutnya mengembangkan
permasalahan melalui isu-isu yang terjadi di masyarakat terkait dengan cara pengenalan akan
tempat bersejarah yang sangat berpengaruh bagi sejarah dan pembentukan daerah sendiri. .
Banyaknya tempat bersejarah yang ada di luar Kota Tangerang saat ini yang kemungkinan
akan menggeser akan peran dari nilai-nilai yang luhur dari budaya asli Tangerang. Peserta
didik kemudian diajak untuk lebih mengenal tempat bersejarah yang ada di sekitarnya dan
nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Dalam prosesnya, mereka juga diajak untuk
mengembangkan kemandirian diri dan berkolaborasi untuk menciptakan sebuah event story
telling atau menceritakan kembali temapat bersejarah yang sudah dikunjungi nantinya di
akhir projek pada semester ganjil.
Selanjutnya masuk ke dalam tahap aksi nyata. Pada tahap ini, peserta didik akan
berkolaborasi dengan guru, teman dan keluarga untuk membuat karya tulis tentang temapat
bersejarah dan budaya yang telah dikunjungi.
Alat dan Bahan : Alat tulis, buku catatan,
Cara: wawancara dengan narasumber, membuat daftar pertanyaan yang berhubungan
dengan data tempat bersejarah yang dikunjungi.
Melalui projek ini, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan empat dimensi dari
Profil pelajar Pancasila yakni Kemandirian, Gotong Royong dan Berkebhinekaan Global,
dan bernalar kritis beserta elemen-elemen yang terkait.
Dimensi Elemen Sub elemen Target Pencapaian di akhir Fase D(SMP, 12‒ Aktivitas
15 tahun)
Berkebineka Mengenal dan Mendalami Memahami pentingnya melestarikan dan merayakan tradisi
1,6
an Global menghargai budaya dan budaya untuk mengembangkan identitas pribadi, sosial, dan
budaya identitas budaya bangsa Indonesia serta mulai berupaya melestarikan budaya
dalam
kehidupan sehari-hari.
Gotong Kolaborasi Kerja sama Menyelaraskan tindakan sendiri dengan tindakan
12,14
royong orang lain untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai
tujuan kelompok di lingkungan sekitar, serta memberi
semangat kepada orang lain untuk
bekerja efektif dan mencapai tujuan bersama.
Koordinasi Sosial Membagi peran dan menyelaraskan tindakan dalam
4,10
kelompok serta menjaga tindakan agar selaras untuk
mencapai tujuan bersama.
Kemandirian Regulasi diri Menunjukkan Mengkritisi efektivitas dirinya dalam bekerja secara
mandiri dengan mengidentifikasi hal-hal yang 3,5,15
inisiatif dan
menunjang maupun menghambat dalam mencapai
bekerja secara tujuan.
mandiri
Bernalar Memperoleh Mengajuka Mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi dan
2
kritis dan n interpretasi informasi, serta mencari tahu penyebab ,
memproses pertanyaa dan konsekuensi dari informasi tersebut. 8
informasi dan n
gagasan
Mengidentifikas Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan menganalisis
7,9,11,13
i, informasi yang relevan serta memprioritaskan
mengklarifikasi, beberapa gagasan tertentu.
dan
mengolah
informasi
dangagasan
Tahap Kontekstualisasi
5. Refleksi Awal 6.Cerita tentang 7. Mengamati 8.Sesi tanya jawab 9.Perencanaa n
pengalaman video objek dan pemberian melalui diskusi
berkunjung ke tempat yang akan tanggapan kelompok
bersejarah dikunjungi tentang
kunjungan ke
tempat
bersejarah di
Desa Siallagan
Refrensi/bahan:
https://amp.kompas.com/travel/read/2023/0
1/18/093810227/sejarah-kelenteng-tertua-
di-tangerang-boen-tek-bio-sejak-1684
https://amp.kompas.com/megapolitan/
read/2021/04/22/03200091/sejarah-masjid-
jami-kalipasir-tertua-di-kota-tangerang-
berawal-dari
A. Tahap Pengenalan
Mengucap salam, berdoa dan presensi
Sebagai kegiatan awal dari tema, guru akan memperkenalkan tema kearifan lokal dengan topik projek
“Mengunjungi tempat bersejarah wihara boen tek bio dan masjid kali pasir”
Guru mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan tema dan topik
Diskusi tentang harapan siswa akan pelaksanaan program ini
Pembuatan kesepakatan kelas tentang sikap belajar
B. Tahap Kontekstualisasi
Refleksi awal: siswa mengisi tabel di bawah sebagai bahan refleksi awal!
Pertanyaan refleksi Hasil Refleksi
Apa saja yang kamu ketahui tentang Kota
Tangerang?
Mengapa kamu ingin mengetahui hal itu?
Darimana saja kamu bisa mendapatkan
informasi?
Sejauh mana kamu dapat mengerjakan proyek ini
secara mandiri?
Apa saja bentuk bantuan yang kamu perlukan
dari guru dan orangtua
Siswa berbagi dengan becerita di depan kelas tentang pengalamannya pernah melihat dan Mengamati tempat bersejarah di Kota
Tangerang melalui tampilan video link:
Tim fasilitasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau memberi tanggapan tentang tampilan video
Membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan mempersiapkan kelompok masing-masing melalui diskusi dalam kegiatan aksi
proyek membuat laporan dari kegiatan mengunjungi tempat bersejarah di Kota Tangerang dalam bentuk tulisan ilmiah secara
bersama dalam kelompok yang dibagi yang akan dilakukan dalam tahapan aksi dan pada hari Kamis, Oktober 2023
Kegiatan 2
Tahap
Aksi
dengan prosedur penulisan laporan dalam bentuk tulisan Ilmiah sesuai prosedur yang diberikan
guru pembimbing
B. Tahap Refleksi
Siswa melakukan tahap refleksi dari pelaksanaan kegiatan mengunjungi tempat bersejarah di Kota
Tangerang.
Refleksi awal: siswa mengisi tabel di bawah sebagai bahan refleksi awal!
Pertanyaan refleksi Hasil Refleksi
Apa saja yang kamu ketahui tentang Kota
Tangerang?
Mengapa kamu ingin mengetahui hal itu?
Darimana saja kamu bisa mendapatkan
informasi?
Sejauh mana kamu dapat mengerjakan proyek ini
secara mandiri?
Apa saja bentuk bantuan yang kamu perlukan
dari guru dan orangtua
Daftar Pustaka
Bahan Bacaan
1. https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2021/04/22/03200091/sejarah-masjid-jami-
kalipasir-tertua-di-kota-tangerang-berawal-
2. https://amp.kompas.com/travel/read/2023/01/18/093810227/sejarah-kelenteng-tertua-di-
tangerang-boen-tek-bio-sejak-1684
Video
1. https://youtu.be/Po-A-o3HOe0?si=qykN4E7sGDVTpw5O
2. https://youtu.be/VtrjTvBoFB4?si=lF1qWRCYo00YCGQn