Anda di halaman 1dari 25

MATERI 1

Alur atau Proses Produksi Mulitimedia

PRAPRODUKSI
Dalam alur produksi produk multimedia, terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu proses
praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Ketiga alur tersebut, termasuk ke dalam Standar
Operasional Prosedur (SOP). SOP merupakan prosedur atau tahapan pekerjaan yang harus
dilakukan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.

merupakan tahap awal dari proses produksi. Di tahap ini, kita akan mempersiapkan segala
macam hal yang akan diperlukan untuk proses produksi. Jadi, jika diibaratkan, misalnya
kamu ingin memasak sesuatu, maka tahap kamu membeli bahan-bahannya dan
mempersiapkan peralatan masaknya, itu semua yang dimaksud dengan tahap praproduksi.

Kenapa harus dipersiapkan secara matang? Alasannya karena tahap praproduksi memiliki
peran penting terhadap kesuksesan atau kelancaran proses produksi. Oleh karena itu, tahap
ini membutuhkan waktu yang lumayan panjang, dibandingkan dengan tahap produksi dan
pascaproduksi. Hampir 70% dari kegiatan produksi produk multimedia itu dikerjakan di tahap
praproduksi.
proses praproduksi ini terbagi menjadi sembilan tahapan. Waduh, banyak banget, ya! Kita akan
membahas satu per satu setiap tahapannya secara rinci, nih. So, baca terus sampai habis, ya.

Tahapan yang pertama adalah menentukan ide dan konsep. Ide merupakan gagasan
awal yang nantinya akan direalisasikan ke produk yang ingin diproduksi. Ide dapat diperoleh
dari mana aja, bisa dari imajinasi, hobi, pengalaman, buku, film, atau lingkungan sekitar. Dari
ide ini, kita akan tau, produk seperti apa sih yang ingin kita produksi.

Nah, setelah menemukan ide, kita bisa mengembangkannya menjadi sebuah konsep. Kita
akan menentukan, seperti apa bentuk dan gaya pengemasan produk yang ingin kita buat,
siapa aja target penontonnya, dan pesan apa yang ingin disampaikan.

Misalnya nih, kamu punya ide ingin membuat video mukbang (makan-makan). Nah, kamu
harus tentukan dulu konsep videonya mau seperti apa. Apakah mukbang biasa di
rumah, mukbang ke tempat makan, atau sambil ngevlog nih, jalan-jalan ke food
festival misalnya. Pastinya, dari ketiga pilihan konsep tersebut, akan menghasilkan video yang
berbeda, dari segi pengambilan gambar, background musik, kostum, dan lain sebagainya.

ide dan konsep yang menarik akan menghasilkan produk yang menarik juga.
Selanjutnya, ada tahap pembuatan naskah. Tahap ini juga tidak kalah penting dari tahap
sebelumnya. Pada pembuatan video atau film, naskah bisa dijadikan acuan dalam proses
produksi. Tanpa adanya naskah, bisa-bisa, cerita yang ingin disampaikan tidak bisa tersusun
dengan baik.

Nah, kamu harus tau juga, naskah ditulis secara bertahap, dimulai dari menentukan ide
cerita. Hayo, masih ingat tidak, ide bisa diperoleh dari mana aja? Setelah menentukan ide,
maka perlu dilakukan riset. Riset ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait cerita
yang akan ditulis. Riset bisa dilakukan melalui internet, buku, wawancara, atau datang ke
lokasi langsung yang nantinya akan digunakan sebagai latar tempat cerita.

Setelah itu, langkah selanjutnya adalah membuat ringkasan cerita (sinopsis). Sinopsis berisi
garis besar jalan cerita, meliputi pengenalan karakter para tokoh, konflik cerita, klimaks, dan
penyelesaian masalah. setelah mengetahui gambaran cerita secara garis besar, cerita mulai
disusun berdasarkan urutan adegannya (scene).

Tahap ini disebut dengan pembuatan outline.


Lalu, dari outline, akan dikembangkan lagi menjadi treatment, yaitu uraian mengenai segala
urutan kejadian secara rinci, mulai dari kemunculan gambar, sampai berakhirnya cerita.
Treatment biasanya digunakan saat membuat naskah film.

setelah treatment tersusun dengan baik, maka langkah terakhir adalah membuat naskah.
Naskah sendiri terbagi menjadi dua jenis nih, yaitu naskah 1 kolom (wide margin) dan naskah
2 kolom.
berikut ini, merupakan contoh naskah 2 kolom.
Tahap yang ketiga adalah membentuk tim produksi.

Seorang content creator mungkin saja bisa membuat karya seorang diri, tanpa bantuan tim.
Tapi, hal itu tentu membutuhkan waktu dan usaha yang luar biasa, dalam skala produksi
produk multimedia yang lebih besar, seperti pembuatan film atau video klip, kita pasti
membutuhkan sebuah tim produksi. Mustahil jika semua kegiatan produksi dikerjakan oleh
satu orang saja.

Biasanya, tim atau kru produksi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu tim kreatif dan tim
teknis. Hmm, bedanya apa, ya? Oke, jadi, tim kreatif adalah tim yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan ide-ide menarik yang bisa memikat konsumen atau penonton.
Sementara itu, tim teknis adalah tim yang bertanggung jawab dalam urusan teknis
produksi. Nah, masing-masing tim terbagi lagi nih peran-perannya. Apa aja ya kira-kira? Yuk,
perhatikan gambar berikut ini!
Tahap berikutnya adalah membuat panduan gambar. Maksud panduan gambar itu
gimana, sih? Nah, gampangnya, panduan gambar bisa diartikan sebagai gambar-gambar yang
dijadikan referensi atau contoh untuk memvisualisasikan suatu adegan. Misalnya nih, dalam
Maka,
panduan gambarnya bisa berupa kantin sekolah yang ramai dikunjungi siswa. Ada banyak
siswa yang sedang makan, ngobrol, atau mengantri makanan.

dalam proses praproduksi, panduan gambar biasanya berupa storyboard. Storyboard sendiri
adalah sketsa gambar yang disusun secara berurutan sesuai naskah cerita.
Dengan storyboard, penulis cerita dapat membuat seseorang membayangkan alur cerita
melalui gambar-gambar yang disajikan, sehingga dapat menghasilkan persepsi yang sama
mengenai ide cerita yang penulis ingin sampaikan.

Dalam pembuatan storyboard, biasanya terdiri dari beberapa komponen, di antaranya bagian
judul, sub judul, visual, audio, dialog/action, dan properti.
selain storyboard, ada juga media lain yang dapat digunakan sebagai panduan gambar, loh.
Kamu bisa menggunakan floor plan. Floor plan ini bentuknya seperti denah yang
menggambarkan posisi kamera dan pemain dari atas. Tentunya, dalam floor plan juga
terdapat jenis-jenis shot dan angle yang akan digunakan.

Selain itu, kamu juga bisa menggunakan photo board (papan foto). Bentuk photo
board kurang lebih sama seperti storyboard. Bedanya, kalo photo board bukan berupa
ilustrasi gambar, melainkan foto. Nah, kamu bisa mengambil beberapa foto yang dapat
menggambarkan adegan dalam cerita.
Selanjutnya, kita masuk ke tahap pembuatan jadwal produksi (working schedule). Working
schedule merupakan jadwal tahapan kerja secara keseluruhan, mulai dari tahap praproduksi,
produksi, hingga pascaproduksi. Nah, working schedule ini biasanya dibuat oleh seorang
produser, berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tim produksi dan target waktu yang
harus dipenuhi.

Kamu harus tau, working schedule penting sekali untuk dibuat. Kenapa begitu? Alasannya
karena working schedule bisa digunakan sebagai laporan perkembangan, sehingga hasil kerja
setiap tim produksi dapat terpantau. Hal ini, tentu bertujuan agar kegiatan produksi dapat
berjalan sesuai waktunya, alias tidak molor. Jadi, dapat menghindari terjadinya pemborosan
biaya.
Setelah itu, kita akan menentukan perlengkapan apa saja yang dibutuhkan untuk proses
produksi nantinya. Tahap ini, harus dipikirkan baik-baik, ya. Jangan sampai, ketika proses
syuting nanti, ada beberapa peralatan yang belum ada. Atau bahkan, ada perlengkapan yang
seharusnya tidak terlalu dibutuhkan, tapi justru dibeli begitu saja. jika sudah begitu, proses
produksi jadi akan terhambat dan biaya produksi juga tidak bisa dikeluarkan secara optimal.
berikut ini terdapat beberapa perlengkapan yang biasa digunakan dalam proses produksi
audio video.

Selain menentukan perlengkapan produksi, kita juga perlu mencari pemain dan lokasi untuk
keperluan syuting nanti. Kamu pasti pernah mendengar istilah casting, kan? Casting adalah
proses pemilihan pemain atau aktor untuk memerankan sebuah karakter pada cerita.
di tahap sebelumnya kita sudah membuat naskah. Dari naskah tersebut, bisa kita bedah,
karakter apa saja yang dibutuhkan.

Dalam produksi film, sebelum melakukan casting, sutradara dan penulis naskah biasanya
akan memformulasikan atau menyusun 3 dimensi tokoh. Jadi, masing-masing tokoh penting
dalam cerita akan dibedah (breakdown) 3 dimensi tokohnya. Tujuannya, agar si tokoh atau
pemain dapat lebih menghayati peran yang dimainkan. 3 dimensi tokoh ini meliputi segi
fisiologis, psikologis, dan sosiologis.
Proses casting biasanya dilakukan melalui dua cara, yaitu screen test atau audisi terbuka
(open casting). Pada screen test, biasanya sutradara sudah memiliki pandangan,
siapa aja orang yang cocok untuk memerankan karakter dalam cerita. Kemudian, sutradara
dan casting director akan mengundang orang yang dianggap cocok tersebut untuk melakukan
uji kecocokan, dengan memberikan naskah dan meminta orang tersebut untuk memerankan
satu atau dua adegan.

Sementara itu, pada open casting, cara pemilihan pemain dilakukan dengan mengadakan
audisi secara terbuka. Jadi, siapa aja bisa mengikuti audisi tersebut. Nah, informasi open
casting ini biasanya akan disebarkan melalui sosial media. Sama halnya dengan screen test,
sutradara dan casting director akan memberikan naskah pada peserta dan memintanya untuk
memerankan beberapa adegan. Hayo, siapa yang pernah coba ikut open casting?

Dalam proses casting, akan dilakukan perekaman. Dari hasil rekaman tersebut, nantinya akan
dipilih, siapa aja yang paling cocok untuk menjadi pemain.

Oh iya, jika proses pemilihan pemain disebut dengan casting, maka proses pencarian lokasi
bisa kita sebut dengan istilah hunting location. Hunting location ini bertujuan untuk mencari
lokasi syuting yang pas dan dapat menginterpretasikan kebutuhan set dalam naskah. Eits!
Mencari lokasi syuting tidak bisa dilakukan sembarangan, ya. Kamu perlu memperhatikan
beberapa hal, di antaranya sebagai berikut:
Nah, setelah lokasi sudah fix nih, maka tim produksi akan mengunjungi lokasi tersebut. Proses
ini disebut dengan reece, yaitu proses mengunjungi lokasi yang sudah siap secara look, mood,
dan administrasi. Pada proses ini, kita tidak cuma lihat-lihat aja, tapi juga menentukan hal-hal
teknis di lapangan, seperti menentukan blocking dan penempatan adegan, menentukan
teknis kamera dan lighting, memperhatikan adanya gangguan suara, serta
menentukan layout set dan properti.

Jangan lupa juga untuk mengambil beberapa foto dan video saat proses hunting
location dan reece, ya. Kamu juga perlu mengecek keadaan lokasi sesuai waktu pada adegan.
Misalnya nih, ada adegan yang berlangsung pada malam hari, maka kamu harus melihat lokasi
di malam hari juga, untuk mendapat gambaran keadaan sebenarnya.
Oke, kita masuk ke tahap selanjutnya ya, yaitu merinci anggaran biaya produksi (breakdown
budget). Breakdown budget adalah rincian keseluruhan dana yang digunakan untuk proses
produksi. Masing-masing departemen pada tim produksi akan membuat rencana anggaran
biaya, mulai dari proses praproduksi sampai pascaproduksi. Kemudian, rencana anggaran
biaya tersebut akan disusun menjadi breakdown budget oleh produser.
Pada dasarnya, breakdown budget hanyalah sebuah perkiraan. Artinya, bisa saja, di
situasi real, akan terjadi pembengkakan biaya produksi. Nah, jika mengalami kondisi seperti
itu, kamu bisa berdiskusi dengan tim untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik.

Akhirnya, sampai juga pada tahap terakhir dalam proses praproduksi produk multimedia nih,
yaitu melakukan reading dan rehearsal. Setelah naskah sudah siap dan para pemain sudah
ditentukan, maka saatnya untuk melakukan reading, yaitu proses pengarahan para pemain
sesuai dengan konsep dan skenario dari sutradara. Reading dilakukan secara bersama-sama
dengan membaca skenario sesuai dengan porsi perannya masing-masing yang dibimbing oleh
sutradara. Reading penting sekali dilakukan oleh para pemeran agar dapat mendalami
karakter yang dimainkan.

Setelah melakukan reading, maka langkah selanjutnya adalah latihan (rehearsal). Latihan ini,
dilakukan baik dalam bentuk pengolahan emosi dan dialog, maupun latihan blocking pemain
dan kamera. Sutradara biasanya akan mengarahkan para aktor saat melakukan rehearsal. Di
tahap rehearsal ini juga, penata gambar bisa merancang angle dan pergerakan kamera.
Tapi, tidak semua adegan akan dilatih dalam rehearsal. Hanya adegan-adegan yang dirasa
sulit atau adegan yang melibatkan banyak dialog saja.
THE END

Anda mungkin juga menyukai