Anda di halaman 1dari 10

TERJEMAHAN JURNAL INTERNASIONAL KEPERAWATAN

CORRELATION OF HYPERGLYCEMIA WITH MORTALITY


AFTER ACUTE ISCHEMIC STROKE

Tugas Pengembangan Profesi


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Jabatan Fungsional

Oleh :

Nama : Nofi Dwi Cahyani


NIP : 198411062010012027

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. LOEKMONO HADI
Jl. dr. Loekmono Hadi No.19 Telp (0291) 444001 Fax. 438195 Kudus 59348
email :rsuddrloekmonohadi@kuduskab.go.id, rsudkudus@yahoo.co.id
website : www.rsuddrloekmonohadi.kuduskab.go.id
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Terjemahan Jurnal Internasional Keperawatan guna
memenuhi salah satu syarat kenaikan jabatan fungsional, dengan judul “Quality
of Life in Patients with Coronary Heart Disease after Myocardial Infarction and
with Ischemic Heart Failure”.
Pembuatan terjemahan jurnal internasional keperawatan ini tidak akan
terlaksana tanpa adanya kerjasama, bantuan, dukungan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas
terjemahan jurnal internasional keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta masukan dari pembaca yang
konstruktif. Semoga terjemahan jurnal internasional keperawatan ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Kudus, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
BAB II KEASLIAN JURNAL..............................................................................3
BAB III ANALISIS JURNAL TERJEMAHAN...................................................13
BAB IV PENUTUP.........................................................................................23
A. Kesimpulan..........................................................................................23
B. Saran...................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah

penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara

berkembang. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke. Menurut WHO

(2015), setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke.

Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Di kawasan Asia

tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami.

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke

suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak

mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau

pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran

darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan

atau mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat

menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran

darah yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak

berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana

mestinya.

Kondisi sakit akut (termasuk stroke) seringkali diikuti oleh munculnya

hiperglikemia. Peningkatan glukosa darah terjadi dalam fase awal stroke.

Hiperglikemia pada pasien yang belum atau tidak terdiagnosis diabetes, dan

dijumpai pada saat sakit akut disebut dengan stress hiperglikemia. Menurut

Capes (2011) hiperglikemia seringkali dijumpai pada fase akut stroke dan

berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan disabilitas. Kagansky

(2011) mengkaji dampak hiperglikemia pada model coba. Hiperglikemia

1
menunjang proses kerusakan saraf dengan cara asidosis intraselular,

akumulasi glutamat, edema otak, gangguan sawar darah otak, dan memacu

kecenderungan transformasi hemoragik.

Hiperglikemia memperburuk defisit neurologik dan akan

meningkatkan mortalitas baik pada hiperglikemia reaktif maupun pada

diabetes melitus, karena pada kondisi iskemia akan timbul asidosis laktat

yang menyebabkan kerusakan neuron, jaringan glial dan jaringan vaskular.

Pengendalian kadar glukosa darah yang ketat ada hubungan dengan

berkurangnya angka kematian pada pasien stroke, walaupun ada bukti

bahwa hubungan antara diabetes melitus dengan stroke baik dari studi

epidemiologis maupun studi patofisiologis, pengendalian dan penurunan

kadar serum glukosa darah tidak menunjukan penurunan risiko terjadinya

stroke (Capes et al., 2011).

Dianjurkan untuk segera dapat menurunkan kadar glukosa darah

pada pasien stroke iskemik akut, meskipun penurunan ini belum ada bukti

yang cukup untuk menurunkan faktor risiko, terutama pasien nondiabetes.

Karena pasien stroke nondiabetes lebih berrisiko terjadi kerusakan otak lebih

lanjut jika terjadi hiperglikemia (Lindsberg, 2014).

B. Tujuan

Tujuan dari penyampaian jurnal ini adalah:

1. Menambah wawasan tentang hubungan hiperglikemia terhadap

mortalitas pada penderita stroke iskemik fase akut

2.

2
BAB II

ANALISIS JURNAL

Sumber Jurnal : Therapeutic Advances in Neurological Disorders Vol. 11: 1– 5

DOI: 10.1177/1756285617731686 (2018). Dikases melalui

journals.sagepub.com

Peneliti : Donghua Mi, Pingli Wang, Bo Yang, Yuehua Pu,

Zhonghua Yang & Liping Liu

Judul : Correlation of hyperglycemia with mortality after acute

ischemic stroke

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian studi observasi

prospektif, dengan pasien non-diabetes yang dirawat

karena stroke iskemik akut antara 1 September 2014

dan 30 September 2016 di unit intensif saraf (NCU)

Rumah Sakit Tiantan.

Kriteria inklusi responden sebagai berikut (1) stroke

iskemik yang dibuktikan dengan initial diffusion weighted

imaging (DWI) atau scan head computerized

tomography (CT); (2) masuk dalam 72 jam sejak onset

gejala; dan (3) skor penerimaan di National Institutes of

Health Stroke Scale (NIHSS) antara 5 dan 25. Kriteria

eksklusi meliputi kondisi yang mengancam jiwa yang

membatasi kunjungan tindak lanjut, atau tidak adanya

kadar glukosa plasma saat masuk.

Uji analisa menggunakan uji Chi-Square atau Fisher

diterapkan untuk variabel kategori, dan uji Kruskal-

Wallis non-parametrik dua sisi digunakan untuk variabel

3
kontinu dalam analisis univariat. Model regresi logistik

multifaktorial digunakan untuk menilai korelasi antara

hiperglikemia dan hasil akhir. OR yang disesuaikan

kemudian diperoleh setelah penyesuaian untuk faktor-

faktor pada nilai probabilitas ambang 0,05 dalam

analisis univariat. Signifikansi diterima jika p <0,05.

Analisis data dilakukan dengan SAS Statistics Analysis

System 20 (versi 8.0).

Hasil : 91 pasien non-diabetes dengan stroke iskemik akut

dirawat di unit intensif neurologis. Glukosa darah

mereka diukur 2 kali dalam 6 jam (baseline) dan setiap

jam setelah onset stroke. Pasien dikumpulkan menjadi

empat kelompok sebagai berikut: 1) responden yang

normoglikemia dan tidak ada hiperglikemia diamati pada

awal atau 24 jam; 2) responden dengan hiperglikemia

diambang garis batas; 3) responden dengan

hiperglikemia dan hiperglikemia diamati 24 jam hanya

pada 24 jam setelah stroke; dan 4) responden dengan

hiperglikemia dan hiperglikemia persisten pada awal

dan pada 24 jam.

Hiperglikemia persisten berkorelasi dengan peningkatan

risiko kematian dalam 30 hari (OR = 24,0; 95% CI = 2,8-

199,3) dan itu juga berkorelasi dengan transformasi

hemoragik (OR = 13,3; 95% CI = 2,7-66,1).

Kesimpulan : Hiperglikemia persisten berhubungan dengan mortalitas

setelah stroke iskemik akut.

4
BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, memantau kadar glukosa darah pasien non-diabetes

dengan stroke iskemik akut setelah dan 24 jam setelah masuk RS. Dimana

ditemukan bahwa hiperglikemia persisten dalam periode 24 jam setelah masuk

RS dikaitkan dengan mortalitas 30 hari setelah stroke menonaktifkan iskemik

akut dan perdarahan parenkim dalam 7 hari pertama.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa hiperglikemia

merupakan prediktor penting dari peningkatan risiko hasil yang buruk pada stroke

iskemik akut tanpa diabetes. Sejalan dengan penelitian ini bahwa hiperglikemia

setelah stroke dikaitkan dengan hasil yang buruk. Dengan demikian, penelitian ini

didukung oleh semua bukti lain membuktikan kontribusi hiperglikemia pada hasil

fungsional yang buruk setelah stroke iskemik akut. Penemuan tersebut

menunjukkan bahwa setelah masuk rumah sakit, menurunkan glukosa darah

dapat bermanfaat untuk prognosis yang lebih baik pada pasien stroke tanpa

diabetes. Tapi sampai sekarang, tidak ada efek menguntungkan dari kontrol

glukosa intensif pada hasil klinis setelah stroke iskemik akut yang dilaporkan.

Namun, uji klinis acak prospektif yang sedang berlangsung dengan ukuran

sampel besar mungkin menawarkan strategi manajemen yang optimal melawan

hiperglikemia untuk hasil yang lebih baik pada pasien yang menderita stroke

akut.

Didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hiperglikemia

dengan mortalitas penderita stroke iskemik fase akut dengan estimasi OR =

7.962; 95% CI = 2.630-24.103 p= 0.000 (p<0.05) dengan nilai x2= 15.602.

Penelitian lain yang dilakukan Nakibuuka et al.,(2015) menunjukan adanya

pengaruh hiperglikemia dengan angka mortalitas pasien stroke dengan nilai

5
p=0.0301, OR= 3.7, 95% CI = 1.1-12.4. Keadaan hiperglikemia dengan kadar

glukosa darah >144 mg/dL dilaporkan akan meningkatkan risiko kematian

sebanyak 3.7 kali. Pasien dengan kadar glukosa darah yang tinggi risiko terkena

stroke dua kali lipat dibandingkan pasien dengan kontrol glukosa darah yang baik

dan terdapat hubungan bermakna antara peningkatan kadar glukosa terhadap

insiden stroke (Misbach, 2011).

6
DAFTAR PUSTAKA

Capes SE, Hunt D, Malmberg K, Pathak P, & Gerstein HC, (2011). Stress
hyperglycemia and prognosis of stroke in nondiabetic and diabetic patients:
a systematic overview. Stroke; 32, hal: 2426-2432

Donghua, et. al (2018). Correlation of hyperglycemia with mortality after acute


ischemic stroke. Original Research Therapeutic Advances in Neurological
Disorders Vol. 11: 1– 5. Dikases melalui journals.sagepub.com

Kagansky N, Levy S, Knobler H, (2011). The role of hyperglycemia in acute


stroke. Arch Neurol; 58, hal: 1209-1212.

Lindsberg, P.J., (2014). Hyperglycemia in Acute Stroke. Stroke, 35(2), pp.363–


364

Marsh JD & Keyrouz SG, (2015). Stroke prevention and treatment. Journal of the
American College of Cardiology; 56(9), hal: 683-691.

Misbach, Jusuf, (2011). Diagnostic aspect, pathophysiology, management. Journal of


Stroke; 1(1), hal: 46-54.

Nabyl, (2012). Deteksi dini dan gejala dan pengobatan stroke, solusi hidup sehat bebas
stroke. Yogyakarta: Aulia Publishing

World Health Organization (2015). The atlas of heart disease and stroke. Diunduh dari
www.who.int/cardiovascular_diseases/resources/atlas/en/ tanggal 10 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai