Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PEMBERIAN TETES HIDUNG DAN TETES TELINGA

Dosen Pengampu : Ni Putu Sumartini, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Aluna Nurmalia Lhutfa P0712042101


2. Eva Dwi Rahayu P071204210
3. Muhammad Suhaili P071204210
4. Syakiratun Nikmah P071204210

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-
Nya sehingga makalah mengenai “Makalah Tetes Telinga Dan Hidung” ini dapat tersusun
sampai dengan selesai.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Ni Putu Sumartini, M.Kep selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Mataram, 11 April 2023


Hormat kami,

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB – I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB – II PEMBAHASAN..............................................................................3
I. OBAT TETES HIDUNG.........................................................................3
A. Pengertian obat tetes hidung...............................................................3
B. Prinsip enam benar pemberian obat....................................................5
C. Tujuan pemberian obat tetes hidung...................................................6
D. Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat tetes hidung..................6
E. Prosedur pemberian obat tetes hidung................................................6
II. OBAT TETES TELINGA.......................................................................9
A. Pengertian obat tetes telinga...............................................................9
B. Prinsip enam benar pemberian obat ...................................................10
C. Tujuan pemberian obat tetes telinga...................................................12
D. Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat tetes telinga...................12
E. Prosedur pemberian obat tetes telinga................................................12
BAB – III PENUTUP......................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
CHEKLIST.....................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu pengembangan obat yaitu dibuatlah sediaan-sediaan yang


digunakan pada permukaan luar telinga, hidung, rongga mulut termasuk macam-
macam dari sediaan farmasi dalam bentuk larutan, suspensi dan salep.
Salah satu sediaan yang digunakan pada permukaan luar yaitu sediaan untuk
telinga atau dikenal juga sebagai sediaan otic atau aural. Bentuk larutan paling
sering digunakanpada telinga, suspensi dan salep masih juga didapati dalam
penggunaannya. Sediaan untuk telinga biasanya diteteskan atau dimasukkan
dalam jumlah kecil kedalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga
(lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit (Ansel,
2005).
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam debu yang
masuk ke dalam melalui hidung. Tanpa penyaringan ini mungkin debu ini dapat
mencapai paru-paru. Bagian depan dari rongga hidung terdapat rambut hidung
yang berfungsi menahan butiran debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri
menempel pada mukosa hidung. Dalam rongga hidung udara dihangatkan
sehingga terjadi kelembaban tertentu.
Tetes hidung adalah obat bebas yang digunakan dengan cara meneteskan
obat kedalam rongga hidung yang mengandung zat pensuspensi, pendapat dan
pengawet. Sebagai cairan pembawa umumnya digunakan air. pH cairan
pembawa sedapat mungkin antara 5,5-7,5 dengan kapasitas dapat sedang, isotonis
atau hampir isotonis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat tetes hidung dan obat tetes telinga?
2. Apa prinsip enam benar dalam pemberian obat?
3. Apa tujuan pemberian obat tetes hidung dan obat tetes telinga?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemberian obat tetes hidung dan obat
tetes telinga?
5. Bagaimana prosedur pemberian obat tetes hidung prosedur pelaksanaan
pemberian obat tetes telinga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi obat tetes hidung dan obat tetes telinga
2. Untuk mengetahui prinsip enam benar dalam pemberian obat
3. Untuk mengetahui tujuan pemberian obat tetes hidung dan obat tetes telinga
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian obat tetes hidung
dan obat tetes telinga
5. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian obat tetes hidung prosedur
pemberian obat tetes telinga

2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Obat Tetes Hidung

3
A. Pengertian Obat Tetes Hidung
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam debu yang
masuk ke dalam melalui hidung.Tanpa penyaringan ini debu dapat mencapai
paru-paru. Bagian depan dari rongga hidung terdapat rambut hidung yang
berfungsi menahan butiran debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri
menempel pada mukosa hidung. Dalam rongga hidung udara dihangatkan
sehingga terjadi kehangatan tertentu. Sediaan hidung adalah cairan, semisolid
atau sediaan padat yang digunakan pada rongga hidung untuk memperoleh suatu
efek sistemik atau lokal. Berisi satu atau lebih bahan aktif.
Menurut FI edisi III obat tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan
untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat
mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. Sedangkan menurut
Brithis Pharmacope tahun 2002 tetes hidung dan larutan spray hidung adalah
larutan, suspensi atau emulsi yang digunakan untuk disemprotkan atau
diteteskan ke dalam rongga hidung. Penetesan obat pada hidung adalah proses
dimana suatu cairan dimasukkan ke dalam rongga hidung tetes demi tetes
Jadi, Obat Tetes hidung adalah cairan semisolid atau sediaan padat yang
digunakan pada hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal, berisi
satu atau lebih bahan aktif.

Label sediaan tetes hidung harus mengandung hal-hal berikut (BP 2001) :
1. nama dan jumlah bahan aktif
2. instruksi penggunaan sediaan tetes hidung
3. tanggal kadaluarsa
4. kondisi penyimpanan sedian tetes hidung

Cairan pembawa yang biasa digunakan adalah air dengan pH antara 5,5-
7,5 dengan kapasitas sedang, isotonis atau hampir isotonis. Cairan pembawa lain
bisa digunakan propilenglikol dan parafin liquid. Tidak boleh menggunakan
cairan pembawa minyak mineral atau minyak lemak. Larutan yang berminyak
tidak mampu menyebar pada membran mukosa. Etanol berkonsentrasi dan
turunannya tidak dapat digunakan sebagai pelarut untuk tetes hidung karena

4
mereka melumpuhkan aktivitas silia. Sedangkan zat pengental (untuk
menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas mucus hidung
agar aksi cilia tidak terganggu) sering digunakan Metil Selulosa (tilosa) 0,1-
0,5% dan CMC – Na 0,5-2%. Kalau bisa larutan dibuat isotonis (0.9 % NaCI)
atau sedikit hipertonis dengan memakai NaCl atau dekstrosa.Kecuali dinyatakan
lain, disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Kandungan dalam tetes hidung antara lain:


a. Zat Pensuspensi

Sorbitan (span), Polisorbat (tween), dan surfaktan lain yang cocok dengan kadar
tidak lebih dari 0.01% b/v
b. Zat Pendapar

Zat yang cocok dengan pH 6.5 dan dibuat isotonis menggunakan Natrium Chlorida
secukupnya
c. Zat Pengawet

Benzalkonium Chlorida 0.01% b/v – 0.1% b/v atau Karbutanol 0.5 % - 0.7 %
d. Viskositas

Viskositas yang cocok dengan tetes hidung biasanya dipertahankan dengan


metilselulosa atau lendir hidroksietilselulosa. Turunan asam Polyacryl juga dapat
digunakan.

B. Prinsip Enam Benar dalam Pemberian Obat


1. Benar pasien

Tanyakan nama pasien, alamat, usia, cocokan dengan gelang pasien


(nama, tanggal lahir, no RM). Cek nama dokter yang meresepkan pada
catatan pemberian obat, resep/kartu obat.

2. Benar obat

Memastikan bahwa obat sesuai dengan nama dagang obat, pasien tidak
alergi dengan kandungan obat yang didapat, memeriksa obat dengan catatan.
5
3. Benar dosis

Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan rentang pemberian dosis


untuk cara pemberian tersebut, berat badan dan umur klien, periksa dosis pada
label obat untuk membandingkan dengan dosis yang sesuai pada catatan
pemberian obat.

4. Benar cara/rute pemberian

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan yang respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta
tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

5. Benar waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang


diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.

6. Benar dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute,


wakktu, dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum
obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan
dilaporkan.

Sebelum memberikan oIndikasi Pemberian Obat Tetes Hidung

7. Pasien yang mengalami infeksi/ peradangan pada hidung


8. Pasien yang sesak nafas karena adanya sekresi pada sinus nasalis
C. Tujuan Pemberian Obat Tetes Hidung
1. Mengobati alergi
2. Mengobati infeksi sinus
3. Mengobati bendungan nasal
4. Memberikan anestesi lokal
D. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Tetes Hidung
6
Indikasi :
1. Pasien yang mengalami infeksi atau peradangan pada hidung
2. Pasien yang sesak nafas karena adanya sekresi pada hidung
Kontraindikasi:
1. Pasien yang hipersensitif terhadap zat yang terkandung dalam obat tetes
yang diberikan.
E. Prosedur Pemberian Obat Tetes Hidung
1. Tahap Pra-Interaksi
a. Persiapan pasien
1) Periksa program obat dari dokter, meliputi nama klien, nama obat,
konsentrasi larutan, jumlah tetesan, dan waktu pemberian obat.

7
2) Merujuk pada catatan medis untuk menentukan telinga yang perlu
diobati.
b. Persiapan Alat
1) Obat yang disiapkan dengan alat tetes yang bersih
2) Senter pena
3) Sarung tangan bersih
4) Tissue
5) Bantal kecil (jika perlu)
6) Handuk kecil (jika perlu)
7) bengkok
8) kartu obat
c. Persiapan Lingkungan
1) Pasang sampiran
2. Tahap Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam
6) Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
3. Tahap Kerja
1) Identifikasi pasien
2) Lihat instruksi dokter

8
3) Tentukan sinus mana yang sakit dengan melihat rekam medis
4) Periksa riwayat pasien terkait hipertensi, penyakit jantung, diabetes
melitus, dan hipertiroid
5) Periksa apakah pasien mempunyai alergi terhadap obat tetes hidung
6) Cuci tangan dan gunakan handscoon
7) Inspeksi kondisi hidung dan sinus dengan senter pena. Palpasi sinus
untuk mengetahui ada tidaknya nyeri sinus
8) Jelaskan prosedur pada pasien termasuk posisi dan sensasi yang timbul
seperti rasa panas atau kesemutan pada mukosa atau sensasi tersedak
saat obat menetes ke tenggorokan
9) Atur peralatan dan obat pada tepi ranjang
10) Instruksikan pasien untuk membersihkan atau menghembuskan
hidungnya secara perlahan kecuali bila ada kontraindikasi (tekanan
intrakranial meningkat atau perdarahan hidung).
11) Berikan tetes hidung
a. Bantu pasien untuk telentang
b. Posisikan kepala dengan benar
1. Untuk mendapatkan akses ke faring posterior, dongakkan kepala
pasien ke belakang
2. Untuk mendapatkan akses ke sinus etmoid atau sfenoid,
dongakkan kepala ke belakang di atas ujung ranjang atau
letakkan bantal kecil di bawah bahu pasien dan dongakkan
kepala ke belakang
3. Topang kepala pasien dengan tangan yang tidak dominan
4. Instruksikan pasien untuk bernafas lewat mulut
c. Pegang pipet 1 cm di atas lubang hidung dan teteskan sesuai jumlah
yang diinstruksikan ke arah garis tengah tulang etmoid
d. Biarkan pasien tetap telentang selama 5 menit
e. Biarkan tissue wajah untuk mengelap cairan yang keluar dari hidung,

9
tetapi peringatkan pasien untuk tidak mengembuskan hidungnya
selama beberapa menit
12) Bantu pasien kembali ke posisi nyaman setelah obat diserap
13) Buang perlengkapan yang kotor pada tempat yang seharusnya dan cuci
tangan
14) Pantau pasien untuk melihat ada tidaknya efek samping 15-30 menit
setelah pemberian obat.
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman) dan keluhan pasien
b. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
4. Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan
II. Obat Tetes Telinga
A. Pengertian Obat Tetes Telinga
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan
pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke
dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk
mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit. (Ansel : 567)

Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan
pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke
dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk
mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
Menurut FI edisi III : 10 Guttae auriculares (tetes telinga) adalah obat tetes
yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga.
Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa
bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang
cocok agar obat mudah menempel pada dinding telinga, umumnya digunakan
gliserol dan propylenglikol. Dapat juga digunakan etanol 90%, heksilenglikol
dan minyak nabati. Zat pensuspensi dapat digunakan sorbitan, polisorbat atau
10
surfaktan lain yang cocok. Kecuali dinyatakan lain pH tetes telinga 5,0 –6 ,0 dan
disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Tetes telinga mengandung cairan pembawa, bila tidak dinyatakan lain cairan
pembawa yang digunakan bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus
memiliki kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel pada dinding telinga,
biasanya berupa gliserin dan propilenglikol. Selain itu bisa juga menggunakan
etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak nabati. Tetes telinga juga mengandung zat
aditif seperti pengawet, antioksidan, buffer, agen viskositas, atau surfaktan.
Antioksidan seperti natrium disulfida dan penstabil lainnnya juga dimasukkan dalam
formulasi obat telinga jika dibutuhkan.

Larutan yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya mengandung :


- Antibiotik - Asam borat

- Sulfonamida - NaCl

- Anastetik lokal - Gliserin

- Peroksida ( H2O2 ) - Propilenglikol

- Fungisida - Heksilenglikol

- Etanol - Minyak lemak nabati

Terdapat 6 sifat fisik kimia yang harus diperhatikan dalam pembuatan guttae
auriculares, yaitu :
a. Kelarutan

Kebanyakan senyawa obat larut dalam cairan pembawa yang umum


digunakan pada sediaan tetes telinga, jika senyawa obat tidak larut dalam cairan
pembawa maka bisa dibuat sediaan suspensi. Bila sediaan berupa suspensi maka
sebagai zat peensuspensinya digunakan sorbitan (span) atau polisorbat (tween)
b. Viskositas

Viskositas sediaan tetes telinga penting untuk diperhatikan karena dapat

11
menjamin sediaan bisa lama berada di dalam saluran telinga.
c.Sifat surfaktan

Dengan adanya surfaktan akan membantu proses penyebaran sediaan dan


melepaskan kotoran pada telinga.
d.Pengawet

Beberapa guttae auriculares memerlukan pengawetan terhadap pertumbuhan


mikroba. Apabila pengawetan diharuskan, maka bahan yang umumnya dipakai
adalah klorobutanol (0,5%), timerosal (0,01%) dan kombinasi paraben.
e.Sterilisasi

Sediaan tetes telingan tidak perlu dibuat secara steril, yang penting bersih.
f. pH Optimum

Kecuali dinyatakan lain pH tetes telinga adalah 5,0-6,0 dan harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat. pH optimum untuk larutan berair yang digunakan
pada telinga utamanya adalah dalam pH asam (5,0-6,0). Larutan alkali biasanya
tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan menyediakan media yang subur untuk
penggandaan infeksi. Ketika pH telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri
dan fungi akan tumbuh lebih cepat.

Jenis-Jenis Tetes Telinga


Guttae auriculares biasanya diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil
ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga), untuk
mengobati infeksi dan untuk mengobati peradangan atau rasa sakit pada telinga..
Guttae auriculares dibedakan menjadi dua berdasarkan fungsinya, yaitu :
a. Guttae Auriculares untuk Melepaskan Kotoran Telinga

Kotoran telinga merupakan campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar


sebasea dari saluran telinga bagian luar. Pengeluaran kotoran telinga yang terlalu
lama dapat menyebabkan kotoran telinga menjadi kering dan melekat pada sel –
sel epitel sehingga menimbulkan rasa gatal dan gangguan pendengaran. Kotoran
telinga secara alami diproduksi oleh tubuh untuk melindungi kulit di dalam
telinga. Kadang-kadang menumpuk dan menjadi keras, menyebabkan masalah
12
dengan pendengaran. Tetes telinga Sodium bikarbonat dapat digunakan untuk
melunakkan kotoran telinga yang mengeras dan tidak memungkinkan untuk
dihilangkan.
Telah lama, minyak mineral encer, minyak nabati dan hidrogen peroksida
digunakan untuk melunakkan kotoran telinga. Baru – baru ini, kondesat dari
triethanolamin polipeptida oleat yang diformulasikan dalam propilen glikol
digunakan sebagai pengemulsi kotoran telinga sehingga membantu pengeluaran
kotoran. Selain itu, penggunaan karbamida peroksida dalam gliserin anhidrat juga
dapat melepaskan oksigen yang bisa mengganggu keutuhan kotoran telinga yang
terjepit sehingga mempermudah pengeluaran kotoran telinga.
Tata cara dalam membuang kotoran telinga biasanya dimulai dengan
tahapan seperti penggunaan tetes telinga yang sudah dijelaskan sebelumnya hanya
saja ada beberapa langkah tambahan yaitu setelah obat masuk ke dalam rongga
telinga, masukkan gumpalan kapas ke dalam telinga untuk mencegah keluarnya
obat selama 15-30 menit. Setelah itu, semprot rongga telinga dengan air hangat
perlahan-lahan menggunakan penyemprot telinga dari karet yang lunak.

b. Guttae Auriculares untuk Antiinfeksi, Analgetik dan Antiradang


Obat – obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk
melawan infeksi adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat, neomisin,
polimiksin B sulfat dan nistatin yang berfungsi melawan infeksi jamur yang
diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan atau suspensi) dalam gliserin
anhidra atau propilenglikol. Zat pembawa yang kental ini memungkinkan kontak
antara obat dan jaringan telinga lebih lama. Selain itu, sifat zatnya yang higroskopis
menarik kelembapan dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan.
Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi
telinga, beberapa guttae auriculares juga mengandung bahan analgetik seperti
antipirin dan anestetika lokal seperti lidokain, dibukain dan benzokain dalam pelarut
propilen glikol dan gliserin anhidrida. Pengobatan permukaan bagian luar telinga
dari infeksi sering dipertimbangkan dengan pengobatan secara sistemik, yaitu
pemberian antibiotik secara oral.
Guttae auriculares dengan zat antiradang hidrokortison dan deksametason
13
natrium fosfat dituliskan dalam resep untuk efeknya terhadap pembengkakan dan
peradangan, yang sering disertai alergi serta gatal – gatal pada telinga saat atau
setelah pengobatan terhadap infeksi telinga tersebut.
Larutan hidrogen peroksida, campuran alkohol untuk digosokkan dan asam
asetat (5%) dalam etil alkohol (85%) sering digunakan sebagai pencuci telinga
untuk mencegah terjadinya infeksi atau iritasi sesudah berenang.

14
B. Prinsip Enam Benar Pemberian Obat
1. Benar pasien
Tanyakan nama pasien, alamat, usia, cocokan dengan gelang pasien
(nama, tanggal lahir, no RM). Cek nama dokter yang meresepkan pada
catatan pemberian obat, resep/kartu obat.
2. Benar obat
Memastikan bahwa obat sesuai dengan nama dagang obat, pasien
tidak alergi dengan kandungan obat yang didapat, memeriksa obat dengan
catatan.
3. Benar dosis
Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan rentang pemberian
dosis untuk cara pemberian tersebut, berat badan dan umur klien, periksa
dosis pada label obat untuk membandingkan dengan dosis yang sesuai pada
catatan pemberian obat.
4. Benar cara/rute pemberian.
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan yang respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta
tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5. Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang
diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.
6. Benar dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute,
wakktu, dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum
obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan
dilaporkan.

15
C. Tujuan Pemberian Obat Tetes Telinga
1. Melunakkan kotoran telinga agar dapat di keluarkan
2. Mengurangi inflamasi local dan menghancurkan organisme infektif pada
kanalis eksternal telinga.
3. Meredakan nyeri
4. Memudahkan pengeluaran benda asing
D. Indikasi dan Kontraindiikasi Pemberian Obat Tetes Telinga
Indikasi:
1. Infeksi oleh bakteri telinga luar & tengah
2. Rasa nyeri, gatal
3. Rasa ada tekanan dalam telinga
4. Melepaskan seruman
Kontraindikasi:
5. Infeksi akut (perdarahan)
6. Gendang telinga pecah
7. Pasien yang alergi pada preparat obat yang diberikan pada telinga
E. Prosedur Pemberian Obat Tetes Telinga
1. Tahap Pra-Interaksi
a. Persiapan pasien
1) Periksa program obat dari dokter, meliputi nama klien, nama obat,
konsentrasi larutan, jumlah tetesan, dan waktu pemberian obat
2) Merujuk pada catatan medis untuk menentukan telinga yang perlu
diobati.
b. Persiapan Alat
1) Sarung tangan bersih
2) Botol obat dengan pipet
3) Bola-bola kapas, Cotton bud
4) Bengkok, Mangkuk dengan NACL 0,9%
c. Persiapan Lingkungan
1) Pasang sampiran
16
2. Tahap Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam
6) Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
3. Tahap Kerja
1) Mencuci tangan dan menggunakan handscoon
2) Periksa :
a. Alergi terhadap obat
b. Kemerahan / abrasi pada pinna / meatus
c. Jenis dan jumlah secret
d. Keluhan rasa tidak nyaman
e. Kemampuan bekerjasama selama prosedur dilakukan
f. Kerja obat yang spesifik dan efek samping
g. Pengetahuan psien mengenai obat yang akan diberikan.
3) Periksa formulir permintaan obat terkait nama obat, dosis, waktu, jumlah
dan telinga mana yang akan diterapi
4) Identifikasi pasien dan jelaskan prosedurnya, tujuan pengobatan dan
posisi selama dan setelah penetesan obat.
5) Minta bantuan ketika menangani anak-anak atau bayi untuk menahan
mereka.

17
6) Bantu pasien untuk berada dalam posisi berbaring miring dengan telinga
yang akan diterapi berada di atas.
7) Bersihkn meatus kanalis teliga dengan menggunakan cotton bud
memakai Nacl 0,9% bila perlu.
8) Hangatkan wadah ditangan atau dengan meletakkan sebentar di dalam
air hangat
9) Isi sebagian pipet dengan obat
10) Luruskan kanalis auditorius. Untuk bayi dan anak-anak dibawah 3 tahun,
tarik pinna kebawah dan belakang. Untuk pasien dewasa atau anak-anak
diatas 3 tahun.
11) Teteskan obat sesuai jumlah yang tepat disepanjang kanal telinga dengan
memegang pipet satu sentimeter diatas kanal telinga.
12) Tekan tragus telinga secara lembut tetapi pasti beberapa kali.
13) Instruksikan pasien untu tetap berada dalam posisi miring selama 5 menit.
14) Masukkan potongan kecil kapas secara longgar kemeatus kanalis
auditorius selama 15-20 menit.
15) Periksa kenyamanan, respon pasien dan periksa secret/ drainase yang
keluar dari dalam telinga.
16) Simpan kembali obat dan peralatan lainnya.
17) Cuci tangan
18) Catat pemberian obat, nama obat, jumlah tetesan yang diberikan dan
respoon pasien.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman) dan keluhan pasien
b. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
5. Tahap Dokumentasi
a. Catat seluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Obat Tetes hidung adalah cairan semisolid atau sediaan padat yang digunakan
pada hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal, berisi satu atau
lebih bahan aktif.
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada
telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam
saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk
mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.(Ansel : 567).

19
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Ul-Press.
Jakarta.
Syamsuni, A. 2006. limu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi Empat. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.

20
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM
============================================================
======
CECKLIST MEMBERIKAN TETES HIDUNG
Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..
Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
Definisi :
Penetesan obat pada hidung adalah proses dimana suatu
cairan dimasukkan ke dalam rongga hidung tetes demi
tetes.
Tujuan :
1. Mengobati alergi
2. Mengobati infeksi sinus
3. Mengobati bendungan nasal
4. Memberikan anestesi lokal
Indikasi :
1. Pasien yang mengalami infeksi/ peradangan pada
hidung
2. Pasien yang sesak nafas karena adanya sekresi pada
sinus nasalis
Kontra Indikasi :
1. Pasien yang hipersensitif terhadap zat yang terkandung
dalam obat tetes yang diberikan
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
a. Persiapan Pasien
1. Periksa program obat dari dokter, meliputi nama
klien, nama obat, konsentrasi larutan, jumlah
tetesan, dan waktu pemberian obat
2. Merujuk pada catatan medis untuk menentukan
telinga yang perlu diobati.

21
b. Persiapan Alat
1. Obat yang disiapkan dengan alat tetes yang bersih
2. Senter pena
3. Sarung tangan bersih
4. Tissue
5. Bantal kecil (jika perlu)
6. Handuk kecil (jika perlu)
7. bengkok
8. kartu obat
c. Persiapan Lingkungan
1. Sampiran
Tahap Orientasi :
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau
keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan
melakukan tindakan
9. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang
akan dilakukan)
Tahap kerja :
1. Identifikasi pasien
2. Lihat instruksi dokter
3. Tentukan sinus mana yang sakit dengan melihat
rekam medis
4. Periksa riwayat pasien terkait hipertensi, penyakit
jantung, diabetes melitus, dan hipertiroid
5. Periksa apakah pasien mempunyai alergi terhadap obat
tetes hidung

22
6. Cuci tangan
7. Inspeksi kondisi hidung dan sinus dengan senter
pena. Palpasi sinus untuk mengetahui ada tidaknya
nyeri sinus
8. Jelaskan prosedur pada pasien termasuk posisi dan
sensasi yang timbul seperti rasa panas atau kesemutan
pada mukosa atau sensasi tersedak saat obat menetes
ke tenggorokan
9. Atur peralatan dan obat pada tepi ranjang
10. Pakai sarung tangan jika pasien mengeluarkan sekret
nasal
11. Instruksikan pasien untuk membersihkan atau
menghembuskan hidungnya secara perlahan kecuali
bila ada kontraindikasi (tekanan intrakranial
meningkat atau perdarahan hidung)
12. Berikan tetes hidung
a. Bantu pasien untuk telentang
b. Posisikan kepala dengan benar
1) Untuk mendapatkan akses ke faring posterior,
dongakkan kepala pasien ke belakang
2) Untuk mendapatkan akses ke sinus etmoid
atau sfenoid, dongakkan kepala ke belakang di
atas ujung ranjang atau letakkan bantal kecil
di bawah bahu pasien dan dongakkan kepala
ke belakang
3) Topang kepala pasien dengan tangan yang
tidak dominan
4) Instruksikan pasien untuk bernafas lewat mulut
c. Pegang pipet 1 cm di atas lubang hidung dan
teteskan sesuai jumlah yang diinstruksikan ke
arah garis tengah tulang etmoid
d. Biarkan pasien tetap telentang selama 5 menit
e. Biarkan tissue wajah untuk mengelap cairan yang
keluar dari hidung, tetapi peringatkan pasien
untuk tidak mengembuskan hidungnya selama
beberapa
menit

23
13. Bantu pasien kembali ke posisi nyaman setelah obat
diserap
14. Buang perlengkapan yang kotor pada tempat yang
seharusnya dan cuci tangan
15. Pantau pasien untuk melihat ada tidaknya efek
samping 15-30 menit setelah pemberian obat
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman)
dan keluhan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat seluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

24
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM
============================================================
======
CECKLIST MEMBERIKAN TETES TELINGA
Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..
Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
Definisi :
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep
yang digunakan pada telinga dengan cara diteteskan atau
dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga
untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk
mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
Tujuan :
1. Melunakkan kotoran telinga agar dapat di keluarkan
2. Mengurangi inflamasi local dan menghancurkan
organisme infektif pada kanalis eksternal telinga.
3. Meredakan nyeri
4. Memudahkan pengeluaran benda asing
Indikasi :
1. Infeksi oleh bakteri telinga luar & tengah
2. Rasa nyeri, gatal
3. Rasa ada tekanan dalam telinga
4. Melepaskan seruman
Kontra Indikasi :
1. Infeksi akut (perdarahan)
2. Gendang telinga pecah
3. Pasien yang alergi pada preparat obat yang
diberikan pada telinga

25
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
a. Persiapan Pasien
1. Periksa program obat dari dokter, meliputi nama
klien, nama obat, konsentrasi larutan, jumlah
tetesan, dan waktu pemberian obat
2. Merujuk pada catatan medis untuk menentukan
telinga yang perlu diobati.
b. Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih
2. Cotton bud
3. Botol obat dengan pipet
4. Bola-bola kapas
5. Bengkok
6. Mangkuk dengan NACL 0,9%
c. Persiapan Lingkungan
1. Sampiran
Tahap Orientasi :
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau
keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan
melakukan tindakan
9. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang
akan dilakukan)

26
Tahap kerja :
1. Mencuci tangan dan menggunakan handscoon
2. Periksa :
a. Alergi terhadap obat
b. Kemerahan / abrasi pada pinna / meatus
c. Jenis dan jumlah secret
d. Keluhan rasa tidak nyaman
e. Kemampuan bekerjasama selama prosedur
dilakukan
f. Kerja obat yang spesifik dan efek samping
g. Pengetahuan psien mengenai obat yang akan
diberikan.
3. Periksa formulir permintaan obat terkait nama obat,
dosis, waktu, jumlah dan telinga mana yang akan
diterapi
4. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedurnya, tujuan
pengobatan dan posisi selama dan setelah penetesan
obat.
5. Minta bantuan ketika menangani anak-anak atau bayi
untuk menahan mereka.
6. Bantu pasien untuk berada dalam posisi berbaring
miring dengan telinga yang akan diterapi berada di atas.
7. Bersihkan meatus kanalis teliga dengan menggunakan
cotton bud memakai Nacl 0,9% bila perlu.
8. Hangatkan wadah ditangan atau dengan meletakkan
sebentar di dalam air hangt
9. Isi sebagian pipet dengan obat
10. Luruskan kanalis auditorius. Untuk bayi dan anak-anak
dibawah 3 tahun, tarik pinna kebawah dan belakang.
Untuk pasien dewasa atau anak-anak diatas 3 tahun.
11. Teteskan obat sesuai jumlah yang tepat disepanjang
kanal telinga dengan memegang pipet satu sentimeter
diatas kanal telinga.
12. Tekan tragus telinga secara lembut tetapi pasti beberapa
kali.
13. Instruksikan pasien untu tetap berada dalam posisi
miring selama 5 menit

27
14. Masukkan potongan kecil kapas secara longgar
kemeatus kanalis auditorius selama 15-20 menit
15. Periksa kenyamanan, respon pasien dan periksa secret/
drainase yang keluar dari dalam telinga.
16. Simpan kembali obat dan peralatan lainnya.
17. Cuci tangan
18. Catat pemberian obat, nama obat, jumlah tetesan yang
diberikan dan respoon pasien.
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman) dan
keluhan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat seluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

28

Anda mungkin juga menyukai