Anda di halaman 1dari 23

BAHAN AJAR

KIMIA SMA KELAS X SEMESTER GANJIL

3.1. Menjelaskan metode ilmiah, hakikat ilmu kimia, keselamatan dan keamanan di
laboratorium, serta peran kimia dalam kehidupan.

 Mengidentifikasi berbagai produk yang mengandung bahan kimia dalam kehidupan


sehari-hari

Bahan Kimia dalam Rumah Tangga


Di dalam rumah tangga, penggunaan bahan kimia banyak digunakan dan sering kali tanpa
disadari. Bahan kimia rumah tangga secara umum dikelompokkan sebagai bahan pembersih,
bahan pemutih, bahan pewangi, dan bahan pembasmi serangga.
1. Air

Bahan kimia yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Air
mempunyai rumus kimia H2O, dari rumus tersebut dapat diketahui bahwa air terbentuk dari
unsur hidrogen dan unsur oksigen. Pada molekul air terdapat bagian yang bermuatan positif dan
bagian yang bermuatan negatif (air bersifat polar). Air merupakan pelarut universal karena dapat
melarutkan banyak bahan. Air berubah wujud dari cair menjadi gas (uap air) dan dari cair
menjadi padat (es). Susunan molekul-molekul H2O dalam es berbeda dengan susunan molekul
H2O dalam air. Di dalam es, molekul H2O terpisah lebih jauh dibandingkan dengan molekul
H2O dalam air. Dengan demikian air mengembang (mempunyai volum lebih besar) bila berubah
menjadi es.
Air terdapat di permukaan bumi dan di atmosfir bumi. Sekitar 70% permukaan bumi tertutup
air yang berupa lautan dan daratan es. Fungsi air sangat banyak, untuk keperluan rumah tangga,
sebagai medium proses kimia dalam tubuh, untuk fotosintesis, sumber energi, untuk sarana
transportasi, rekreasi dan lain-lain. Berdasarkan fungsinya, air dapat dibagi menjadi: air
keperluan rumah tangga, air untuk perikanan dan pertanian, dan air untuk keperluan rekreasi,
industri dan pertambangan.
Setiap golongan air harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan pemerintah atau
WHO (World Health Organization). Untuk mendapatkan air bersih dapat dilakukan dengan
proses penjernihan air yang terdiri dari pengendapan, penyaringan, dan penghilangan bakteri
serta zat beracun. Untuk memisahkan air dari garam-garam yang dikandungnya, dapat dilakukan
proses destilasi yang terdiri dari penguapan air dan pengembunan uap air. Air hasil destilasi (air
destilasi) masih mengandung gas oksigen dan gas karbon dioksida.

2. Bahan pembersih
Banyak jenis bahan pembersih yang digunakan dalam rumah tangga, seperti pembersih
pakaian, tubuh, lantai, dan kendaraan.
a. Sabun

Sabun pada rumah tangga secara garis besar digunakan untuk mencuci dan mandi. Banyak
jenis sabun yang beredar di masyarakat baik dari bentuk maupun mereknya.

Tahukah kamu bahan baku pembuatan sabun cuci? Pembuatan sabun cuci menggunakan
minyak kelapa atau minyak sawit, lemak hewan, dan natrium hidroksida (NaOH) sebagai bahan
utamanya.
Kemudian, ditambahkan dengan bahan pewarna dan pewangi, seperti minyak sereh, parfum
lavender, jeruk nipis, dan lain-lain. Samakah bahan utama sabun pencuci pakaian dengan
pencuci piring? Bahan pembuat detergen biasanya menggunakan natrium hidroksida dan
benzena sulfanat sebagai pengganti minyak kelapa. Kemudian, campuran ini ditambahkan
natrium karbonat, natrium silikat, pewarna, dan pewangi. Hasilnya, berbentuk pasta (sabun
colek), sedangkan butiran–butiran kecil pada detergen didapat dengan mengeringkan pasta, lalu
ditiup dengan menggunakan alat.
Tidak hanya pakaian dan piring yang mempunyai sabun pencuci, kendaraan juga mempunyai
sabun pencuci khusus yang meng hasilkan sedikit busa dan mengandung zat yang mengilapkan
kendaraan. Mengapa detergen pakaian kurang baik untuk mencuci kendaraan? Detergen
memiliki kandungan yang keras dan tekstur yang kasar sehingga jika digunakan untuk mencuci
mobil bisa merusak cat mobil dan parahnya lagi dapat menimbulkan baret.
Ada bebepara detergen yang tidak dapat terurai di alam, detergen demikian akan menutup air
permukaan, sehingga menimbulkan pencemaran air. 1) Asam Klorida adalah bahan kimia yang
biasanya tersedia dalam bentuk larutannya dalam air larutannya tak berwarna, atau sedikit
kuning, berasap (larutan pekat). Dampak negatif: sangat bersifat racun, iritasi kuat pada kulit dan
mata. 2) Asam Oksalat adalah bahan kimia berupa kristal tak berwarna. Digunakan dalam bentuk
larutan sebagai bahan pembersih logam dan sebagai pemutih bahan tekstil. Dampak negatif:
mengakibatkan iritasi. 3) Asam Sulfat adalah bahan kimia berupa cairan seperti minyak.
Digunakan dalam bentuk larutan sebagai pembersih porselen. Bersifat sangat reaktif, melarutkan
hampir semua logam. Dampak negatif: bersifat racun, iritasi kuat. 4) Kalium Kromat adalah
bahan kimia berupa kristal berwarna kuning. Digunakan sebagai pembersih dalam bentuk
larutan. Dampak negatif: bersifat racun. 5) Isopropil Alkohol adalah bahan kimia berupa cairan
tak berwarna, berbau harum, mudah terbakar, dapat melarutkan lemak. Digunakan sebagai
pembersih kaca atau lensa dengan kadar 98-99%. Dampak negatif : bersifat racun.
Sabun mandi mempunyai bahan yang sama dengan sabun cuci, tetapi natrium hidroksida
(NaOH) diganti dengan kalium hidroksida (KOH) karena sifat kalium hidroksida lebih lunak
terhadap kulit. Kemudian, bahan tersebut ditambahkan zat pewarna, aroma pewangi atau terapi,
dan zat pelembab (mouisturizer). Sabun mandi dapat dibagi menjadi sabun mandi buat tubuh dan
sabun pembersih muka. Sabun pembersih muka sering ditambahkan zat anti jerawat, madu, dan
zat pelembab yang lebih banyak untuk menghindari kulit kering pada wajah.

b. Pasta gigi

Bahan utama pasta gigi adalah potasium hidroksida atau kalium hidroksida (KOH), natrium
karbonat sebagai pengawet, gliserin sebagai pengganti minyak kelapa, dan tepung talk untuk
membuat padat. Pada campuran tersebut ditambahkan minyak permen atau mentol dan gula
pasir. Kemudian ditambahkan fluor dan sering dilengkapi dengan CaGP (Calsium
Glyserophosphate) dan Sodium Monofluorophosphate.

c. Pembersih lantai

Bahan utama perbersih lantai adalah bahan yang bersifat disinfektan atau pembasmi hama,
terutama bakteri patogen, spora jamur, dan bakteri lain yang sering terdapat di lantai rumah kita.
Bahan utama yang banyak digunakan untuk pembersih lantai adalah karbol, selain isopropanol,
kresol, dan formaldehid. Kemudian, diberi tambahan bahan pembersih (sabun), pewangi, dan
pewarna.
Zat disinfektan atau pembunuh kuman penyakit diantaranya adalah benzalkonium klorida.
Air merupakan bahan terbanyak untuk bahan pembersih lantai. Ketika akan dipakai, disinfektan
harus diencerkan dengan menambahkan air secukupnya.

d. Sampo
Bahan pembuatan sampo adalah bahan pembuat sabun mandi yang biasanya ditambahkan
dengan bahan–bahan alami, seperti urang aring untuk menghitamkan rambut, lidah buaya untuk
menyuburkan rambut, dan sari jeruk nipis untuk menghindari gatal–gatal pada kulit kepala.

3. Bahan pemutih

Pada umumnya bahan kimia yang digunakan sebagai pemutih adalah bahan kimia yang
bersifat mengoksidasi. Bahan pemutih bereaksi (mengoksidasi) kotoran (pada kain) sehingga
kotoran tidak tampak lagi (kain terlihat lebih bersih). Selain dengan kotoran, bahan pemutih juga
akan bereaksi dengan zat warna (pada kain berwarna) dan bereaksi dengan jaringan tubuh.
Mengingat sifat bahan pemutih di atas, dituntut kehatihatian pada penggunaan bahan pemutih.
Beberapa bahan kimia yang digunakan sebagai pemutih antara lain: 1) Kalsium Hipoklorit
adalah bahan kimia berwujud padat, berwarna putih. Dibuat dengan mengalirkan gas klor ke
dalam kalsium hidroksida. 2) Kalium hipoklorit merupakan pembawa gas klor yang stabil.
Dampak negatif: bersifat racun bila terkena kulit dan terhirup. 3) Natrium hipoklorit adalah
bahan kimia yang bersifat tidak stabil. Biasanya disimpan dan digunakan dalam bentuk
larutannya. Dampak negatif: iritasikuat pada tubuh, bersifat racun. 4) Natrium perborat adalah
bahan kimia berupa kristal putih atau serbuk. Dampak negatif: bersifat racun.
Berdasarkan jenis penggunaannya dalam kehidupan sehari–hari, bahan pemutih dibedakan
menjadi bahan untuk memutihkan pakaian, makanan, dan kulit tubuh manusia.
a. Bahan pemutih pakaian
Bahan pemutih untuk pakaian adalah senyawa klorin. Senyawa ini dapat mengoksidasi zat
warna yang melekat pada pakaian sehingga pakaian menjadi putih. Peristiwa ini disebut juga
mengelantang.

b. Bahan pemutih kulit


Bahan pemutih untuk kulit tubuh manusia biasanya digunakan para wanita agar kulitnya
kelihatan lebih putih. Bahan pemutih untuk kulit sangat berbeda dengan bahan pemutih pakaian.
Aluminium sterat merupakan salah satu contoh bahan pemutih kulit.
c. Bahan pemutih makanan
Bahan pemutih untuk makanan biasanya digunakan untuk memutihkan terigu, tepung sagu,
tepung jagung, dan beras agar makanan yang dihasilkan kelihatan bersih dan tidak kusam
warnanya. Beberapa contoh bahan pemutih makanan, yaitu benzoil peroksida, kalium bromat,
kalsium iodat, dan asam askorbat. Bahan pemutih makanan ini akan mengoksidasi pigmen
karotenoid pada makanan sehingga makanan menjadi putih. Fungsi bahan pemutih makanan
adalah mengoksidasi gugus sulfhibrid dalam gluten (protein pada tepung) menjadi ikatan
disulfida. Ikatan ini bersifat menahan gas pada roti atau kue sehingga roti atau kue mengembang
dan berongga-rongga.

4. Bahan pewangi

Beberapa bahan pewangi dikelompokkan sesuai dengan jenis penggunaannya. Akan tetapi,
pada dasarnya semua mempunyai bahan baku utama yang sama, yaitu bahan pewangi. Bahan
pewangi yang digunakan dapat berasal dari alam dan bahan kimia (buatan). Pewangi alam
biasanya berasal dari penyulingan bunga-bungaan, seperti parfum lemon, rose, lavender, dan
lain-lain. Beberapa bahan pewangi: 1) Etil propanoat, seperti nanas; 2) Amil asetat, seperti
pisang; 3) Sitironelal, seperti jeruk (sitrus); 4) Sitral, seperti jeruk (lemon); dan 5) Sinamaldehid,
wangi kayu manis.
a. Pewangi ruangan
Untuk mewangikan ruangan digunakan pewangi ruangan. Cara pembuatannya, yaitu
mencampurkan bahan pewangi (baik dari alam maupun buatan) dengan air. Kemudian,
dimasukkan ke dalam tabung tertutup yang diberi udara bertekanan tinggi. Jika katup penutup
dibuka maka udara bertekanan tinggi itu akan keluar sambil membawa larutan pewangi tersebut.

b. Pewangi pakaian
Pada pewangi pakaian, bahan pewangi dicampur air dan bahan pelembut pakaian sehingga
membentuk larutan kental. Samakah bahan pewangi pakaian untuk mencuci dengan menyetrika?

5. Pembasmi serangga
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering diganggu oleh nyamuk, kecoa, lalat, kutu rambut,
atau serangga lainnya. Tanaman juga sering terkena hama tanaman yang berwujud serangga atau
insekta. Insektisida sering digunakan untuk membasmi serangga pengganggu tersebut.
Insektisida atau pestisida adalah zat kimia untuk membunuh insekta atau serangga. Jika
insektisida itu membunuh larva serangganya maka disebut larvasida, untuk membasmi jamur
disebut fungisida, untuk membasmi gulma disebut herbisida, dan untuk membasmi binatang
pengerat disebut rodentisida. Insektisida dapat berwujud cair, pasta, atau padat. Insektisida
digunakan dengan cara disemprotkan, dibakar, dioleskan, dilarutkan, kemudian dialirkan dan
dilumurkan. Bahan utama insektisida yang banyak digunakan terutama untuk membasmi
nyamuk adalah Dichloro Diphenyl Trichloroethana (DDT). Bahan lain yang juga banyak
digunakan untuk membasmi serangga di antaranya allethrin, carboryl, chlordane, diazinon, dan
transflutrin. Insektisida pada umumnya langsung membunuh serangganya, tetapi ada juga
insektisida yang memutus daur hidup serangga itu dengan cara membunuh larva atau telur-
telurnya.

Setelah belajar tentang bahan-bahan kimia diatas, usaha apa yang dapat dilakukan untuk
mengurangi bahan beracun yang memenuhi rumah? Dengan mengubah gaya hidup sehari-hari.
Setelah memiliki pengetahuan tentang kegunaan bahan-bahan yang digunakan sehari-hari dan
pengetahuan dampak negatif yang ditimbulkan penggunaan bahan tadi, dapatlah
dipertimbangkan untuk mengurangi penggunaan bahan berbahaya atau mengganti dengan bahan
lain yang tidak berbahaya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi masuknya
bahan beracun ke dalam rumah: 1) meneliti bahan yang akan dibeli, perhatikan komposisi dan
bahayanya; 2) membaca cara penggunaan; 3) memilih bahan yang lebih aman, bahan berbahan
dasar tumbuhan biasanya lebih aman kaena bahan ini mudah terurai oleh alam (biodegradable)
tentunya akan lebih baik bagi lingkungan; 4) memilih bahan dalam bentuk non aerosol; 5)
menggunakan bahan yang tidak mengalami proses pemutihan (bleaching); 6) menghindari
produk yang mengandung logam berat (misalnya: raksa); 7) memilih bahan pembersih tanpa
bahan anti bakteri; dan 8) memilih buah dan sayuran tanpa pestisida.

 Mengidentifikasi alat-alat laboratorium kimia dan fungsinya

1. Gelas Ukur

Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat untuk mengukur volume larutan, mulai dari volume
10 mL hingga 2 L. Gelas ukur berbentuk pipa dan umumnya terbuat dari bahan
plastik (polipropilen) yang dilengkapi dengan bagian bawah yang lebar, sebagai kaki untuk
menjaga kestabilan gelas ukur.

2. Tabung Reaksi

Tabung reaksi adalah peralatan gelas yang terbuat dari kaca atau plastic, bentuknya kira kira
sebesar jari tangan manusia. Tabung reaksi tersedia dalam berbagai macam ukuran. Namun pada
umumnya memiliki ukuran berdiameter 10−20 mm dengan panjang 50−200 mm.
Fungsi tabung reaksi adalah untuk mencampur, menampung, dan memanaskan bahan-bahan
kimia cair atau padat, utamanya untuk uji kualitatif. Selain berukuran kecil ada juga tabung
reaksi yang memiliki ukuran besar. Alat tersebut dinamakan “labu didih”.

3. Labu Ukur

Labu ukur (Volumetric Flask) atau labu takar adalah alat kimia, yang digunakan untuk
mengencerkan larutan hingga mencapai volume tertentu. Alat yang terbuat dari kaca berbentuk
labu ini juga bisa digunakan untuk menyisakan larutan kimia analitik dengan konsentrasi dan
jumlah yang berakurasi tinggi.
Keakuratan yang tinggi ini dikarenakan oleh bagian lehernya yang terdapat sebuah lingkaran
gradasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Pada lehernya juga terdapat tanda
batas yang menunjukkan ukuran volume, mulai 1 mL hingga 2 L.
Umumnya, labu ukur ini berwarna transparan, sehingga sangat memudahkan pemantauan.
Namun, ada pula yang berwarna gelap serta dilengkapi dengan penutup yang tahan terhadap
bahan dan reaksi kimia, seperti bahan polietilen.

4. Labu Erlenmeyer
Erlenmeyer adalah jenis labu laboratorium yang banyak digunakan. Alat berbentuk kerucut
dengan leher silinder dan dasar yang datar ini diambil dari nama “Emil Erlenmeyer”. seorang
kimiawan asal jerman. Fungsi labu erlenmeyer adalah untuk mencampur, mengukur, dan
menyimpan cairan. Umumnya erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat sehingga tahan ketika
dipanaskan. Ukuran labu erlenmeyer bervariasi mulai dari 50 – 500 ml . Dalam laboratorium
mikrobiologi alat lab ini digunakan untuk membantu proses pembiakan mikroba.

5. Gelas Beaker / Gelas Piala

Gelas yang sering disebut gelas piala dan gelas kimia ini adalah alat laboratorium yang
berfungsi sebagai penampung. Alat berbentuk silinder dengan alas datar ini biasa digunakan
untuk bahan kimia dengan sifat korosif yang terbuat dari PPTE. Dan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi atau hilangnya cairan, gelas ini biasa dipasangkan dengan gelas arloji sebagai
penutup. Terdapat beberapa ukuran untuk gelas ini, mulai dari 25 mL hingga 3 L. Gelas beaker
terbuat dari bahan borosilikat atau plastik.

6. Pipet Tetes

Pipet digunakan untuk memindahkan volume cairan yang telah terukur. Alat ini terdiri dari
beberapa jenis dengan bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian yang berbeda. Sesuai dengan
namanya, pipet yang satu ini mampu memindahkan cairan dalam jumlah yang sangat kecil yaitu
berupa tetesan. Hal ini dikarenakan bentuk dari pipet ini yang berupa pipa kecil yang ditutupi
dengan karet di bagian atasnya.

7. Pipet Ukur
Fungsi Pipet ukur adalah untuk memindahkan larutan secara terukur sesuai dengan volume.
Pada pipet ini juga terdapat skala yang menunjukan volume tersebut. Ukuran volume terbesar
pipet ukur adalah 50 ml.

8. Pipet Volume / Pipet Gondok

Pipet gondok atau pipet volume. Berbeda dengan pipet tetes, pipet volume memiliki ukuran
yang lebih besar sehingga mampu memindahkan cairan dari wadah ke wadah. Peralatan
laboratorium ini merupakan alat ukur kuantitatif dengan tingkat ketelitian tinggi.
Pipet volume memiliki bagian menggelembung ditengahnya. Fungsinya adalah untuk
mengambil larutan dengan volume yang tepat dan sesuai dengan label yang tertera pada bagian
yang menggelembung tersebut.

9. Kaki Tiga

Kaki tiga dalam alat laboratorium adalah besi yang mempunyai 3 kaki yang memiliki fungsi
sebagai penyangga ring. Fungsi kaki tiga adalah sebagai penahan kawat kasa dan penyangga
ketika proses pemanasan.

10. Rak Tabung Reaksi

Rak tabung reaksi adalah alat yang umumnya terbuat dari kayu. Mempunyai 12 lubang
dengan 12 cekungan dibawahnya untuk menyimpan tabung reaksi. Ukuran rak ini sekitar
20 x 10 cm . Pada bagian lainnya, terdapat 6 batang kayu yang berfungsi sebagai tempat tabung
reaksi dikeringkan. Fungsi tabung reaksi adalah sebagai tempat menyimpan tabung reaksi,
mengeringkan dan menjaga tabung reaksi agar tidak berjamur.
11. Penjepit Tabung Reaksi

Penjepit tabung reaksi terbuat dari kayu dan digunakan untuk menjepit tabung reaksi disaat
proses pemanasan. Atau bisa juga digunakan untuk mengambil kertas saring dan benda-benda
lab lain disaat kondisi alat tersebut panas.

12. Plat Tetes

Fungsi Plat tetes adalah sebagai penguji keasaman suatu larutan atau mereaksikan larutan.
Plat tetes terbuat dari bahan porselen dan umumnya tersedia dalam jumlan 6, 12, dan 16 lubang
tetes.

13. Mortal dan Alue

Mortar dan Pestle atau dalam Bahasa Indonesia dinamai lesung dan alu. Fungsi alat
laboratorium ini adalah untuk menghancurkan atau menghaluskan suatu bahan atau zat yang
masih bersifat padat atau Kristal.

14. Kawat Kasa

Fungsi kawat kasa adalah untuk menahan beaker atau labu ketika proses pemanasan
menggunakan pemanas bunsen atau pemanas spiritus. Kawat kasa juga ditopang alat kaki tiga
pada bagian bawahnya untuk membuat proses pemanasan berjalan maksimal.
15. Kawat Nikrom

Fungsi kawat nikrom adalah untuk mengidentifikasi zat dengan cara uji nyala.

16. Corong Pisah

Peralatan laboratorium berbentuk kerucut dengan tutup setengah bola ini biasanya digunakan
dalam proses ekstraksi cair, yaitu proses memisahkankomponen-komponen fase pelarut dengan
densitas yang berbeda. Corong pisah atau corong pemisah memiliki bagian penyumbat di atasnya
dan keran dibawahnya. Alat lab kimia ini dibuat dari kaca borosilikat. Sedangkan kerannya
terbuat dari teflon ataupun kaca.

17. Batang Pengaduk

Batang pengaduk digunakan untuk mencampur cairan dengan bahan kimia untuk keperluan
praktek di laboratorium. Batang pengaduk umumnya terbuat dari kaca pejal, borosilikat (pyrex).
Ukurannya hampir sama dengan sedotan minuman. Namun sedikit pandang dengan ujung
membulat. Selain untuk mencampur larutan, fungsi batang pengaduk juga adalah untuk
membantu dekantasi larutan, menginduksi kristalisasi, dan memecahkan emulsi pada suatu
ekstraksi.

18. Gelas Kaca / Gelas Arloji


Gelas berbentuk bundar dengan beragam diameter ini memiliki beberapa fungsi, di
antaranya: 1) penutup gelas kimia ketika tengah proses pemanasan sampel (penguapan); 2)
sebagai tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator; 3) sebagai tempat benda yang
tengah berada dalam proses pengamatan; dan 4) sebagai tempat untuk menyimpan bahan yang
akan ditimbang.

19. Labu Destilasi

Fungsi destilasi atau penyulingan adalah memisahkan suatu larutan ke dalam masing masing
komponennya. Dapat juga didefinisikan sebagai suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan dan volatilitas atau kemudahan menguap.
Labu destilasi digunakan untuk menampung zat-zat, utamanya zat yang memiliki titik lebih
tinggi ketika proses destilasi. Alat yang ada di laboratorium kimia ini mempunyai pipa yang
mengarah kesisi. Pipa tersebut nantinya disambungkan pada gelas pendingin pada saat digunakan
untuk destilasi.

20. Condensor

Condesor adalah alat laboratorium yang memiliki fungsi untuk mendinginkan cairan panas
dan mengembunkan uap. Alat ini memiliki beragam jenis bentuk, dengan di antaranya adalah
condesor graham, vigreux kolom, condesor dimroth (spiral), condesor liebig (lurus), dan
condesor allihn (bulat).

21. Spatula Plastik / Logam


Kedua jenis spatula ini digunakan untuk mengambil bahan kimia bentuk padatan atau kristal.
Untuk mengambil zat-zat yang memiliki reaksi pada logam maka digunakan spatula plastik.
Sebaliknya, zat-zat yang tidak memiliki reaksi pada logam menggunakan spatula logam.

22. Buret

Alat dengan bentuk silindris memanjang ini biasanya digunakan untuk titrasi dengan presisi
tinggi, atau bisa juga untuk mengukur volume suatu larutan. Alat yang dilengkapi dengan skala
pada sisi luarnya ini memang dirancang dengan ketelitian yang sangat tinggi, sehingga cocok
digunakan untuk keperluan analisis volumetrik kuantitatif. Meski dalam perkembangannya telah
banyak ditemukan alat titrasi berbasis teknologi, buret masih menjadi alat laboratorium yang
selalu digunakan.

23. Filler

Filler adalah alat yang digunakan untuk menyedot larutan yang biasanya dipasang pada
pangkal pipet. Alat laboratorium ini dilengkapi dengan karet yang resistan terhadap bahan kimia
sehingga dijamin aman dan tidak mudah rusak.

24. Pembakar Bunsen

Pembakar bunsen diambil dari nama Robert Bunsen. Fungsi pembakar bunsen adalah untuk
pemanasan, pembakaran, dan sterilisasi jarum osi atau lainnya. Pembakar bunsen menghasilkan
nyala api gas tunggal terbuka dan membakar gas yang mudah terbakar seperti gas alam dan
bahan bakar gas cair semisal propana dan butane, atau campuran keduanya.

25. Pembakar Spiritus

Fungsi pembakar spiritus adalah untuk memanasi larutan atau membakar zat proses
percobaan kimia.

26. Desikator

Desikator adalah alat kimia yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sampel bebas
air. Alat ini berbentuk layaknya panci dua susun dengan bagian penutup yang dilapisi vaseline
sehingga akan sulit dibuka dalam keadaan dingin. Di bagian bawahnya diisi dengan bahan
pengering berupa silika gel. Ada dua jenis desikator yang bisa digunakan dalam laboratorium,
yaitu desikator biasa dan desikator vakum. Bedanya, pada desikator vakum tersedia katup yang
bisa dibuka tutup serta dihubungkan oleh selang.

27. Evaporating Dish

Evaporating dish digunakan sebagai wadah. Misalnya penguapan larutan dari suatu bahan
yang tidak mudah menguap.

28. Cawan Petri


Cawan petri atau cawan eko digunakan untuk membiakkan sel. Cawan petri selalu
berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan
tutupnya (ada 2 macam yaitu yang terbuat dari kaca dan plastik).

29. pH Meter

pH meter digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dari suatu zat. Biasanya sebelum
digunakan, alat dikalibarasi terlebih dahulu menggunakan larutan buffer. Larutan buffer biasanya
telah disertakan dalam kemasannya.

30. Botol Semprot

Botol Semprot digunakan untuk menympan aquades dan digunakan untuk mencuci ataupun
membilas bahan-bahan yang tidak larut dalam air. Selain itu digunakan juga untuk mencuci atau
menetralkan peralatan-peralatan yang akan digunakan. Cara menggunakanny adalah dengan cara
menekan botol maka aquades akan keluar.

 Mengidentifikasi beberapa bahan kimia dan sifatnya (mudah meledak, mudah


terbakar, beracun, penyebab iritsi, korosif, dan lain-lain).

1. Simbol Bahan Kimia


a. Explosive (mudah meledak)

Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar di atas adalah bahan yang mudah meledak
(explosive). Ledakan pada bahan tersebut bisa terjadi karena beberapa penyebab, misalnya
karena benturan, pemanasan, pukulan, gesekan, reaksi dengan bahan kimia lain, atau karena
adanya sumber percikan api. Ledakan pada bahan kimia dengan simbol ini kadang kali bahkan
dapat terjadi meski dalam kondisi tanpa oksigen. Beberapa contoh bahan kimia dengan sifat
explosive misalnya TNT, ammonium nitrat, dan nitroselulosa. Bekerja dengan bahan kimia yang
mudah meledak membutuhkan pengalaman praktis sekaligus pengetahuan. Menghindari hal-hal
yang dapat memicu ledakan sangat penting dilakukan untuk mencegah risiko fatal bagi
keselamatan diri.

b. Oxidizing (mudah teroksidasi)

Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar di atas adalah bahan kimia yang bersifat
mudah menguap dan mudah terbakar melalui oksidasi (oxidizing). Penyebab terjadinya
kebakaran umumnya terjadi akibat reaksi bahan tersebut dengan udara yang panas, percikan api,
atau karena raksi dengan bahan-bahan yang bersifat reduktor. Bekerja dengan bahan kimia
oxidizing membutuhkan pengetahuan dan pengalaman praktis. Jika tidak, risiko kebakaran akan
sangat mungkin terjadi. Adapun beberapa contoh bahan kimia dengan sifat ini misalnya hidrogen
peroksida dan kalium perklorat. Bila suatu saat Anda bekerja dengan kedua bahan tersebut,
hindarilah panas, reduktor, serta bahan-bahan mudah terbakar lainnya. Frase-R untuk bahan
pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

c. Flammable (mudah terbakar)

Simbol bahan kimia di atas menunjukan bahwa bahan tersebut besifat mudah terbakar
(flammable). Bahan mudah terbakar dibagi menjadi 2 jenis yaitu Extremely Flammable (amat
sangat mudah terbakar) dan Highly Flammable (sangat mudah terbakar). Bahan dengan label
Extremely Flammable memiliki titik nyala pada suhu 0 derajat Celcius dan titik didih pada suhu
35 derajat Celcius. Bahan ini umumnya berupa gas pada suhu normal dan disimpan dalam
tabung kedap udara bertekanan tinggi. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah
R12. Bahan dengan label Highly Flammable memiliki titik nyala pada suhu 21 derajat Celcius
dan titik didih pada suhu yang tak terbatas. Pengaruh kelembaban pada terbakar atau tidaknya
bahan ini sangat besar. Oleh karena itu, mereka biasanya disimpan pada kondisi kelembaban
tinggi. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11. Adapun beberapa contoh bahan
bersifat flammable dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Zat terbakar langsung. Contohnya : aluminium alkil fosfor. Keamanan : hindari kontak
bahan dengan udara.
2. Gas amat mudah terbakar. Contohnya : butane dan propane. Keamanan : hindari kontak
bahan dengan udara dan sumber api.
3. Cairan mudah terbakar. Contohnya: aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari
sumber api atau loncatan bunga api.
4. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air
atau api.

d. Toxic (Beracun)

Simbol bahan kimia di atas mengunjukan bahwa bahan tersebut adalah bahan beracun.
Keracunan yang bisa diakibatkan bahan kimia tersebut bisa bersifat akut dan kronis, bahkan bisa
menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi. Keracunan karena bahan dengan simbol di atas
bukan hanya terjadi jika bahan masuk melalui mulut. Ia juga bisa meracuni lewat proses
pernafasan (inhalasi) atau melalui kontak dengan kulit. Beberapa contoh bahan kimia bersifat
racun misalnya arsen triklorida dan merkuri klorida. Bekerja dengan bahan-bahan tersebut harus
memperhatikan keselamatan diri. Hindari kontak langsung dengan kulit, menelan, serta gunakan
selubung masker untuk mencegah uapnya masuk melalui pernafasan.
e. Harmful Irritant (Bahaya Iriitasi)

Simbol bahan kimia sebenarnya terbagi menjadi 2 kode, yaitu kode Xn dan kode Xi. Kode
Xn menunjukan adanya risiko kesehatan jika bahan masuk melalui pernafasan (inhalasi), melalui
mulut (ingestion), dan melalui kontak kulit, contoh bahan dengan kode Xn misalnya peridin.
Sedangkan kode Xi menunjukan adanya risiko inflamasi jika bahan kontak langsung dengan
kulit dan selaput lendir, contoh bahan dengan kode Xi misalnya ammonia dan benzyl klorida.
Frase-R untuk bahan berkode Xn yaitu R20, R21 dan R22, sedangkan untuk kode Xi yaitu R36,
R37, R38 dan R41.
f. Corrosive (Korosif)
Simbol bahan kimia di atas menunjukan bahwa suatu bahan tersebut bersifat korosif dan
dapat merusak jaringan hidup. Karakteristik bahan dengan sifat ini umumnya bisa dilihat dari
tingkat keasamaannya. pH dari bahan bersifat korosif lazimnya berada pada kisaran ¿ 2 atau
¿ 11.5. Beberapa contoh bahan dengan simbol ini misalnya belerang oksida dan klor. Jangan
menghirup uap dari bahan ini, jangan pula membuatnya kontak langsung dengan mata dan kulit
karena dapat menyebabkan iritasi. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

g. Dangerous for Enviroment (Berbahaya bagi Lingkungan)

Simbol bahan kimia pada gambar di atas menunjukan bahwa bahan tersebut berbahaya bagi
lingkungan (dangerous for environment). Melepasnya langsung ke lingkungan, baik itu ke tanah,
udara, perairan, atau ke mikroorganisme dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Beberapa
contoh bahan dengan simbol ini misalnya tetraklorometan, tributil timah klorida, dan petroleum
bensin. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.

 Memahami cara kerja ilmuwan kimia dalam melakukan penelitian dengan


menggunakan metode ilmiah (membuat hipotesis, melakukan percobaan, dan
menyimpulkan).

Ketika kita ingin menemukan jawaban atas permasalahan sains, yang kita perlukan adalah
sebuah langkah-langkah dalam metode ilmiah. Maka dari itu, sangat penting untuk
memperhatikan dan memahami tentang konsep metode ilmiah yang mencakup pengertian
metode ilmiah beserta langkah-langkahnya. Dalam mempelajari kimia, kita tidak hanya
bertujuan untuk menemukan zat-zat kimia baru yang langsung dapat dimanfaatkan, melainkan
dapat pula memuaskan keingintahuan seseorang untuk memahami fenomena alam dan peristiwa
keseharian yang dialaminya.
Ilmu kimia menjawab banyak permasalahan berlandaskan eksperimen dan penalaran akal
sehat. Eksperimen yang dilakukan harus sistematis dan logis. Oleh karena itu, diperlukan suatu
metode standar dalam pelaksanaannya, maka digunakanlah metode ilmiah. Metode ilmiah adalah
metode sains yang menggunakan langkah-langkah ilmiah dan rasional untuk mengungkapkan
suatu permasalahan yang muncul dalam pemikiran kita.
Langkah awal suatu penelitian adalah melakukan perencanaan. Perencanaan ini sangat
penting untuk keberhasilan suatu eksperimen. Oleh karena itu, rancanglah suatu rencana
penelitian secara runtut dan mendetail. Langkah-langkah metode ilmiah apakah yang harus
dilakukan dalam merencanakan suatu penelitian ilmiah? Langkah-langkah metode ilmiah yang
harus kamu lakukan.

1. Merumuskan Masalah
Penelitian dimulai dengan merumuskan masalah. Apakah kamu tahu yang dimaksud dengan
‘masalah’? Dalam kajian ilmiah, masalah didefinisikan sebagai sesuatu yang harus diteliti untuk
memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan. Masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
ilmiah yang bersifat terbuka yang memungkinkan adanya jawaban yang beragam. Rumusan
pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui eksperimen.

2. Menemukan Hipotesis
Setelah berhasil merumuskan, kamu bisa mengajukan jawaban sementara atas pertanyaan,
yang bernama lain hipotesis. Hipotesis itu harus logis dan diajukan berdasarkan fakta.

3. Menetapkan Variabel Penelitian


Variabel percobaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Ada tiga
jenis variabel, yaitu a) variabel bebas, variable yang sengaja diubah-ubah untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap hasil percobaan; b) variabel terikat/bergantung, variable yang diamati atau
diukur sebagai hasil percobaan; dan c) variabel tetap, variable yang tidak berubah.

4. Menetapkan Prosedur Kerja


Prosedur kerja merupakan langkah-langkah kerja yang terperinci dan runtut. Urutan langkah
kerja ini dibuat ringkas namun dapat menggambarkan secara tepat pekerjaan yang harus
dilakukan. Data tersebut akan memudahkan pelaksanaannya, langkah kerja sebaiknya dibuat
dalam bentuk diagram alir.

5. Mengumpulkan data
Setiap gejala yang terjadi dalam percobaan harus dicatat saat itu juga. Dengan begitu, kamu
dapat memperoleh data yang lebih akurat. Selanjutnya, kamu perlu mengorganisasi untuk
memudahkan dalam menganalisis dan mengumpulkan hasil percobaan. Oleh karena itu, kamu
perlu menyiapkan tabel data pengamatan sebelum melakukan percobaan.
6. Mengolah dan Menganalisis Data
Tabel dan grafik merupakan alat yang sangat bermanfaat untuk menyusun dan menganalisis
data. Tabel dan grafik ini menampilkan bagaimana variabel terikat berubah sebagai respon
terhadap perubahan variabel bebas. Analisis data juga dapat dilakukan dengan menggunakan
program komputer untuk pengolahan data.

7. Membuat Kesimpulan
Hasil analisis data menghasilkan suatu pola atau kecenderungan. Pola ini dapat dijadikan
landasan untuk menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan adalah suatu pernyataan yang
merangkum apa yang sudah dilakukan dalam kegiatan penelitian. Dalam menyusun suatu
kesimpulan, kamu harus memutuskan apakah data yang dikumpulkan mendukung hipotesis atau
tidak. Selain itu, kamu juga harus mengulang suatu penelitian beberapa kali sebelum dapat
menarik suatu kesimpulan.

8. Mengkomunikasikan Hasil Penelitian


Mengapa harus mengkomunikasikan penelitian? Sosialisasi hasil penelitian penting
dilakukan agar hasil penelitian teman-teman diketahui pihak lain. Bagaimanakah cara
mengomunikasikan suatu hasil penelitian? Suatu hasil penelitian dapat dikomunikasikan melalui
dua cara, yaitu tertulis dan lisan.

 Menjelaskan hakikat ilmu kimia

Pengertian Ilmu Kimia


Ilmu Kimia adalah bagian dari IPA yang fokus pada pembahasan tentang susunan, struktur,
sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Apa yang dimaksud susunan,
struktur, sifat, dan perubahan materi?
1. Susunan materi
Susunan materi yang dimaksud adalah tentang unsur, senyawa, dan campuran.
a. Unsur adalah zat paling sederhana yang sudah tidak bisa dibagi lagi, contohnya Na, H, O,
Fe, dan C.
b. Senyawa adalah zat yang terbentuk dari gabungan beberapa unsur dengan komposisi
tertentu. Contoh senyawa adalah CO2, H2O, dan CaCO3.
c. Campuran adalah gabungan antara dua zat atau lebih di mana sifat penyusunnya tidak
berubah. Contoh campuran adalah larutan gula, susu, air kanji, dan sebagainya.
2. Struktur materi
Struktur materi menjelaskan tentang ikatan yang terjadi antar atom sampai terbentuk molekul
unsur, molekul senyawa, atau ion. Materi tersusun dari partikel kecil bernama atom. Atom
sejenis atau berlainan jenis bergabung membentuk molekul. Suatu atom dan molekul dapat
memiliki muatan listrik. Atom dan molekul yang muatannya tidak netral disebut ion. Jika
muatannya positif disebut kation, sedangkan negatif disebut anion. Cara atom-atom tersebut
berikatan membentuk suatu materi disebut dengan struktur materi.
a. Contoh molekul unsur adalah O2, N2, H2, dan P4.
b. Contoh molekul senyawa adalah CO2, H2O, dan CaCO3.
c. Contoh ion adalah Na+, Cl–, dan Ca2+.
3. Sifat materi
Sifat materi yang dimaksud lebih mengarah ke sifat-sifat kimia suatu zat, misalnya mudah
terbakar, mudah mengalami korosi, mudah bereaksi dengan zat lain, dan sebagainya.
4. Perubahan materi
Perubahan materi dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru, contohnya lilin
yang dibakar, es mencair, dan sebagainya.
b. Perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat baru akibat adanya reaksi
kimia, contohnya besi berkarat, kayu dibakar menjadi abu, dan nasi menjadi basi.

Prinsip Dasar Hakikat Ilmu Kimia


Prinsip dasar yang menjadi acuan perkembangan ilmu Kimia adalah adanya perubahan
bentuk atau susunan partikel menjadi bentuk lain dengan sifat yang berbeda. Contohnya zat A
direaksikan dengan zat B, reaksi antara keduanya pasti menghasilkan zat baru, sebut saja zat C,
di mana sifat zat C ini berbeda dengan sifat zat A maupun B.

Ruang Lingkup Kimia


Ruang lingkup Kimia meliputi susunan, struktur, sifat, serta perubahan materi dan yang
menyertainya. Secara umum, kimia dibedakan menjadi dua, yaitu kimia deskriptif dan kimia
teoritis.
1. Kimia deskriptif adalah ilmu Kimia yang didapatkan melalui pengamatan sifat zat.
2. Kimia teoritis adalah ilmu kimia yang membahas tentang materi. Adapun contoh Kimia
teoritis adalah sebagai berikut: a) Kimia Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang
hubungan antara Kimia dan Fisika. Bahasan dalam Kimia Fisika adalah zat secara
makroskopis, atomik, maupun subatomik ditinjau berdasarkan hukum-hukum dalam Fisika;
b) Kimia Organik adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan komposisi
senyawa organik; c) Kimia anorganik adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat,
dan komposisi senyawa anorganik; d) Kimia Analitik adalah ilmu yang mempelajari tentang
kandungan suatu zat; e) Kimia Lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang dampak
pencemaran lingkungan, metode penghitungan kadar pencemaran, dan sebagainya; f)
Biokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi-materi di dalam proses metabolisme
tubuh.

Manfaat Mempelajari Kimia


Jangan menganggap bahwa ilmu kimia hanya digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan
nilai di sekolah. Lebih dari itu, banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan dengan mempelajari
kimia. Apa saja manfaatnya?
1. Memahami alam beserta prosesnya, sebagai contoh saat bernapas oksigen akan masuk ke
dalam tubuh. Di dalam tubuh, oksigen akan mengalami proses pembakaran agar dihasilkan
energi.
2. Memahami produk-produk yang berguna dalam kebutuhan sehari-hari, contohnya detergen,
sabun, obat-obatan, dan sebagainya.
3. Memahami berbagai jenis produk teknologi, contohnya pesawat terbang, mobil, kulkas, dan
sebagainya.
4. Memahami produk kimia yang dapat menimbulkan masalah, contohnya DDT, CFC, unsur-
unsur radioaktif, dan merkuri.
5. Memahami bahan-bahan kimia beracun, contohnya formalin.

 Memahami prosedur standar tentang keselamatan dan keamanan kimia di


laboratorium

Sebagai seorang yang bekerja di bagian laboratorium, penting kiranya untuk memperhatikan
keselamatan kerja di laboratorium. Adapun tata tertib dan peringatan lainnya adalah sebagai
berikut.

1. Tata tertib di laboratorium


Tata tertib di laboratorium yang harus dipatuhi adalah sebagai berikut: a) menggunakan jas
laboratorium, kacamata pengaman, dan sepatu tertutup; b) membaca petunjuk praktikum dengan
cermat; c) tidak makan dan minum di laboratorium; d) mencuci tangan dengan sabun dan air
bersih sebelum dan setelah praktikum; e) tidak menggaruk kulit yang terkena bahan kimia.
2. Penggunaan bahan kimia
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan bahan-bahan kimia adalah sebagai
berikut: a) jangan menggunakan bahan kimia yang tidak jelas labelnya; b) jangan menyentuh
bahan kimia dengan tangan; c) gunakan pipet untuk mengambil larutan; d) dilarang memanaskan
atau menguapkan cairan organik di tempat terbuka; e) dilarang mencium aroma zat kimia secara
langsung.
3. Penanganan alat dan bahan kimia
a. Jika bahan kimia atau uap beracun telah memenuhi ruangan, segera lakukan evakuasi; b)
zat kimia yang tumpah di meja praktikum atau lantai harus segera dinetralkan sebelum
dibersihkan; c) untuk membaca tinggi larutan pada buret, posisi mata harus sejajar; d)
mengambil bahan-bahan yang menghasilkan gas berbahaya harus dikerjakan di lemari asam; e)
bahan kimia yang diambil tidak boleh dikembalikan ke wadah penyimpanan.

 Memahami peran kimia dalam penguasaan ilmu lainnya baik ilmu dasar seperti
biologi, astronomi, geologi, maupun ilmu terapan pertambangan, kesehatan, pertanian,
perikanan, dan teknologi.

Sebagai salah satu ilmu terapan, kimia masih membutuhkan ilmu-ilmu pendukung lainnya.
Adapun hubungan antara ilmu kimia dan ilmu lainnya adalah sebagai berikut.
1. Bidang kedokteran
Ilmu Kimia digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit, teknologi rekayasa genetika, dan
radiologi.
2. Bidang farmasi
Di bidang farmasi, ilmu kimia dijadikan dasar dalam pembuatan obat.
3. Bidang kriminologi
Ilmu kimia juga berperan di bidang kriminologi. Contoh kegunaan kimia di bidang
kriminologi adalah untuk proses visum, pemeriksaan urine, dan sebagainya.
4. Bidang pertanian
Di bidang pertanian, kimia berfungsi sebagai dasar pembuatan pupuk, pestisida, dan
pemulihan tanaman.
5. Bidang biologi
Kimia ternyata juga berperan di bidang Biologi. Contohnya untuk mempelajari reaksi-reaksi
dalam tubuh makhluk hidup.
6. Bidang seni
Siapa bilang seni itu anti ilmu pengetahuan. Untuk menentukan keaslian suatu lukisan
ternyata dibutuhkan ilmu kimia.
7. Bidang arkeologi
Peran kimia di bidang arkeologi adalah untuk menentukan umur fosil melalui peluruhan inti
radioaktif.
8. Bidang astronomi
Kimia dalam astronomi disebut astrokimia. Astrokimia mempelajari pembentukan, interaksi,
dan kehancuran suatu planet atau bintang. Conohnya reaksi fusi dan fisi perbintangan.
9. Bidang geologi
Kimia dalam bidang geologi yaitu membantu geolog dalam mempelajari kandungan material
bumi seperti logam maupun minyak bumi. Selain itu juga digunakan untuk penelitian batuan dan
pertambangan gas.
10. Bidang perikanan
Dalam hal kaitannya di bidang perikanan, ilmu kimia dapat digunakan untuk membuat suatu
racikan makanan bagi ikan-ikan dari tumbuhan alami maupun dari zat-zat kimia untuk
menambah nutrisi, vitamin, dan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit. Ilmu kimia juga
digunakan untuk menjaga ekosistem kolam maupun tambak agar ekosistemnya terjaga dengan
baik. Hal ini untuk mengurangi tingkat mortalitas (kematian) ikan yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai