Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI

PROVINSI SULAWESI SELATAN BERDASARKAN INDIKATOR


KESEJAHTERAAN RAKYAT

Muh. Hasrul, Wahidah Alwi


Program Studi Matematika,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Email: wahidah.alwi@uin-alauddin.co.id

Abstrak
Setiap negara yang menjadi tujuan utama dalam pembangunan adalah peningkatan
kesejahteraan rakyat. Salah satu penyebab dari permasalahan kesejahteraan rakyat adalah
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah tidak terlaksana secara merata atau dengan
kata lain pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu daerah tidak tepat sasaran.
Maka dari itu salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah pengidentifikasian karakteristik
berdasarkan tingkat kesejahteraan rakyat tiap daerah sehingga pemerintah dapat mengambil
atau memutuskan kebijakan dan strategi yang baik/tepat sasaran dalam pembangunan. Dalam
penilitian ini akan dibahas mengenai pengelompokkan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi
Selatan berdasarkan indikator kesejahteraan rakyat dengan analisis cluster. Dimana analisis
cluster merupakan teknik pengelompokkan objek-objek berdasarkan kemiripan karakteristik
yang dimiliki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengelompokkan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan beberapa indikator kesejahteraan rakyat. Salah satu
metode dalam analisis cluster untuk mengelompokkan adalah metode Average Linkage yaitu
metode yang ditentukan dari rata-rata jarak seluruh objek pada cluster lainnya. Dari hasil
analisis diperoleh bahwa pengelompokkan 24 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
dapat dibentuk tiga kelompok (cluster), yaitu Cluster 1 terdiri 21 Kabupaten/Kota, Cluster 2
terdiri 2 Kabupaten/Kota, dan Cluster 3 terdiri 1 Kabupaten/Kota.

Kata Kunci : Analisis Cluster, Average Linkage.

I. PENDAHULUAN dalam Pembukaan UUD 1945


alinea IV.
Kesejahteraan rakyat Kesejahteraan rakyat pada
selalu menjadi topik yang menarik dasarnya merupakan suatu kondisi
untuk dibahas. Sebagaimana di yang bentuknya dinamis atau
setiap negara yang menjadi tujuan dengan kata lain nilai
utama dalam pembangunan adalah kuantitatifnya tidak akan pernah
peningkatan kesejahteraan rakyat. berhenti karena akan terus
Seperti halnya di Indonesia, berubaha seiring dengan
kesejahteraan rakyat adalah salah perkembangan kebutuhan hidup
satu tujuan negara yang tertuang manusia.
Jumlah penduduk provinsi saling berkorelasi satu sama lain. Data
Sulawesi Selatan Tahun 2015 sebesar multivariat dengan n pengamatan pada p

[ ]
8.520.304 jiwa dengan kepadatan variabel ditampilkan sebagai berikut
penduduk sekitar 186,18 jiwa per x 11 x 12 ⋯ x1 k ⋯ x1 p
kilometer persegi. Jumlah penduduk terus
mangalami kenaikan dari tahun ke tahun. x 21 x 22 ⋯ x2 k ⋯ x2 p
Ketika jumlah penduduk terus bertambah, X= ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
berarti pemerintah juga harus terus x j1 x j 2 ⋯ x jk ⋯ x jp
menambah jumlah fasilitas hidup layak ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
bagi masyarakatnya. Selain masalah
x n1 x n 2 ⋯ x nk ⋯ x np
tentang kependudukan, angka
pengangguran di provinsi Sulawesi Selatan Matriks X berisi data yang terdiri dari
juga masih tinggi. Sesuai data Tahun 2015, semua pengamatan terhadap semua
angka pengangguran terbuka mencapai variabel dimana n baris dan p kolom.
218.311 jiwa atau sekitar 5,95%. II. 2 Analisis Cluster
Dibandingkan tahun sebelumnya dengan Analisi cluster adalah salah satu
tingkat pengangguran terbuka berjumlah teknik dari analisis multivariat yang
212.857 jiwa atau sekitar 5,08%. mempunyai tujuan utama yaitu untuk
Implikasinya, tingkat pengangguran mengelompokkan objek-objek yang
terbuka akan semakin meningkat, jika berdasarkan kemiripan karakteristik yang
tidak ada perubahan strategi dalam dimilikinya. Analisis cluster akan
penciptaan lapangan kerja. Maka dari itu membagi sejumlah data pada satu atau
salah satu solusi guna mengatasi hal beberapa cluster tertentu. Sebuah cluster
tersebut adalah dengan pengidentifikasian yang baik adalah cluster yang memiliki :
karakteristik berdasarkan tingkat  Homogenitas (kesamaan) yang
kesejahteraan rakyat tiap daerah sehingga tinggi antara anggota dalam satu
pemerintah dapat mengambil atau cluster (within-cluster).
memutuskan kebijakan dan strategi yang  Heterogenitas (perbedaan) yang
baik/tepat sasaran dalam pembangunan tinggi antara cluster yang satu
Analisis multivariat merupakan dengan cluster lainnya (between
salah satu solusi dalam hal cluster).
mengelompokkan objek-objek yang Prosedur Analisis Cluster
mempunyai kesamaan karakteristik. Salah 1. Rumuskan Masalah
satu dari analisis multivariat yang dapat Dalam hal ini dilakukan pemilihan
digunakan yaitu analisis klaster. Analisis variabel-variabel yang akan dipergunakan
klaster bertujuan untuk mengelompokkan untuk peng-clusteran (pembentukan
objek-objek pengamatan berdasarkan cluster). Tahap ini merupakan tahap yang
karakteristik yang dimiliki. Ukuran penting karena memilih satu atau dua
kesamaan yang digunakan adalah ukuran variabel yang tidak sesuai dengan masalah
jarak antar objek. Kedua objek yang peng-clusteran dan akan menyebabkan
memiliki jarak paling dekat akan penyimpangan pada hasil peng-clusteran.
bergabung menjadi satu klaster. Kedekatan 2. Data Outliers
jarak yang dimiliki menunjukkan bahwa Outliers adalah data pengamatan
kedua objek tersebut memiliki tingkat dengan nilainya “ekstrim” yang muncul
kesamaan karakteristik. karena memiliki karakteristik yang unik
II. TINJAUAN PUSTAKA atau terlihat sangat jauh berbeda dari
Analisis Multivariat observasi-observasi lainnya. Deteksi data
Analisis multivariat yaitu analisis yang outlier dapat dilakukan dengan
yang digunakan terhadap data yang terdiri melakukan standarisasi data (Z-Score)
dari banyak variabel, dimana variabelnya setelah itu melakukan pengecekan dimana
dikatakan sebuah data outlier apabila d ( x , y ) , rumus perhitungannya dapat
nilainya tidak terletak dalam selang (-2,5; dihitung sebagai berikut :
+2,5).
3. Standarisasi Data
Perlunya dilakukan proses d( x, y )=√( x 1− y1 )2 +( x 2− y 2 )2 +⋯+( x p − y p )2
standarisasi data dengan transformasi pada
data asli sebelum dianalisis lebih lanjut
¿ √( x− y)'( x− y)
apabila variabel yang diteliti memiliki 6. Metode Pengklasteran
perbedaan ukuran satuan yang besar. Terdapat dua macam metode
Transformasi dilakukan terhadap variabel dalam proses analisis cluster yaitu metode
yang relevan ke dalam bentuk z-score. hirarki dan metode non hirarki. Adapun
4. Asumsi-Asumsi metode hierarki adalah metode
Terdapa dua asumsi yang harus pengelompokkan yang terstruktur dan
dipenuhi dalam analisis cluster yaitu bertahap serta jumlah kelompok atau
sampel mewakili populasi dan tidak terjadi cluster belum diketahui. Sedangkan pada
multikolinearitas. Untuk mengetahui metode non hirarki, telah ditentukan
apakah sampel yang diambil benar- jumlah kelompok terlebih dahulu.
benar dapat mewakili populasi yang ada Pada metode hirarki terdapat dua
dibutuhkan nilai Kaiser-Meyer Olkin cara dalam analisis cluster yaitu dengan
(KMO). Dimana nilai KMO kurang dari cara penggabungan (agglomerative) dan
0.5 menandakan bahwa sampel yang pemisahan (devisive). Metode hirarki
diambil tidak dapat mewakili populasi dengan cara penggabungan dilakukan
yang ada. Sedangkan untuk mendeteksi dengan menggabungkan objek secara
ada atau tidaknya multikolinearitas dapat bertahap, sehingga nantinya hanya
dilakukan dengan menghitung koefisien diperoleh satu kelompok/culster saja.
korelasi sederhana (korelasi Pearson) Sebaliknya cara pemisahan pada metode
antar variabel bebas, jika terdapat nilai hirarki dimulai dengan membentuk satu
yang mencapai atau melebihi 0,8 maka kelompok/cluster besar yang anggotanya
terjadi multikolinearitas. Dalam mengatasi seluruh objek pengamatan. Kemudian
masalah multikolinearitas pada data adalah dipisah menjadi kelompok yang lebih
dengan Metode Principal Component kecil, hingga akhirnya satu kelompok
Analysis (PCA) atau analisis komponen hanya beranggotakan satu objek
utama pengamatan saja.
5. Ukuran Kemiripan Objek Terdapat beberapa mtode dalam
Dalam menjelasakan atau pengelompokkan hirarki yaitu
mengukur kemiripan/kesamaan antar objek a. Single Linkage
digunakan pendekatan ukuran jarak Ditentukan dari dua objek berpasangan
(distance). Semakin besar nilai jarak yang memiliki kesamaan atau memiliki
antara objek berarti semakin besar pula jarak terdekat (nearest neighbor).
perbedaan karakterstik antara objek. Adapun langkah-langkahnya sebagai
Sedangkan semakin kecil nilai jarak antara berikut :
objek berarti semakin tinggi pula i.) Menentukan objek bersesuaian
kemiripan/kesamaan karakteristik antara yang memiliki jarak terdekat
objek. dalam matriks jarak D = { d ik },
Terdapat dua pengamatan dalam ii.) Menggabungkan objek yang
'
ruang p-dimensi x =( x 1 , x 2 , … , x p ) dan bersesuaian tersebut, katakanlah
objek U dan objek V, yang
y ' = ( y 1 , y 2 , … , y p ). Jarak dari dua
kemudian didapatkan cluster
pengamatan tersebut dapat dihitung dalam (UV).
berbagai cara, seperti jarak Euclid. Jika
jarak dua titik x dan y ditulis dengan
iii.) Menghitung jarak minimum iii.) Mengitung jarak antara cluster
antara cluster (UV) dengan objek (UV) dengan objek lain
lain katakanlah W yang belum katakanlah W yang belum
bergabung, dengan rumus : bergabung, dengan rumus
d(UV)W = min {dUW ,dVW } ∑ ∑ d ik
dan menghitung kembali matriks d (UV )W =
i k
jarak baru dengan cara pada N ( UV ) N W
langkah ketiga algoritama cluster dimana :
hirarki agglomerative secara dik : jarak antara obyek i pada
umum, dan beri nama D2. cluster UV dan obyek k pada
iv.) Mengulangi langkah 2 sampai cluster
bergabung menjadi satu cluster. WN(UV) :Jumlah item pada cluster
b. Complete Linkage UVNW : Jumlah item pada cluster
Ditentukan dari jarak terjauh antara UV dan W
dua obyek pada cluster yang berbeda dan menghitung kembali matriks
(furthest neighbor). Adapun langkah- jarak baru dengan cara pada
langkahnya sebagai berikut : langkah ketiga algoritama cluster
i.) Menentukan objek bersesuaian hirarki agglomerative secara
yang memiliki jarak terdekat umum, dan beri nama D2.
dalam matriks jarak D = { d ik }, iv.) Mengulangi Langkah 2 sampai
ii.) Menggabungkan objek yang bergabung menjadi satu cluster.
bersesuaian tersebut, katakanlah 7. Interpretasi Cluster
objek U dan objek V, yang Tahapan interpretasi cluster adalah
kemudian didapatkan cluster untuk mencari karakter setiap kelompok
(UV). yang khas, salah satunya dapat dilakukan
iii.) Menghitung jarak maksimum dengan membandingkan mean atau
antara cluster (UV) dengan objek centroid pada setiap kelompok. Adapun
lain katakanlah W yang belum cara menghitung mean (centroid) yaitu :
bergabung, dengan rumus : n p

d(UV)W = max {dUW ,dVW } ∑ ∑ x jk


dan menghitung kembali matriks C= j=1 k =1
jarak baru dengan cara pada N
langkah ketiga algoritama cluster dimana :
hirarki agglomerative secara C : Nilai rata-rata (centroid) cluster
umum, dan beri nama D2. xjk : Nilai atau data dari objek j pada
iv.) Mengulangi langkah 2 sampai variabel k dalam cluster yang dicari nilai
bergabung menjadi satu cluster. centroid
c. Average Linkage N :Jumlah objek dalam cluster yang
Ditentukan dari rata-rata jarak seluruh dicari nilai centroid
objek suatu cluster terhadap seluruh III. METODOLOGI PENELITIAN
objek pada cluster lainnya. Adapun Data yang digunakan dalam
langkah-langkahnya sebagai berikut : penelitian ini adalah data sekunder yang
i.) Menentukan objek bersesuaian diperoleh dari BPS Provinsi Sulawesi
yang memiliki jarak terdekat Selatan yaitu data indikator kesejahteraan
dalam matriks jarak D = { d ik }, rakyat tahun 2015. Adapun data yang
digunakan dalam penilitian ini ada sebelas
ii.) Menggabungkan objek yang
variabel yaitu PDRB(X1), kepadatan
bersesuaian tersebut, katakanlah
penduduk(X2), jumlah penduduk miskin
objek U dan objek V, yang
(X3), daya beli(X4), jumlah angkatan kerja
kemudian didapatkan cluster
(X5), angka harapan hidup(X6), angka
(UV).
melek huruf(X7), dan rata-rata lama (X4) 6,273 16,669 9,907 2,007
sekolah(X8), angka harapan lama (X5) 13542 348501 121311 77104,28
sekolah(X9), tingkat pengangguran terbuka (X6) 65,49 72,80 68,60 2,10
(X10) dan kepemilikan rumah sendiri(X11). (X7) 83,50 98,22 91,82 3,33
Adapun prosedur dari analisis (X8) 5,64 10,77 7,54 1,23
cluster dalam penelitian ini disajikan (X9) 11,61 15,02 12,82 0,91
dalam diagram alur sebagai berikut : (X10) 0,90 12,07 5,23 2,96
(X11) 68,22 98,84 88,22 8,59
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh
nilai minimum, maksimum, mean dan
standar variasi dari sebelas variabel. Nilai
tersebut menggambarkan perbedaan
karekteristik dari setiap variabel.
IV.2 Uji Asumsi
a. Uji Kecukupan Sampel
Uji kecukupan sampel bertujuan
untuk menguji apakah sampel yang
digunakan cukup untuk dianalisis lebih
lanjut, dapat dilihat dari nilai Kaiser Meyer
Olkin (KMO).
Hipotesis :
H0 : Sampel belum cukup untuk dianalisis
lebih lanjut
H1 : Sampel sudah cukup untuk dianalisis
lebih lanjut
p p
∑ ∑ r ij2
i=1 j=1
p p p p
∑ ∑ r 2 +∑ ∑ ρ ij 2
k uji: KMO = i=1 j=1 ij i=1 j=1

Statisti
Uji Nilai
KMO 0,694
Bartlett’s Approx. Chi- Square 237,71
Test Of df 55
Sphericity sig 2.2e-16
IV. HASIL PENELITIAN Pengambilan keputusan : nilai KMO > 0,5
IV.1 Statistika Deskriptif maka tolak H0.
Sebelum dilakukan analisis cluster Tabel 4.2 Uji KMO
terlebih dahulu dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan Tabel 4.2
Tabel 4.1 Statistika Deskriptif Indikator menunjukkan bahwa nilai KMO
Kesejahteraan Rakyat Tahun 2015 sebesar 0,694. Karena 0,694 > 0,5
Statistik Deskriptif berarti tolak Ho sehingga dapat
Std disimpulkan sampel digunakan
Var Min Mak Mean
Deviasi sudah cukup unutk dianalisis lebih
(X1) 2724 88740 10393 17105,97 lanjut.
(X2) 40,0 8246,0 645,4 1648,47 b. Uji Multikolinearitas
(X3) 8,41 75,01 33,24 17,74
Dalam mengetahui ada tidaknya c. Nilai MSA
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Nilai MSA digunakan untuk
koefisien korelasi sederhana (korelasi mengetahui variabel-variabel mana saja
Pearson). Jika terdapat nilai yang yang layak dilakukan PCA. Nilai MSA
mencapai atau melebihi ±0,8 maka terjadi yang kurang dari 0,5 menunjukkan bahwa
multikolinearitas. Setelah dilakukan variabel tersebut tidak layak untuk
perhitungan menggunakan program R dianalisis PCA. Adapun hasil perhitungan
diperoleh hasil bahwa variabel X1 dengan nilai MSA dari kesebelas variabel yang
X2, X7 dengan X8, X8 dengan X9, X8 dengan ditampilkan dalam Tabel 4.4 sebagai
X11 serta X9 dengan X11 mengalami berikut :
multikolinearitas karena nilai korelasi Tabel 4.4 Nilai MSA
lebih dari ±0,80. Maka dari itu dilakukan Var MSA
analisis komponen utama atau principal X1 0,609
component analysis untuk mengatasi X2 0,645
masalah tersebut. X3 0,341
IV.3 Principal Component Analysis X4 0,768
Dalam analisis komponen utama X5 0,424
ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi X6 0,568
yaitu : X7 0,682
a. Uji Kecukupan Sampel X8 0,783
Uji ini telah dilakukan X9 0,802
sebelumnya dan diperoleh nilai KMO X10 0,813
sebesar 0,694 (Tabel 4.2) dan telah X11 0,780
memenuhi asumsi.
Berdasarkan Tabel 4.4 dari
b. Uji Bartlett
sebelas variabel yang ada, variabel X3 dan
Uji ini bertujuan untuk
X5 masing-masing memliki nilai MSA
mengetahui ada tidaknya korelasi antar
kurang dari 0,5 sehingga hanya
variabel
kesembilan variabel yang layak untuk
Hipotesis :
dilakukan PCA.
H0 : R = I (Tidak ada korelasi)
Selanjutnya melakukan analisis
H1 : R ≠ I (Terdapat korelasi)
komponen utama dengan langkah-langkah
Statistik uji :
sebagai berikut :
χ 2 hitung=− n−1−{ 2 p+5
6 }ln|R| 1. Membuat matrks Z yang berisi data
variabel yang distandarisasi
Pengambilan keputusan : Tolak H0 jika 2. Membuat matriks korelasi R yaitu
2
χ 1
dengan rumus :
χ 2 hitung >
α ; p( p−1 )
atau sig. < α=0,05
2
R=
1
Z'Z
Adapun hasil pengujian Bartlett dapat di n−1
lihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut : 3. Mencari nilai eigen λ1, λ2,..., λp yang
Tabel 4.3 Uji Bartlett memenuhi persamaan
Uji Nilai |R−λI|=0
Approx. Chi- Square 237,71 4. Mencari eigen vector (e^ i) yang
Bartlett’s df
55 bersesuain dengan nilai eigen dan
Test
sig 2.2e-16 memenuhi persamaan
Berdasarkan Tabel 4.3 ( R− λI ) . e^ i =0
menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 5. Menentukan banyaknya komponen
2.2e-16. Karena p-value < 0,05 berarti yang dipilih berdasarkan nilai eigen
tolak Ho sehingga dapat disimpulkan yang menjelaskan besarnya kontrobusi
terdapat korelasi antar variabel. keragaman atau varian masing-masing
komponen utama. Nilai eigen selalu banyaknya kombinasi jarak 24
diurutkan dari yang terbesar ke kabupaten/kota. Selanjutnya pada tahap
terkecil. kedua jarak yang terdekat adalah objek
6. Bentuk persamaan komponen (PC) nomor 14 (Sindereng Rappang) bergabung
seperti berikut : dengan nomor15 (Pinrang) dengan jarak
PC i =^ei z= e^ i 1 z 1 + e^ i 1 z1 +⋯⋯+^eip z p yaitu 0,147. Demikian seterusnya,
Setelah dilakukan langkah- sehingga semua objek bergabung menjadi
langkah seperti diatas diperoleh bahwa satu cluster. Hasil dari proses ini
Komponen 1 dan Komponen 2 secara ditampilkan dalam gambar 4.1 sebagai
bersama-sama telah dapat menjelaskan berikut :
keragaman atau varian dari kesembilan
variabel sebesar 79,89 %. Selanjutnya
menentukan eigen vector atau koefisien
dari principal component yang akan
digunakan untuk membentuk persamaan
PC sebagai berikut :
PC1 = 0,287z1 + 0,313z2 + 0,313z4 +
0,246z6 + 0,345z7 + 0,394z8 +
0,372z9 +0,329z10 - 0,376z11
PC2 = -0,510z1 - 0,450z2 - 0,341z4 +
0,467z6 + 0,224z7 + 0,171z8 +
0,217z9 - 0,121z10 - 0,249z11
Selanjutnya adalah menghitung
PC score dari kedua persaman PC. Nilai
PC score inilah yang digunakan untuk
analisis lebih lanjut. Gambar 4.1 Dendrogram Analisis
IV.4 Ukuran Kemiripin Objek Cluster Metode Average Linkage
Menghitung kemiripan antar objek dengan Pada Gambar 4.1 menunjukkan
menggunakan jarak Euclidean. Dihitung bahwa terdapat 3 kelompok/cluster yaitu
jarak antara Kab. Kepulauan Selayar dan cluster 1 terdiri 21 Kabupaten/Kota,
Kab. Bulukumba (obyek 1 dan 2 ). cluster 2 terdiri dua Kabupaten/Kota, dan
cluster 3 terdiri satu Kabupaten/Kota.

√ √ 2 2
d(1,2)= (a1−a2) +(b1−b2)
(
2 2
−1,6368 )−(−1,524 8) +¿(0,41790−(−0,64 39) ¿¿=1,068 ¿¿
Dalam hal ini dapat dilihat dalam Tabel
4.5 sebagai berikut :
¿ Tabel 4.5 Cluster dan Anggotanya
Cluster Kabupaten/Kota
¿ Cluster 1 Kepulauan Selayar, Gowa, Barru,
selanjutnya adalah menghitung jarak Sidenreng Rappang, Pinrang, Luwu ,
antara seluruh objek sehingga nantinya Luwu Timur, Bulukumba, Bantaeng,
diperoleh matriks jarak antara objek. Sinjai, Maros, Pangkajenne Kepulauan,
IV.5 Analisis Cluster Hirarki Metode Bone, Soppeng, Wajo, Luwu Utara,
Average Linkage Takalar, Tana Toraja, Toraja Utara,
Dengan menggunakan metode Enrekang, dan Jeneponto
Average Linkage bahwa objek nomor 2 Cluster 2 Palopo,dan Pare-Pare
(Kab. Bulukumba) dan nomor 11 (Kab. Cluster 3 Makassar
Bone) bergabung menjadi satu cluster,
karena memiliki jarak paling kecil yaitu IV.6 Interpretasi Cluster
0,044. Hal ini menunjukkan bahwa jarak Dalam hal menginterpretasikan
antara kedua kabupaten tersebut hasil cluster digunakan nilai-nilai rata-rata
merupakan jarak yang paling dekat dari (centroid) tiap cluster. Nilai centroid tiap
cluster diperoleh sebagaimana dalam Kepemilikan Rumah Sendiri (X11)
Tabel 4.6 berikut ini : merupakan yang paling rendah.
Untuk penelitian selanjutnya,
peneliti menyarankan untuk penggunaan
beberapa metode dalam analisis cluster
Tabel 4.6 Centroid Cluster hirarki antara lain metode Single Linkage,
Variabel Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Complete Linkage, Ward, dan metode
X1 -0,18246 -0,37419 4,58011 Centroid. Selain itu dapat pula
X2 -0,2423 0,23878 4,61066 membandingkan metode tersebut dengan
X4 -0,25548 1,24739 2,87021 menggunakan data yang berbeda pula
X6 -0,14603 0,8518 1,36312 seperti data indikator kesehatan, indikator
X7 -0,25127 1,69986 1,87695 ekonomi, atau indikator pembangunan
X8 -0,32433 2,097265 2,61634 manusia.
X9 -0,29993 2,08859 2,12137
X10 -0,27147 1,70375 2,29325 VI. DAFTAR PUSTAKA
X11 0,299381 -1,97968 -2,32766 Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
Selatan. 2015. “Indikator
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesejahteraan Rakyat Sulawesi
Berdasarkan analisis dan Selatan Tahun 2015”. Makassar :
pembahasan, maka dapat disimpulkan BPS Provinsi Sulawesi Selatan.
hasil pengelompokkan Kabupaten/Kota di
provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Ermawati. 2012. “Statistika Multivariat
indikator kesejahteraan rakyat dengan Terapan”. Makassar : Alauddin
menggunakan metode Average Linkage University Press.
yaitu :
1. Cluster 1 terdiri 21 kabupaten/kota. Johnson, Richard & Dean. 2007. “Applied
Dimana cluster ini sangat dipengaruhi Multivariate Statistical Analysis
oleh variabel Kepemilikan Rumah Sixth Edition”. New York: Prentice-
Sendiri (X11). Selain dari variabel Hall International.Mattjik, Ahmad
PDRB (X1) dan Kepemilikan Rumah Ansori & I Made Sumertajaya,
Sendiri (X11) untuk ketujuh variabel “Sidik Peubah Ganda dengan
lainnya memiliki rata-rata (centroid) Menggunakan SAS” . Bogor : IPB
yang paling rendah diantara cluster Press.
lainnya.
Laraswati, Tri Febriana. 2014.
2. Cluster 2 terdiri dua kabupaten/kota.
Perbandingan Kinerja Metode
Pada cluster ini dominan terhadap
Complete, Linkage Metode Average
variabel Rata-Rata Lama Sekolah.
Linkage, dan Metode K-means
Cluster 2, untuk variabel PDRB (X1)
Dalam Menentukan Hasil Analisis
memiliki rata-rata yang paling rendah.
Cluster. Yogyakarta : Universitas
Sedangkan untuk kedelapan variabel
Negeri Yogyakarta.
lainnya memiliki rata-rata (centroid)
yang cukup tinggi (sedang). Machfudhoh, Siti dan Nuri Wahyuningsih.
3. Cluster 3 terdiri satu kabupaten/kota ”Analisis Cluster Kabupaten/Kota
yaitu, Kota Makassar dengan variabel Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi
yang mempengaruhi yaitu variabel Jawa Timur”. Jurnal Sains Dan
Kepadatan Penduduk (X2). Pada Seni Pomits, Vol. 2, No.1 (2013).
Cluster ini untuk kedelapan variabel http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
lainnya memiliki rata-rata (centroid) paper-3759 7-1 210100028-
yang paling tinggi diantara cluster paper.pdf.
lainnya. Sedangkan untuk variabel
Rahmawati , Lina, dkk. ”Analisis
Kelompok Dengan Menggunakan
Metode Hierarki Untuk
Pengelompokan Kabupaten/Kota di
Jawa Timur Berdasarkan Indikator
Kesehatan”. Jurnal Jurusan
Matematika Fakultas MIPA (2013).
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.p
hp/matematika/article/
view/27363/0.
Rizki, Rizal, dkk. “Analisis Cluster dalam
Mengidentifikasi Tipe Kawasan
Berdasarkan Karakteristik Timbulan
Sampah Rumah Tangga di
Perkotaan Kabupaten Jember”.
Jurnal Teknik POMITS Vol. 2, No.1
(2013). http://
digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-
37202-3610100043_paper.pdf.
Safitri, Diaf, dkk. ”Analisis Cluster
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
Berdasarkan Produksi Palawija”.
Media Statistika Vol. 5, No.1
(2012). http://ejournal.
undip.ac.id/index.php/media_statisti
ka/article/view/4520/4125.
Santoso, Singgih. 2010. “Statistik
Multivariat”. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Yuliato, Safa’at dan Kishera Hilya.H.
“Analisis Klaster Untuk
Pengelompokkan Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Indikator
Kesejahteraan Rakyat”. Jurnal
Statistika, Vol. 2, No.1 (2014).
http://download.portalgaruda.org/art
icle.php?
article=161548&val=5093&title=an
alisis%20klaster%20untuk
%20pengelompokan
%20kabupaten/kota%20di
%20provinsi%20jawa%20tengah
%20berdasarkan%20indikator
%20kesejahteraan%20rakyat.

Anda mungkin juga menyukai