Anda di halaman 1dari 8

INFERENSI, Vol.

1(2), December 2018, ISSN: 0216-308X 49

Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan


Indikator Pembangunan Ekonomi dan Potensi Daerah
Provinsi Jawa Timur Menggunakan
Similarity Weight and Filter Method (SWFM)
(1)
Renaldy Aprevia Lutfi, (2) Ismaini Zain
(1)(2)(3)
Departemen Statistika, Fakultas Matematika, Komputasi, dan Sains Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: (1) apreviarenaldy@gmail.com, (2) ismainizain@gmail.com

Abstrak— Pembangunan ekonomi banyak dilakukan di masyarakat yang makmur dan sejahtera. Oleh karena itu,
daerah yang memiliki potensi sumber daya yang lebih baik. pada setiap daerah harus memanfaatkan potensi sumber
Indikator pembangunan ekonomi terbagi menjadi indikator dayanya untuk memberikan kontribusi terhadap penerimaan
moneter, indikator non-moneter, dan indikator campuran. daerah dan menjalankan perekonomian agar mengurangi
Terdapat 20 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang berada terjadinya ketimpangan ekonomi.
di dataran rendah dan memiliki potensi pengelolaan di wilayah Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi yang masuk ke
pesisir. Daerah lainnya di dataran sedang dan tinggi memiliki
dalam strategi pengembangan kawasan ekonomi potensial
potensi pertanian yang besar karena merupakan daerah yang
relatif subur. Perekonomian Jawa Timur tahun 2017 tumbuh yang dapat mempercepat perkembangan wilayah. Provinsi
sebesar 5,45 persen, namun kondisi tersebut belum dikatakan Jawa Timur dibedakan menjadi tiga dataran, yaitu dataran
baik karena terdapat masalah ketimpangan ekonomi. Untuk rendah, sedang, dan tinggi. Terdapat 20 daerah di Provinsi
mengatasinya, perlu memberikan kebijakan khusus kepada Jawa Timur yang berada di dataran rendah dan memiliki
daerah dengan tingkat perekonomian dan potensi daerah yang potensi pengelolaan di wilayah pesisir. Daerah yang berada
berbeda. Analisis yang digunakan untuk mengetahui daerah di dataran sedang dan tinggi memiliki potensi pertanian
dengan tingkat perekonomian dan potensi daerah yang berbeda sangat besar karena merupakan daerah yang relatif subur [3].
adalah dengan analisis klaster. Metode analisis klaster dalam Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2016 bila
penelitian ini adalah dengan SWFM. SWFM dapat digunakan
dibandingkan tahun 2015 tumbuh sebesar 5,57 persen,
untuk menggabungkan kelompok data yang berasal dari data
numerik dan data kategori. Hasil pengelompokan data numerik membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar
dengan metode ward, diperoleh jumlah kelompok optimum 5,44 persen. Pada tahun 2017 perekonomian Jawa Timur
sebanyak tiga kelompok. Pada pengelompokan data kategori tumbuh sebesar 5,45 persen [4]. Meskipun demikian
menggunakan metode k-modes, diperoleh karakteristik yang perekonomian Provinsi Jawa Timur belum dapat dikatakan
dapat membedakan antara tiga kelompok yang digunakan. baik. Pemerataan pembangunan antar daerah masih belum
Pengelompokan data numerik dan kategori menggunakan tercapai sehingga timbul masalah ketimpangan ekonomi.
SWFM didapatkan jumlah kelompok optimum sebanyak lima Upaya mengatasi ketimpangan ekonomi yang terjadi adalah
kelompok. dengan memberikan kebijakan khusus pada kabupaten/kota
Kata Kunci— K-modes, Pembangunan Ekonomi, Potensi yang memiliki tingkat perekonomian dan potensi daerah
Daerah, SWFM, Ward yang berbeda.
Untuk memberikan kebijakan yang sesuai dapat
I. PENDAHULUAN dilakukan dengan mengelompokan kabupaten/kota Provinsi
Jawa Timur berdasarkan indikator pembangunan ekonomi
P ertumbuhan ekonomi yang tumbuh secara cepat dan
tidak diimbangi oleh pemerataan akan menimbulkan dan potensi daerah menggunakan analisis klaster. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah SWFM.
masalah ketimpangan ekonomi. Ketimpangan yang terjadi
dapat timbul karena adanya proses pembangunan ekonomi Pemilihan pengelompokan menggunakan SWFM dalam
yang sedang berlangsung. Pembangunan ekonomi lebih penelitian ini digunakan untuk menggabungkan kelompok
banyak dilakukan di daerah dengan potensi sumber daya data yang berasal dari data numerik dan data kategori. Data
yang lebih baik, sedangkan pada setiap daerah terdapat yang bersifat numerik adalah indikator pembangunan
potensi sumber daya yang berbeda [1]. Keberhasilan suatu ekonomi, sedangkan data yang bersifat kategori adalah
pembangunan ekonomi dapat diukur dari tiga indikator, yaitu potensi daerah Provinsi Jawa Timur.
indikator moneter, indikator non-moneter, dan indikator II. TINJAUAN PUSTAKA
campuran. Manfaat utama dari indikator tersebut dapat
digunakan untuk membandingkan kondisi dan tingkat A. Analisis Klaster
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan penduduk antar Analisis klaster adalah suatu metode yang digunakan
daerah [2]. Apabila tingkat pembangunan ekonomi antar untuk mengelompokan objek-objek pengamatan menjadi
daerah berbeda atau terjadi ketimpangan, maka perlu upaya beberapa kelompok berdasarkan karakteristik yang dimiliki
untuk mengurangi ketimpangan agar dapat mewujudkan [5]. Penempatan objek pengamatan dilakukan dengan
INFERENSI, Vol. 1(2), December 2018, ISSN: 0216-308X 50

mencari pola kumpulan data agar hasil pengelompokan yang xick = objek ke-i pada kelompok ke-c dan variabel ke-k
didapatkan optimum. Ciri kelompok yang optimum apabila xk = rata-rata seluruh objek pada variabel ke-k
antar anggota dalam satu kelompok mempunyai
xck = rata-rata objek kelompok ke-c dan variabel ke-k
homogenitas (kesamaan) yang tinggi, dan antar kelompok
memiliki heterogenitas (perbedaan) yang tinggi [6]. C. Analisis Klaster Data Kategori
Analisis klaster dibedakan menjadi dua, yaitu analisis Pengelompokan data kategori dapat dilakukan dengan
klaster metode hierarki dan metode non-hierarki. Kelompok menggunakan metode k-modes. Metode k-modes memiliki
yang dibentuk dengan metode hierarki dilakukan tanpa proses algoritma yang efisien dan metode ini menggunakan
menentukan jumlah kelompok terlebih dahulu. Metode non- ukuran ketidaksamaan yang sederhana dan berbasis pada
hierarki digunakan apabila jumlah dari kelompok sudah frekuensi untuk menemukan mode [9]. Berikut adalah
ditentukan sebelumnya [7]. ukuran kemiripan antara dua objek x dan y.
B. Analisis Klaster Data Numerik d  x, y     ( x, y )
p
(7)
Pengelompokan data numerik dilakukan berdasarkan k 1

ukuran jarak atau ukuran ketidakmiripan. Pada penelitian ini Dimana p adalah jumlah variabel, sedangkan (x,y)
jarak yang digunakan adalah jarak euclidean. Rumus dari merupakan nilai dari persamaan 8.
jarak euclidean dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai  0 ( x  y)
 ( x, y )   (8)
berikut [6].  1 ( x  y)
p
(1) Fungsi yang digunakan dalam k-modes terdapat dalam
d ( xi , x j )   ( xik  x jk )
2

k 1 persamaan 9.
dimana i = 1,2,..., n dan j = 1,2,..., n ; i ≠ j C n p
P     wi ,c ( xi ,k , qc ,k ) (9)
Keterangan : c 1 i 1 k 1

d( xi, xj ) = jarak antara dua objek ke-i dan ke-j ( xi,k, qc,k ) merupakan nilai antara vektor dengan mode
xik = nilai objek ke-i pada variabel k kelompok, dan wi,c memiliki nilai antara 0 sampai 1.
xjk = nilai objek ke-j pada variabel k D. Similarity Weight and Filter Method
Metode penggabungan yang dapat digunakan pada Pengelompokan data numerik dan katagori dilakukan
analisis klaster hierarki antara lain metode single linkage, secara terpisah dengan menggunakan algoritma tertentu.
metode complete linkage, metode average linkage, dan Hasil pengelompokan tersebut kemudian digabung dengan
metode ward. Pada penelitian ini metode yang digunakan Similarity Weight and Filter Method (SWFM), sehingga
adalah metode ward karena dapat meminimumkan ragam didapatkan kelompok akhir [11].
dalam kelompok [5]. Rumus dari metode ward untuk
menghitung ragam dalam kelompok adalah sebagai berikut.
n
ESS   ( x j  x ) '(x j  x ) (2)
j 1

Dimana xj merupakan pengukuran multivariat terkait


dengan objek j dan x adalah rata-rata dari semua objek.
Pengelompokan pada data numerik akan dilakukan dengan
jumlah kelompok yang berbeda-beda, yaitu sebanyak, 3
kelompok, 4 kelompok, dan 5 kelompok. Setelah diketahui Gambar 1. Kerangka Analisis SWFM
hasil pengelompokan, selanjutnya adalah menentukan Gambar 1 menunjukkan proses pengelompokan dengan
jumlah kelompok optimum. Metode yang digunakan untuk SWFM mulai dari pembagian data numerik dan kategori
mendapatkan jumlah kelompok optimum adalah dengan sampai mendapatkan kelompok akhir. Pada metode
menggunakan pseudo F-statistics. Nilai pseudo F-statistics similarity weight menggunakan rumus ukuran kemiripan
yang tertinggi menunjukkan bahwa jumlah kelompok telah dengan pemberian faktor bobot. Bobot yang diberikan
optimum. Berikut ini merupakan rumus dari pseudo F- berdasarkan jumlah dari kelompok yang terbentuk. Rumus
statistics [8]. untuk menghitung kemiripan anggota antar pasangan objek
 R2  ke-i dan ke-j serta similarity weight antara kelompok yang
  terbentuk terdapat di dalam persamaan 10 dan 11 [11].
C 1 
pseudo F  statistics   (3) Ai  B j
 1 R 
2
Sij  (10)
  Ai  B j
 nC 
dimana, Sij
sim( Ai , B j )   (11)
( SST  SSE ) i  ni , j  n j max(ni , n j )
R2  (4)
SST dimana i = 1,2,..., n dan j = 1,2,..., n ; i ≠ j
n C p
SST     ( xick  xk ) 2
(5) Keterangan :
i 1 c 1 k 1 Ai = himpunan pengamatan ke-i
n C p
SSE     ( xick  xck ) 2 (6) Bj = himpunan pengamatan ke-j
i 1 c 1 k 1 ni = jumlah anggota dalam kelompok ke-i
Keterangan : nj = jumlah anggota dalam kelompok ke-j
SST = total jumlah kuadrat dari jarak objek terhadap rata- Selanjutnya untuk memperoleh pengelompokan akhir
rata seluruh data dapat dengan menggunakan metode filter. Rumus yang
SSE = total jumlah kuadrat dari jarak objek terhadap rata- digunakan pada metode filter terdapat dalam persamaan 12.
rata kelompok
INFERENSI, Vol. 1(2), December 2018, ISSN: 0216-308X 51

F    wAB d  Ai , B j  SW   MSE 
ni n j 12
(12) (19)
i 1 j 1
S B   MSB 
12
d( Ai,Bj ) = 1 – Sij dan wij adalah bobot antara kelompok (20)
ke-i dan ke-j. Keuntungan dengan menggunakan Similarity E. Pembangunan Ekonomi dan Potensi Daerah
Weight and Filter Method adalah sebagai berikut [10]. Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
1. Memiliki langkah penggabungan kelompok data usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan
numerik dan kategori yang cepat dengan hasil efisien. mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil
2. Langkah penggabungan kelompok data numerik dan melalui penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan,
data kategori yang cepat tidak memiliki dampak yang peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan
besar terhadap hasil pengelompokan. berorganisasi dan manajemen [12]. Potensi daerah adalah
3. Memiliki kinerja pengolompokkan yang baik dan cerminan tersedianya sumber daya yang bisa dimanfaatkan
efisien walaupun terdapat varians yang besar. dan memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah
Pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan indikator dan kesejahteraan masyarakat. Provinsi Jawa Timur
pembangunan ekonomi dan potensi daerah Provinsi Jawa memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Timur menggunakan SWFM, dinyatakan sebagai variabel (RPJPD) tahun 2005-2025 dengan visi menjadikan Jawa
dengan skala data kategori. Pengelompokan dengan SWFM Timur sebagai pusat agrobisnis.
akan dilakukan dengan jumlah kelompok yang berbeda-
beda, yaitu 3 kelompok, 4 kelompok, dan 5 kelompok. III. METODOLOGI PENELITIAN
Setelah diketahui hasil pengelompokan, selanjutnya adalah
A. Sumber Data
menentukan jumlah kelompok yang optimum. Untuk
Data yang diperoleh merupakan data sekunder dari
menentukan jumlah kelompok optimum adalah dengan
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur dan
menggunakan rasio dari ragam dalam kelompok (SW) dan
Direktotat Jenderal Perhubungan Udara. Data yang diambil
ragam antar kelompok (SB). Jumlah kelompok yang optimum
dari BPS Provinsi Jawa Timur mengenai data indikator
ditunjukan dari nilai rasio SW dan SB yang paling minimum.
pembangunan ekonomi, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Pengukuran dengan rasio dari SW dan SB juga dapat dilakukan
menurut lapangan usaha, dan ketinggian wilayah. Data yang
melalui tabel kontingensi yang ekuivalen dengan Analysis of
diambil dari Direktotat Jenderal Perhubungan Udara adalah
Variance (ANOVA). Apabila terdapat n pengamatan dan
kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur yang memiliki bandara.
terdapat nk yang merupakan jumlah pengamatan dari
kategori ke-k dimana k = 1,2,3,...,K maka  K nk  n . B. Variabel Penelitian
k 1 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
Selanjutnya diketahui nkc adalah jumlah pengamatan tipe data numerik dan kategori. Variabel penelitian beserta
kategori ke-k untuk kelompok ke-c, dimana c = 1,2,3,...,C kategorinya terdapat di dalam Tabel 1.
dan diperoleh nc   K nkc yang merupakan jumlah Tabel 1. Variabel Penelitian
k 1
Variabel Keterangan Kategori
pengamatan pada kelompok ke-c, serta juga dapat diperoleh
0 : Ya
nk   nkc yang merupakan jumlah pengamatan pada
C
k1 Memiliki Bandara
c 1 1 : Tidak
kategori ke-k. Total dari jumlah pengamatan dapat dituliskan 0 : Pertanian,
menjadi n   K  C nkc . Untuk mendapatkan nilai dari SW Kehutanan,
k 1 c 1 dan Perikanan
k2 Daerah Utama
dan SB pada data kategori, dapat dirumuskan dalam 1 : Non-Pertanian,
persamaan sebagai berikut [11]. Kehutanan, dan
n 1 K 2 Perikanan
SST    nk (13) 0 : Dataran Rendah
2 2n k 1
C n 1 K 2 k3 Ketinggian Wilayah 1 : Dataran Sedang
SSE    c   nk
2n k 1 
(14) 2 : Dataran Tinggi
c 1  2

1 C 1 K  1 K 2 x1 Persentase PDRB perkapita -


SSB     nkc2    nk (15)
2  c 1 nc k 1  2n k 1 x2 Indeks Pembangunan Manusia -
Setelah didapatkan SST (Sum Square Total), SSE (Sum x3 Angka Partisipasi Sekolah
-
Square Error), dan SSB (Sum Square Between) selanjutnya Usia 13-15 tahun
Angka Partisipasi Sekolah
adalah mendapatkan nilai dari MST (Mean Square Total), x4
Usia 16-18 tahun
-
MSE (Mean Square Error), dan MSB (Mean Square
x5 TPAK -
Between) yang ditulis dalam persamaan 16, 17, dan 18.
SST x6 Persentase Penduduk Miskin -
MST  (16)
(n  1)
C. Langkah Analisis
SSE
MSE  (17) Langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
(n  C ) adalah sebagai berikut.
SSB 1. Memisahkan data yang bersifat numerik dan kategori.
MSB  (18) 2. Mendeskripsikan masing-masing variabel yang bersifat
C 1
numerik dan kategori
Ragam dalam kelompok (SW) dan ragam antar kelompok 3. Mengelompokan kabupaten/kota berdasarkan data
(SB) untuk data kategori dapat dirumuskan seperti pada numerik dan kategori dengan langkah sebagai berikut.
persamaan 19 dan 20.
INFERENSI, Vol. 1(2), December 2018, ISSN: 0216-308X 52

a. Melakukan pengelompokan data numerik dengan tahun di Jawa Timur. APS usia 13-15 tahun tertinggi
menggunakan metode ward. mencapai 100 persen yang terdapat di Kabupaten Sidoarjo,
b. Menentukan kelompok optimum yang terbentuk dari Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kota Kediri, Kota
hasil pengelompokan data numerik. Mojokerto, dan Kota Madiun. Secara keseluruhan APS usia
c. Melakukan pengelompokan data kategori dengan 13-15 tahun telah diatas 90 persen yang berarti menandakan
menggunakan metode k-modes. program wajib belajar 9 tahun telah dilakukan oleh banyak
d. Menggabungkan hasil pengelompokan data numerik penduduk di Provinsi Jawa Timur. APS usia 16-18 tahun
dan kategori menggunakan jarak yang dihitung dari tertinggi berada di Kota Blitar, sedangkan yang terendah
Similarity Weight. terdapat di Kabupaten Lumajang.
e. Melakukan pengelompokan akhir pada data numerik TPAK merupakan perbandingan antara angkatan kerja
dan kategori berdasarkan jarak Similarity Weight dengan seluruh penduduk usia kerja. Provinsi Jawa Timur
dengan menggunakan Filter Method. memiliki rata-rata TPAK sebesar 69,28 persen dan memiliki
f. Menentukan kelompok optimum yang terbentuk dari keragaman sebesar 13,84 persen. Hal tersebut menunjukkan
hasil pengelompokan akhir menggunakan SWFM. bahwa penduduk di setiap kabupaten/kota relatif telah sama
4. Menarik kesimpulan dan memberikan saran. untuk berpartisipasi aktif di dalam pasar kerja. Terdapat
rentang nilai 17,5 persen antara daerah yang memiliki TPAK
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
terendah dan yang tertinggi di Provinsi Jawa Timur. TPAK
A. Karakteristik Data paling tinggi berada di Kabupaten Pacitan dan yang terendah
Untuk mengetahui karakteristik dari pembangunan berada di Kabupaten Nganjuk.
ekonomi dan potensi daerah Provinsi Jawa Timur dapat Pada tahun 2016 rata-rata persentase penduduk miskin
dengan menggunakan analisis statistika deskriptif. Statistika di Provinsi Jawa Timur adalah sebesar 11,63 persen dan
deskriptif untuk variabel numerik akan disajikan dalam keragamannya sebesar 22,28 persen. Terdapat rentang nilai
ukuran penyebaran data dan pemusatan data, sedangkan sebesar 19,39 persen pada daerah yang memiliki persentase
untuk variabel kategori disajikan dengan menggunakan tabel penduduk miskin terendah dan yang tertinggi. Hal tersebut
tabulasi silang. menunjukkan adanya ketimpangan antar daerah di Provinsi
Tabel 2. Karakteristik Pembangunan Ekonomi Jawa Timur. Daerah yang memiliki persentase penduduk
Variabel Mean Variance Min. Max. Range miskin terendah berada di Kota Malang dan Kabupaten
PDRB per kapita (%) 2,63 11,39 0,87 20,84 19,97 Sampang berada di tempat teratas sebagai daerah yang
IPM 69,79 28,91 59,09 80,46 21,37 memiliki persentase penduduk miskin tertinggi.
APS 13-15 tahun 97,01 7,35 90,09 100 9,91 Selanjutnya adalah mengetahui karakteristik potensi
APS 16-18 tahun 73,35 116,87 50,61 92,17 41,56 daerah dengan menggunakan tabel tabulasi silang. Terdapat
tiga tabel tabulasi silang yang akan disajikan, antara lain
TPAK 69,28 13,84 61,98 79,48 17,50
adalah daerah utama dengan kepemilikan bandara,
Penduduk Miskin (%) 11,63 22,28 4,17 23,56 19,39
kepemilikan bandara dengan ketinggian wilayah, dan daerah
Rata-rata persentase PDRB per kapita di Provinsi Jawa utama dengan ketinggian wilayah.
adalah sebesar 2,63 persen. Keragaman PDRB per kapita Tabel 3. Tabulasi Silang Daerah Utama dengan Kepemilikan Bandara
sebesar 11,39 yang apabia dibandingkan dengan variabel Memiliki
lainnya, maka memiliki nilai yang terbilang rendah. Hal Daerah Utama Bandara Total
tersebut menunjukkan bahwa antar daerah di Provinsi Jawa Ya Tidak
Timur memiliki tingkat pendapatan yang relatif sama. Pertanian, Kehutanan & Perikanan 3 18 21
Namun terdapat rentang yang cukup besar terhadap tingkat Non-Pertanian, Kehutanan &
3 12 17
Perikanan
pendapatan antara daerah satu dengan daerah lainnya,
Total 6 32 38
dimana rentangnya sebesar 19,97 persen. Kota Kediri
mempunyai tingkat pendapatan tertinggi dan yang terendah Daerah utama pertanian, kehutanan & perikanan yang
berada di Kabupaten Pamekasan. memiliki bandara adalah Kabupaten Jember, Kabupaten
IPM termasuk ke dalam indikator non-moneter yang Banyuwangi, dan Kabupaten Sumenep. Untuk daerah yang
bukan pertanian, kehutanan & perikanan memiliki letak
dapat mengukur pencapaian hasil pembangunan dari suatu
bandara di Kabupaten Malang, Kabupaten Gresik, dan Kota
daerah. Rata-rata IPM adalah sebesar 69,79. Keragaman dari
Surabaya.
IPM adalah sebesar 28,91, hal tersebut menunjukkan
terdapat cukup perbedaan dari hasil pembangunan antar Tabel 4. Tabulasi Kepemilikan Bandara dengan Ketinggian Wilayah
daerah di Provinsi Jawa Timur. Terdapat rentang yang besar Ketinggian Wilayah
Memiliki Bandara Total
terhadap hasil pembangunan antara daerah satu dengan Rendah Sedang Tinggi
daerah lainnya. Daerah yang memiliki IPM tertinggi berada Ya 4 1 1 6
di Kota Malang dan IPM terendah berada di Kabupaten Tidak 16 9 7 32
Sampang dengan nilai IPM sebesar 59,09. Total 20 10 8 38
APS digunakan untuk mengukur daya serap lembaga Daerah dataran rendah yang memiliki bandara antara
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Berdasarkan lain adalah Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Gresik,
Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata APS usia 13-15
Kabupaten Sumenep, dan Kota Surabaya. Dataran sedang
tahun lebih tinggi dibandingkan rata-rata APS usia 16-18
dan dataran tinggi di Provinsi Jawa Timur masing-masing
tahun. Keragaman dari APS usia 13-15 tahun juga diketahui
hanya memiliki satu bandara, yaitu di Kabupaten Jember dan
memiliki ragam yang lebih kecil dibandingkan APS usia 16-
18 tahun. Rentang nilai yang sangat tinggi pada APS usia 16- Kabupaten Malang.
18 tahun menunjukkan belum meratanya APS usia 16-18
INFERENSI, Vol. 1(2), December 2018, ISSN: 0216-308X 53

Tabel 5. Tabulasi Daerah Utama dengan Ketinggian Wilayah daerah dengan pembangunan ekonomi yang paling baik di
Daerah Utama Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut diketahui dari nilai rata-
Ketinggian Pertanian, Non-Pertanian, rata persentase PDRB per kapita, IPM, APS usia 13-15
Total
Wilayah Kehutanan & Kehutanan &
Perikanan Perikanan
tahun, APS usia 16-18 tahun yang yang paling tinggi, dan
memiliki persentase penduduk miskin yang paling rendah
Rendah 9 11 20
dibanding dengan kelompok lainnya. Namun, masih terdapat
Sedang 8 2 10
permasalahan yang terdapat di dalam kelompok 1.
Tinggi 4 4 8
Permasalahan tersebut adalah TPAK yang rata-ratanya
Total 21 17 38 terendah dibanding dengan kelompok lainnya.
Tabel 5 menunjukkan di Provinsi Jawa Timur lebih
banyak terdapat daerah pertanian, kehutanan & perikanan. C. Pengelompokan Data Kategori
Jumlah daerah pertanian, kehutanan & perikanan di Jawa Penelompokan pada data kategori dilakukan dengan
Timur adalah sebanyak 21 kabupaten, sedangkan daerah menggunakan metode k-modes. Jumlah kelompok atau nilai
perkotaan merupakan daerah yang memiliki lapangan usaha k dalam analisis ini telah ditentukan sebesar tiga. Anggota
bukan dari pertanian, kehutanan, dan perikanan. Daerah kelompok dari hasil pengelompokan dapat dilihat dalam
pertanian, kehutanan & perikanan lebih banyak berada di lampiran 2. Karakteristik pengelompokan kabupaten/kota
dataran sedang dan dataran tinggi. Letak tersebut memiliki berdasarkan potensi daerah Provinsi Jawa Timur disajikan
potensi pertanian sangat besar karena merupakan daerah dalam Tabel 8.
yang relatif subur dan berada pada zona gunung berapi. Tabel 8. Karakteristik Pengelompokan Potensi Daerah
Variabel Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
B. Pengelompokan Data Numerik Kepemilikan
Ya (3) Ya (1) Ya (2)
Pengelompokan pada data numerik akan dilakukan Bandara
menggunakan metode ward dengan langkah awal membagi Non-Pertanian, Pertanian, Pertanian,
Daerah Kehutanan & Kehutanan & Kehutanan &
jumlah kelompok menjadi 3 kelompok, 4 kelompok, dan 5 Utama Perikanan Perikanan Perikanan
kelompok. Hasil pengelompokan tersebut dapat dilihat (100%) (100%) (100%)
dalam lampiran 1. Berikutnya adalah menentukan jumlah Ketinggian Rendah Sedang (67%)
Rendah (100%)
kelompok yang optimum dengan melihat nilai pseudo F- Wilayah (64,71%) Tinggi (33%)
statistics tertinggi. Daerah yang masuk ke dalam kelompok 1 adalah daerah
Tabel 6. Nilai Pseudo F-Statistics bukan pertanian, kehutanan, dan perikanan yang sebagian
Jumlah Kelompok Pseudo F-statistics besar berada di dataran rendah (64,71%). Daerah di dalam
3 30,84 kelompok 1 yang memiliki bandara adalah Kabupaten
4 27,27 Malang, Kabupaten Gresik, dan Kota Surabaya. Kelompok 2
5 24,94 dan kelompok 3 memiliki karakteristik daerah utama yang
Nilai pseudo F-statistics pada pengelompokan dengan sama, yaitu daerah pertanian, kehutanan dan perikanan.
menggunakan tiga kelompok adalah sebesar 30,84. Oleh Karakteristik yang membedakan kelompok 2 dengan
karena itu, didapatkan hasil bahwa pengelompokan yang kelompok 3 adalah dari ketinggian wilayah. Daerah yang
optimum adalah dengan menggunakan tiga kelompok untuk berada di kelompok 2 berada di dataran sedang dan tinggi,
menghasilkan keragaman dalam kelompok yang minimum sedangkan daerah di kelompok 3 berada di dataran rendah.
dan keragaman antar kelompok yang maksimum. Kabupaten di dalam kelompok 2 yang memiliki bandara
Karakteristik dari hasil pengelompokan kabupaten/kota adalah Kabupaten jember, sedangkan bandara di dalam
berdasarkan indikator pembangunan ekonomi di Provinsi kelompok 3 berada di Kabupaten Banyuwangi dan
Jawa Timur disajikan dalam Tabel 7. Kabupaten Sumenep.
Tabel 7. Karakteristik Pengelompokan Pembangunan Ekonomi
Variabel
Kelompok D. Pengelompokan Data Numerik dan Data Kategori
1 2 3 Hasil pengelompokan yang telah diperoleh dari data
Persentase PDRB per kapita 4,23 1,84 1,61 numerik dan kategori dinyatakan sebagai variabel baru yang
IPM 75,04 70,21 64,65 memiliki skala data kategori. Variabel tersebut yang akan
APS Usia 13-15 Tahun 99,10 97,92 94,51 digunakan untuk mendapatkan kelompok akhir dengan
APS Usia 16-18 Tahun 84,34 73,63 62,92 SWFM. Struktur data dari variabel yang digunakan terdapat
TPAK 68,01 69,95 70,05 dalam lampiran 3. Jumlah kelompok yang dibentuk antara
Persentase Penduduk Miskin 8,49 10,17 15,43 tiga kelompok sampai dengan lima kelompok dengan hasil
Karakteristik yang ditunjukan merupakan nilai rata-rata pengelompokan dapat dilihat dalam lampiran 4. Dari hasil
setiap kelompok untuk masing-masing variabel. Daerah pengelompokan akan dipilih jumlah kelompok yang
yang berada di kelompok 3 diketahui memiliki rata-rata optimum menggunakan rasio dari ragam dalam kelompok
persentase PDRB per kapita, IPM, APS usia 13-15 tahun, (SW) dan ragam antar kelompok (SB). Jumlah kelompok yang
APS usia 16-18 tahun yang paling rendah, dan memiliki optimum ditunjukan dari nilai rasio SW dan SB yang paling
persentase penduduk miskin yang paling tinggi. Walaupun minimum.
demikian, diketahui daerah yang berada di kelompok 3 Tabel 9. Rasio SW dan SB Pengelompokan SWFM
memiliki rata-rata TPAK yang paling tinggi dibanding Jumlah Kelompok SW SB Rasio
dengan kelompok lain. Kelompok 2 memiliki karakteristik 3 0,33065 3,40780 0,09703
pembangunan ekonomi yang lebih baik dibanding dengan 4 0,36653 4,11930 0,08898
daerah-daerah yang berada di kelompok 3, kecuali pada
5 0,38747 4,40450 0,08797
variabel TPAK yang hanya memiliki selisih rata-rata sebesar
0,1. Untuk daerah yang berada di dalam kelompok 1, adalah Berdasarkan Tabel 9 didapatkan nilai minimum rasio
dari ragam dalam kelompok dan ragam antar kelompok
INFERENSI, Vol. 1(2), December 2018, ISSN: 0216-308X 54

sebesar 0,08797. Oleh karena itu, untuk mengelompokan dataran tinggi. Bandara di dalam kelompok 2 berada di
kabupaten/kota berdasarkan data indikator pembangunan Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Daerah di
ekonomi dan potensi daerah Provinsi Jawa Timur adalah dalam kelompok 3, 80 persen merupakan daerah bukan
dengan menggunakan jumlah kelompok optimum sebanyak pertanian, kehutanan, dan perikanan yang berada di dataran
5 kelompok. rendah kecuali Kabupaten Malang yang berada di dataran
Karakteristik dari hasil pengelompokan kabupaten/kota tinggi. Keberadaan bandara di dalam kelompok 3 berada di
berdasarkan data indikator pembangunan ekonomi Provinsi Kabupaten Malang. Daerah yang berada di dalam kelompok
Jawa Timur dengan menggunakan SWFM disajikan dalam 4, 80 persen merupakan daerah pertanian, kehutanan, dan
Tabel 10. perikanan yang 75 persen berada di dataran rendah dan 25
Tabel 10. Karakteristik Kelompok Pembangunan Ekonomi dengan SWFM persen berada di dataran tinggi. Daerah di dalam kelompok
Kelompok 5 merupakan daerah bukan pertanian, kehutanan, dan
Variabel
1 2 3 4 5 perikanan yang berada di dataran rendah. Bandara yang
PDRB per kapita (%) 1,20 1,49 2,43 1,68 5,02
berada di dalam kelompok 5 berada di Kabupaten Gresik dan
IPM 63,36 65,81 67,30 70,45 76,23
Kota Surabaya.
APS Usia 13-15 Tahun 93,85 94,56 96,50 98,50 99,00 Tabel 11. Karakteristik Kelompok Potensi Daerah dengan SWFM
APS Usia 16-18 Tahun 65,62 58,90 67,89 76,97 84,02 Kelompo Kepemilikan Ketinggian
Daerah Utama
TPAK 71,22 69,98 68,75 69,90 67,39 k Bandara Wilayah
Penduduk Miskin (%) 18,50 11,60 13,40 10,56 7,42 Pertanian,
Rendah
1 Ya (1) Kehutanan &
Daerah yang berada di dalam kelompok 1 diketahui (100%)
Perikanan (100%)
memiliki rata-rata persentase PDRB per kapita, IPM, APS Pertanian,
Sedang (40%)
usia 13-15 tahun, APS usia 16-18 tahun yang rendah, dan 2 Ya (2) Kehutanan &
Tinggi (40%)
Perikanan (100%)
memiliki persentase penduduk miskin yang paling tinggi. Non-Pertanian,
Walaupun demikian, daerah yang berada di dalam kelompok 3 Ya (1) Kehutanan & Rendah (80%)
1 diketahui memiliki rata-rata TPAK yang paling tinggi Perikanan (80%)
dibanding dengan kelompok lainnya. Daerah yang berada di Pertanian,
Sedang (60%)
4 Ya (0) Kehutanan &
kelompok 2 memiliki karakteristik pembangunan ekonomi Perikanan (80%)
Tinggi (30%)
yang lebih baik dibanding dengan daerah-daerah yang Non-Pertanian,
berada di kelompok 1, kecuali pada variabel APS usia 16-18 5 Ya (2) Kehutanan & Rendah (64%)
tahun dan TPAK. Rata-rata APS usia 16-18 tahun di Perikanan (100%)
kelompok 2 diketahui yang paling rendah dibanding dengan Hasil pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan
kelompok lainnya. Kelompok 3 memiliki memiliki rata-rata indikator pembangunan ekonomi dan potensi daerah
persentase PDRB per kapita, IPM, APS usia 13-15 tahun, Provinsi Jawa Timur dapat dilihat melalui pemetaan yang
dan APS usia 16-18 tahun yang lebih baik dibanding dengan terdapat pada Gambar 1.
daerah yang berada di kelompok 1 dan kelompok 2. Namun,
daerah yang berada di dalam kelompok 3 memiliki TPAK
yang lebih rendah dibanding dengan kelompok 1 dan 2, serta
persentase penduduk miskinnya lebih besar dibanding
dengan daerah yang berada di dalam kelompok 2. Kelompok
4 memiliki rata-rata persentase PDRB per kapita yang lebih
besar dibanding kelompok 1 dan kelompok 2, namun lebih
kecil dibanding dengan kelompok 3. Rata-rata IPM, APS
usia 13-15 tahun, APS usia 16-18 tahun, dan persentase
penduduk miskin dalam kelompok 4 memiliki kondisi yang
lebih baik dibanding dengan kelompok 1, kelompok 2, dan
kelompok 3. Namun, rata-rata TPAK di dalam kelompok 4
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok 1 dan sedikit
lebih rendah dibanding kelompok 2. Rata-rata TPAK yang Gambar 1. Pemetaan Pembangunan Ekonomi dan Potensi Daerah
Provinsi Jawa Timur
paling rendah terdapat di dalam kelompok 5, yaitu sebesar
67,39 persen. Meskipun demikian, kelompok 5 adalah Jumlah daerah yang berada di dalam kelompok 3
daerah dengan pembangunan ekonomi yang paling baik di adalah sebanyak 5 kabupaten, dan terdapat 80 persen atau
Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut diketahui dari nilai rata- sebanyak 4 daerah yang merupakan daerah bukan pertanian,
rata persentase PDRB per kapita, IPM, APS usia 13-15 kehutanan, dan perikanan. Kabupaten Lamongan adalah satu
tahun, APS usia 16-18 tahun yang yang paling tinggi dan daerah di dalam kelompok 3 yang merupakan daerah
memiliki persentase penduduk miskin yang paling rendah. pertanian, kehutanan, dan perikanan yang berada di dataran
Karakteristik dari hasil pengelompokan kabupaten/kota rendah. Jumlah daerah di dalam kelompok 4 adalah sebanyak
berdasarkan potensi daerah Provinsi Jawa Timur dengan 10 kabupaten, dan terdapat 80 persen atau sebanyak 8 daerah
SWFM disajikan dalam Tabel 11. yang merupakan daerah pertanian, kehutanan, dan
Daerah di dalam kelompok 1 adalah daerah pertanian, perikanan. Kabupaten Mojokerto dan Kota Batu adalah 2
kehutanan, dan perikanan yang berada di dataran rendah. daerah di dalam kelompok 4 yang merupakan daerah bukan
Daerah di dalam kelompok 1 yang memiliki bandara adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan. Hal tersebut
Kabupaten Sumenep. Daerah yang berada di kelompok 2 menunjukkan di daerah utara sampai selatan Provinsi Jawa
adalah daerah pertanian, kehutanan, dan perikanan yang 40 Timur merupakan daerah bukan pertanian, kehutanan, dan
persen berada di dataran sedang dan 40 persen berada di perikanan kecuali Kabupaten Lamongan.
INFERENSI, Vol. 1(2), December 2018, ISSN: 0216-308X 55

Kelompok 3 dan kelompok 5 yang merupakan daerah persentase penduduk miskin yang lebih tinggi dibanding
bukan pertanian, kehutanan, dan perikanan diketahui dengan daerah bukan pertanian, kehutanan, dan perikanan.
memiliki rata-rata persentase PDRB per kapita atau tingkat Berdasarkan hasil pengelompokan pada data indikator
pendapatan yang lebih baik daripada daerah pertanian, pembangunan ekonomi dan potensi daerah di Provinsi Jawa
kehutanan, dan perikanan. Meskipun demikian, daerah di Timur menggunakan SWFM, diperoleh jumlah kelompok
dalam kelompok 5 memiliki pembangunan ekonomi yang optimum sebanyak 5 kelompok yang memiliki perbedaan
lebih baik dibanding dengan daerah yang berada di dalam karakteristik. Perbedaan karakteristik antar kelompok yang
kelompok 3. Sehingga, diperlukan program percepatan terbentuk menunjukan tidak meratanya pembangunan
pembangunan ekonomi di dalam kelompok 3 untuk ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, pada
melakukan pemerataan pembangunan ekonomi di Provinsi setiap daerah harus dapat memanfaatkan potensi daerahnya
Jawa Timur. Selain itu program percepatan pembangunan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di wilayahnya.
ekonomi di dalam kelompok 3 memiliki tujuan untuk Daerah di dalam kelompok 1 adalah daerah yang berada di
mempersiapkan daerah di kelompok 3 menjadi daerah dataran rendah dan perlu memanfaatkan potensi pertanian,
penyangga pertanian, kehutanan, dan perikanan yang berada kehutanan, dan perikanannya untuk menurunkan persentase
di dalam kelompok 2 dan kelompok 4. Kelompok 2 dan penduduk miskin serta meningkatkan PDRB per kapita, dan
kelompok 4 adalah daerah pertanian, kehutanan, dan IPM di wilayahnya. Daerah di dalam kelompok 2 memiliki
perikanan yang memiliki potensi pertanian sangat baik potensi pertanian, kehutanan, dan perikanan yang sangat
karena berada di dataran sedang dan dataran tinggi dengan baik karena sebagian besar berada di dataran sedang dan
kondisi tanah yang relatif subur. Daerah di dalam kelompok tinggi. Untuk dapat memanfaatkan potensi tersebut, daerah
4 memiliki pembangunan ekonomi yang lebih baik di dalam kelompok 2 perlu meningkatkan APS usia 16-18
dibanding dengan daerah yang berada di dalam kelompok 2, tahun agar memiliki kemampuan yang lebih baik untuk
namun di dalam kelompok 4 diketahui tidak ada daerah yang meningkatkan pembangunan ekonomi di wilayahnya.
memiliki bandara. Potensi pertanian, kehutanan, dan Daerah di dalam kelompok 3 sebagian besar adalah daerah
perikanan yang sangat baik di kelompok 4 perlu didukung bukan pertanian, kehutanan, dan perikanan yang perlu
dengan sarana transportasi udara untuk meningkatkan dimanfaatkan untuk menurunkan persentase penduduk
pembangunan ekonomi di daerah dalam kelompok 4. miskin di wilayahnya. Sebagian besar daerah yang berada di
Kabupaten Banyuwangi yang masuk ke dalam dalam kelompok 4 juga memiliki potensi pertanian,
kelompok 2 adalah daerah pertanian, kehutanan, dan kehutanan, dan perikanan yang sangat baik karena berada di
perikanan yang berada di dataran rendah namun tidak masuk dataran sedang dan tinggi. Namun, diketahui tidak ada
ke dalam kelompok 1. Hal tersebut disebabkan oleh bandara yang berada di dalam kelompok 4. Oleh karena itu,
kemiripan karakteristik pembangunan ekonomi di perlu dilakukan pembangunan bandara di dalam kelompok 4
Kabupaten Banyuwangi lebih dekat dengan daerah yang untuk meningkatkan kondisi pembangunan ekonomi dan
berada di dalam kelompok 2. Daerah yang berada di dalam dapat dijadikan sebagai fasilitas dalam menjadikan Provinsi
kelompok 2 diketahui memiliki rata-rata angka partisipasi Jawa Timur sebagai pusat agrobisnis. Daerah yang berada di
sekolah usia 16-18 tahun yang paling rendah di Provinsi dalam kelompok 5 merupakan daerah bukan pertanian,
Jawa Timur. Program peningkatan layanan dan fasilitas kehutanan, dan perikanan yang perlu dimanfaatkan untuk
pendidikan diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber meningkatkan TPAK di wilayahnya agar terjadi pemerataan
daya manusia di daerah dalam kelompok 2, agar dapat pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur.
memanfaatkan potensi yang sangat baik dari sektor
pertanian, kehutanan, dan perikanan. Daerah di dalam DAFTAR PUSTAKA
kelompok 1 diketahui memiliki pembangunan ekonomi yang
rendah di Provinsi Jawa Timur dan merupakan daerah [1] Arisman, “Kekurangan dan Kelebihan Kebijakan Otonomi
pertanian, kehutanan, dan perikanan yang berada di dataran Daerah,” 4 Maret 2014. [Online]. Available:
rendah. Oleh karena itu, perlu upaya dan memberi program https://www.jakarta.kemenkumham.go.id. [Diakses 7
khusus kepada daerah yang berada di dalam kelompok 1 Februari 2018].
dengan memanfaatkan potensi pertanian, kehutanan, dan [2] L. Arsyad, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: UPP STIM
perikanan yang berada di dataran rendah untuk mempercepat YKPN, 2010.
pembangunan ekonomi. [3] Dinas Lingkungan Hidup, “Informasi Kinerja pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
V. KESIMPULAN DAN SARAN
2016,” Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Surabaya, 2017.
Jumlah daerah pertanian, kehutanan, dan perikanan di [4] BPS, “Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan IV-
Provinsi Jawa Timur lebih banyak dibandingkan dengan 2017,” pp. 1-2, 5 Februari 2018.
daerah bukan pertanian, kehutanan, dan perikanan. Daerah [5] R. A. Johnson dan D. W. Wichern, Applied Multivariate
pertanian, kehutanan, dan perikanan lebih banyak berada di Statistical Analysis, United States: Prentice Hall, 2007.
dataran sedang dan tinggi yang memiliki potensi pertanian [6] S. Sharma, Applied MultivariateTechniques, New York:
sangat baik. TPAK di daerah pertanian, kehutanan, dan John Wiley and Sons, Inc., 1996.
perikanan memiliki nilai yang lebih tinggi. Hal tersebut [7] J. F. Hair, W. C. Black, B. J. Babin dan R. E. Anderson,
menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan Multivariate Data Analysis, 7th penyunt., New Jersey:
perikanan menjadi tumpuan lapangan pekerjaan utama di Pearson Prentice Hall, 2010.
Provinsi Jawa Timur. Daerah pertanian, kehutanan, dan [8] A. R. Orpin dan V. E. Kostylev, “Towards a Statistically
perikanan lebih banyak yang memiliki persentase PDRB per Valid Method of Textural Sea Floor Characterization of
Benthic Habitats,” Marine Geology 225, pp. 209-222, 2006.
kapita, IPM, APS usia 16-18 tahun yang rendah, dan
INFERENSI, Vol. 1(2), December 2018, ISSN: 0216-308X 56

[9] Z. Huang, “Extensions to the k-Means Algorithm for Malang Blitar Probolinggo
Clustering Large Data Sets with Categorical Values,” Data Tuban Kediri Pacitan
Mining and Knowledge Discovery 2, pp. 283-304, 1998. Pasuruan Trenggalek Sampang
Jombang Lumajang Pamekasan
[10] M. V. J. Reddy dan B. Kavitha, “Clustering The Mixed Bojonegoro Bondowoso Bangkalan
Numerical and Catagorical Dataaset Using Similarity Kota Kediri Nganjuk Sumenep
Weight and Filter Method,” International Journal of Kota Blitar Madiun
Database Theory and Application, vol. 5, no. 1, pp. 121-134, Kota Malang Ngawi
2012. Kota Probolinggo Magetan
[11] Alvionita, Metode Ensembel Rock dan SWFM Untuk Kota Pasuruan
Pengelompokan Data Campuran Numerik dan Kategorik Kota Mojokerto -
Pada Kasus Aksesi Jeruk, Surabaya: ITS, 2017. Kota Madiun
[12] S. Sukirno, Makro Ekonomi, Jakarta: Erlangga, 1996. Kota Surabaya
Kota Batu

LAMPIRAN Lampiran 3. Struktur Data Pengelompokan SWFM


Hasil Pengelompokan Hasil Pengelompokan
Lampiran 1. Hasil Pengelompokan Data Numerik Kabupaten/Kota
Data Numerik Data Kategori
a. 3 kelompok Pacitan 3 3
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Trenggalek 3 2
Sidoarjo Blitar Pacitan Lumajang 3 2
Jombang Tulungagung Jember Bondowoso 3 2
Madiun Banyuwangi Malang Pasuruan 3 1
Magetan Kediri Lumajang Bojonegoro 3 1
Lamongan Ponorogo Trenggalek Tuban 3 1
Gresik Mojokerto Bondowoso Bangkalan 3 3
Kota Kediri Nganjuk Situbondo Pamekasan 3 3
Kota Blitar Ngawi Probolinggo Jember 3 2
Kota Malang Kota Batu Pasuruan Malang 3 1
Kota Probolinggo Bojonegoro Probolinggo 3 3
Kota Pasuruan Tuban Sampang 3 3
Kota Mojokerto Bangkalan Situbondo 3 3
Kota Madiun Sampang Sumenep 3 3
Kota Surabaya Pamekasan Ponorogo 2 2
Sumenep Tulungagung 2 2
b. 4 kelompok Nganjuk 2 2
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Ngawi 2 2
Sidoarjo Blitar Bojonegoro Lumajang Kota Batu 2 1
Jombang Tulungagung Trenggalek Jember Blitar 2 2
Madiun Ponorogo Situbondo Probolinggo Kediri 2 2
Magetan Kediri Bondowoso Bangkalan Mojokerto 2 1
Lamongan Nganjuk Malang Sampang Banyuwangi 2 3
Gresik Ngawi Pasuruan Jombang 1 1
Kota Kediri Banyuwangi Pacitan Madiun 1 2
Kota Blitar Mojokerto Tuban Magetan 1 2
Kota Malang Kota Batu Pamekasan Lamongan 1 3
Kota Probolinggo Sumenep Kota Kediri 1 1
Kota Pasuruan Kota Blitar 1 1
Kota Mojokerto Kota Malang 1 1
Kota Madiun Kota Probolinggo 1 1
Kota Surabaya Kota Pasuruan 1 1
Kota Mojokerto 1 1
c. 5 kelompok
Kota Madiun 1 1
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
Kota Surabaya 1 1
Sidoarjo Kota Kediri Blitar Bojonegoro Lumajang
Gresik 1 1
Jombang Kota Malang Tulungagung Pacitan Jember
Sidoarjo 1 1
Madiun Kota Surabaya Ponorogo Malang Probolinggo
Magetan Kediri Tuban Bangkalan
Lamongan Nganjuk Situbondo Sampang Lampiran 4. Hasil Pengelompokan dengan SWFM
Gresik Mojokerto Pasuruan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
Kota Blitar Banyuwangi Trenggalek Pacitan Trenggalek Pasuruan Ponorogo Jombang
Kota Probolinggo Ngawi Bondowoso Bangkalan Banyuwangi Malang Ngawi Sidoarjo
Kota Pasuruan Kota Batu Pamekasan Pamekasan Bondowoso Tuban Nganjuk Gresik
Kota Mojokerto Sumenep Probolinggo Jember Bojonegoro Tulungagung Kota Kediri
Kota Madiun Sampang Lumajang Lamongan Magetan Kota Blitar
Situbondo Blitar Kota Malang
Sumenep Kediri Kota Madiun
Lampiran 2. Hasil Pengelompokan Data Kategori
Mojokerto Kota Pasuruan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Madiun Kota Mojokerto
Mojokerto Ponorogo Situbondo
Kota Batu Kota Probolinggo
Gresik Jember Lamongan
Kota Surabaya
Sidoarjo Tulungagung Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai