Abstract
Abstrak. Kebutuhan primer manusia diantaranya adalah sandang, pangan, dan papan. Papan dalam hal
ini merupakan kebutuhan akan rumah tempat tinggal yang layak huni, baik dari segi fisik, fasilitas,
maupun lingkungannya. Sehingga rumah dan kelengkapannya merupakan kebutuhan yang mendasar dan
juga merupakan salah satu indikator penentu kesejahteraan rakyat. Rumah juga memiliki fungsi sebagai
persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi mendatang. Peningkatan kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat melalui pemenuhan kebutuhan papan maka akan terwujud kesejahteraan rakyat,
status sosial seseorang yang makin tinggi, semakin besar peluang untuk memenuhi kebutuhan akan
tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik dan fasilitas yang lengkap. Oleh karena itu, indikator
kesejahteraan dalam penelitian ini berdasarkan rumah dan lingkungannya. Langkah pertama yang
dilakukan adalah menggolongkan kabupaten dan kota di Jawa Barat menggunakan analisis klaster K –
Means. Langkah selanjutnya dengan menggunakan analisis diskriminan dicari fungsi diskriminannya
serta mengetahui keakuratan dari fungsi diskriminannya. Berdasarkan analisis klaster didapatkan
kelompok 1 sebanyak 17 kabupaten atau kota dan kelompok 2 sebanyak 10 kabupaten atau kota.
Kata kunci: (analisis klaster K-Means, Analisis Diskriminan, Indikator Kesejahteraan Provinsi Jawa
Barat)
I. PENDAHULUAN
Terciptanya kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama dari pendirian negeri ini,
sejahtera merupakan keadaan sentosa dan makmur yang diartikan sebagai keadaan yang berkecukupan
atau tidak kekurangan. Rumah selain sebagai tempat tinggal juga dapat menunjukkan status sosial
seseorang. Status sosial seseorang berhubungan positif dengan kualitas atau kondisi rumahnya.
Seseorang yang memiliki status sosial yang tinggi cenderung lebih memiliki peluang yang besar untuk
memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dengan kualitas yang baik dan fasilitas yang lengkap.
Kualitas perumahan yang baik tentu akan meningkatkan rasa nyaman bagi penghuninya.
Berdasarkan badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan salah satu kriteria rumah sehat
adalah rumah tinggal yang memiliki luas per orang minimal 10 m2 , selain luas rumah, kelengkapan
fasilitas rumah juga menentukan kesejahteraan seseorang. Fasilitas – fasilitas tersebut diantaranya
ketersediaan air bersih, sanitasi yang layak, serta penerangan yang baik.
Berdasarkan permasalahan di atas agar kita mengetahui kabupaten/kota mana di Jawa Barat yang
memiliki tingkat kesejahteraan rendah atau tinggi maka perlu adanya pengelompokkan, sehingga
penyuluhan mengenai sanitasi yang baik ataupun ketersediaan air bersih maupun listrik bisa lebih di
perhatikan oleh pemerintah sekitar. Agar lebih mudah membedakannya maka tingkat kesejahteraan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu tingkat kesejahteraan tinggi dan tingkat kesejahteraan rendah, maka
dalam permasalah ini akan digunakan metode K – Mean Clustering. Menurut Sofyan Yamin dan
Herikurniawan[1] analisis klaster menggunakan K – Mean merupakan metoda analisis non-hirarki yang
berguna untuk mengelompokkan objek – objek ke dalam kelompok yang jumlah kelompoknya sudah
ditentukan sebelumnya, dimana karakteristik objek – objeknya ditentukan berdasarkan variable –
variable tertentu, tetapi karakteristik latar belakang suatu objek belum diketahui pasti. Sedangkan
analisis diskriminan menurut Bilson Simammora[2] merupakan teknik yang akurat untuk memprediksi
seseorang atau objek termasuk kedalam kategori apa, dengan catatan data – data yang dilibatkan
terjamin akurasinya.
Data
Tidak
Uji
Asumsi
Ya
Tidak
Uji
Asumsi
Ya
Analisis diskriminan
Validasi
Pada penelitian ini yang dilakukan pertama kali adalah analisis klaster sehingga terbentuk
kelompok kelompok dari tingkat kesejahteraan rakyat di Jawa Barat. Kemudian dilakukan analisis
diskriminan untuk mengelompokkan objek – objek baru kedalam populasi.
Langkah pertama dalam analisis klaster adalah menguji asumsi, dalam analisis klaster data harus
memenuhi asumsi non – multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan antar variable
independentnya.
Setelah asumsinya terpenuhi langkah kedua pada metode K-Mean ini kita menentukan banyaknya
klaster, bisa dengan statistik F-Pseudo untuk menentukan berapa klaster yang optimal atau berdasarkan
apriori peneliti. Pada penelitian ini jumlah klaster ditentukan sendiri oleh peneliti, karena peneliti ingin
mengetahui kabupaten/kota mana di Jawa Barat yang memiliki tingkat kesejahteraan tinggi dan
kabupaten/kota mana di Jawa Barat yang memiliki tingkat kesejahteraan rendah. Sehingga terdapat 2
kelompok yaitu tingkat kesejahteraan tinggi dan tingkat kesejahteraan rendah.
Langkah ketiga adalah mengalokasikan data kedalam klaster secara random dari data yang sudah
dikelompokkan secara random hitung rata – rata dari data yang ada di masing – masing klaster. Dengan
menggunakan jarak Euclidean alokasikan objek kedalam klaster yang memiliki jarak terkecil dengan
pusat klaster. Dengan rumusan jarak Euclidean adalah sebagai berikut:
1/ 2
p 2
d ij xik x jk (1)
k 1
Apabila di langkah ketiga keanggotaan klaster tidak berubah maka proses tekah konvergen
sehingga proses berhenti. Jika masih ada data yang berpidah klaster atau apabila terdapat perubahan
nilai rata – rata dari data di masing – masing klaster maka kembali ke langkah ketiga.
Selanjutnya setelah diperoleh hasil pengelompokkan selanjutnya dilakukan analisis diskriminan 2
kelompok, untuk mencari fungsi diskriminannya dan tingkat keakuratan fungsinya. Langkah pertama
dalam analisis diskriminan adalah pengujian asumsi, asumsi – asumsi yang harus dipenuhi diantaranya
adalah normalitas multivariate, homogenitas matriks varians-kovarians, independensi antar objek
pengamatan, dan non multikolinearitas.
Setelah asumsi – asumsinya terpenuhi maka kita dapat mencari fungsi diskriminan linear 2
kelompok dengan rumusan Expected Cost of Misclassification (ECM) sebagai berikut:
y x1 x 2 S pooled
T 1
x (2)
Dimana x1 merupakan rata – rata dari kelompok 1, x 2 merupakan rata – rata dari kelompok 2,
dan S pooled merupakan matriks varians kovarians gabungan dari 2 kelompok.
Setelah menemukan fungsi diskriminannya kita hitung midpoint fungsi diskriminan dengan
rumusan:
1
m y1 y 2 (3)
2
Dimana
y 2 x1 x 2 S pooled
1
T
x2 (4)
y 2 x1 x 2 S pooled
1
T
x2 (5)
IV. KESIMPULAN
Sajikan kesimpulan anda disini. Sajikan kesimpulan anda disini. Sajikan kesimpulan
anda disini
DAFTAR PUSTAKA
Sitasi pustaka menggunakan kurung siku [1]. Penomoran disesuaikan dengan kumunculan pada
extended abstrak. Tanda baca seperti titik atau tanda tanya ditempatkan setelah kurung siku tutup [2].
Untuk merujuk cukup tuliskan nomornya, seperti pada [3], tidak usah " ... referensi [3] ...", kecuali jika
muncul di awal kalimat, bisa menggunakan seperti berikut. "Referensi [3] merupakan ...".
Pada daftar pustaka tuliskan seluruh nama penulis, kecuali penulis lebih dari 6 orang, bisa gunakan dkk.
[1] G. Eason, B. Noble, and I. N. Sneddon, “On certain integrals of Lipschitz-Hankel type involving
products of Bessel functions,” Phil. Trans. Roy. Soc. London, vol. A247, pp. 529–551, April 1955.
(references)
[2] J. Clerk Maxwell, A Treatise on Electricity and Magnetism, 3rd ed., vol. 2. Oxford: Clarendon, 1892,
pp.68–73.
[3] I. S. Jacobs and C. P. Bean, “Fine particles, thin films and exchange anisotropy,” in Magnetism, vol.
III, G. T. Rado and H. Suhl, Eds. New York: Academic, 1963, pp. 271–350.
[4] K. Elissa, “Title of paper if known,” unpublished.
[5] R. Nicole, “Title of paper with only first word capitalized,” J. Name Stand. Abbrev., in press.
[6] Y. Yorozu, M. Hirano, K. Oka, and Y. Tagawa, “Electron spectroscopy studies on magneto-optical
media and plastic substrate interface,” IEEE Transl. J. Magn. Japan, vol. 2, pp. 740–741, August
1987 [Digests 9th Annual Conf. Magnetics Japan, p. 301, 1982].
[7] M. Young, The Technical Writer's Handbook. Mill Valley, CA: University Science, 1989.