Anda di halaman 1dari 13

Hitungan Perjodohan Pernikahan Berdasarkan Weton Jawa

Nah langsung saja mari kita sibak rahasia perjodohan dam hitungan versi jawa;

Nama hari = Neptu ( nilai )


1. Ahad = 5
2. Senen = 4
3. Selasa = 3
4. Rabu = 7
5. Kamis = 8
6. Jum’at = 6
7. Sabtu = 9

Nama Pasaran Neptu (nilai )


1. Legi = 5
2. Paing = 9
3. Pon = 7
4. Wage = 4
5. Kliwon = 8

Neptu hari atau pasaran kelahiran untuk perkawinan Hari dan pasaran dari kelahiran dua calon
temanten yaitu anak perempuan
dan anak lelaki masing-masing dijumlahkan dahulu, kemudian masing masing
dibuang (dikurangi) sembilan.

Misalnya :
Kelahiran anak perempuan adalah hari Jumat (neptu 6) wage (neptu 4)
jumlah 10, dibuang 9 sisa 1
Sedangkan kelahiran anak laki-laki ahad (neptu 5) legi (neptu 5) jumlah
10 dikurangi 9 sisa 1.

Menurut perhitungan dan berdasarkan sisa diatas maka perhitungan seperti


dibawah ini:
Apabila sisa:
1 dan 4 : banyak celakanya
1 dan 5 :bisa
1 dan 6 : jauh sandang pangannya
1 dan 7 : banyak musuh
1 dan 8 : sengsara
1 dan 9 : menjadi perlindungan
2 dan 2 : selamat, banyak rejekinya
2 dan 3 : salah seorang cepat wafat
2 dan 4 : banyak godanya
2 dan 5 : banyak celakanya
2 dan 6 : cepat kaya
2 dan 7 : anaknya banyak yang mati
2 dan 8 : dekat rejekinya
2 dan 9 : banyak rejekinya
3 dan 3 : melarat
3 dan 4 : banyak celakanya
3 dan 5 : cepat berpisah
3 dan 6 : mandapat kebahagiaan
3 dan 7 : banyak celakanya
3 dan 8 : salah seorang cepat wafat
3 dan 9 : banyak rejeki
4 dan 4 : sering sakit
4 dan 5 : banyak godanya
4 dan 6 : banyak rejekinya
4 dan 7 : melarat
4 dan 8 : banyak halangannya
4 dan 9 : salah seorang kalah
5 dan 5 : tulus kebahagiaannya
5 dan 6 : dekat rejekinya
5 dan 7 : tulus sandang pangannya
5 dan 8 : banyak bahayanya
5 dan 9 : dekat sandang pangannya
6 dan 6 : besar celakanya
6 dan 7 : rukun
6 dan 8 : banyak musuh
6 dan 9 : sengsara
7 dan 7 : dihukum oleh istrinya
7 dan 8 : celaka karena diri sendiri
7 dan 9 : tulus perkawinannya
8 dan 8 : dikasihi orang
8 dan 9 : banyak celakanya
9 dan 9 : liar rejekinya

Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan perempuan, ditambah neptu
pasaran hari perkawinan dan tanggal (bulan Jawa) semuanya dijumlahkan kemudian dikurangi/
dibuang masing tiga,

apabila masih sisa :


1 = berarti tidak baik, lekas berpisah hidup atau mati
2 = berarti baik, hidup rukun, sentosa dan dihormati
3 = berarti tidak baik, rumah tangganya hancur berantakan dan
kedua-duanya bisa mati.

Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan perempuan, dijumlah kemudian
dikurangi / dibuang empat-empat apabila,

sisanya :
1 = Getho, jarang anaknya,
2 = Gembi, banyak anak,
3 = Sri banyak rejeki,
4 = Punggel, salah satu akan mati

Hari kelahiran mempelai laki-laki dan mempelai wanita, apabila :


Ahad dan Ahad, sering sakit
Ahad dan Senin, banyak sakit
Ahad dan Selasa, miskin
Ahad dan Rebo, selamat
Ahad dan Kamis, cekcok
Ahad dan Jumat, selama
Ahad dan Sabtu, miskin
Senen dan Senen, tidak baik
Senen dan Selasa, selamat
Senen dan Rebo, anaknya perempuan
Senen dan Kamis, disayangi
Senen dan Jumat, selamat
Senen dan Sabtu, direstui
Selasa dan Selasa, tidak baik
Selasa dan Rebo, kaya
Selasa dan Kamis, kaya
Selasa dan Jumat, bercerai
Selasa dan Sabtu, sering sakit
Rebo dan Rebo, tidak baik
Rebo dan Kamis, selamat
Rebo dan Jumat, selamat
Rebo dan Sabtu, baik
Kamis dan Kamis, selamat
Kamis dan Jumat, selamat
Kamis dan Sabtu, celaka
Jumat dan Jumat, miskin
Jumat dan Sabtu celaka
Sabtu dan Sabtu, tidak baik

Memilih Saat Ijab, Ijab kabul yang unik


Dalam perkawinan Dra. Pharmasi Endang Ontorini Udaya dengan Sutrisno Sukro di Sala, ayah
penggantin putri Bpk. Samsuharya Udaya telah memilih saat ijab kabul secara unik, yaitu pada
malam Ahad Legi (27 Mei 73) jam
2.30 pagi.
Ketetapan itu didasarkan saat lahirnya temanten putri. Segala waktunya berjalan baik, lancar dan
selamat.

Mungkin hal tersebut suatu ajaran : kalau tidak memakai perhitungan, pakailah hari kelahiran untuk
hal-hal yang penting pindah rumah dsb.
Hari yang membawa kelahirannya selamat, demikian pulalah untuk hal lain-lain dalam hidupnya.

HARI-HARI UNTUK MANTU DAN IJAB PENGANTIN


(baik buruknya bulan untuk mantu):
1. Bulan Jw. Suro : Bertengkar dan menemui kerusakan (jangan dipakai)
2. Bulan Jw. Sapar : kekurangan, banyak hutang (boleh dipakai)
3. Bulan Jw Mulud : lemah, mati salah seorang (jangan dipakai)
4. Bulan jw. Bakdamulud : diomongkan jelek (boleh dipakai)
5. Bulan Jw. Bakdajumadilawal : sering kehilangan, banyak musuh (boleh
dipakai)
6. Bulan Jw. Jumadilakhir : kaya akan mas dan perak
7. Bulan Rejeb : banyak kawan selamat
8. Bulan Jw. Ruwah : selamat
9. Bulan puasa : banyak bencananya (jangan dipakai)
10. Bulan Jw. Syawal : sedikit rejekinya, banyak hutang (boleh dipakai)
11. Bulan Jw. Dulkaidah : kekurangan, sakit-sakitan, bertengkar dengan
teman (jangan dipakai)
12. Bulan Jw. Besar : senang dan selamat

BULAN TANPA ANGGARA KASIH

Hari anggara kasih adalah selasa kliwon, disebut hari angker sebab hari itu adalah permulaan masa
wuku. Menurut adat Jawa malamnya (senin malam menghadap) anggara kasih orang bersemedi,
mengumpulkna kekuatan batin
untuk kesaktian dan kejayaan.

Siang harinya (selasa kliwon) memelihara, membersihkan pusaka wesi aji, empu mulai membikin
keris dalam majemur wayang.
Bulan – bulan anggoro kasih tidak digunakan untuk mati, hajat-hajat lainnya dan apa saja yang
diangggap penting.

Adapun bulan-bulan tanpa anggara kasih adalah:


1. dalam tahun Alib bulan 2 : Jumadilakhir dan besar
2. dalam tahun ehe bulanl 2 dan : jumadilakhir
3. dalam tahun jimawal bulan 2 : Suro dan rejeb
4. dalam tahun Je bulan 2 : Sapar
5. dalam tahun Dal bulan 2 : yaitu sapar dan puasa
6. dalam tahun Be bulan 2 : mulud dan syawan
7. dalam tahun wawu bulan 2 : Bakdomulud/syawal
8. dalam tahuin Jimakir bulan 2 : Jumadilawal dan Dulkaidkah

SAAT TATAL
Saat tatal dibawah ini untuk memilih waktu yang baik untuk mantu juga
untuk pindah rumah, berpergian jauh dan memulai apa saja yang dianggap
penting.

Ketentuan saat itu jatuh pada pasaran (tidak pada harinya ) :


1. pasaran legi : mulai jam 06.00 nasehet.mulai jam 08.24 Rejeki : mulai jam 25.36 rejeki mulai dri
jam 10 48 selamat, mulai jam 13.12 pangkalan atau (halangan) mulai jam 15.36 pacak wesi.

2. pasaran pahing : mulai jam 06.00 rejeki, jam 08.24 selamat, jam 10.48 pangkalan, jam 13.12 pacak
wesi, jam 15.36 nasehat.

3. pasaran pon : mulai jam 06.00 selamat, jam 08.24 pangkalan, jam 10.48 pacak wesi, jam 13.12
nasehat, jam 15.36 rejeki

4. pasaran wage mulai jam 06.00 pangkalan, jam 08.24 pacak wesi, jam 13.12 nasehat jam 15.36
selamat.

5. pasaran kliwon, mulai jam 06.00 pacak wesi, jam 08.24 nasehat, jam
10.48 rejeki, jam 13-12 selamat jam 13.36 pangkalan.

HARI PASARAN UNTUK PERKAWINAN


Neptu dan hari pasaran dijumlah kemudian dikurangi/dibuang enam-enam
apabila tersisa:
1 jatuh, mati, (tidak baik) asalnya bumi
2 jatuh, jodoh (baik) asalnya jodoh dengan langit
3 jatuh , selamat atau baik asalnya barat
4 jatuh, cerai atau tidak baik asalnya timur
5 jatuh, prihatin (tidak baik) asalnya selatan
6 jatuh, mati besan (tidak baik) asalnya utara

Dalam berdagang orang jawa mempunyai petungan (prediksi) khusus untuk mencapai sukses atau
mendapatkan angsar (pengaruh nasib) yang baik, sehingga menjadikan rezekinya mudah.

Diantaranya petungan tersebut sebagai berikut :


Dalam “kitab primbon” (pustaka kejawen) terdapat berbagai cara dan keyakinan turun-temurun
yang harus dilakukan orang yang akan melakukan kegiatan usaha perdagangan.

Untuk memulai suatu usaha perdagangan orang


jawa perlu memilih hari baik, diyakini bahwa berawal dari hari baik perjalanan usahapun akan
membuahkan hasil maksimal, terhindar dari
kegagalan.
Menurut pakar ilmu kejawen abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta, Ki KRM TB Djoko MP
Hamidjoyo BA bahwa berdasarkan realita supranatural, menyiasati kegagalan manusia dalam usaha
perlu diperhatikan.

Prediksi menurut primbon perlu diperhatikan meski tidak sepenuhnya diyakini. Menurut Kitab
Tafsir Jawi, dina pitu pasaran lima masing-masing hari dan pasaran karakter baik.

Jika hari dan pasaran tersebut menyatu, tidak


secara otomatis menghasilkan karakter baik. Demikian juga dengan bulan suku, mangsa, tahun dan
windu, masing-masing memiliki karakter baik kalau bertepatan dengan hari atau pasaran tertentu.

Golek dina becik (mencari hari yang baik) untuk memulai usaha dagang pada hakekatnya adalah
mencari perpaduan hari, pasaran, tahun, windu dan mangsa yang menghasilkan penyatuan karakter
baik.

Misalnya pada hari rebo legi mangsa kasanga tahun jimakir windu adi merupakan penyatuan
anasir waktu yang menghasilkan karakter baik.

Menurut Ki Djoko, suatu karya yang terjadi pada hari yang karakternya tidak baik, diperkirakakan
karakter itu akan mengganggu usaha yang
dilakukan.

Akibatnya usaha dagangnya juga banyak kendala, bahkan mengalami kegagalan.

Aura pencemar tersebut dalam primbon disebut naas, sangar tahun, sangar sasi dan sangar dina.
Sedangkan anasir pencemar tersebut dikenal sebagai naga dina, naga tahun dan sebagainya.

Menurut Ki Djoko sampai kapan pun kebiasaan atau tradisi memilih dina becik (hari baik)
seyogyanya dilakukan. Tentunya kalau tidak ingin berspekulasi dengan resiko kegagalan.

Setiap karya akan berhasil sesuai dengan kodrat, jika dilakukan dalam kondisi waktu yang netral
dari pencemaran, sengkala maupun sukerta.
Manusia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk beriktiar menanggulangi sukerta dan sengkala
dengan melakukan wiradat.

Misalnya dengan ruwatan atau dengan ajian rajah kalacakra, sehingga kejadian buruk tidak menjadi
kenyataan.

Orang yang akan membuka usaha pun dapat melakukan upaya sendiri pada malam hari sebelum
memulai usaha, yaitu berdoa mendasari doa kepada Tuhan sambil mengucapkan mantera rajah
kalacakra Salam, salam, salam Yamaraja jaramaya, yamarani niramaya, yasilapa palasiya, yamidora
radomiya, yamidasa sadamiya, yadayuda dayudaya, yasilaca silacaya, yasihama mahasiya.
Kemudian menutup dengan mantera Allah Ya Suci Ya Salam sebanyak 11 kali.
Untuk usaha perdagangan orang jawa yang masih percaya pada petung, akan menggunakannya baik
untuk menentukan jenis barang maupun tempat berdagang dan sebagainya. Petung tersebut
didasarkan weton (kelahiran dari yang bersangkutan)

Menurut Dosen Jurusan Sastra Daerah – Fakultas Sastra UNS Drs. Usman Arif Mpd, peluang
merupakan filsafat kosmosentris bahwa manusia dan alam tidak dapat dipisahkan.

Manusia merupakan bagian dari alam semesta


sehingga geraknya tidak dapat lepas dari gerak alam, sebagaimana waktu dan arah mata angin.

Orang jawa mempunyai keyakinan bahwa saat dilahirkan manusia tidak sendirian karena disertai
dengan segala perlengkapannya.

Perlengkapan itu merupakan sarana untuk bekal hidup dikemudian hari, yaitu bakat dan jenis
pekerjaan yang cocok.

Di dalam ilmu kejawen kelengkapan itu dapat


dicari dengan petung hari lahir, pasaran, jam, wuku tahun dan windu.

Menurut Usman petung sekedar klenik atau gugon tuhon melainkan merupakan hasil analisa dari
orang-orang jawa pada masanya.

Hasil analisa itu ditulis dalam bentuk primbon. Dengan petungan jawa, orang dapat membuat
suatu analisa tentang anak yang baru lahir berdasarkan waktu kelahirannya.

Misalnya anak akan berhasil jika menjadi wartawan, atau sukses jika menjadi pedagang.
Petung yang demikian itu juga digunakan di dalam dunia perdagangan.

Orang jawa masih mempercayainya, akan menggunakan petung dengan cermat.


Dari menentukan jenis dagangan waktu mulai berdagang diperhitungkan.

Semua sudah ada ketentuannya berdasar waktu kelahiran yang bersangkutan.

Penerapan petung untuk usaha perdagangan akan menambah kemungkinan dan percaya diri untuk
meraih sukses. Kepercayaan diri akan membuat lebih tepat dalam mengambil keputusan.

Prediksi menurut petung di dalam perdagangan bukan hanya ada pada budaya orang jawa saja.
Dalam budaya Cina misalnya, hingga kini perhitungan itu masih berperan besar, sekali
pun pengusaha Cina itu sudah menjadi konglomerat.

Di Cina petung itu ada dalam Kitab Pek Ji atau Pak Che (delapan angka) yang juga berdasarkan
kelahiran seseorang, yaitu tahun kelahiran
memiliki nilai 2, bulan nilai 2, hari memiliki nilai 2 dan jam kelahiran nilai 2.
Meskipun orang lahir bersamaan waktu, rezeki yang diperoleh tidak sama karena yang satu
menggunakan petung sedangkan yang lainnya tidak.

Banyak pula orang yang tidak mempercayai petung. Mereka menganggapnya klenik atau tahayul.
Mereka berpendapat dengan rasionya dapat manipulasi alam. Anggapan demikian belum pas,
meskipun manusia dapat merekayasa,
alam ternyata akan berjalan sesuai dengan mekanismenya sendiri

Untuk perhitungan mendirikan / pindahan rumah


A. Pertama-tama yg diperhitungakan adalah Bulan Jawa, yaitu :
1. Bulan Sura = tidak baik
2. Bulan Sapar = tidak baik
3. Bulan Mulud (Rabingulawal) = tidak baik
4. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir) = baik
5. Bulan Jumadilawal = tidak baik
6. Bulan Jumadilakir = kurang baik
7. Bulan Rejeb = tidak baik
8. Bulan Ruwah (Sakban) = baik
9. Bulan Pasa (Ramelan) = tidak baik
10. Bulan Sawal = sangat tidak baik
11. Bulan Dulkaidah = cukup baik
12. Besar = sangat baik
Berdasarkan perhitungan diatas, bulan yg baik adalah : Bakdamulud,
Ruwah, Dulkaidah, dan Besar.

B. Langkah kedua yaitu menghitung jumlah hari dan pasaran dari suami
serta istri.
1. Suami = 29 Agustus 1973
- Rabu = 7
- Kliwon = 8
- Neptu (Total) = 15
- Tahun Jawa = 29 Rejeb 1905 TAhun WAWU Windu ADI
- Tahun Hijriah = 30 Rajab 1393 H
2. Istri = 21 Desember 1976
- Selasa = 3
- Kliwon = 8
- Neptu (Total) = 11
- Tahun Jawa = 28 Besar 1908 Tahun EHE Windu KUNTARA
- Tahun Hijriah = 29 Dzulhijah 1396 H

Jumlah Neptu Suami + Istri = 15 + 11 = 36

C. Langkah ketiga, menghitung Pancasuda.


Jumlah ((Neptu suami + Neptu Istri + Hari Pindahan/Pendirian Rumah) :
5). Bila selisihnya 3, 2, atau 1 itu sangat baik. Cara ini disebut
PANCASUDA.
PANCASUDA :
1. Sri = Rejeki Melimpah
2. Lungguh = Mendapat Derajat
3. Gedhong = Kaya Harta Benda
4. Lara = Sakit-Sakitan
5. Pati = Mati dalam arti Luas

Lalu mengurutkan angka hari pasaran mulai dari jumlah yang paling kecil yaitu (selasa (3) + wage
(4) = 7), hingga sampai jumlah yang paling
besar yaitu (Sabtu (9) + Pahing (9) = 18.

7 + 36 = 43 : 5 sisa 3 = Cukup Baik


8 + 36 = 44 : 5 sisa 4 = Tidak Baik
9 + 36 = 45 : 5 sisa 5 (yg habis dibagi 5 dianggap sisa 5) = Jelek Sekali
10 + 36 = 46 : 5 sisa 1 = Baik Sekali
11 + 36 = 47 : 5 sisa 2 = Baik
12 + 36 = 48 : 5 sisa 3 = Cukup Baik
13 + 36 = 49 : 5 sisa 4 = Tidak Baik
14 + 36 = 50 : 5 sisa 5 = Jelek Sekali
15 + 36 = 51 : 5 sisa 1 = Baik Sekali
16 + 36 = 52 : 5 sisa 2 = Baik
17 + 36 = 53 : 5 sisa 3 = Cukup Baik
18 + 36 = 54 : 5 sisa 4 = Tidak Baik

Dari paparan tersebut diketahui hari baik untuk mendirikan rumah tinggal, khusus bagi pasangan
suami–istri yang hari-pasaran-lahir
keduanya berjumlah 36 adalah :

Terbaik 1 :
a. hari-pasaran berjumlah 10 ( Selasa Pon, Jumat Wage dan Minggu Legi)
b. hari-pasaran berjumlah 15 (Rabu Kliwon, Kamis Pon dan Jumat Pahing)
Terbaik 2 :
a. hari-pasaran berjumlah 11 (Senin Pon, Selasa Kliwon, Rabu Wage dan
Jumat legi)
b. hari-pasaran berjumlah 16 (Rabu Pahing, Kamis Kliwon dan Sabtu Pon)
Terbaik 3 :
a. hari-pasaran berjumlah 7 (Selasa Wage)
b. hari-pasaran berjumlah 12 (Senin Kliwon, Selasa Pahing, Rabu Legi,
Kamis Wage dan Minggu Pon)
c. hari-pasaran berjumlah 17 (Kamis Pahing dan Sabtu Kliwon)
D. Selanjutnya pilih salah satu dari 21 hari baik yang berada dalam
bulan Bulan Bakdamulud, Bulan Ruwah, Bulan Dulkaidah dan Bulan Besar,

yaitu:
1. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir)
Bulan baik untuk mendirikan sesuatu termasuk rumah tinggal. Keluarga
yang bersangkutan mendapat wahyu keberuntungan, apa yang diinginkan
terlaksana, cita-citanya tercapai, selalu menang dalam menghadapi
perkara, berhasil dalam bercocok-tanam, berkelimpahan emas dan uang,
mendapat doa restu Nabi, dan lindungan dari Allah.

2. Bulan Ruwah (Sakban)


Bulan baik untuk mendirikan rumah tinggal. Rejeki melimpah dan halal,
disegani, dihormati dan disenangi orang banyak, mendapat doa Rasul.

3. Bulan Dulkaidah
Cukup baik, dicintai anak istri, para orang tua, saudara, dan
handaitaulan. Dalam hal bercocok-tanam lumayan hasilnya. Banyak rejeki
dan cukup uang. Keadaan keluarga harmonis, tentram, damai dan
mendapatkan doa dari Rasul.

4. Bulan Besar.
Baik, banyak mendapat rejeki, berkelimpahan harta-benda dan uang.

Anggota keluarga yang berdiam di areal rumah-tinggalnya yang dibangun pada bulan Besar
merasakan ketentraman lair batin, serta dihormati.

Terbaik 1 :
1. Selasa Pon,
2. Jumat Wage,
3. Minggu Legi,
4. Rabu Kliwon,
5. Kamis Pon,
6. Jumat Pahing,

Terbaik 2 :
7. Senin Pon,
8. Selasa Kliwon,
9. Rabu Wage,
10. Jumat legi,
11. Rabu Pahing,
12. Kamis Kliwon,
13. Sabtu Pon,
Terbaik 3 :
14. Selasa Wage,
15. Senin Kliwon,
16. Selasa Pahing,
17. Rabu Legi,
18. Kamis Wage,
19. Minggu Pon,
20. Kamis Pahing,
21. Sabtu Kliwon.

==============

Neptu Jawa : Cara Menghitung Weton dengan Mudah dan Artinya

Dalam perhitungan weton, orang Jawa mengenal istilah Neptu. Neptu merupakan salah satu hal
yang sering kali dipertimbangkan dalam meramalkan watak seseorang berdasarkan weton
kelahirannya. Neptu juga digunakan untuk meramalkan kecocokan jodoh, kecocokan pekerjaan,
besarnya rejeki yang dibawa seorang anak dalam keluarganya, dan lain sebagainya. Nah, bagi Anda
yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai neptu Jawa dan bagaimana cara menghitung weton
kelahiran dalam primbon Jawa, silakan simak pembahasan berikut ini!

Neptu Jawa
Neptu adalah besaran nilai yang dihitung dengan menjumlahkan nilai hari dan nilai pasaran.
Seperti diketahui, selain mengenal hari seperti minggu, senin, selasa, dst sampai sabtu, orang Jawa
memang mengenal istilah pasaran seperti pahing, pon, wage, kliwon, dan legi. Perpaduan antara
hari dan pasaran inilah yang disebut dengan weton.

Neptu Jawa : Cara Menghitung Weton

Cara Menghitung Weton dan Neptunya


Masing-masing weton memiliki nilai neptu yang berbeda. Nilai neptu tersebut berkisar antara 7
sampai yang terbesar adalah 18. Yang neptu 7 (yang paling rendah) dimiliki oleh weton Selasa
Wage, sementara neptu 18 (yang paling tinggi) dimiliki oleh weton Sabtu Pahing. Secara lengkap
tentang bagaimana cara menghitung weton berdasarkan neptu Jawanya, silakan simak tabel berikut
ini!
Hari Nilai Pasaran Nilai
Minggu 5 Wage 4
Senin 4 Kliwon 8
Selasa 3 Legi 5
Rabu 7 Pahing 9
Kamis 8 Pon 7
Jumat 6

Sabtu 9
Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa hari dan pasaran memiliki nilai yang berbeda-beda.
Untuk menghitung neptu weton kita hanya perlu menjumlahkan nilai hari dan pasaran dari weton
yang bersangkutan.

Contoh, jika kita ingin mengetahui neptu weton Selasa Pahing, maka kita harus menjumlahkan nilai
hari Selasa (3) dan nilai pasaran Pahing (9) sehingga diperoleh nilai neptu Jawa sebesar 12.

Contoh perhitungan weton jawa lainnya, jika kita ingin mengetahui neptu weton Minggu Pahing,
maka kita harus menjumlahkan nilai hari Minggu (5) dan nilai pasaran Pahing (9), sehingga
diperoleh nilai neptu Jawa sebesar 14.

Nah, untuk memudahkan Anda dalam mengetahui nilai neptu Jawa tanpa harus menghitungnya,
silakan temukan nilai neptu weton yang Anda cari pada tabel di bawah ini!
Hari Wage (4) Kliwon (8) Legi (5) Pahing (9) Pon (7)
Minggu (5) 9 13 10 14 12
Senin (4) 8 12 9 13 11
Selasa (3) 7 11 8 12 10
Rabu (7) 11 15 12 16 14
Kamis (8) 12 16 13 17 15
Jumat (6) 10 14 11 15 13
Sabtu (9) 13 17 14 18 16
Netpu Bulan dan Tahun Jawa
Selain mengenal neptu hitungan weton, orang Jawa kuno juga mengenal neptu hitungan untuk
bulan dan tahun. Kendati demikian hitungan kedua neptu tersebut jarang digunakan dalam
meramalkan watak atau kepribadian manusia berdasarkan hari kelahirannya.

Neptu bulan dan tahun lebih sering digunakan sebagai alat untuk memperkirakan musim tanam,
musim hujan, musim kemarau, hama penyakit pada tanaman, jumlah panen pada kegiatan pertanian
yang dilakukan, banyaknya tangkapan ikan bagi nelayan, dan lain sebagainya.

Meski tak begitu sering digunakan, neptu Jawa untuk hitungan bulan dan tahun tentu tak ada
salahnya bila kita pelajari. Nah, secara lengkap berikut ini adalah nilai neptu dari bulan dan tahun
Jawa yang dapat kami rangkum!
Bulan Nilai Tahun Nilai
Suro 7 Alip 1
Sapar 2 Ehe 5
Mulud 3 Jimawal 3
Bakda Mulud 5 Je 7
Jumadil Awal 6 Dal 4
Jumadil Akhir 1 Be 2
Rejeb 2 Wawu 6
Ruwah 4 Jimakhir 3
Pasa (Puasa) 5
Sawal 7

Dulkangidah (Sela) 1

Dulkahijjah (Besar) 3

Untuk diketahui, dalam kalender Jawa dikenal 12 bulan yang penanggalannya mirip seperti
penanggalan hijriah (kalender Islam). Sementara dalam hitungan tahun, kalender Jawa mengenal
adanya siklus pergantian tahun dalam sewindu dengan nama-nama yang memiliki makna yang khas,
yaitu tahun Alip, tahun Ehe, tahun Jimawal, tahun Je, tahun Dal, tahun Be, tahun Wawu, dan tahun
Jamakhir.

Nah, demikianlah sekilas pemaparan mengenai hitungan neptu Jawa dan cara menghitung weton
yang bisa kami sampaikan. Setelah memahami artikel ini, tentu cara menghitung weton, bulan, dan
tahun Jawa sudah Anda kuasai. Cukup mudah bukan? Semoga bermanfaat dan dapat membantu
mengenalkan kembali budaya Jawa yang hampir punah ini

Anda mungkin juga menyukai