Anda di halaman 1dari 15

Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.

PEDOMAN PENUGASAN MAHASISWA


PENYUSUNAN MAKALAH

I. IDENTITAS TUGAS
Program Studi : Ekonomi Islam (Ekis)
Mata Kuliah : Ahlusunnah wa al Jamaah
Kode : 21UN05EKI
SKS :2
Semester :I
Dosen : Ahmad Saefudin, M.Pd.I.
Pertemuan ke- : 2-13
Tugas ke- :1
Materi Pembelajaran :

Minggu ke- Bahan Kajian/Materi Ajar

2 Genealogi Aswaja
(Kelompok 1) ➢ Sejarah Aswaja
➢ Pengertian aswaja etimologi & terminology
➢ Sejarah Aswaja (Tokoh-tokoh, Sosiologi & Politik)
➢ Landasan Aswaja (Nash Al-Qur’an dan Hadis)
3 (Kelompok 2) Posisi aswaja di tengah aliran atau faham lain
➢ Syi’ah dan ajarannya
➢ Khawarij dan ajarannya
➢ Mu’tazilah dan ajarannya
➢ Posisi Aswaja di tengah aliran
4 (Kelompok 3) Pokok-pokok ajaran Aswaja
➢ Bidang Aqidah (Asy’ari & Maturidi)
➢ Bidang Fiqh (Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I, &
Hambali)
➢ Bidang Tasawwuf (Imam Ghozali, Imam Junaid al-
Baghdady)
5 (Kelompok 4) Urgensi Bermadzhab
➢ Pengertian Bermadzhab
➢ Sejarah Bermadzhab
➢ Urgensi mengikuti Madzhab Empat
6 (Kelompok 5) SYIRIK
➢ Pengertian Syirik dan Macam-Macamnya
➢ Posisi Khaliq dan Makhluk
➢ Bahaya Tuduhan Syirik
7 (Kelompok 6) IDEOLOGI TAKFIRI
➢ Konsep Takfiri
➢ Pengertian Takfiri
➢ Kriteria Takfiri

1
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I

➢ Larangan Ideologi Takfiri


8 (Kelompok 7) Sunnah dan Bid’ah
1. Pengertian bid’ah
2. Dalil Bid’ah
3. Macam-macam Bid’ah
9 (Kelompok 8) Nilai-Nilai Aswaja An-Nahdliyyah
➢ Tawassuth
➢ Tawazun
➢ I’tidal
➢ Tasamuh
10 (Kelompok 9) Islam Nusantara
➢ Konsep Islam Nusantara
➢ Karakteristik Islam Nusantara
➢ Landasan Islam Nusantara
11 (Kelompok 10) Sejarah dan Perkembangan Islam Nusantara
➢ Walisongo Sebagai Penyebar Islam di Indonesia
➢ Model dan Karakteristik Dakwah Walisongo
➢ Mata Rantai Aswaja di Nusantara
12 (Kelompok 11) Peran penting pesantren dalam pengembangan Aswaja
➢ Pengertian Pesantren
➢ Sejarah dan perkembangan pesantren di Nusantara
➢ Pengaruh pesantren dalam pengembangan Aswaja
13 (Kelompok 12) Tantangan Aswaja Era Transformasi Global: Radikalisme dan
Liberalisme
➢ Radikalisme
➢ Liberalisme
➢ Deradikalisasi dan Deliberalisasi dalam Perspektif
Aswaja
14 (Kelompok 13) Tantangan Aswaja di Tengah Gerakan Islam Transnasional
1. Salafi
2. Wahabi
3. Ikhwanul Muslimin
4. Hizbut Tahrir

II. TUJUAN TUGAS


Setelah melakukan penugasan ini, mahasiswa akan dapat menyusun makalah sesuai
dengan standar penulisan ilmiah yang berlaku di kampus Unisnu Jepara
III. URAIAN TUGAS
A. Objek Garapan
Dalam kegiatan pembelajaran ini mahasiswa diminta menyusun makalah tentang
aswaja. Dari makalah yang disusun, mahasiswa diminta presentasi menggunakan
model cooperative learning.
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Tugas ini bersifat kelompok.
2. Mahasiswa dibagi ke dalam 13 kelompok yang dikoordinir oleh komting.
3. Pengumpulan makalah ilmiah dibagi menjadi dua tahap:

2
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
a. Tahap pertama : berupa soft file Ms. Word dan power point.
b. Tahap kedua : berupa soft file makalah hasil revisi
C. Waktu Penyelesaian Tugas
Pengumpulan makalah ilmiah dibagi menjadi 2 tahap:
1. Tahap pertama : setiap mahasiswa harus mengunggah tugas makalah ke
elearning.unisnu.ac.id pada bagian TUGAS secara individu maksimal pada pertemuan
ke-2.
2. Tugas makalah hasil revisi diunggah ke elearning.unisnu.ac.id pada bagian TUGAS
dengan menuliskan Nama Kelompok-judul makalah (contoh: Kelompok 1-Genealogi
Aswaja) yang dikirimkan maksimal Minggu, 31 Desember 2023 (menjelang UAS
Semester Gasal).
D. Luaran Tugas

BAB/POKOK BAHASAN I
(tulis langsung nama judul Pokok Bahasan I)

1.1 PENDAHULUAN (untuk tingkat Pokok Bahasan)


A. Deskripsi singkat (untuk tk PB)
B. Relevansi (antar dan/atau intern PB)
C. Kompetensi
1) Standar Kompetensi (sumbangan PB dalam mencapai kompetensi
tingkat program studi/jurusan)
2) Kompetensi Dasar (untuk tk PB)
D. Petunjuk Belajar (Saran/metode, agar dapat mempelajari PB ini dengan mudah)
2.1 SUB-BAB/SUB-POKOK BAHASAN I (tulis langsung nama Sub-Pokok Bahasan I)
A. Uraian atau penjelasan dari isi, diikuti dengan contoh, ilustrasi dsb.
B. Latihan
3.1 PENUTUP
A. Rangkuman
B. Tes formatif
C. Umpan balik (Petunjuk bagi mahasiswa untuk bisa menilai sendiri hasil tes)
D. Tindak lanjut (Apa yang harus dilakukan untuk menindaklanjuti hasil tes
formatif)
E. Kunci jawaban tes formatif

IV.DAFTAR
PEDOMAN PENILAIAN
PUSTAKA

E. Kriteria Penilaian
Kriteria dan Nilai
No Komponen Penilaian
4 3 2 1
1 Kebaruan topik Sangat baru Baru Cukup Jenuh, sudah
Penelitian banyak
dibahas
2 Latar belakang dan Jelas dan Jelas tanpa Cukup jelas Tidak jelas
perumusan masalah disertai bukti bukti tanpa bukti tidak
ada bukti
3 Manfaat penelitian Sangat bermanfaat cukup Kurang

3
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
bermanfaat bermanfaat bermanfaat
4 Relevansi tinjauan Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Tidak sesuai
pustaka dengan dengan dengan dengan
masalah masalah yang masalah yang masalah
yang dibahas dibahas dibahas yang dibahas
5 Kemutakhiran 5 tahun 6 – 10 tahun Kurang dari Sangat lama
Pustaka terbaru terbaru 10
tahun terbaru
6 Penulisan sitasi dan Semua sitasi Beberapa Banyak Sitasi dan
daftar pustaka muncul di sitasi tidak pustaka daftar
daftar muncul di tidak ditujuk pustaka tidak
pustaka daftar di sesuai
pustaka sitasi pedoman
7 Sumber data Data primer Data primer Data Data kurang
dan tetapikurang sekunder sesuai
sesuai sesuai dan sesuai dengan
masalah dengan dengan masalah
masalah masalah
8 Metode Sangat rinci Rinci dan Cukup rinci Kurang rinci
pengumpulan data dan Jelas dan cukup dan kurang
sangat jelas jelas jelas
9 Metode analisis Sangat rinci Rinci dan Cukup rinci Kurang rinci
data dan jelas dan cukup dan kurang
sangat jelas jelas jelas
10 Penggunaan bahasa Tidak ada Sedikit Beberapa Banyak
yang baik dan kesalahan kesalahan kesalahan kesalahan
benar dalam tata dalam tata dalam tata dalam tata
bahasa bahasa bahasa bahasa
11 Kerapihan tulisan Sangat rapi Rapi dan Rapi dan Tidak rapi
dan jumlah dan jumlah jumlah dan
halaman jumlah halaman halaman jumlah
halaman cukup sesuai kurang sesuai halaman
sesuai kurang sesuai
12 Kejelasan Sangat jelas Jelas Cukup jelas Kurang jelas
presentasi
13 Media presentasi Sangat Menarik Cukup Kurang
menarik Menarik menarik
14 Penggunaan bahasa Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik
15 Penguasaan materi Sangat Menguasai Cukup Kurang
menguasai menguasai menguasai
16 Ketepatan pemilihan Sangat tepat Tepat Cukup tepat Kurang tepat
metode dalam
menyampaiakan
materi

𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉


𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍
𝒙𝟒

4
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
Dosen Pengampu,

Ahmad Saefudin, M.Pd.I

5
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
LAMPIRAN 1: CONTOH FORMAT MAKALAH

BAB I
TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

1.1 PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Seiring dengan laju perkembangan zaman, tantangan dan hambatan pendidikan
Islam juga terus mengalami perkembangan dan perubahan. Lebih-lebih saat ini dunia telah
memasuki era baru, yakni Era Revolusi Industri 4.0, dimana era ini membawa dampak yang
tidak sederhana. Ia berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia.
Termasuk dalam hal ini adalah pendidikan. Era ini ditandai dengan semakin
sentralnya peran teknologi cyber dalam kehidupan manusia. Maka tidak heran jika dalam
dunia pendidikan muncul istilah “Pendidikan 4.0”. Pendidikan 4.0 (Education 4.0) adalah
istilah umum yang digunakan oleh para ahli pendidikan untuk menggambarkan berbagai
cara untuk mengintegrasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam
pembelajaran. Ini adalah lompatan besar dari pendidikan 3.0 ke Pendidikan 4.0 sebagai
fenomena untuk merespons kebutuhan munculnya revolusi industri 4.0. Kita tahu bahwa
pada masa ini manusia dan mesin dituntut berjalan selaras untuk mendapatkan solusi,
memecahkan masalah, dan tentu saja menemukan kemungkinan perubahan baru (Hidayat,
2019).
Kompleksitas tantangan dimulai ketika era revolusi industri 4.0, menyuguhkan
entitas yang serba otomatis digital, serta berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Dalam dunia industri, juga pendidikan tentunya, akan memangkas tenaga-tenaga manusia
dan menggantinya dengan mesin berperangkat teknologi canggih (SuaraMerdeka.com,
n.d.).
Pergeseran dan perubahan sebagaimana sedikit digambarkan di atas, merupakan
keniscayaan yang tidak terelakkan. Hal ini disebabkan dari waktu ke waktu tuntutan dan
kebutuhan manusia terus mengalami perubahan. Sehingga, pengetahuan luas saja tidak
bisa menjamin seorang lulusan lembaga sekolah dapat bicara banyak dalam persaingan
global. Diperlukan pula keahlian spesifik yang selaras dengan kebutuhan lapangan. Jika
tidak demikian, maka lulusan pendidikan akan terlindas dan tersingkirkan.
Lalu bagaimana pendidikan Islam menghadapi revolusi ini? Bagaimana ia
memanfaatkan peluang yang ada dan sekaligus pada saat yang sama menjawab tantangan
dan mengatasi hambatan yang tidak sederhana? Sub bahasan ini berusaha memotret
dinamika Pendidikan Islam di Era 4.0 meliputi tantangan, urgensi, dan strategi pendidikan
Islam dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
B. Relevansi
Secara bahasa relevan adalah kait-mengait, bersangkut paut atau berhubungan.
Menurut Ainon Mohm (2005), relevan adalah mempunyai kaitan dan hubungan erat dengan
pokok masalah yang sedang dihadapi. Relevan merupakan hal-hal yang sejenis (sama)
yang saling berkaitan dengan subjek dalam konteks yang tepat atau terhubung dan terkait
dengan situasi saat ini (“Pengertian Relevan dan Relevansi,” n.d.).
Sehingga relevan diartikan dengan adanya hubungan langsung dengan persoalan
yang dihadapi, serta keuntungan timbal balik antara keduanya. Intinya relevan memiliki arti
“kecocokan” yang bersangkut paut dengan pokok bahasan atau materi yang akan di bahas.
Ada dua relevansi yang akan dicantumkan yakni relevansi antar pokok bahasan dan
relevansi intern pokok bahasan.

6
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
1) Relevansi Antar Pokok Bahasan
a. Relevansi pokok bahasan ini terletak pada objek pembahasan. Utamanya berkaitan
dengan disiplin ilmu yang mempunyai koherensi antara perspektif teoretis dan
praksis. Di antaranya ialah Ilmu Pendidikan Islam, Teknologi Pendidikan, dan
Strategi Pembelajaran.
b. Mata kuliah ini juga berkelindan erat dengan desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, dan penilaian pembelajaran yang menjadi kawasan teknologi
pendidikan.
2) Relevansi Intern Pokok Bahasan
Jika dihadapkan secara intern kepada pokok bahasan mata kuliah
Pendidikan Islam Indonesia Modern, sub bahasan ini merupakan tonggak awal
sekaligus landasan fundamental bagi mahasiswa sebelum menyelami pelbagai topik
pada bab selanjutnya. Seperti materi tentang ideologi-ideologi pendidikan, teori
kecerdasan, dan lain sebagainya.
C. Kompetensi
1) Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan tantangan pendidikan Islam menghadapi era Revolusi
Industri 4.0 dengan mengacu kepada jurnal-jurnal akademik di bidang pendidikan
2) Kompetensi Dasar
a. Melalui presentasi dari pemakalah, mahasiswa dapat menjelaskan pengertian,
dasar-dasar dan tujuan pendidikan islam dengan tepat.
b. Melalui diskusi kelompok, mahasiswa dapat menunjukkan contoh fase revolusi
industri dengan tepat
c. Melalui brainstorming, mahasiswa akan dapat menjelaskan bentuk-bentuk
tantangan pendidikan Islam di era revolusi industri 4.0 dengan tepat.
d. Dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menganalisis
fenomena di lembaga pendidikan, mahasiswa dapat menampilkan contoh
tantangan dan hambatan kondisi pendidikan Islam di lembaga pendidikan pada
saat ini dengan tepat.
e. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat mengerjakan tes formatif dengan
tepat.
3) Petunjuk Belajar
Agar memudahkan dalam memahami materi tantangan pendidikan islam di
era revolusi industri 4.0 maka digunakan metode pembelajaran sebagai berikut:
a. Small Group Discussion yaitu proses pembelajaran dengan melakukan diskusi
kelompok kecil tujuannya agar mahasiswa memiliki keterampilan memecahkan
masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Belajar mandiri dengan melakukan pencarian referensi yang sesuai dengan pokok
bahasan melalui berbagai sumber, di antaranya buku, jurnal ilmiah, dan referensi
lain yang bisa diakses dengan internet.
c. Penugasan terstruktur dengan melakukan analisis fenomena sekitar terkait materi
pokok dan mengerjakan tes formatif.
1.2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Paling tidak ada dua makna yang dapat disaring dari terminologi Pendidikan Islam.
Pertama, pendidikan tentang Islam, kedua pendidikan menurut Islam. Terminologi pertama
lebih memandang Islam sebagai subjec matter dalam pendidikan, sedangkan terminologi

7
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
kedua lebih menempatkan Islam sebagai perspektif dalam Pendidikan Islam (Ali & Rushd,
2017).
Muhammad Hamid An-Nashir dan Qullah Abdul Qadir Darwis mendefinisikan
pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia pada sisi jasmani,
akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan sosial keagamaan yang diarahkan pada kebaikan
menuju kesempurnaan (Roqib, 2009). Sementara itu, Omar Muhammad At-Taumi Asy-
Syaibani sebagaimana dikutip oleh M. Arifin, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah
usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan
kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya (Priyatmoko, 2018).
Dari pengertian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pendidikan Islam
pada hakikatnya adalah suatu proses pendidikan yang sifatnya menyeluruh dan terpadu
yang mengarah pada pembentukan kepribadian peserta didik baik itu individu maupun
masyarakat yang berdasarkan pada ajaran Islam.
B. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Samsul Nizar membagi dasar pendidikan agama Islam menjadi tiga sumber, yaitu
sebagai berikut:
1) Al-Quran. Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dalam bahasa Arab guna menjalankan jalan hidup yang membawa kemaslahatan
bagi umat manusia (rahmatan lil ‘alamin), baik di dunia maupun di akhirat. Pelaksanaan
pendidikan Islam harus senantiasa mengacu sumber yang termuat dalam Al Qur’an.
Dengan berpegang pada nilai-nilai tertentu dalam Al Qur’an, terutama dalam
pelaksanaan pendidikan Islam, niscaya umat Islam akan mampu mengarahkan dan
mengantarkan umat manusia menjadi lebih kreatif dan dinamis, serta mampu mencapai
esensi nilai-nilai ubudiyah Sang Khaliq (Hidayat, 2019).
2) Sunnah secara etimologi berarti cara, gaya, jalan yang dilalui. Secara terminologis,
berarti kumpulan perkataan, perbuatan, sifat, ketetapan, dan segala pola kehidupan
Nabi Muhammad SAW yang telah diriwayatkan dengan sanad yang sahih. As-Sunnah
juga berfungsi sebagai penjelas terhadap teks Al Qur’an yang masih bersifat general
(Hidayat, 2019).
3) Ijtihad. Pentingnya Ijtihad tidak lepas dari kenyataan bahwa pendidikan Islam di satu
sisi dituntut agar senantiasa sesuai dengan dinamika zaman dan IPTEK yang
berkembang dengan cepat. Sementara di sisi lain, pendidikan Islam juga dituntut agar
tetap mempertahankan kekhasannya sebagai sebuah sistem pendidikan yang berpijak
pada nilai-nilai agama. Ini merupakan masalah yang senantiasa dihadapi oleh mujtahid
Muslim di bidang pendidikan untuk selalu berijtihad. Sehingga, teori pendidikan Islam
tidak mengalami stagnasi dan selalu relevan dengan tuntutan dinamika zaman yang
semakin progresif (Hidayat, 2019, p. 21).
C. Tujuan Pendidikan Islam
Secara umum, pendidikan Islam bertujuan untuk “meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berahlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Muhaimin,
2004).
Pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi muslim seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia, baik jasmaniyah maupun ruhaniyah,
menumbuhkan hubungan harmaonis dengan Allah, manusia dan alam semesta.

8
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
Tujuan pendidikan Islam erat kaitannya dengan orientasi penciptaan manusia
sebagai Khalifah Allah SWT. di muka bumi. Atiyah Al-Abrasyi mengemukakan tujuan
pendidikan Islam sebagai berikut:
1) Membantu Pembentukan Akhlak yang mulia
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
3) Menumbuhkan roh ilmiyah (scientific spirit)
Sedangkan Abdurrahman Shaleh Abdullah menyebutkan ada tiga tujuan pokok dari
pendidikan Islam, yakni physical aims, spiritual aims dan mental aims. Senada dengan
pendapat para ahli sebelumnya, Ahmad Janan Asifuddin mengemukakan 4 tujuan
penciptaan manusia, antara lain:.
1) Mengabdi/beribadah kepada Allah
2) Menjadi khalifah Allah di muka bumi
3) Mendapatkan ridha dari Allah
4) Untuk meraih kehidupan dunia dan akhirat (Tola, 2013).
D. Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri terdiri dari dua (2) kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti perubahan yang bersifat sangat cepat,
sedangkan pengertian industri adalah usaha pelaksanaan.
Pendidikan 4.0 (education 4.0) adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli
teori pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara dalam mengintegrasikan teknologi
cyber pada domain pembelajaran. Ini adalah potret lompatan besar dari Pendidikan 3.0
(education 3.0). Perspektif Jeff Borden, Education 3.0 mencakup pertemuan ilmu saraf,
psikologi kognitif, dan teknologi pendidikan, menggunakan teknologi digital dan mobile
berbasis web, termasuk aplikasi, perangkat keras dan perangkat lunak, serta produk
teknologi informasi lain dengan ikon “e” di depannya. Pendidikan 4.0 jauh diatas hal tersebut
dan dalam beberapa hal, pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan
munculnya revolusi industri keempat (4 IR) atau (RI 4) dimana manusia dan mesin
diselaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan
kemungkinan inovasi baru.
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi merupakan istilah lain dari Industri 4.0.
Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di
semua bidang. Ada beberapa tantangan industri 4.0. Pertama, keamanan teknologi
informasi. Kedua, keandalan dan stabilitas mesin produksi. Ketiga, kurangnya keterampilan
memadai. Keempat, keengganan berubah pemangku kepentingan. Kelima, hilangnya
banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi (Ibda & Rahmadi, 2018).
Fase pertama (1.0) bertempuh pada penemuan mesin yang menitik beratkan
(stressing) pada mekanisasi produksi. Revolusi generasi 1.0 melahirkan sejarah ketika
tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Fase kedua (2.0) sudah
beranjak pada etape produksi massal yang terintegrasi dengan quality control dan
standarisasi. Revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga
listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Fase ketiga (3.0) memasuki
tahapan keseragaman secara massal yang bertumpu pada integrasi komputerisasi. Revolusi
industri 3.0 mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer. Fase keempat
(4.0) telah menghadirkan digitalisasi dan otomatisasi perpaduan internet dengan
manufaktur. Momentum inilah yang dimanfaatkan oleh pelbagai instansi, terlepas dari
apapun bidang geraknya, untuk menerapkan konsep yang disebut Internet Of Things (IoT)
(Suwardana, 2018).

9
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
Buah dari revolusi industri 4.0 adalah munculnya fenomena disruptive innovation.
Dampak dari fenomena ini telah menjalar di segala bidang kehidupan. Mulai industri,
ekonomi, pendidikan, politik, dan sebagainya. Fenomena ini juga telah berhasil menggeser
gaya hidup (life style) dan pola pikir (mindset) masyarakat dunia. Disruptive innovation
secara sederhana dapat dimaknai sebagai fenomena terganggunya para pelaku industri
lama (incumbent) oleh para pelaku industri baru akibat kemudahan teknologi informasi.
Satu di antara sekian banyak contoh di sekitar kita adalah menurunnya pendapatan
tukang ojek dan perusahaan taksi offline. Penurunan pendapatan ini bukan diakibatkan oleh
rendahnya jumlah pengguna ojek dan taksi, melainkan terjadinya perubahan perilaku
konsumen. Berkat kemajuan teknologi informasi, muncul perusahaan angkutan baru seperti
GO-JEK dan GRAB yang pelayanannya berbasis android. Konsumen hanya perlu
menginstal aplikasi di smartphone-nya untuk menggunakan jasa mereka.
E. Tantangan Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0
A. Malik Fadjar menyatakan bahwa terdapat tiga tantangan berat yang sedang
dihadapi saat ini: Pertama, bagaimana mempertahankan diri dari serangan krisis dan apa
yang kita capai jangan sampai hilang. Kedua, kita berada dalam suasana global di bidang
pendidikan. Menurutnya kompetisi adalah suatu yang niscaya, baik kompetisi dalam skala
regional, nasional, dan internasional. Ketiga, melakukan perubahan dan penyesuaian sistem
pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang lebih demokratis,
memperhatikan keberagaman kebutuhan peserta didik berdasarkan asas lokalitas, serta
mendorong peningkatan partisipasi masyarakat (Putra, 2019).
Di samping kendala di atas, terdapat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh
pendidikan kita. Di antaranya adalah, pengelolaan pendidikan di masa lampau yang
memberi penekanan yang berlebih pada dimensi kognitif, sembari mengabaikan dimensi-
dimensi lain. Akibatnya, muncul generasi manusia Indonesia yang paradoks. Contohnya, di
satu sisi, betapa kehidupan beragama secara fisik berkembang sangat menggembirakan di
seluruh lapisan masyarakat. Namun, di sisi lain, banyak juga masyarakat saling berkonflik
dengan ajaran-ajaran agama yang dianutnya.
Selain itu, tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Islam dalam menghadapi era
revolusi industri 4.0 adalah tidak tersedianya sumberdaya yang memadai dalam dunia
pendidikan seperti guru, dosen, maupun tenaga pendidikan lainnya. Di samping itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, menggarisbawahi
pentingnya pendidikan karakter. Sekarang ini kita sedang dihadapkan dengan realitas
tingginya peran alat teknologi informasi dan komunikasi. Tanpa karakter, integritas, dan daya
analisis yang kuat, maka dengan sendirinya akan tergerus oleh berbagai macam informasi
yang tidak benar. Sehingga, pendidikan sebagai sarana menempa kompetensi dan karakter
anak bangsa mesti dikelola dengan baik (Puspita, n.d.).
Ada tiga faktor menyebabkan pendidikan Islam kerap mendapatkan kritik tajam,
diantaranya:
1) Cultural lag atau gap budaya. Hal ini disebabkan terjadinya ketimpangan antara
kecepatan perkembangan IPTEK dengan kecepatan perkembangan pendidikan. Laju
akselerasi perkembangan IPTEK tersebut tidak diiringi dengan upaya pendidikan Islam
untuk turut berakselerasi. Akibatnya, pendidikan Islam kurang responsif terhadap
dinamika perubahan sosial masyarakat. Sehingga menjadi keniscayaan bila proses
pendidikan di dalamnya menjadi kurang kontekstual.
2) Dikotomisasi ilmu. Sampai dengan saat ini dikotomi antara ilmu Islam (PAI) dengan ilmu
umum (IPA, IPS, Bahasa-Humaniora) masih menjadi pekerjaan rumah pendidikan

10
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
Islam. Meski telah banyak dilakukan upaya integrasi antara keduanya, namun belum
menunjukkan hasil yang signifikan.
3) Dualisme politik kebijakan pendidikan. Tarik ulur kepentingan antara dua lembaga
pemangku kebijakan pendidikan di negeri ini, Kemendikbud dan Kemenag, kerap
menimbulkan polemik di kalangan grass root. Sebut saja permasalahan menyangkut
gaji guru, sertifikasi, insentif guru honorer, pemberlakuan kurikulum yang terus berubah,
dan lain sebagainya (Priatmoko, 2018).
Pendidikan Islam juga harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan
perkembangan zaman. Di antaranya meliputi:
1) Kemampuan memecahkan masalah
Setiap individu maupun komponen masyarakat harus memiliki kompetensi untuk
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Proses pemecahan masalah tentunya
membutuhkan strategi jitu. Semacam proses, cara, dan teknik tertentu dalam
menghadapi situasi baru.
2) Kemampuan berfikir kritis
Cara berpikir yang harus selalu dikenalkan dan dibiasakan kepada peserta didik
harus berpedoman kepada prinsip analitis, kritis, dan kreatif. Cara berpikir ini populer
dengan sebutan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills). Skema
berpikir HOTS bukanlah berpikir biasa-biasa saja, tapi berpikir secara kompleks,
berjenjang, dan sistematis.
3) Kemampuan untuk berkreativitas
Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu
dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian
yang unik terhadap berbagai persoalan (Semiawan, 1999). Orang-orang yang kreatif
akan dapat berpikir mandiri, mempunyai daya imajinasi, dan yakin dalam membuat
keputusan sehingga tidak mudah dipengaruhi orang lain. Keyakinan diri merupakan
faktor penting dalam menumbuhkan kreativitas. Akan tetapi, jika tidak hati-hati,
keyakinan diri dapat menjadi bumerang. Alih-alih memunculkan pola pikir kreatif,
kepercayaan diri yang berlebihan (overconfidence) justru akan menghambat kreativitas.
F. Latihan
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diminta untuk menganalisis dampak
negatif kemajuan alat teknologi informasi di era revolusi industri 4.0 terhadap lembaga
pendidikan Islam di lingkungan sekitar. Setelah itu, mahasiswa diminta untuk menawarkan
solusi alternatifnya.
1.3 PENUTUP
A. Rangkuman
1) Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah suatu proses pendidikan yang sifatnya
menyeluruh dan terpadu yang mengarah pada pembentukan kepribadian peserta didik
baik itu individu maupun masyarakat yang berdasarkan pada ajaran Islam.
2) Dasar-dasar Pendidikan Islam, pertama Alquran sebagai pegangan utama dalam
melaksanakan pendidikan Islam. Kedua, sunnah yang berfungsi sebagai penjelas
terhadap teks ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat general. Ketiga, ijtihad yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung perkembangan IPTEK dengan nilai-nilai
agama Islam.
3) Pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,
dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berahlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, juga bertujuan untuk

11
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
mengembangkan seluruh potensi manusia, baik jasmaniyah maupun ruhaniyah,
sebagai upaya untuk menumbuhkan hubungan harmonis dengan Allah, manusia, dan
alam semesta.
4) Pendidikan 4.0 (education 4.0) adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori
pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi
cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Pendidikan 4.0 adalah
fenomena untuk merespons kebutuhan munculnya revolusi industri 4.0. Era ini
merupakan sinergi antara manusia dengan mesin dalam upaya memecahkan masalah
dan menemukan kemungkinan inovasi baru.
5) Fase-fase revolusi industri yaitu, Fase pertama (1.0) bertempuh pada penemuan mesin
yang menitikberatkan (stressing) pada mekanisasi produksi. Revolusi generasi 1.0
melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan
mesin. Fase kedua (2.0) sudah beranjak pada etape produksi massal yang terintegrasi
dengan quality control dan standarisasi. Revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan
kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam
(combustionchamber). Fase ketiga (3.0) memasuki tahapan keseragaman secara
massal yang bertumpu pada integrasi komputerisasi. Revolusi industri 3.0 mengubah
pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer. Fase keempat (4.0) telah
menghadirkan digitalisasi dan otomatisasi perpaduan internet dengan manufaktur.
6) Permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan kita, di antaranya adalah: pertama,
pengelolaan pendidikan di masa lampau yang memberi penekanan yang berlebihan
pada dimensi kognitif dan mengabaikan dimensi-dimensi lain.
7) Tiga faktor penyebab pendidikan Islam mendapat kritik yaitu cultural lag, dikotomi ilmu,
dan dualisme politik kebijakan pendidikan.
8) Kemampuan utama yang harus dimiliki individu dalam pendidikan adalah kemampuan
dalam memecahkan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan menggali
kreativitas.
B. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda (X) pada pilihan A, B, C, dan D
1) Pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia pada sisi
jasmani, akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan sosial keagamaan yang diarahkan
pada kebaikan menuju kesempurnaan adalah pengertian menurut.....
A. Omar Muhammad At-Taumi Asy Syaibani
B. M. Arifin
C. Muhammad Hamid An-Nashir
D. Ibnu Chaldun
2) Dalam melaksanakan pendidikan Islam tidak serta merta sesuai dengan kepentingan
individu atau golongan melainkan harus berpijak pada dasar-dasar yang sesuai. Di
bawah ini yang bukan merupakan dasar-dasar pendidikan Islam adalah...
A. Al-Qur’an.
B. As-sunnah.
C. Ijtihad.
D. Qiyas.
3) Apa fungsi ijtihad dalam pendidikan Islam?
A. Jembatan penghubung antara perkembangan IPTEK dengan nilai-nilai ajaran
Islam.
B. Sumber kedua yang menguatkan ayat-ayat Al-Qur’an.
C. Sumber utama yang melandasi pendidikan Islam.

12
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
D. Benar semua.
4) Ahmad Janan Asifudin menyebutkan salah satu tujuan pendidikan Islam di era revolusi
industri 4.0 adalah agar setiap individu dapat menyesuaikan perkembangan dan
dinamika zaman. Namun, tetap berlandasakan nilai-nilai ajaran Islam serta membentuk
rohani yang kuat dan taat terhadap ajaran agama. Pernyataan tersebut merupakan
implementasi dari tujuan pendidikan Islam, yaitu...
A. Physical aims
B. Spritual aims
C. Mental aims
D. Scientific spirit
5) Ada 4 fase perjalanan revolusi industri, pernyataan berikut yang sesuai dengan revolusi
fase kedua dari revolusi industri 4.0 adalah ...
A. Fase yang ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor
pembakaran dalam (combustionchamber).
B. Revolusi yang melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan
oleh kemunculan mesin.
C. Fase yang memasuki tahapan keseragaman secara massal yang bertumpu pada
integrasi komputerisasi.
D. Fase yang menghadirkan digitalisasi dan otomatisasi perpaduan internet dengan
manufaktur.
6) Dualisme politik kebijakan pendidikan adalah fenomena yang masih menjadi sorotan
beberapa pakar pendidikan Islam. Yang merupakan contoh dari adanya dualisme politik
adalah ...
A. Kebijakan Kemendikbud dengan Kemenag terkait pelaksanaan ujian nasional.
B. Menteri pendidikan mengeluarkan kebijakan bersama terkait Kartu Indonesia Pintar
(KIP) dengan Kementrian Sosial.
C. Perbedaan kebijakan dari pemerintah terhadap sekolah negeri dengan sekolah
swasta yang mengakibatkan kecemburuan.
D. Adanya zonasi yang diterapkan pemerintah sehingga peserta didik dan orang tua
kesulitan untuk memilih sekolah favorit.
7) Dengan berkembangnya IPTEK, pendidikan Islam mengalami kemajuan. Namun
ironisnya, sebagian pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua masih “dianak-
tirikan” oleh pemangku kebijakan. Hal tersebut merupakan wujud dari masalah
pendidikan Islam yaitu ....
A. Dikotomi ilmu
B. Dualisme politik
C. Cultur lag
D. Disintegrasi
8) Untuk menghadapi perkembangan dunia pendidikan Islam di era revolusi industri 4.0.,
setiap individu harus memiliki kemampuan critical thinking yang di sebut dengan cara
berpikir HOTS. Apa yang dimaksud dengan HOTS?
A. Berpikir tinggi yang biasa-biasa saja
B. Berpikir tingkat tinggi dan bergantung pada numerasi
C. Berpikir secara analitis saja
D. Berpikir tinggi secara kompleks, berjenjang, dan sistematis.
9) Bagian terpenting yang perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan pendidikan Islam
di era revolusi industri 4.0 adalah dengan menciptakan manusia yang memiliki
kreativitas tinggi. Mengapa demikian...

13
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
A. Karena dengan sikap kreatif, manusia mampu mengubah sistem pendidikan
B. Karena manusia mempunyai daya imajinasi dan memiliki keyakinan dalam
membuat keputusan, sehingga tidak mudah dipengaruhi orang lain.
C. Agar terhindar dari dualisme politikkebijakan pendidikan
D. Agar manusia mampu mengembangkan ilmu pendidikan dan menjadikan Indonesia
sebagai negara berpenduduk muslim yang kuat.
10) Setiap perubahan pasti membawa dampak positif dan negatif. Yang merupakan
dampak negatif dari revolusi industri 4.0 bagi pendidikan Islam adalah ...
A. Posisi pendidik terganti dengan platform digital, misalnya peran guru tidak begitu
penting karena sudah tergantikan Youtube dan Google.
B. Pemerintah menerapkan sistem Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)
sehingga terjadi perubahan budaya dari kertas ke digital.
C. Guru mampu memberikan tugas dengan mudah melalui fasilitas internet
D. Semakin mudahnya mendapatkan sumber belajar bagi peserta didik.
C. Umpan Balik
Setelah selesai mengerjakan tes formatif, mahasiswa diminta untuk menukarkan
hasil pekerjaannya dengan teman sebelahnya agar bisa dikoreksi secara objektif.
D. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang nilainya di bawah ketuntasan minimal, diminta agar
merangkum materi tentang regulasi kebijakan pemerintah terhadap lembaga pendidikan
Islam di era revolusi industri 4.0. Materi tersebut bisa diperoleh dari berbagai sumber.
E. Kunci Jawaban Tes Formatif
1) C 4) B 7) B 10) A
2) D 5) A 8) D
3) A 6) A 9) B
F. Daftar Pustaka
Ali, M., & Rushd, D. I. (2017). Percikan Pemikiran Pendidikan Mohamad Djzaman: Kajian
Konsep “Muslim Intelektual” dan “Ethos Kerja Islam.” Tajdida, 15(1), 21–37.
Hidayat, N. (2019). Urgensi Pendidikan Islam di Era 4.0. (May), 1–15.
Ibda, H., & Rahmadi, E. (2018). Penguatan Literasi Baru pada Guru Madrasah Ibtidaiyah
dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0. JRTIE: Journal of Research
and Thought of Islamic Education, 1(1), 1–21.
Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pengertian Relevan dan Relevansi. (n.d.). Retrieved June 4, 2020, from
https://www.freedomnesia.id/relevan-dan-relevansi/
Priatmoko, S. (2018). Memperkuat Eksistensi Pendidikan Islam di Era 4.0. TA’LIM : Jurnal
Studi Pendidikan Islam, 1(2), 1–19.
Priyatmoko, S. (2018). Memperkuat Eksistensi Pendidikan Islam di Era 4.0. Ta’lim, 1(2), 1–
19.
Puspita, R. (n.d.). Nadiem Sebut Pendidikan Karakter Jadi Prioritas Utama. Retrieved June
4, 2020, from https://republika.co.id/berita/q0jqev428/nadiem-sebut-pendidikan-
karakter-jadi-prioritas-utama
Putra, P. H. (2019). Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0. Islamika:
Jurnal Ilmu-Ilmu KeIslaman, 19(02), 99–110.
Roqib, M. (2009). Ilmu Pendidikan Islam ; Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: LKiS.
Semiawan, C. R. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen

14
Ahlussunnah wa al-Jama’ah Ahmad Saefudin, M.Pd.I
Pendidikan dan Kebudayaan.
SuaraMerdeka.com. (n.d.). Revolusi Industri 4.0 Jadi Tantangan Dunia Pendidikan.
Retrieved June 4, 2020, from
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/124230/revolusi-industri-40-jadi-
tantangan-dunia-pendidikan
Suwardana, H. (2018). Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental. JATI UNIK : Jurnal
Ilmiah Teknik Dan Manajemen Industri, 1(1), 102.
https://doi.org/10.30737/jatiunik.v1i2.117
Tola, B. (2013). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Jurnal Al-Ulum, 13(1), 151–
166. Retrieved from
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=175383

15

Anda mungkin juga menyukai