Anda di halaman 1dari 5

KONSEP GARAP MONOLOG

“ LENTERA PENDIDIKAN ”

1. Penyajian Naskah
a. Deskripsi
Naskah yang saya buat dan saya bawakan menggambarkan tiga
sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi rintangan dalam
mendapatkan pendidikan. Sudut pandang pertama diwakili oleh si Kaya,
yang meskipun memiliki akses mudah ke pendidikan, mengalami
tekanan dan ekspektasi yang tinggi dari lingkungannya, yang
membuatnya malas dan tidak termotivasi untuk belajar. Sudut pandang
kedua diwakili oleh si Miskin, yang menghadapi kesulitan dalam
mendapatkan biaya pendidikan yang layak, meskipun ia memiliki tekad
yang kuat untuk meraih impian dan memperbaiki nasib keluarganya.
Sudut pandang ketiga diwakili oleh Pak Guru, yang memberikan
motivasi dan dorongan kepada kedua siswa untuk terus berusaha dan
percaya pada diri sendiri untuk meraih pendidikan yang layak, serta
mengajarkan pentingnya proses belajar dalam menemukan passion dan
tujuan hidup.
b. Filosofi
Filosofi dari judul "Lentera Pendidikan" dapat diartikan sebagai
lambang penerangan atau sumber cahaya yang memberikan arah dan
petunjuk dalam dunia pendidikan. Seperti halnya lentera yang
menerangi jalan yang gelap, pendidikan juga memberikan cahaya dalam
kegelapan dan ketidak-tahuan, sehingga orang dapat memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat.
Lentera juga dapat diartikan sebagai simbol kebijaksanaan dan
pencerahan, yang dapat membantu orang untuk memahami masalah-
masalah kompleks dalam pendidikan. Sebagai pendidik, seseorang harus
memiliki kebijaksanaan dan pencerahan untuk memandu siswa dalam
belajar dan mencapai tujuan mereka.
Filosofi "Lentera Pendidikan" juga mengandung makna tentang
pentingnya pendidikan dalam membuka jalan menuju masa depan yang
lebih baik. Seperti halnya lentera yang menerangi jalan yang belum
terlihat, pendidikan membuka jalan menuju masa depan yang lebih
cerah dan memberikan harapan bagi generasi mendatang.

Dengan demikian, filosofi dari judul "Lentera Pendidikan"


adalah tentang pentingnya pendidikan sebagai sumber cahaya yang
memberikan arah, pencerahan, dan harapan bagi masa depan. Sebagai
pendidik, seseorang harus berperan sebagai lentera yang menerangi dan
membimbing siswa menuju kecerdasan, kebijaksanaan, dan kesuksesan
dalam hidup.

2. Alasan
Cerita di atas mengangkat isu penting tentang kesulitan yang dihadapi
orang miskin dalam memperoleh pendidikan yang layak. Hal ini penting karena
pendidikan adalah hak semua manusia, dan akses yang merata terhadap
pendidikan dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi di
masyarakat.

Cerita tersebut juga memberikan pesan positif tentang pentingnya


semangat dan tekad dalam meraih impian, bahkan ketika menghadapi rintangan
yang sulit. Pesan ini dapat menginspirasi orang untuk tidak menyerah dalam
menghadapi rintangan dan terus berjuang untuk meraih tujuan hidup mereka,
termasuk dalam memperoleh pendidikan yang layak.

Selain itu, cerita tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya
tentang mengejar kesuksesan atau memenuhi ekspektasi orang lain, melainkan
juga tentang menemukan passion dan tujuan hidup kita. Pesan ini dapat
membantu orang untuk lebih memahami arti sebenarnya dari pendidikan dan
memberikan motivasi untuk memperjuangkan hak mereka untuk memperoleh
pendidikan yang berkualitas.
3. Pemilihan Alur
Naskah “ Lentera Pendidikan “ memiliki alur yang sederhana, dimulai
dengan pengenalan karakter dan latar belakang tokoh utama, yaitu seorang yang
hidup dalam kemiskinan dan menghadapi berbagai rintangan untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Kemudian, tokoh tersebut bertemu
dengan seorang guru yang memberikan motivasi dan inspirasi untuk tidak putus
asa dalam meraih impian dan terus berjuang mencari jalan untuk meraih
pendidikan.
Alur cerita kemudian berfokus pada bagaimana tokoh utama yang awalnya
merasa putus asa dan pesimis akhirnya memiliki semangat dan tekad yang kuat
untuk meraih impian. Cerita ini menunjukkan bahwa, tidak peduli dari latar
belakang atau kondisi finansial, setiap orang memiliki potensi untuk meraih
impian mereka, selama mereka memiliki tekad yang kuat, semangat, dan tidak
menyerah pada rintangan yang dihadapi.
Dengan demikian, cerita ini memotivasi pembaca dan pendengar untuk tidak
menyerah dalam menghadapi rintangan, dan bahwa setiap rintangan seharusnya
dianggap sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar, sehingga kita bisa
menemukan passion dan tujuan hidup kita.

4. Konsep Garap
Sebelum membuat tekstur di panggung, saya sebagai penulis tentu perlu
menyelesaikan terlebih dahulu urusan struktur naskahnya. Diatas, sekilas telah
saya paparkan deskripsi naskah yang ingin saya bawakan. Analisis naskah
adalah hal pertama yang dilakukan. Dalam proses ini saya sebagai penulis dan
pemeran menganalisis tokoh, alur, latar tempat dan waktu. Hasil analisis itu
menghasilkan beberapa gambaran:
a. Tokoh
Jumlah tokoh yang saya tulis di naskah Monolog “ Lenter
Pendidikan “ sebanyak 3 tokoh, yang terdiri dari SiKaya yang merasa
terbebani oleh ekspetasi ekspetasi orang orang di sekitarnya sehingga,
membuat ia malas, lalu SiMiskin yang merasa sulit mendapatkan
pendidikan yang layak dikarenakan nasibnya yang menjadi orang
miskin, dan PakGuru sebagai tokoh penengah dari SiKaya dan
SiMiskin, yang juga memberikan motivasi motivasi untuk supaya
mereka lebih bersemangat lagi dalam berpendidikan.

b. Alur
Alur yang dipakai dalam cerita di atas adalah alur linear atau
alur maju. Alur maju adalah alur yang ditulis secara kronologis dan
bergerak maju dari awal ke akhir cerita tanpa melompat-lompat pada
waktu atau adegan yang berbeda. Dalam cerita di atas, penggambaran
awal mengenai kesulitan hidup sebagai orang miskin dan tantangan
untuk mendapatkan pendidikan, kemudian diikuti dengan dialog antara
si miskin dan pak guru, dan diakhiri dengan pesan semangat dari pak
guru yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai hak semua
manusia dan membantu kita menemukan passion dan tujuan hidup kita.
Alur ini disajikan secara runut dan terstruktur sehingga mudah dipahami
dan diikuti oleh pembaca.

c. Latar Tempat dan Waktu


Latar yang digunakan yaitu background dari kedua sisi, yaitu
siKaya dan si Miskin. Waktu yang digunakan adalah fleksibel.

5. Pesan Moral
Beberapa pesan moral yang terdapat dalam teks di atas antara lain:
1. Kehidupan sebagai orang miskin sangatlah sulit, terutama dalam
mencari biaya untuk pendidikan yang layak.
2. Pendidikan adalah hak semua manusia, tak peduli status sosial
atau finansial.
3. Jangan pernah putus asa dalam meraih impian, meskipun
menghadapi rintangan yang berat dan sulit.
4. Keberhasilan bukan hanya tentang hasil akhir, melainkan proses
yang telah dilalui dalam mencapainya.
5. Setiap orang memiliki potensi dan passion yang berbeda-beda,
dan pendidikan seharusnya membantu kita menemukan dan
mengembangkan hal tersebut.
6. Tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain atau
memenuhi ekspektasi orang lain, tetapi fokus pada diri sendiri
dan tujuan hidup yang ingin dicapai.
7. Semangat dan tekad yang kuat dapat mengatasi rintangan dan
membawa seseorang meraih sukses.

6. Ilustrasi Properti dan Busana

Contoh Ilustrasi dua bangku dalam satu ruangan, baju siMsikin, SiKaya, dan Pak Guru.

Anda mungkin juga menyukai