Anda di halaman 1dari 4

KONSEP GARAP MONOLOG

“TANGAN KECIL AINI”


Karya: Tya Setiawati

Tidak ada satu wilayah perkotaan di Indonesia terbebas dari persoalan sampah karena
peningkatan volume sampah tidak sebanding dengan penambahan lahan penampung, baik
tempat pembuangan sementara (TPS) maupun tempat pembuangan akhir (TPA).
Keterbatasan angkutan sampah, keengganan membayar iuran sampah, dan etika buruk
membuat warga seenaknya membuang sampah di sembarang tempat. Di mana ada
sampah teronggok, warga lain dari hari ke hari ikut "urunan" membuang sampah di
tempat itu. Akibatnya, muncul timbunan sampah ilegal di lahan kosong, pinggir
jembatan, sampai dengan jalanan umum. Ini mudah didapati di setiap desa dan kelurahan
yang dekat dengan perkotaan.

Kesadaran masyarakat untung memilah sampah masih sangat minim di era zaman
seperti ini. Jika kita terbiasa memilah sampah dengan baik, sampah akan mendatangkan
uang, seperti beberapa orang yang hidup dengan sampah. Mereka mengumpulkan barang
barang yang sekiranya masih dapat didaur ulang dan dijual, barang barang itu bisanya
disebut oleh masyarakat sebagai barang “rongsokan” jangan sepelekan bentuknya.
Banyak anak dan keluarga yang hidup dari sampah rongsokan seperti itu.

Karena itu saya memilih naskah monolog yang berjudul “Tangan Kecil Aini.” Karya
Tya Setiawati. Aini adalah anak dari pemulung dan ia mulai tertarik mengolah sampah,
menjadikannnya karya seni daur ulang dan membuat orang orang di sekitarnya menjadi
sadar akan memilah sampah.

 Konsep Garap Monolog Tangan Kecil Aini


Sebelum membuat tekstur di panggung, saya sebagai sutradara tentu perlu menyelesaikan
terlebih dahulu urusan struktur naskahnya. Diatas, sekilas telah saya paparkan tema
permasalahan yang ingin dibicarakan dalam naskah “Tangan Kecil Aini”. Analisis
naskah adalah hal pertama yang dilakukan. Dalam proses ini saya sebagai sutradara
bersama aktor, penata artistik dan penata musik menganalisis tokoh, alur, latar tempat
dan waktu. Hasil analisis itu menghasilkan beberapa gambaran:

 Tokoh
Tokoh utama atau tokoh penggeraknya adalah seorang gadis bernama Aini. Dalam
naskah ini Aini adalah seorang siswa yang sedang membantu orangtuanya
mengumpulkan barang-barang bekas. Sang penulis sengaja menggambarkan Aini sebagai
gadis tangguh nan periang, kreatif dalam menghasilkan uang dan kreatif memanfaatkan
kesempatan yang ada. Di akhir cerita tokoh Aini telah terampil mendaur ulang mengolah
sampah . Tokoh lain dalam naskah adalah ibu, pak lurah, Lingga, Eza, dan Kiki.

 Alur
Pengaluran dalam naskah ini berbentuk alur maju-mundur atau flashback. Namun, alur di
dominasi alur maju, alur mundur hanya sebagai selingan saja.

 Latar Tempat dan Waktu


Latar tempat pada awal dan akhir cerita merepresentasikan sebuah ruang di dalam rumah,
dan terjadi pada masa kini. Latar waktu bergerak maju berubah dari sebuah ruang tamu
yang berantakan tampak tumpukan karton dan botol bekas disudut ruangan menjadi
suasana mencekam, dengan tumpukan plastik dan barang bekas lainnya, suara gaduh
lengkap dengan langit yang tidak cerah dan pandangan kabur akibat asap. Latar kembali
berubah seperti semula. Latar kembali berubah setelah lampu padam, suasana kembali
ceria bersamaan dengan masuknya musik pegiring ceria, ruang tamu sedikit lebih tertata.
Ketika lampu kembali padam suasana berubah menjadi sedikit sedih tanpa bantuan musik
pengiring.
Setelah mendapatkan gambaran dari hasil analisis di atas, saya membuat konsep artisik,
musik, dan pengadegan, berikut uraiannya:

 Konsep Artistik
Konsep artistik ditekankan untuk bisa memperkuat peristiwa dramatis, imajinatif dan
sugestif pada penonton. Selain memperkuat aspek estetis, artistik juga harus bersifat
fungsional. Media yang digunakan adalah benda-benda yang bisa berfungsi ganda, seperti
kursi dan meja. Fungsi kursi bisa berubah-ubah; menjadi tempat duduk, menjadi manusia.
Fungsi level juga menjadi pembeda ruang peristiwa. Level kiri depan digunakan untuk
meja dan sebuah kursi kayu, dibagian kanan belakang diletakan pintu yang usang. Lantai
panggung didominasi kardus, koran, dan botol botol plastik. Ditengah belakang terdapat
jendela dibawahnya terdapat satu kursi kayu. Kursi kayu di tengah merepresentasikan
kebebasan sudut pandang dan jendela di atasnya memperkuat highlight pencahayaan
objek, imajinasi dan harapan yang cerah. Selain itu juga mengandung unsur-unsur
simbolis. Unsur simbolis ini untuk memberikan ruang imajinatif dan penafsiran yang
lebih luas bagi penonton.

 Konsep Musik
Musik merupakan salah satu elemen penting dalam teater dan memegang peranan penting
untuk terlaksananya sebuah pertunjukan teater. Hal ini berkaitan dengan sifat seni
pertunjukan yang dapat diapresiasi dengan berbagai indra yang terdapat pada tubuh kita.
Sebagai contoh, untuk menikmatii unsur audio (musik, suara dialog, tata bunyi, dan
berbagai suara lainnya) dapat diapresiasi melalui indra pendengaran, kemudian
diteruskan ke rasa dan akhirnya menimbulkan sikap apresiatif.
Musik dalam teater mewakili semua hal yang bersifat auditif, untuk itulah diperlukan
perhatian yang sungguh-sungguh dalam menggarap elemen musik dalam teater, sehingga
dapat mendukung pementasan dan menjadi pelengkap sekaligus membuktikan bahwa
musik merupakan salah satu elemen penting yang terdapat dalam teater. Salah satu fungsi
yang dapat memperkuat posisi musik dalam teater adalah: musik dapat memberikan
interpretasi yang sama kuatnya terhadap adegan yang sedang berlangsung di panggung
teater dalam dimensi auditif. Fungsi musik lebih ditekankan untuk membantu suasana,
pengatur dinamika, latar tempat, latar waktu, dan memperkuat adegan-adegan dramatis.
Kami menggunakan iringan musik dengan media digital (komputer).

 Pengadegan
Adegan 1
Dalam adegan awal ini saya coba menggambarkan kemarahan Aini yang bingung
mengapa semua teman-temannya menjauhinya. Kemarahannya dialihkan ketika sang ibu
memanggilnya dan ternyata sang ibu tengah sakit sudah cukup lama menjadi alasan
mengapa Aini malu dengan teman- temannya bahwa ia adalah seorang pemulung.

Adegan 2
Adegan ini adalah kesadaran Aini akan pentingya sampah dan mulai membereskannya.
Aini membayangkan masa depan yang cerah sambil melihat keluar jendela,
mereprentasikan cerahnya masa depan.

Adegan 3
Menujukan adegan baris berbaris bagaimana cara Aini mendapatkan Handphone yang ia
punya. Selanjutnya memperagakan bagaimana pak lurah memberikan hadiah kepada
Aini.

Adegan 4
Aini menjelaskan masalah sampah plastik yang sulit terurai, guna mengharapkan adanya
kesadaran masyarakat akan sampang plastik yang kini sudah menjadi makanan sehari
hari.

Adegan 5
Suasana berubah sekejab menjadi mencekam. Sang tokoh utama, Aini tertimbun sampah
sampah, udara menjadi kotor, bau, dab sulit untuk bernapas bebas, layaknya sebuah
neraka khayalan yang mereprentasikan bagaimana jika masyarakat tetep tidak peduli
masalah sampah.
Adegan 6
Adegan yang mencerminkan sang tokoh utama mendapat gambaran baru dan motivasi
untuk mengubah nasib masa depan agar apa yang dibayangkannya tidakakan
terrealisasikan.

Adegan 7
Adegan yang dimulai dengan membereskan ruang tamu, tempat dilaksanakannya
pameran karya daur ulang. Suasana di dalam ruangan itu amat carah dan ceria,
beriringan musk membuat siapa saja menjadi bersemangat. Selanjutnya sang tokoh utama
menerima kiriman sampah yang akan didaur ulang dari warung dan toko terdekat.

Adegan 8
Sang tokoh berniat membagikan kegiatan mendaur ulangnya di laman internet dan
menarik lebih banyak orang untuk datang, namun kendalanya adalah handphone Aini
akan di jual untuk membayar pengobatan sang emak.

Adegan 9
Dimilai dengan adegan sang tokoh utama menerima telepon dari seseorang bahwasannya
ia akan diajak mengikuti pameran karya seni daur ulang bersama seniman-seiman daur
ulang lainnya. Namun masih ada kekecilan hati sang tokoh utama yang membuat ia
hampir menolah peluang emas tersebut.

Adegan 10
Aini sang tokoh utama baru saja pulang dari dokter, mengantarkan emaknya berobat.
Sang emka memaksa pulang, sebelum perawatan selesai total. Dan sang emak
mengatakan bahwa sang anak yakni Aini adalah pahlawannnya. Mereka berdua saling
melempar kata manis seolah perpisahan.

Adegan 11
Kala sang tokoh utama kembali mendapatkan sahabat- sahabatnya yag telah pergi
meninggalkan nya, ia merasa sangat bersyukur. Bahwa tuhan itu maha adil, dan ia
megucapkan kalimat “terimakasih” kepada tuhan. Tak lama terdengar suara

Anda mungkin juga menyukai