Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

BEA MATERAI
MATA KULIAH PERPAJAKAN II
KELAS B
DOSEN PENGAMPU : SULVARIANY TAMBURAKA, S.E., M.Si.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
TIARA ANASTASYA B1C121195
ULMY APRIYANI ZAHRA B1C121197
YUDITH YULIANA B1C121206
ZAUHARIATUZ NUR AZIZAH B1C121208
ABDUL RAHMAN B1C121210
ADINDA MAHARANI L B1C121211
ALIADIN B1C121215
ALIM RAMADHANI I B1C121216
ANDI ASTRID ANANDA PUTRI B1C121217
ANDIKA PUTRI CAHYANI B1C121218
ANGGI PUTRI RAMA SARI B1C121219
ANGGUN REGINA ASTARI B1C121220
ANNA HANDALANGIT B1C121221
ANNISA NABILA ZAFIRAH B1C121224
ANNISA PUTRI INDAH PRATIWI B1C121225

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HALUOLEO
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena rahmat dan karunianya kami dapat
mengemban ilmu di tempat yang sebaik-baiknya. Dunia ini sangat luas, sehingga sangat banyak
hal yang dapat dipelajari dan dijadikan ilmu untuk menambah pengetahuan kita, sehingga kita
mampu menjadi manusia yang cerdas juga berakhlak mulia.

Ilmu itu luas, begitu juga pada Akuntansi khususnya pada Perencanaan dan Penganggaran. Dimana
dalam makalah ini, kami membahas salah satu materi Perencanaan dan Penganggaran yaitu pada
materi Metode Ramalan Penjualan.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.
Untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ditemukan banyak kesalahan
didalamnya. Untuk itu juga kami menerima kritik dan saran dengan terbuka, sehingga kedepannya
kami dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Sekian, terimakasih.

Wassalamualaikum Wr.wb

Kendari, November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I ....................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 6
A. Definisi Bea Materai................................................................................................... 6
B. Objek dan Tarif Bea Materai ...................................................................................... 7
1. Objek bea materai....................................................................................................... 7
2. Bukan objek bea materai ............................................................................................ 8
3. Tarif Bbea materai...................................................................................................... 8
C. Penanggung Tarif ....................................................................................................... 9
1. Subjek bea materai ..................................................................................................... 9
2. Objek bea materai..................................................................................................... 10
D. Cara Pelunasan ......................................................................................................... 10
1. Implementasi pelunasan bea materai......................................................................... 10
2. Cara Pelunasan bea materai ...................................................................................... 11
E. Pemateraian Kemudian dan Ketentuan Lain.............................................................. 12
1. Pemateraian kemudian.............................................................................................. 12
2. Ketentuan lain .......................................................................................................... 14
BAB II ................................................................................................................................... 15
PENUTUP.............................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen (kertas yang berisikan tulisan
yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan atau pihak yang berkepentingan) yang menurut Undang-Undang Bea Materai
(UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai), menjadi obyek Bea Materai. Bea Materai
yang dimaksud diatas adalah Materai tempel dan kertas Materai yang dikeluarkan oleh
Pemerintah. Sedangkan tanda tangan yang dimaksud yaitu tanda tangan sebagaimana
lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf,
teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan, Sebagaimana diatur
pada Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020, Bea Meterai dikenakan atas dua jenis dokumen, yaitu
dokumen yang dijadikan alat untuk menerangkan kejadian (bersifat perdata) dan dokumen
yang digunakan sebagai alat bukti di muka pengadilan. Dalam hal ini dokumen yang bersifat
perdata, antara lain surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, akta notaris beserta
grosse dan salinan, dokumen transaksi surat berharga dengan nama atau bentuk apapun, akta
Pejabat Pembuat Akta Tanah berserta salinan dan kutipan, dokumen lelang berupa kutipan
risilah lelang, surat berharga dengan nama dalam bentuk apapun, dokumen yang bernilai lebih
dari Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) yang menyebutkan penerima uang serta berisi pengakuan
hutang telah dilunasi atau diperhitungkan, dan dokumen lain yang sudah ditetapkan di dalam
Peraturan Pemerintah.
Dan juga Sebagaimana diatur pada Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020, Bea Meterai dikenakan
atas dua jenis dokumen, yaitu dokumen yang dijadikan alat untuk menerangkan kejadian
(bersifat perdata) dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di muka pengadilan. Dalam
hal ini dokumen yang bersifat perdata, antara lain surat perjanjian, surat keterangan, surat
pernyataan, akta notaris beserta grosse dan salinan, dokumen transaksi surat berharga dengan
nama atau bentuk apapun, akta Pejabat Pembuat Akta Tanah berserta salinan dan kutipan,
dokumen lelang berupa kutipan risilah lelang, surat berharga dengan nama dalam bentuk
apapun, dokumen yang bernilai lebih dari Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) yang menyebutkan
penerima uang serta berisi pengakuan hutang telah dilunasi atau diperhitungkan, dan dokumen
lain yang sudah ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah,

4
Jadi intinya adalah semua pihak yang dengan sengaja menggunakan atau memanfaatkan
semua jenis dokumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan bea cukai harus
membayar atau menempelkan meterai baik benda meterai atau bentuk lainnya pada dokumen
tersebut.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai; Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 134/PMK.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bea Materai?
2. Apa saja objek dan tarif dalam Bea Materai?
3. Siapakah penanggung tarif Bea Materai?
4. Bagaimana cara pelunasan Bea Materai?
5. Apa saja pemateraian kemudian dan ketentuan lain dalam Bea Materai?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Bea Materai
2. Mengetahui objek dan tarif dalam Bea Materai
3. Mengetahui siapa penanggung tarif Bea Materai
4. Mengetahuri cara pelunasan Bea Materai
5. Mengetahui pemateraian kemudian dan ketentuan lain dalam Bea Materai

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bea Materai

Bea Meterai merupakan pajak atas dokumen. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10


Tahun 2020, Materai atau Bea Materai merupakan sebuah pajak yang dikenakan pada sebuah
dokumen yang digunakan untuk bukti atau keterangan. Baik itu dokumen fisik maupun
dokumen elektronik. Selain itu, Bea Meterai adalah pajak atas dokumen yang terutang sejak
saat dokumen tersebut ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau dokumen
tersebut selesai dibuat atau diserahkan kepada pihak lain bila dokumen tersebut hanya dibuat
oleh satu pihak.

Bea materai digunakan untuk memaksimalkan pendapatan negara, yang nantinya akan
digunakan untuk membiayai pembangunan. Selain itu, bea materai juga diberlakukan untuk
memberikan kepastian hukum yang adil.

Istilah istilah dalam bea materai adalah :

 Dokumen adalah sesuatu yang ditulis atau tulisan, dalam bentuk tulisan tangan, cetakan,
atau elektronik, yang dapat dipakai sebagai alat bukti atau keterangan.
 Meterai adalah label atau carik dalam bentuk tempel, elektronik, atau bentuk lainnya yang
memiliki ciri dan mengandung unsur pengaman yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia, yang digunakan untuk membayar pajak atas Dokumen.
 Tanda tangan adalah tanda sebagai lambang nama sebagaimana lazimnya dipergunakan,
termasuk paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan atau cap nama, atau
tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan, atau tanda tangan elektronik sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang di bidang informasi dan transaksi elektronik.

Pemeteraian kemudian adalah pemeteraian yang memerlukan pengesahan dari pejabat


yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan MERUJUK IBFD International Tax Glossary (2015) stamp duties atau stamp tax
(bea meterai) adalah sejenis bea registrasi yang dikenakan atas pelaksanaan dokumen tertentu.
Pajak atau bea ini dapat dikenakan baik dengan tarif yang tetap atau advalorem tergantung
pada sifat dokumen.

6
Bea meterai umumnya dikenakan pada dokumen yang mentransfer kepemilikan. Biasanya
pelunasan bea meterai dibuktikan dengan stempel yang ditempelkan pada dokumen yang
bersangkutan. Pada beberapa negara bea meterai dapat dianggap sebagai pajak sukarela Hal
ini lantaran otoritas pajak pada negara tersebut tidak dapat secara langsung menegakkan
pembayarannya atau tidak ada sanksi langsung atas ketidakpatuhan. Namun dalam praktik,
kewajiban pembayaran bea meterai umumnya dipastikan melalui tindakan tidak langsung.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU UU No. 13/1985 tentang Bea Materai, bea meterai merupakan
yang dikenakan atas dokumen yang disebut dalam undang-undang tersebut.

Adapun dalam UU No. 13/1985 dokumen didefinisikan sebagai kertas yang berisikan
tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan. Dokumen tersebut di antaranya surat
perjanjian atau dokumen yang bersifat perdata, akta notaris termasuk salinannya, akta yang
dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkapnya, surat yang memuat jumlah
uang, dan dokumen yang dapat digunakan di muka pengadilan. Apabila diperhatikan definisi
dokumen dalam UU Bea Meterai yang saat ini berlaku masih sangat sempit. Pasalnya, definisi
tersebut hanya memuat dokumen dalam bentuk kertas dan belum mengakomodasi dokumen
yang berbentuk elektronik. Untuk itu, Menkeu mengatakan salah satu klaster perubahan UU
Bea Materai yang disepakati adalah perluasan definisi dokumen objek bea meterai hingga
mencakup dokumen elektronik. Dengan demikian, negara bisa memberikan persamaan
perlakuan untuk dokumen kertas dan nonkertas.

B. Objek dan Tarif Bea Materai


1. Objek bea materai
Sebagaimana diatur pada Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020, Bea Meterai dikenakan atas
dua jenis dokumen, yaitu :
 Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti dipengadilan
 Dokumen yang bersifat perdata sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Surat perjanjian, surat keterangan/pernyataan, atau surat lainnya yang
sejenis, beserta rangkapnya.
b. Akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya.

7
c. Akta pejabat pembuat akta tanah beserta salinan dan kutipannya.
d. Surat beharga dengan nama dan bentuk apapun.
e. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan bentuk apapun.
f. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah llang, minuta risalah lelang,
Salinan risalah lelang, grosse risalah lelang.

Dokumen yang menyatakan jumlah dengan nominal lebih Rp. 5.000.000 (lima
juta rupiah) yang :

a. Menyebutkan penerimaan uang.


b. Berisi pengakuan bahwa uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi
atau diperhitungkan.

2. Bukan objek bea materai


Sedangkan, ada beberapa dokumen yang bukan merupakan objek Bea Meterai
sebagaimana yang diatur pada Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2022, antara lain dokumen
terkait lalu lintas orang dan barang seperti surat penyimpanan barang, konosemen, surat
penumpang dan barang; ijazah dalam bentuk apapun; tanda bukti penerimaan uang
negara dari kas negara, kas daerah, dan lembaga lain; tanda terima pembayaran berupa
pensiun, tunjangan, dan gaji; tanda penerimaan uang yang digunakan untuk keperluan
intern organisasi; kuitansi untuk segala jenis pajak dan penerimaan lainnya; segala surat
gadai; dokumen yang menyebutkan simpanan uang, surat berharga, pembayaran uang
simpanan kepada bank, koperasi, dan badan lain kepada nasabah; dokumen yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan moneter; serta tanda
pembagian bunga, keuntungan, atau imbalan hasil dari dari surat berharga dengan nama
dalam bentuk apapun.

3. Tarif bea materai


Perlu dicatat, bahwa Undang-Undang (UU) Bea Meterai telah disahkan pada
tanggal 29 September 2020 di Dewan Perwakilan Rakyat. Adapun sejak Januari 2021,
bea meterai akan dikenakan tarif tunggal Rp10.000. Dimana sebelumnya, Indonesia

8
mempunyai materai bernilai Rp3.000 dan Rp6.000. Untuk nominal sebelumnya, tetap
bisa dipergunakan dengan jumlah total Rp9.000. Tujuan tarif tunggal bea meterai ini
adalah guna memberikan kesetaraan antara dokumen kertas dan elektronik. Di samping
itu, bertujuan juga untuk memberikan keberpihakan kepada masyarakat dan UMKM
dengan tarif yang relatif terjangkau.
Harus dicatat, bea meterai hanya dikenakan untuk dokumen dengan nominal uang
di atas Rp5 juta. Pada dokumen dengan nominal di bawah Rp5 juta tidak dikenakan
bea materai. Kondisi ini dibuat dengan tujuan penyederhanaan dan efektivitas melalui
tarif tunggal dan meterai elektronik. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 UU No. 10
Tahun 2020, Bea Meterai dikenakan tarif tetap sebesar Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah)
per lembar berlaku sejak 1 Januari 2021. Namun, Bea Meterai dengan nominal Rp
6.000 (enam ribu rupiah) dan Rp 3.000 (tiga ribu rupiah) ini masih berlaku hingga 31
Desember 2021 sesuai ketentuan penggunaan, yaitu membubuhkan tiga meterai
masing-masing senilai Rp 3.000, dua meterai masing-masing senilai Rp 6.000, atau
meterai senilai Rp 3.000 dan Rp 6.000 pada dokumen. Dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dikenai Bea Meterai dengan tarif tetap sebesar Rp10.000
berlaku mulai 1 Januari 2021.

C. Penanggung Tarif
Untuk dokumen yang dibuat secara sepihak, maka Bea Meterai terutang oleh pihak
yang menerima dokumen tersebut. Sementara itu, untuk dokumen yang dibuat oleh dua
pihak atau lebih, maka Bea Meterai terutang oleh masing-masing pihak atas dokumen yang
diterimanya.
1. Subjek bea materai
Subjek Bea meterai atau disebut dengan pihak-pihak yang terutang Bea Meterai
adalah pihak yang menerima atau mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau
pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain. Jadi intinya adalah semua pihak yang
dengan sengaja menggunakan atau memanfaatkan semua jenis dokumen sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bea cukai harus membayar atau menempelkan meterai
baik benda meterai atau bentuk lainnya pada dokumen tersebut.

9
2. Stakeholder bea meterai
a. Authorized dealer merupakan pihak yang mendistributor e-meterai kepada pihak
pengecer dan pihak yang terutang serta memungut biaya terdahap yang diberikan
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
b. Pihak pengecer merupakan pihak yang mendistributor e-meterai kepada pihak yang
terutang serta memungut biaya terhadap layanan yang diberikan.
c. Pihak pemungut merupakan pihak yang melakukan pemungutan bea meterai secara
langsung atas pihak yang terutang.
d. Pihak yang terutang merupakan pihak yang dikenai bea meterai dan wajib
membayar bea meterai yang terutang.

D. Cara Pelunasan
1. Impelentasi pelunasan bea materai
Masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa Bea Meterai merupakan
keharusan atau tanda untuk mengesahkan dokumen-dokumen yang dibuatnya. Mereka
sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya pelunasan Bea Meterai merupakan
penunaian kewajiban perpajakan atas dokumen-dokumen yang terutang Bea Meterai,
seperti:
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat
perdata;
b. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-
rangkapnya;
c. Surat yang memuat jumlah uang.
d. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, atau efek dengan nama dan dalam
bentuk apapun sesuai dengan harga nominalnya.
e. Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam
surat kolektif sesuai dengan jumlah harga nominalnya.
f. Dokumen yang digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan.

10
Berdasarkan Undang-undang Bea Materai, peluanasan bea materai atas pembuatan
dokumen-dokumen tersebut tidak dapat dilakukan dengan hanya menggunakan materai
tempel kopur Rp. 3.000,00 dan Rp. 6.000,00 saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan
cara lain berupa pemateraian menggunakan mesin teraan, teknologi pencetakan, dan
system komputerisasi.

2. Cara pelunasan bea materai


Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 mengatur tata cara
pelunasan bea meterai. Pada dasarnya pelunasan bea meterai dapat ditempuh dengan
dua cara yaitu :
a. Dengan menggunakan benda meterai yaitu meterai tempel dan kertas meterai.
Pelunasan dengan benda meterai ini bisa dilakukan dengan cara biasa yaitu oleh
Wajib Pajak sendiri, dan dapat pula dilakukan melalui pemeteraian kemudian oleh
pejabat pos. Dalam menempelkan meterai tempel dan menggunakan kertas meterai
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut ( pasal 7 ayat (3), (4), (5) dan (6)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 ) :
 Meterai tempel harus direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di
atas dokumen yang dikenakan bea meterai
 Meterai tempel direkatkan di tempat dimana tanda tangan akan dibubuhkan
 Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan, dan
tahun dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga
sebagian tanda tangan ada di atas kertas dan sebagian lagi di atas meterai
tempel
 Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, tanda tangan harus
dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian di atas
kertas

Bila pelunasan bea meterai dilakukan dengan menggunakan kertas meterai


maka harus memperhatikan hal-hal sebagaimana yang tercantum dalam pasal 7
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 sebagai berikut :

 Kertas meterai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi ( ayat (7) )

11
 Jika isi dokumen yang dikenakan bea meterai terlalu panjang untuk dimuat
seluruhnya di atas kertas meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang
masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak bermeterai ( ayat (8)
 Bila ketentuan penggunaan dan cara pelunasan bea meterai tidak dipenuhi,
dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai ( ayat (9) )

b. Cara pelunasan bea meterai dengan cara lain yang ditetetapkan mentri keuangan,
yaitu :
 Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan menggunakan mesin
teraan metera
 Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan teknologi percetakan
 Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan sistem komputerisasi
 Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan alat lain dan teknologi
tertentu (Lihat KMK No. 133b/KMK.04/2000).

E. Pemateraian Kemudian dan Ketentuan Lain


1. Pemateraian kemudian
Permateraian adalah tindakan atau proses menempelkan materai pada dokumen atau
surat resmi sebagai bukti pembayaran pajak materai sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pemateraian dilakukan untuk memastikan bahwa dokumen atau surat resmi
tersebut memiliki kekuatan hukum yang sah.

Objek pemateraian:
Objek pemateraian dapat berupa berbagai jenis dokumen atau surat resmi, seperti surat
kontrak, perjanjian jual beli, surat kuasa, dan sebagainya. Objek pemateraian dapat
beragam tergantung pada peraturan yang berlaku di negara atau wilayah tersebut.

Mekanisme pemateraian:
Mekanisme pemateraian dapat bervariasi tergantung pada teknologi dan aturan yang
berlaku. Beberapa mekanisme pemateraian yang umum digunakan meliputi:

12
a. Materai Temple: Materai temple adalah materai yang telah dicetak sebelumnya dan
ditempelkan pada dokumen dengan menggunakan lem atau perekat khusus.
Pemateraian dilakukan dengan cara menempelkan materai pada area yang telah
ditentukan pada dokumen.
b. Self-Stick Stamp (SST): SST adalah jenis materai yang sudah dilengkapi dengan
perekat di bagian belakangnya. Pemateraian dilakukan dengan cara menempelkan
SST pada dokumen dengan mengupayakan agar materai menempel dengan baik.
c. Mesin Pemateraian Digital: Pemateraian juga dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin pemateraian digital. Mesin ini secara otomatis mencetak dan
menempelkan materai pada dokumen dengan bantuan teknologi cetak digital.
d. Sistem Teknologi Percetakan dan Komputerisasi: Beberapa negara atau wilayah
telah mengadopsi sistem teknologi percetakan dan komputerisasi untuk
pemateraian. Dokumen dicetak langsung dengan materai yang terintegrasi pada
desain cetakan, sehingga pemateraian dilakukan dalam satu proses cetak.

Besarannya:
Besarannya pajak materai yang harus dibayarkan untuk pemateraian berbeda-beda
tergantung pada peraturan yang berlaku di negara atau wilayah tersebut. Pajak materai
biasanya ditetapkan berdasarkan jenis dan nilai transaksi dokumen atau surat resmi
yang akan dimateraikan.

Besaran sanksi:
Besaran sanksi atau denda atas pelanggaran pemateraian yang tidak sesuai dengan
peraturan juga berbeda-beda tergantung pada aturan yang berlaku di negara atau
wilayah tersebut. Sanksi dapat berupa denda administratif atau hukuman pidana,
tergantung pada tingkat pelanggaran dan peraturan yang diabaikan.

Tata cara pemateraian:


Tata cara pemateraian biasanya diatur dalam peraturan pemerintah atau lembaga yang
berwenang. Prosedur umumnya melibatkan langkah-langkah seperti menyiapkan

13
materai yang sesuai dengan jenis dokumen, menempelkan materai pada area yang telah
ditentukan, mencatat informasi yang diperlukan pada materai, dan menyimpan
dokumen dengan benar sebagai bukti pemateraian yang sah.
2. Ketentuan lain
Daluarsa, ketentuan pidana, dan ketentuan khusus.
 Daluarsa: Ketentuan daluarsa mengacu pada batas waktu yang ditetapkan oleh
hukum di mana suatu tindakan hukum atau klaim hukum tidak dapat lagi diajukan
atau ditegakkan di pengadilan. Daluarsa bertujuan untuk memastikan kepastian
hukum dan mencegah penuntutan atau klaim yang tidak berkeadilan setelah jangka
waktu tertentu. Batas waktu daluarsa dapat berbeda-beda tergantung pada jenis
tindakan hukum dan yurisdiksi hukum yang berlaku.
 Ketentuan Pidana: Ketentuan pidana merujuk pada aturan hukum yang menetapkan
tindakan yang dianggap sebagai tindak pidana dan sanksi yang diberlakukan jika
pelanggaran terjadi. Ketentuan pidana biasanya melibatkan pelanggaran hukum
yang diatur dalam undang-undang pidana dan dapat mencakup berbagai kejahatan
seperti pencurian, perampokan, penggelapan, atau kejahatan narkotika. Sanksi
pidana dapat berupa denda, hukuman penjara, atau hukuman lain yang dijatuhkan
oleh pengadilan.
 Ketentuan Khusus: Ketentuan khusus merujuk pada aturan atau persyaratan yang
memiliki kekhususan atau pengecualian tertentu dalam suatu peraturan atau hukum.
Ketentuan ini ditetapkan untuk mengatur situasi atau kasus tertentu yang
memerlukan perlakuan khusus yang tidak diatur dalam ketentuan umum. Misalnya,
dalam peraturan perburuhan, mungkin ada ketentuan khusus yang mengatur jam
kerja lembur atau libur khusus. Ketentuan khusus juga dapat ditemukan dalam
peraturan perpajakan, peraturan lingkungan, atau bidang hukum lainnya yang
memerlukan pendekatan yang spesifik untuk situasi atau kondisi tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa ketiga konsep ini dapat memiliki interpretasi dan
penerapan yang berbeda dalam berbagai yurisdiksi hukum. Oleh karena itu, penting
untuk merujuk pada hukum yang berlaku dan mendapatkan bimbingan dari ahli hukum
terkait ketentuan dan implikasi hukum yang terkait.

14
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti
surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan. Dasar hukum
pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985. Objek
pemungutan bea meterai adalah dokumen. Dokumen yang menjadi objek pemungutan
adalah dokumen yang ditulis di atas kertas. Pada dasarnya, bea meteraiterutang pada
saat dokumen tersebut selesai dibuat atau pada saat dokumen tersebutselesai
digunakan. Pihak yang terutang bea meterai adalah pihak yang mendapatmanfaat dari
dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukanlain.
Pelunasan bea meterai terhadap dokumen yang terutang bea meterai dapatdilakukan
dengan berbagai cara, antara lain menggunakan benda meterai/meteraitempel,
menggunakan kertas meterai/kertas segel, dan menggunakan mesin tera bea meterai.

Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukanoleh
Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea meterainya belumdilunasi
sebagaimana mestinya. Pelanggaran dalam pelunasan bea meterai terjadisebagai akibat
dari pelanggaran formal dan pelanggaran material. Sanksi terkait dengan bea meterai
ini mencakup sanksi administrasi dan sanksi pidana. Kewajiban pemenuhan bea
meterai dan denda administrasi yang terutang mempunyai daluwarsa setelahmelampaui
waktu 5 tahun sejak tanggal dokumen dibuat, kecuali untuk kwitansi.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pajak.go.id/id/bea-meterai

https://www.pajak.go.id/id/bea-meterai-0

https://news.ddtc.co.id/memahami-pengertian-bea-meterai-serta-tujuan-pengaturannya-25477

https://news.ddtc.co.id/apa-itu-bea-meterai-23684?page_y=1671

https://pajakku.com/read/Semua-Tentang-Bea-Meterai:-Tarif-Objek-Pemungut-hingga-
Mekanisme

https://www.pajak.com/pajak/tarif-subjek-dan-objek-dari-bea-meterai/amp/

https://www.pajak.com/pajak/tarif-subjek-dan-objek-dari-bea-meterai/

16

Anda mungkin juga menyukai