Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN PERDARAHAN POST

PARTUM

No. Dokumen 55/PUSK.SBJ/


SOP/II/2019
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit 13 Februari 2019
Halaman :
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH NIP.198106232011012010
JAMBI
1. Pengertian Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi setelah
partus kala II lebih dari 500cc pada persalinan pervaginam. Faktor risiko
penyebab perdarahan pasca persalinan:Atonia uteri (Tonus), Robekan
jalan lahir (Trauma), Retensio/sisa plasenta (Tissue), Gangguan
pembekuan darah (Thrombin).
Pendarahan post partum terdiri atas:
a) Primer apabila terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan
b) Sekunder apabila terjadi setelah 24 jam pertama.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk:


 Penanganan pasien perdarahan pasca persalinan
 Mengurangi morbiditas dan mortalitas Ibu
 Mencegah terjadinya komplikasi.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Simpang Bah Jambi Nomor


06/PUSK.SBJ/SK/I/2019 tentang jenis- jenis pelayanan klinis

4. Referensi  Protap Obgyn Sanglah 2015


 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan Alat
a. Stetoskop
b. Thermometer
c. Tensimeter
d. Satu set PPP
Bahan
a. APD
b. Kassa Steril
c. Set Infus
d. Misoprostol
e. Metyl Ergometrin
f. Oxytocin
g. Hand gloves panjang
h. Kondom Catheter
6. Prosedur / 1. Anamnesa Pasien
Langkah-langkah  Memperkenalkan diri
 Menanyakan identitas pasien
 Menanyakan keluhan utama pasien yang dapat berupa
keluhan berdebar, keringat dingin, lemah, sesak nafas dan
keluha penyerta pada pasien dengan segera
 Menanyakan riwayat kesehatan terdahulu seperti, hipertensi,
diabetes melitus, jantung, asthma,obat – obatan yang
dikonsumsi, riwayat kesehatan keluarga serta riwayat sosial
yang berkaitan dengan penyakit dan komplikasi yang saat ini
diderita pasien
2. Pemeriksaan Fisik
 Petugas melakukan informed consent tentang tindakan yang
akan dilakukan.
 Petugas cuci tangan dan menggunakan APD
 Petugas melakukan pemeriksaan vital sign
 Petugas melakukan fisik menyeluruh
 Petugas melakukan pemeriksaan fisik obstetric serta evaluasi
kegawatan dan faktor risiko dan pantau selama 2 jam pasca
persalinan dan pastikan telah diberi uterotonika 10 IU IM
sebelumnya serta metyl ergometrin 0,125mcg apabila dalam
kala III kesan plasenta lahir komplit
 Periksa tinggi fundus uteri serta kontraksi, explorasi sisa
plasenta serta robekan jalan lahir dengan pemeriksaan
digitalisasi maupun pemeriksaan bimanual
 Pasang infus berikan cairan isotonis 1000 ml dalam 30 menit
serta kosongkan kandung kemih dengan pemasangan dower
catheter
 Perdarahan >500 cc pada partus pervaginam atau perdarahan aktif
 Keadaan umum cukup atau buruk
 Kesadaran GCS ≤ 15
 Tekanan darah sistolik ≤ 100 mmhg dan diastolic ≤ 60 mmhg
 Nadi ≥ 100x/menit dan lemah
 Respirasi > 20x/menit, cepat dan dangkal (kussmaul)
 Suhu tubuh dala batas normal
 Skala nyeri
 Pada atonia uteri teraba tinggi fundus setinggi pusat atau
lebih dan kontraksi uterus yang lembek
 Pada robekan jalan lahir teraba tinggi fundus 2 jari bawah
pusat dan kontraksi baik, namun pada inspeksi vulva dan
inspekulo vagina tampak robekan dengan perdarahan aktif.
Pada pemeriksaan bimanual terba robekan uterus
 Pada retensio plasenta yang mengakibatkan PPP primer
sebelumnya terjadi plasenta yang tidak lahir dalam 30 menit
pada kala III dan plasenta lahir inkomplit hal ini menyebabkan
palpasi tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat dan kontraksi
baik namun pada digitalisasi ditemukan sisa jaringan
 Pada retensio plasenta yang mengakibatkan PPP sekunder
akan ditandai dengan palpasi fundus uteri tidak sesuai
dengan involusi, pada inspeksi dan inspekulo perdarahan
merembes dari OUE dan dapat disertai tanda-tanda infeksi
puerperalis
 Pada gangguan pembekuan darah palpasi fundus teri sesuai
dengan involusi, pada inspeksi dan inspekulo perdarahan
 merembes dari OUE atau timbul hematoma dari bekas jahitan
atau tempat suntikan.
3. Tatalaksana Kasus
Apabila pada pemeriksaan mengarah pada atonia uteri lakukan:
A. Pasang infus, beri uterotonika kemudian lakukan pijatan uterus Jenis
Uterotonika dan cara pemberiannya:
 OKSITOSIN:
 Dosis dan cara pemberian awal:
a. IV: 40 unit dalam 1 L - Larutan
garam fisiologis dengan tetesan
cepat
b. IM: 10 unit
 Dosis Lanjutan:
a. IV: 20 unit dalam 1 L larutan garam
fisiologis dengan 40 tts/ mnt
 Dosis maksimal per hari:
a. Tidak lebih dari 3 L larutan dengan
oksitosin 40 unit per botol
 Indikasikontra atau hati – hati:
a. Pemberian IV secara cepat atau
bolus
 ERGOMETRIN:
 Dosis dan cara pemberian awal:IM atau IV (lambat): 0.2
mg
 Dosis lanjutan:
a. Ulangi 0.2 mg IM setelah 15 menit
b. Bila masih diperlukan, beri IM/ IV
setiap 2 – 4 jam
 Dosis maksimal per hari:
a. Total 1 mg atau 5 dosis
 Indiaksikontra atau hati – hati:
a. Pre-eklampsia, vitium cordis, hipertensi
 MISOPROSTOL:
 Dosis dan cara pemberian awal: a. Oral atau rektal 400 –
600 mcg
 Dosis lanjutan:
a. 400 – 600 mcg 2 – 4 jam setelah dosis awal
 Dosis maksimal per hari:
a. Total 1200 mcg atau 2 – 3 dosis ulangan
 Kontraindikasi atau hati – hati: Nyeri kontraksi,
asthma, menggigil, diare
B. Lakukan Bimanual Eksternal petugas memasang infus
apabila sendiri dengan meremas uterus melalui dinding
abdomen dengan jalan penjepitnya diantara kedua belah
telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah
yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompres diteruskan,
pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau
dilakukan tindakan operatif.
C. Lakukan Kompresi Bimanual Internal, Uterus dijepit diantara
telapak tangan yang menekan bagian posterior uterus melalui
dinding abdomen dan kepalan tangan dalam sebagai upaya
untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium
(sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan
perdarahan yang terjadi. Bila perdarahan berkurang atau
berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali dan bila
tindakan ini tidak efektif.
D. Apabila KBI tak berhasil lakukan pemasangan kondom
catheter intra uterine.
E. Apabila masih tidak berhasil segera siapkan untuk merujuk ke
pelayanan kesehatan tingkat lanjut.
Apabila pada pemeriksaan mengarah pada robekan jalan lahir lakukan:
a. Repair robekan dengan melakukan penjahitan untuk menghentikan
perdarahan
b. Apabila terjadi inversion uteri atau terdapat tanda-
tanda ruptur uteri segera lakukan perujukan ke pelayanan
kesehatan tingkat lanjut
Apabila pada pemeriksaan mengarah pada sisa plasenta lakukan
a. Lakukan explorasi untuk mengangkat sisa plasenta
yang tertinggal dengan melakukan digitalisasi dan
kombinasi manual plasenta
Apabila pendarahan masih aktif dan kontraksi uterus tidak membaik
segera rujuk ke pelayanan tingkat lanjut
Apabila pada pemeriksaan mengarah pada gangguan faal
hemostasis segera rujuk ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut dan
pastikan singkirkan kemungkinan PPP penyebab lain.
4. Pencatatan rekam medis dan register.

7. Bagan Alir
Pasien datang/ Anamnesa
melahirkan di
puskesmas

Pemeriksaan fisik dan Petugas mencuci tangan dan


obsteri menggunakan APD

Penegakan diagnosa Tindakan sesuai dengan


diagnose berupa atonia
uteri, retensio plasenta,
robekan jalan lahir, atau
gangguan faal hemostasis

Pencatatan rekam Rujuk apabila ada indikasi untuk


medis dan register pemantauan tindakan lebih lanjut
pasien serta di pelayanan kesehatan tingkat
kelengkapan lanjut
administrasi

8. Hal-hal yang 1. Keadaan umum pasien dan komplikasi


perlu diperhatikan 2. Kelengkapan ketersediaan alat- alat kesehatan
3. Pemakaian APD
4. Konseling dan edukasi
9. Unit Terka 1. Ruangan Pemeriksaan Umum
2. Ruangan VK UGD
3. Ruangan rawat inap
4. Ruangan Laboratorium
5. Ruangan Konseling
10. Dokumen terkait 1. Buku register
2. Dokumen/ rekam medic
11. Rekam histori NO YANG DIUBAH ISI PERUBAHAN TANGGAL MULAI
perubahan BERLAKU
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
No. Kode :
Terbitan :
DAFTAR No. Revisi :
TILIK Tgl. :
UPTD MulaiBerlaku
PUSKESMAS Halaman : 1/1
SIMPANG BAH
JAMBI

Tidak
No Kegiatan Ya Tidak
Berlaku

1. Apakah petugas sebelum bekerja mencuci


tangan dengan menggunakan sabun
desinfektan?
2. Apakah petugas menggunakan alat pelindung
mata (kacamata pelindung, goggle)?
3. Apakah petugas menggunakan alat pelindung
wajah?
4. Apakah petugas menggunakan alat pelindung
badan (jas, apron, jumpsuit?
5. Apakah petugas menggunakan alat pelindung
tangan (safety gloves)?
6. Apakah petugas menggunakan alat pelindung
pernafasan (masker)?
7. Apakah petugas menggunakan alat pelindung
kaki (sepatu boot)?
8. Apakah petugas sesudah bekerja mencuci
tangan dengan menggunakan sabun
desinfektan?

CR : …………………………%.
Simpang Bah Jambi,……………………..

Pelaksana / Auditor

(……………………..)

Anda mungkin juga menyukai