Anda di halaman 1dari 53

SOP ASUHAN ANTENATAL /

PEMERIKSAAN KEHAMILAN
No.dokumen:
SOP 56/PUSK.SBJ/SOP/II/2019
No.revisi :
Tanggal terbit :13 Februari 2019
Halaman : 1/4
PUSKESMAS
SIMPANG BAH Marince Marpaung S.Kep
JAMBI NIP.198106232011012010
1. Pengertian 1. ANC adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil dan
selama kehamilannya
2. Mempersiapkan ibu agar memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan
selama hamil, bersalin dan nifas
3. Mendeteksi dini factor resiko dan menangani masalah tersebut secara dini
2. Tujuan a. Untuk memntau kehamilan terutama kesehatan ibu dan janin
b. Masyrakat memahami masalah kesehatan yang dihadapi
c. Tersusunnya rencana keja untuk penanggulangan masalah kesehatan
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Simpang Bah Jambi Nomor
06/PUSK.SBJ/SK/I/2019 Tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi  Sarwono Prawiroharjo. 2002. Buku Kesehatan Maternal dan Neonatus. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka,
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan ALAT
1. Leanec
2. Doopler/Spekulum corong
3. Meteran Kain Pengukur tinggi Fundus Utreri
4. Meteran Pengukur LILA
5. Selimut
6. Refleks Hammer
7. Jarum Suntik Disposibel 2,5 ml
8. Air Hangat
9. Timbangan berat badan dewasa
10. Tensimeter Air Raksa
11. Stetoscope
12. Bed Obstetricc
13. Spekulumgynec
14. Lampu Halogen/senter
15. Kalender Kehamilan
Bahan
1. Sarung tangan
2. Kapas steril
3. Kassa steril
4. Alkohol 70 %
5. Jelly
6. Sabun antiseptik
7. Wastafel dengan air mengalir
8. Vaksin TT
9. Kartu Status Ibu hamil
10. Buku register kohort ibu hamil
11. Buku register ibu hamil
12. Buku KIA
6. Prosedur INSTRUKSI KERJA
1. PERSIAPAN.
a. Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan.
b. Mempersiapkan Bumil mengosongkan kandung kemih.
c. Petugas mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan bilas dengan air
mengalir dan keringkan.

2. PELAKSANAAN:
a. Anamnesa:
 Riwayat perkawinan.
 Riwayat penyakit ibu dan keluarga.
 Status wayat Haid, HPHT.
 Riwayat imunisasi Ibu saat ini
 Kebiasaan ibu.
 Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnesa haid tersebut, tentukan Usia kehamilan dan buat taksiran
persalinan.
b. Pemeriksaan
 Pemeriksaan Umum.
 Keadaan umum Bumil
 Ukur TB, BB, Lila.
 Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR
 Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala sampai ekstremitas).
 Mata : conjungtiva, ikterus ; Gigi ,
 Kaki :Oedema kaki , dst.
 Pemeriksaan khusus.
UMUR KEHAMILAN <20 mgg :
a. Inspeksi.
 Tinggi fundus
 Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra).
 Striae.
b. Palpasi.
 Tinggi fundus uteri
 Keadaan perut
 Auskultasi.
UMUR KEHAMILAN >20 mgg:
a. Inspeksi.
 Tinggi fundus uteri
 Hypergigmentasi dan striae
 Keadaan dinding perut
b. Palpasi.
Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi kerjanya sbb : Pemeriksa
berada disisi kanan bumil, menghadap bagian lateral kanan.
Leopold I
a. Letakkan Telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan raba fundus
untuk mengetahui apa yang terdapat pada fundus ibu, apakah bokong,
kepala atau bagian-bagian terkecil dari janin
b. Ukur TFU dengan menggunakan pita CM dan baca hasilnya
Leopold 2
a. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan pada ketinggian
yang sama
b. Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan telapak
tangan kiri dan kanan kemudian geser kea rah bawah dan rasakan adanya
bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian yang terkecil
(ekstremitas)
Leopold 3
a. Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu
b. Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan secara
lembut bersamaan atau bergantian untuk menentukan bagian bawah bayi
(bagian keras, bulat, dan hamper homogeny adalah kepala, sedangkan
tonjolan yang lunak dan kurang simestris adalah bokong).
Leopold IV
a. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada dinding lateral kiri dan
kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada
tepi atas simfisis.
b. Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan kanan yang meraba dinding bawah uterus.
c. Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen/divergen)
d. Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala didekat leher dan
bila presentasi bokong, upayakan untuk memegang pinggang bayi)
e. Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul, kemudian letakkan
jari0jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai
seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
3.) Auskultasi.
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin.
4) Pemeriksaan Khusus .
a. Laboratorium rutin : Hb, Albumin
b. USG
c. Akhir pemeriksaan :
 Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
 Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan.
 Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pasien.
 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi : usia
kehamilan, letak janin, posisi janin, Tafsiran persalinan, Resiko yang
ditemukan atau adanya penyakit lain.
 Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.
 Jelaskan rencanan asuhan ANC berkaitan dengan hasil pemeriksaan
 Jelaskan pentingnya imunisasi
 Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan
Beri alasan bila pasien dirujuk ke Rumash Sakit
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang
Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
AMNIOTOMI

SOP No.dokumen:57/PUSK.SBJ/SOP/II/
2019
No.revisi :
Tanggal terbit :13 Februari 2019
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
SIMPANG BAH Marince Marpaung S.Kep
JAMBI NIP.198106232011012010
1. Pengertian Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil
yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan
adanya tekanan di dalam rongga amnion.
2. Tujuan 1. Menercepat proses persalinan
2. Merangsang kontraksi uterus
3. Kebijakan Amniotomi dilakukan sesuai dengan indikasi atau instruksi SPOG.
4. Referensi  Depkes RI. 2008. Buku Acuan Asuhan PersalinanNormal. Jakarta. Hlm:
167.
 Sulistyawati, A. 2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika. Hlm: 123.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan I. 1/2 kocher
II. Kapas DTT
III. Sarung Tangan
IV. Bengkok
V. Alas bokong
VI. Alat-alat APN
VII. Larutan klorin O,5%
6. Prosedur INTRUKSI KERJA
1. Persiapan
1) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan.
2) Melakukan komunikasi dengan ibu/pasien selama tindakan.
3) Memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
4) Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering sebelum dan
sesudah tindakan.
5) Memakai dan melepas sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi
(DTT).
6) Mendekontaminasi alat pasca tindakan.

2. Proses
1) Informasikan tentang tindakan yang akan dilakukan.
2) Penolong menggunakan APD
3) Vulva hygiene
4) Lakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaaan serta tidak
adanya bagian kecil janin/tali pusat
5) Tangan kiri mendekatkan bengkok kedepan vulva
6) Ambil 1/2 kocher dan wadah DTT dengan tangan kiri
7) Masukkan 1/2 kocher yang dipegang tangan kiridituntun oleh tangan
kanan dengan bagian tajam menghadap ke jari pemeriksa
hingga bisa merasakan atau menyentuh selaput ketuban
8) Saat his berkurang kekuatannya,gerakkan ujung jari tangan kanan
menuntut ujung 1/2kocher menggores selaput ketuban 1-2 cm
hingga ketuban pecah
9) Keluarkan 1/2 kocher dan vagina dengan tangan kin, masukkan ke
dalam larutan kiorin 0,5% selama 10 menit
10) Pertahankan jaritangan kanan dalam vagina untuk melebarkan robekan
selaput ketuban, merasakan penurunan kepala janin dan untuk
memastikan tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat menumbung.
11) Keluarkan tangan kanan dan perhatikan warna serta jumlah air ketuban
Cuci sarung tangan dan rendam dalam larulan kiorin 0,5% dalam
keadaan terbalik

Periksa DJJ.
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang
Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN DALAM PADA
PERSALINAN
No.dokumen:
SOP No.revisi :
Tanggal terbit :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH
NIP.198106232011012010
JAMBI
1. Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara memasukkan jan teluijuk danjari
tengah pada saat persalinan
2. Tujuan 1. Mengetahui kemajuan persalinan
2. Mengetahui keadaan jalan lahir
3. Untuk menentukan diagnose
3. Kebijakan Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam atau bila ada indikasi
4. Referensi  Nurasiah, Ai, Ani Rukmawati, dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal
Bagi Bidan. Bandung: Revika Aditama
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan 1. Sarung tangan steril
2. Bengkok
3. Kapas D1T
4. larutan klorin 0,5 %
6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA
Langkah 1. Ibu dibeñtahu tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Ibu jaridan telunjuk tangan kiri membuka labia dan tangan kanan
mengambil kapas vulva higiene dan menghapus vulva dari atas kebawah
5. Masukkan jaritengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan
kearah komisura posterior yang kemudian diikuti jaritelunjuk
6. Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk tangan kin
dipindahkan keatas fundus untuk memfiksasi bagian bawahjanin.
7. Yang diperhatikan pada saat pemeriksaan dalam yaitu.:
a. Keadaan vulva
b. Keadaan perinium
c. Keadaan vagina
d. Adanya sistokel dan rektokel Pengeluaran pervaginam
e. Servik : posisi, konsitensi, dilatasi (pembukaan), penipisan

f. Kantong ketuban

g. Presentasi,titik penunjuk (denominator) mologe dan posisi


h. Penurunankepala
 H I setinggi PAP
 H II : sejajar HI melalui pinggir bawah sympisis
 H III : sejajar dengan HI melalui spinae isehiadica
 H IV : sejajar dengan HI melalui ujung os coccygis
8. Keluarkan tangan pelan-pelan
9. Cuci Tangan padalarutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam
keadaan terbalik
10. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang
Perlu Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10.Dokumen Terkait
11.Rekaman Historis Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

No.dokumen
SOP :58/PUSK.SBJ/SOP/II/2019
No.revisi :
Tanggal terbit :13 Februari 2019
Halaman : 1/4
PUSKESMAS
SIMPANG BAH
Marince Marpaung S.Kep
JAMBI
NIP.198106232011012010
1. Pengertian Asuhan yang diberikan pada tersebut selama jam pertama setelah kelahiran
2. Tujuan Menilai kondisi bayi barn lahir dan membantu terlaksananya pernafasan
sponton seita mencengah Hypotermi
3. Kebijakan Standar pelanyanan kebidanan tahun 2000
4. Referensi  Saifuddin AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan bina pustaka
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan 1. Delee
2. KIem 2 buah
3. Penjepit tali pusat
4. Gelas steril
5. Handuk kering
6. Salep mata
7. Metelin
8. Penimbangan bayi
9. Kartu bayi
10. Pakaian bayi 1 set
6. Prosedur/Langkah-
Langkah 1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih
2. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang bersih, kain bersih
dan kering untuk bayi
3. Menyiapkan obat tetes mata / salep mata
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
5. Segera selelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi tidak
menangis, cepat bersihkan jalan nafas dengan delee, jika tetap tidak
menangis segera lakukan tindakan sesuai standar : penanganan asfiksia
pada hayi baru lahir
6. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih,dan hangat. Kemudian
pakaikan kain kering yang hangat,berikan bayi kepada ibunya
untuk didekap di dadanya serta diberi ASI karena akan membantu
pelepasan placenta

7. Jaga agar bayi tetap hangat ( berikan tutup kepala untuk mencegah bayi
kehilangan panas tubuh)

8. Memotong dan mengikat tali pusat

9. Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan tidak ada perdarahan

10. Menutup tali pusat dengan gaas kering

11. Melengkapi surat keterangan lahir bayi

12. Sesudah 5 menit lakukan penilaian keadaan umum bayi dengan ASI

13. Melakukan pemeriksaan fisik bayi

14. MengukurBB/PB

15. Megukur tanda vital bayi, ukur dulu dengan termometer yang diletakkan di
ketiak atau lipat paha
16. Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi

17. Memberikan salep mata

18. Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui segera setelah lahir paling
lambat 2 jam pertama

19. Pastikan bayi tetap terbungkus mengenakan pakaian hangat dan tutup
kepala

20. Membantu ibu untuk menyusui bayi

21. Mencuci tangan

22. Memperhatikan pengeluaran urine dan mekonium

23. Melakukan pencatatan semua yang ditemukan di kartu ibu dan bayi serta
lakukan kolaborasi bila ada kelainan
7. Diagram Alir
MENYIAPKAN ALAT & RUANGAN

MENYIAPKAN PAKAIAN BAYI LENGKAP

MENYIAPKAN OBAT TETES MATA

MENCUCI TANGAN DENGAN SABUN

PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

KERINGKAN BAYI DENGAN HANDUK KERING

JAGA BAYI TETAP HANGAT

MEMOTONG & MENGIKAT TALI PUSAT

MEMERIKSA TALI PUSAT YANG DI POTONG

MENUTUP TALI PUSAT DENGAN GAAS KERING

MELENGKAPI SURAT KETERANGAN LAHIR BAYI

LAKUKAN PENILAIAN KEADAAN UMUM BAYI DENGAN


ASI

MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK BAYI

MENGUKUR BB/PB

MENGUKUR TANDA VITAL BAYI

MENGENAKAN PAKAIAN BAYI

MEMBERIKAN SALEP MATA

MEMBERIKAN BAYI PADA IBUNYA UNTUK DISUSUI

PASTIKAN BAYI TETAP TERBUNGKUS

MEMBANTU IBU UNTUK MENYUSUI BAYI


8. Hal-hal yang
Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan

PROSEDUR TETAP MEMANDIKAN BAYI


DAN MERAWAT TALl PUSAT
No.dokumen
:59//PUSK.SBJ/SOP/II/2019
SOP No.revisi :
Tanggal terbit :13 Februari 2019
Halaman : 1/3

PUSKESMAS
SIMPANG BAH
Marince Marpaung S.Kep
JAMBI
NIP.198106232011012010
1. Pengertian Membersihkan tubuh bayi dengan rnenggunakan sabun dan air hangat dengan
suhu 38°C dimana keadaan suhu bayi sudah stabil
2. Tujuan 1. Membersihkan seluruh tubuh bayi.
2. Menjaga bayi selalu nyaman, sehat, clan segar
3. Kebijakan Perawatan tali pusat dilakukan dengan sistem aseptic

4. Referensi  Tim Penyusun. 2002. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. JNPK-KR


 Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan 1. Pakaian bayi lengkap
2. Kapas mata

3. Kapas cebok

4. Gaas steril

5. Ember bayi

6. Air hangat dengan suhu 38

7. Sabun bayi

8. Sisir bayi

9. Handuk

10. Tempat tidur bayi yang bersih dan aman

11. Ruangan hangat


12. Masker, celemek
6. Prosedur/Langkah- 1. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir
Langkah 2. Bayi diposisikan membujur dan pakaian bayi dilepas

3. Bersihkan mata bayi dengan kapas mata dan dalam keluar

4. Bersihkan. pantat dan tinja. sebelum dimandilcan agar air mandi tetap
bersih

5. Bersihkan kelamin bayi dengan hati-hati

6. Bayi disabun mulai dan leher,dada,perut ( tali pusat disabun dan ujung
kepangkal) dilanjutkan kebagian kaki,terakhir kepala dan lengan

7. Bilas bayi mulai dari muka,lengan,dada,perut,paha,dan kaki

8. Bayi diposisikan telungkup,kemudian bersihkan leher belakang tengkuk,


punggung,dan pantat

9. Bayi dikeringkan dengan handuk

10. Rawat tali pusat,dikeringkan dengan gaas steril

11. Bayi dibeni pakaian lengkap

12. Bersihkan alat dan Iingkungan

13. Cuci tangan


7. Diagram Alir
CUCI TANGAN DENGAN
SABUN

BAYI DIPOSISIKAN MEMBUJUR

BERSIHKAN MATA BAYI DENGAN KAPAS

BERSIHKAN PANTAT DAN TINJA

BERSIHKAN KELAMIN BAYI

BAYI DI SABUN MULAI DARI DADA PERUT PAHA KAKI

BILAS BAYI MULAI DARI MUKA

BAYI DI POSISIKAN TELUNGKUP

BAYI DI KERINGKAN DENGAN HANDUK

RAWAT TALI PUSAT

BAYI DI BERI PAKAIAN LENGKAP

BERSIHKAN ALAT DAN LINGKUNGAN

CUCI TANGAN

8. Hal-hal yang
Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen
Terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
PROTAP TINDAKAN MANUAL
PADA RETENSIO PLASENTA
No.dokumen
:60/PUSK.SBJ/SOP/II/2019
SOP No.revisi :
Tanggal terbit : 13 Februari 2019
Halaman : 1/2

PUSKESMAS
Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH
NIP.198106232011012010
JAMBI

1. Pengertian Adanya plasenta yang belum lepas dari uterus setelah 30 menit bayilahir
2. Tujuan 1. Untuk mengeluarkan plasenta dan koteledon dalam uterus
2. Untuk mengurangi perdarahan berlanjut
3. Kebijakan Kep.MenKes
4. Referensi  Marni.2011.Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Kusmiati,Yuni.2007.Penuntun Belajar Asuhan Persalinan. Yogyakarta:
Fitramaya.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan 1. Sarung tangan panjang dan steril
2. Cairan infus RL/NACL,blood set,abocath

3. Obat uterotonika,spuit,bengkok,klem,kocher.

4. Obat antibiotika,diazepam,tensimeter,termometer,arloji
6. Prosedur/Langkah-
Langkah 1. Memberikan informasi kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mencuci tangan secara efektif
3. Melaksanakan pemeriksaan umum
4. Mengukur vital sign,suhu,nadi,tensi,pernafasan
5. Melaksanakan pemeriksaan kebidanan
a.inspeksi, b.palpasi, c.periksa dalam
6. Memakai sarung tangan steril
7. Melakukan vulva hygiene
8. Mengamati adanya gejala dan tanda retensio plasenta

9. Bila placenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah lahir,atau terjadi


perdarahan sementara placenta belum lahir,maka berikan oxytocin 10 IU
IM.pastikan bahwa kandung kencing kosong dan tunggu terjadi
kontraksi,kemudian coba melahirkan plasenta dengan menggunakan
peregangan tali pusat terkendali.
10. Bila dengan tindakan tersebut placenta belum lahir dan terjadi perdarahan
banyak,maka placenta hams dilahirkan secara manual

11. Berikan cairan infus NACL atau RL secara guyur untuk mengganti cairan

7. Diagram Alir
MEMBERIKAN INFORMASI

MENCUCI TANGAN

MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN

MENGUKUR VITAL SIGN

MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN

MEMAKAI SARUNG TANGAN STERIL

MELAKUKAN VULVE HYGIENE

MENGAMATI ADANYA GEJALA

BERIKAN OXYTOCIN 10 IU IM

MAKA PLACENTA HAMS DILAHIRKAN SECARA MANUAL

BERIKAN CAIRAN INFUS


NACL ATAU RL

8. Hal-hal yang Perlu


Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
PROSUDUR TETAP PEMERIKSAAN LUKA
JALAN LAHIR
DAN ROBEKAN PORTIO
No.dokumen :
61/PUSK.SBJ/SOP/II/2019
SO
No.revisi :
P
Tanggal terbit :13 Februari 2019
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
SIMPANG BAH Marince Marpaung S.Kep
JAMBI NIP.198106232011012010
1. Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan pada jalan lahir setelah plasenta lahir.
2. Tujuan 1. Untuk menemukan lokasi dan tingkat robekan padajalan lahir
2. Mengurangi perdarahan pada robekan.
3. Kebijakan Robekan jalan lahir terpantau dengan tepat dan benar
4. Referensi  Klien, Susan. 2008. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogjakarta : Palmall
 Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana untuk PendidikanBidan. Jakarta : IGC
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan 1. Handscoen
2. Gaas steril
3. Lampu sorot
4. Tang ovum
5. Spekulum sun
6. kapas DTT
7. Larutan klorin 0,5%
8. APD
6. Prosedur/Langkah- 1. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
Langkah 2. Penolong memakai APD
3. Pastikan kontraksi uterus baik
4. Bersihkan vulva dengan gaas untuk memudahkan melihat jalan lahir

5. Membuka labia dan asisten disuruh untuk memfokuskan lampu sorot

6. Melihat perlukaan dari perineum, sepanjang labia dan dinding dengan


melakukan penekanan menggunakan tangan

7. Jika tidak ada perlukaan tetapi perdarahan masih aktif dan kontraksi uterus
baik,waspada adanya robekan porsio

8. Pasang spekulum sims/L padasisi atas dan bawah

9. Jepit bibir atas dan bawah porsio dengan tang ovom.Gerakkan ke kanan
untuk melihat robekan pada sisi kiridan gerakkan ke kiri untuk melihat
robekan pada sisi kanan.

10. Jika tidak ada perlukaan jalan lahir, bersihkan tubuh ibu. jika ada
perlukaan,lanjutkan ke teknik penjahitan
7. Diagram Alir
JELASKAN TENTANG TINDAKAN
YANG AKAN DI LAKUKAN

PENOLONG MEMAKAI APD

PASTIKAN KONTRAKSI UTERUS BAIK

BERSIHKAN VULVA DENGAN GAAS

MEMBUKA LABIA

MELIHAT PERLUKAAN DARI PERINEUM

WASPADA ADANYA ROBEKAN PORSIO

PASANG SPEKULUMSIMS/L

JEPIT BIBIR ATAS DAN BAWAH DENGAN TANG OVOM

8. Hal-hal yang Perlu


Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
SPO/PROTAP MANAJEMEN AKTIF KALA III
DI PUSKESMAS PUSKESMAS
LOMBAKASIH
No.dokumen
:62/PUSK.SBJ/SOP/II/2019
SOP No.revisi :
Tanggal terbit : 13 Februari 2019
Halaman :1/2
UPTD
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH NIP.198106232011012010
JAMBI
1. Pengertian Tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir untuk mempercepat lepasnya
placenta

2. Tujuan 1. Menurunkan kejadian perdarahan post partum


2. Mengurangi lamanya kala III
3. Mengurangi angka kematian dan kasakitan yang berhubungan
dengan perdarahan
3. Kebijakan Lakukan manajemen aktif kala III segera setelah bayi lahir pada semua
persalinan
4. Referensi  Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
 Pusdiknakes., WHO, JHPIEGO. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan
KebidananFisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan.Yogyakarta :
Palmall
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Alat dan Bahan 1. Oxytocin 10 IU
2. Spuit 3 cc

3. Sarung tangan

6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA


Langkah 1. Palpasi abdominal untuk memastikan tidak ada janin kedua
2. Ben penjelasan path ibu bahwa akan dilakukan injeksi pada paha
3. Injeksi oxytocin 10 IU IM pada bagian lateral dan paha ibu kira-kira 1/3 atas
paha dalam waktu 2 menit dari kelahiran bayi.
4. Pindahkan klem tali pusat diujung, tempatkan kira-kira 5-10 cm
darivulva
5. Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT ) dengan cara :
 Letakkan tangan kiri diatas symfisis
 Tegangkan tali pusat dengan tangan kanan
 Dorong uterus kearah dorso kranial pada saat ada his dan terlihat
tanda-tanda pelepasan placenta, sementara tangan kanan
menegangkan tali pusat
 Bila dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi, ulangi
pemberian oxytocin 10 IU
6. Keluarkan placenta
7. Segera setelah placenta lahir, segera tangan kiri melakukan masase fundus
uteri menggunakan palman dengan gerakan melingkar sampai uterus
berkontraksi
8. Sementara itu tangan kanan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta
dan selaput ketuban
9. Tempatkau plasenta pada wadah yang telah disediakan,cuci tangan dengan
larutan kiorin
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
No Halaman Yang Diubah Perubahan Diberlakukan Tanggal
SOP/ PROTAP TINDAKAN / PEMBERIAN
ANASTES1 LOKAL
SEBELUM PENJAHITAN LUKA JALAN
LAHIR
DI PUSKESMAS LOMBAKASIH
No.dokumen
:63/PUSK.SBJ/SOP/II/2019
SOP No.revisi :
Tanggal terbit :13 Februari 2019
Halaman :1/2
UPTD
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH JAMBI NIP.198106232011012010
1. Pengertian Pembiusan yang dilakukan pada jalan lahir sebelum dilakukan penjahitan

2. Tujuan Mengurangi rasa tidak nyaman path ibu


3. Kebijakan Anastesi dilakukan setiap akan dilakukan tindakan penjahitan pada perlukaan
jalan lahir
4. Referensi  Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
 Atief Said, Surjadi Kartini, Dachlan Ruswan, editor. Anestetik Lokal.
Dalam: Petunjuk Praktis Anestesiologi. Ed 2. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2002. hal 97-104.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Alat dan Bahan 1. Spuit lOcc
2. Lidokain 1%

3. Gaas steril

4. Alas bokong

5. Kapas DTT

6. Sarung tangan

6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA


Langkah 1. Beritau ibu akan dilakukan penyuntikan untuk mengurangi rasa sakit saat
penjahitan
2. Penolong menggunakan sarung tangan DU
3. Alas bokong dipasang
4. Bersihkan lukajalan lahir dengan kapas DTT
5. Masukkan jarum pada ujung laserasi atau luka dan dorong masuk kearali
bawah antara mukosa dan kulit perineum sepanjang luka mengikuti garis
dirnanajarumjahitnya akan masuk atau keluar
6. Aspirasi dan kemudian injeksinya anastesi tersebut sambil menarik jarum
ke titik dimana jarum masuk.Atau jika tidak dilakukan aspirasi maka
setelah spuit dimasukkan sarnpai dalam kemudian ditarik sambil
disemprotkan perlahan-lahan
7. Hentikan penginjeksiaan anastesi atau jangan jarum dicabut tapi
dibelokkan kembali jarum sepanjang garis lain dimana direncanakan akan
dibuat jahitan.
8. Ulangi proses penusukan jarum pada ujung luka disebelahnya,sehingga
seluruh daerah kemungkinan akan dijahit sudah dianastesi.
9. Tunggu beberapa lama dan sambil melakukan penekanan dengan gaas
pada luka
10. Tanyakan apakah ibu merasa nyeri atau tidak
a. jika ibu me:rasa nyeri jangan dulu melakukan penjahitan
b. jika ibu sudah tidak merasa nyeri lakukan penjahitan luka
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang
Perlu Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
No Halaman Yang Diubah Perubahan Diberlakukan Tanggal
SPO / PROTAP PENANGANAN
PERDARAHAN POST PARTUM (UPP)
DI PUSKSMAS LOMBAKASIH
No.dokumen
:64/PUSK.SBJ/SOP/II/2019
SOP No.revisi :
Tanggal terbit :13 Februari 2019
Halaman :1/2
UPTD
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH NIP.198106232011012010
JAMBI
1. Pengertian Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin

2. Tujuan Mengenali dan mengambil tindakan yang tepat pada perdarahan post
partum
3. Kebijakan Perdarahan yang di perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba
merupakan suatu kegawatan segera ditangani
4. Referensi Rahmawati Nur Eni. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya :Victory Inti
Cipta.
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi 2010. Jakarta :
PT.Pustaka Sarwono Prawihardjo
5. Alat dan Bahan 1. Sarung tangan steril,gaas steril.
2. Bengkok,obat uterotonika 2, spuit 3 cc 2

3. Abocath 1,Blood set 1

4. Cairan RL,gunting,plaster

6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA


Langkah 1. Mencuci tangan secara efektif
2. Menyiapkan alat-alat/fasilitas tindakan gawat darurat
3. Melakukan pemeriksaan umum tanda vital
4. Memantau tanda-tanda shock hypopolemik, segera lakukan tindakan
penanganan shock
5. Melakukan pemeriksaan palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus
baik atau lembek.
6. Melakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah
7. Mengeluarkan stolsel yang menghalangi kontraksi uterus yang efektif
8. Memberikan suntikan oxytocin 10 IU TM
9. Memasang cairan infus IV
10. Melakukan chateterisasi/ memantau cairan masuk dan cairan keluar
11. Memeriksa kelengkapan placenta
12. Memeriksa sumber perdarahan
13. Jika perdarahan berlangsung terus, lakukan uji beku darah
7. Diagram Alir
Mencuci Tangan Menyiapkan Alat-
Secara Efektif alat

Melakukan Pemeriksaan Umum

Memantau tanda-tanda
Shock Hyppopolemik

Melakukan pemeriksaan
Palpasi

Melakukan Pijatan
Uterus

Mengeluarkan Stolsel

Memberikan Suntikan
Oxytocin

Memasang Cairan Infus

Melakukan Chateterisasi

Memeriksa
Kelengkapan Placenta

Jika Perdarahan
Berlangsung Lakukan Memeriksa Sumber
Uji Beku Perdarahan

8. Hal-hal yang Perlu


Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
No Halaman Yang Diubah Perubahan Diberlakukan Tanggal

SPO / PROTAP MENGISAP LENDIR


No.dokumen :65/PUSK.SBJ/SOP/II/2019
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :13 Februari 2019
Halaman :
UPTD
PUSKESMAS MARINCE MARPAUNG S.Kep
SIMPANG BAH JAMBI NIP.198106232011012010

1. Pengertian Tindakan mengisap lender melalui hidung atau mulut


2. Tujuan 1. Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lender
2. Mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas
3. Kebijakan Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan pengisapan lendir, mengeluarkan
lender dan melonggarkan jalan nafas
4. Referensi http://uzanxwsdcito.blogspot.co.id/2012/03/sop-penghisapan-lendir-
suction.html
Nurachmah, Elly dan Ratna S. Sudarsono.2000. Buku Saku Prosedur
asuhan perawatan bayi baru lahir .Jakarta: EGC
5. Alat dan Bahan Perangkat penghisap lendir rneliputi:
 Mesin penghisap lendir
 Slang penghisap tendir sesuai kebutuian
 Air matang untuk pembilas dalarn tempatnya (kom)
 Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
 Pinset anatorni untuk rremegang slang
 Spatel / sundip lldah yang dibungkus dengan kain kasa
 Sarung tangan
 Bak instrumen
 Kasa
 Bengkok

6. Prosedur/Langkah- PERSIAPAN PASIEN


Langkah 1. Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk
2. Bila pasien tidak sadar
 Posisi miring
 Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan laicar

INTRUKSI KERJA
1. Jelasakan pada pasien/ keluarga + inform concern
2. Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan
3. Perawat memakai sarung tangan
4. Pasien disiapkan sesua dengan kordisi
5. Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
6. Mesin penghisap lendir dihidupkan
7. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan Iebih dahulu untuk air
bersih yang tersedia
8. Tekan lidah dengan spatel
9. Hisap lendir pasien sampai selesai. Mesin/pesawat dimatikan
10. Bersihkan mulut pasien dengan kasa
11. membersihakan slang dengan air daani kom
12. Slang direndam dalam cairan desinfektan yarg tersedia
13. Perawat cuci tangan
7. Diagram Alir
Alat didekatkan pada
Jelasakan pada pasiein
pasien
inform concern

Memakai Sarung Tangan

Pasien di siapkan
sesuai kondisi

Pasang Slang di Mesin


Penghisap lendir

Hidupkan mesin
penghisap lendir

Air bersih yang tersedia

Tekan lidah dengan


Spatel

Hisap lender pasien


sampau selesai

Bersihkan mulut
pasien dengan kassa

Membersihkan slang
dengan air

Perawat cuci Tangan


Slang di rendam
dalam cairan
desinfektan

8. Hal-hal yang Harus


di Perhatika
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis Yang Tanggal mulai
No Isi perubahan
Perubahan diubah diberlakukan
SPO / PROSEDUR TETAP PERAWATAN
VULVA DAN PERINEUM PADA MASA NIFAS
DI PUSKESMAS LOMBAKASIH
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :
UPTD.
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH NIP : 198106232011012010
JAMBI
1. Pengertian Membersihkan. daerah vulva dan perineum pada ibu yang telah melahirkan
sampai 42 hari pasca salin dan masih menjalani rawat map di rumah sakit.
2. Tujuan 1. Vulva dan perineum bersih
2. Mencegah iritasi dan infeksi
3. Meningkatkan nasa nyaman ibu
3. Kebijakan  Dilakukan setiap han minimal dua han
 Bimbingan diberikan sampai ibu mampu melakukannya sendiri
4. Referensi Ambarwati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
Sulistyowati, Ari,2009.Buku Ajar Asuhan kebidanan. Yogyakarta.:Andi
Yogyakarta.
Varney, 2004.Ilmu Kebidanan. Jakarta:EGC
5. Alat dan Bahan 1. 1 pasang sanung tangan
2. Kapas
3. Air DTT
4. Perlak dan pengalas
5. Celana Dalani
6. Pembalut wanita
7. Bengkok
8. Kassa Steril
9. Betadin

6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA


Langkah 1. Cuci Tangan
2. Siapkan alat-alat
3. Minta penunggu keluar
4. Siapkan lingkungan dan jaga privasi pasien
5. Jelaskan prosedur
6. Atur Ibu dalam posisi Dorsal Recumben
7. Bantu ibu melepaskan pakaian bawah
8. Beri selimut
9. Pasang pengalas di bawah bokong ibu
10. Letakkan bengkok di depan vulva
11. Cuci Tangan
12. Pakai sarung tangn
13. Periksa keadaan lokea: warna, jumlab, dan bau
14. Ambil kapas air DTT, bersihkan vulava dan perineum sebagai berikut:
a. Bersihkan mulai simfisis pubis menuju keatas secara zigzag, buang
kapas DTT ke dalam bengkok
b. Ambil kapas, bersihkan mulai lipatan paha atas menuju ke arah luar
paha kin, sampai seluruh permukaan kulit bagian dalam bersili
c. Lakukan langkah (b) untuk paha kanan
d. Ambil kapas DTT,bersihkan labia mayora kiri dan arah atas ke bawali
e. Lakukan langkah (d) untuk labia mayora kanan
f. Buka labia minora dengan telunjuk dan ibu jan tangan kiri
g. Ambil kapas DTT, bersihkan mulai klitoris menuju ke bawah mpai anus
15. Perhatikan keadaan perineum; adakah lepas jahitan/jahitan longgar,
bengkak, kemerahan
16. Rawat lukajahitan dengan kassa steril yang diberi betadin
17. Pasang celana dalam dan pembalutnya
18. Angkat pengalas
19. Anjurkan ibu untuk ganti pembalutnya
20. Angkat pengalas
21. Anjurkan ibu untuk ganti pembalut setiap kali basah
7. Diagram Alir

8. Hal-hal yang Perlu


Diperhatikan

9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes


10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
Perubahan No Halaman Yang Diubah Perubahan Diberlakukan Tanggal

SPO / PROTAP PERTOLONGAN


PERSALINAN KALA II DI PUSKESMAS
LOMBAKASIH
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :
UPTD
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH JAMBI NIP.198106232011012010
1. Pengertian Persalinan yang berlangsung dan pembukaan lengkap sampai lahirnya
seluruh tubuh janin (kala pengeluaran)
2. Tujuan 1. Mendeteksi dini Kelainan dan komplikasi
2. Membantu ibu dalam proses persailnan
3. Kebijakan Asuhan Persalinan Normal
4. Referensi Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
5. Alat dan Bahan 1. Kapas DTf
2. Air DTF
3. Larutan kiorm 0,5 %
4. l/2 kocher
5. Gunting tali pl.lsat
6. Kiem tali pusat
7. Gunting episiotomi
8. Spuit 3cc
9. Oxytocin + Cagometris
10. Tensimeter + thermometer
11. Funduscop
12. Slym de lee
13. APD (sarung tangan,celemek,sepatu,kaca mata,masker)

6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA


Langkah 1. Pastikan tanda dan gejala kala II (doran,teknus, peijol, mika)
2. Patahkan ampul oksitosin 10 IU, spuit dibuka, masukkan kedalam wadah
partus set
3. penolong menggunakan APD
4. Lakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap
5. Bila selaput ketuban belum pecah, lakukan pemecahan ketuban
6. Celupkan tangan yang bersarung tangan ke dalam larutan kiorin
0,5 % dan sarung tangan dibuka
7. Periksa DJJ
8. Pimpin ibii meneran
9. Pasang alas bokong
10. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
11. Lahirkan kepala, bila didapatkan mekonium pada air ketuban, segera
setelah kepala lahir lakukan penghisapan pada mulut dan hidung janin.
menggunakan slym delee
12. Usap muka janin darilendir dan darah dengan menggunakan kain kasa
13. Periksa lilitan tali pusat
14. Tunggu hingga kepalajanin putar paksi luar.
15. Lahirkan badan dan tungkai
16. tangani bayi baru lahir
 keringkan bayi
 Potong tali pusat
17. Lakukan manajemen aktif kala III
18. Periksa robekanjalan lahir
19. Lakukan penjahitan bila terjadi robekan
20. Observasi 2 jam PP
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis
No Halaman Yang Diubah Perubahan Diberlakukan Tanggal

SPO I PROTAP KOMPRESI BIMANUAL


DI PUSKESMAS LOMBAKASIH
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :
UPTD
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH NIP.198106232011012010
JAMBI
1. Pengertian Melakukan asuhan kebidanan dengan cara memasukkan kepalan tangan
kedalam uterus pada perdarahan post persalinan yang disebabkan gangguan
kontraksi uterus.
2. Tujuan Untuk menekan uterus dengan cara manual agar terjadi hemostastis
3. Kebijakan Dalam keadaan darurat bidan terlatih atau berpengalaman boleh
melakukan,kompresi bimanual
4. Referensi Superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-askeb-ii-kompresi-
bimanual-eksternal/
Chalik.,2002. Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Jakarta: Widya
Medika
5. Alat dan Bahan Sarung Tangan Panjang dan Steril
6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA
Langkah 1. Menyiapkan lingkungan dan alat yang steril.
2. Menjelaskan pada pasien dan minta persetujuan.
3. Letakkan tangan kin menekan fundus uteri dari luar.
4. Memasukkan tangan kanan secara obstetri dengan hati-hati kedalam
vagina dan buat kepalan tinju.
5. Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus
6. Melakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut bila
diperlukan.
7. Cari penyebab perdarahan.
8. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan dengan teratur denyut
nadi,respirasi dan tekanan darah.
9. Lakukan kolaborasi dengan dokter.
10. Membuat catatan yang akurat.
11. Jika perdarahan berhasil dikendalikan,pasien diobservi ketat untuk gejala
dan tanda infeksi.
12. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika
7. Diagram Alir
Menyiapkan Lingkungan Menjelaskan dan Minta
dan alat Steril Persetujuan

Tangan Kiri Menekan Tundus Uteri dari Luar

Memasukkan Tangan
Kanan Ke Vagina

Kedua tangan menekan


Uterus

Melakukan tindakan sampai di peroleh Pertolongan


lebih lanjut bila diperlukan

Cari penyebab perdarahan

Perkiraan Jumlah darah yang keluar dengar teratur


denyut nadi dan tekanan darah

Lakukan kolaborasi
dengan dokter

Lakukan kolaborasi
dengan dokter

Membuat catatan yang


akurat

pasien diobservi ketat untuk gejala


dan tanda infeksi

8. Hal-hal Yang Perlu


Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait

11. Rekaman Historis


No Halaman Yang Diubah Perubahan Diberlakukan Tanggal
SPO PEMERIKSAAN DENYUT
JANTUNG JANIN (DJJ)
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :
UPTD
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH NIP.198106232011012010
JAMBI
1. Pengertian Denyut jantung janin adalah frekuensi denyut rata-rata wanita tidak sedang
bersalin, atau diukur antara 2 kontraksi. Dimana rentang normalnya berkisar
antara 120-160x/menit.
2. Tujuan Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin
khususnya denyut jantung janin dalam rahim.
3. Kebijakan
4. Referensi Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka
5. Alat dan Bahan 1. Alat
 Doppler
2. Bahan
 Jelly
6. Prosedur/ INTRUKSI KERJA
Langkah-Langkah 1. Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
2. Berijelly pada doppler llineac yang akan digunakan
3. Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.
4. Hitung detak jantung janin:
4.1 Dengar detak jantung janin selama I menit. normal detak jantung
janin 120-1401 menit
5. Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin
5.1 Jika pada pemenksaan detak jantung janin, lidak terdengar
ataupun tidak ada pergerakan bayl, maka pasien diberi penjelasan dan
pasien dirujuk ke RS.
6. Pasien dipersilahkan bangun
7. Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada buku Kartu Ibu dan Buku KIA
7. Diagram Alir
Baringkan Ibu Hamil Berijelly pada Doppler
Posisi Terlentang llineac

Tempelkan Doppler pada


Hitung detak Jantung Janin perut ibu hamil

Beri penjelasan pada pasien


hasil pemeriksaan detak Pasien dipersilahkan Bangun
jantung janin

Catat Hasil Pemeriksaan


Jantung Janin

Menempatkan Tenaga
8. Hal-hal yang perlu Medis Sesuai Kebutuhan
Denyut jantung janin dapat diketahui dengan tepat dan benar
di perhatikan
9. Catatan Mutu 1. Kartu ibu
2. Buku register kohort ibu harnil
3. Buku register ibu hamil
4. Buku KIA
10. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
11. Rekaman Historis
Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Diberlakukan
SPO / PROTAP PERAWATAN PAYUDARA
BENGKAK DI PUSKESMAS LOMBAKASIH
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS
Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH JAMBI
NIP: 198106232011012010
1. Pengertian Tindakan mengeluarka ASI untuk mengurangi pembekakan payudara pada ibu
yang mengalami bendungan ASI
2. Tujuan 1. Mengeluarkan ASI yang terbendung
2. Mengurangi pembekakan
3. Meningkatkan rasa nyaman ibu
4. Mencegah komplikasi lebih lanjut
3. Kebijakan Dilakukan pada ibu nifas yang mengalami bendungan ASI
4. Referensi Depkes RI. 2005. Perawatan Payudara. From: http://www.depkesRI.co.id (diakses
februari 2011)
Saryono dyah pramitasari poischa. 2009. Perawatan payudara. Jogjakarta:mitra
cendikia.
Suririnah. 2007. ASI Menyelamatkan Jiwa Bayi. From: http//www.kompas.com
(diakses februari 2011)
5. Alat dan Bahan 1. 2 buah handuk mandi
2. Gelas untuk menampung ASI
3. 2 buah waslap
4. Pintu dan jendela ruangan tertutup
5. Air hangat dalam Waskom
6. Air dingin dalarn Waskom
6. Prosedur/ INTRUKSI KERJA
Langkah-Langkah 1. Cuci Tangan
2. Siapkan alat-alat
3. Sapa ibu dan jelaskan prosedur
4. Atur posisi ibu senyamanmungkin, minta duduk bersandar di kursi
5. Minta pasien membuka pakaian atas dan BH nya
6. Selimuti tubuh bagian atas dengan handuk mandi
7. Kompres payudara dengan waslap yang dibasahi air hangat selama 5 menit
8. Lakukan pengurutan payudara kearah puting susu
9. Pencet areola mamae untuk mengeluarkan ASI dengan cara:
a. Letakkan ibujari dan telunjuk di luar daerah areola
b. Tekan ke dalam menggunakan ibujari dan telunjuk ke arah
pangkal payudara
c. Peras dengan ibu jari dan telunjuk sehingga ASI dari bagian depan
payudara terpencar keluar.
10. Letakkan waslap yang dibasahi air dingin pada payudara
11. Pasang kembali BH dan pakaian atas pasien
12. Anjurkan ibu duduk nyaman dengan punggung bersandar di kursi
13. Sarankan ibu rnenyusui sesering rnungkin, paling sedikit 2-3 jam sehari
dengan lama menyusui maksimal 15 menit
14. Bereskan alat-alat
15. Cuci tangan
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
SOPRUJUKAN NEONATUS DENGAN
ASFIKSIA
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :
UPTD.
PUSKESMAS Marince Marpaung S.Kep
SIMPANG BAH JAMBI NIP : 198106232011012010
1. Nama Pekerjaan Rujukan Neonatus dengan Asfiksia
2. Tujuan Sebagai acuan dalam merujuk Neonatus dengan Asfiksia
3. Kebijakan Semua Neonatus dengan Asfiksiayang akan dirujuk
4. Referensi Hidayat, A.Aziz Alimul.2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kamarullah, munir. Asfiksia neonatorum.http ://pjmpkt.tripod.com: 8 april 2008.
Eko Karyuni, Pamilih. 2007.Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC
5. Alat dan Bahan 1. Alat
 Selimut hangat/tebal yang bersih/ popokserta kain penyeka muka.
 Sungkup no.1 untuk bayi cukup bulan dan no.0 untuk bayi kurang bulan
 Penghisap lendir.slym dan penekan lidah 1 set
 Meja kering, bersih dan hangat
 Pemotong dan pengikat tali pusat 1 set
 Timer (jam tangan yang ada detiknya)
2. Bahan
 Jelly

6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA


Langkah 1. Melakukan Penanganan Umum
1.1 Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan kain yang
hangat yang kering.
1.2 Jika belum dilakukan, segera klem & potong tali pusat
1.3 Letakan bayi ditempat keras dan hangat ( dibawah radiant - heater)
untuk resusitasi
1.4 Keijakan pedornan pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan
perawatan dan resusitasi
2. Melakukan Resusitasi.
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama
kehidupan. Indikator terpenting bahwa diperlukan resusitasi adalah
kegagalan nafas setelah bayi lahir.
3. Membuka jalan nafas/mengatur posisi bayi sebagai berikut:
Posisi bayi:
3.1 Terlentang

3.2 Kepala lurus dan sedikit terngadah/ekstensi ( posisi mencium


bau)
3.3 Bayi disetimuti, kecuaIi muka dan dada

3.4 Bersihkan jalan nafas dengan menghisat mulut lalu hidung, jika
terdapat darah/meconium dimulut atau hidung, hisap segera untuk
menghindari aspirasi.
Catatan : Jangan menghisap terlalu dalam ditenggorokan, karena dapat
mengakibalkan turunnya rekuensi denyut jantung bayi atau bayi
berhenti bernafas.
3.5 Tetap jaga kehangatan tubuh bayi.

3.6 Nilal kembali keadaan bayi


 Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dengan asuhan
awal bayi baru Jahir.
 Jika bayitetap tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi.
4. Ventilasi bayi baru lahir.
4.1 Cek kernbali posisi bayi(kepala sedikit ekstensi)

4.2 Posisi sungkup dan cek perlekatannya

4.3 Pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan hidung

4.4 Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah

4.5 Remas balon dengan 2 jariatau seluruh tangan tergantung


besamya balon.
5. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi pengembangan dada.
Pertahankan frekuensi (sekita 40x/menit ) dan tekanan (amati dada mudah
naik dan turun).
5.1 Jika dada naik rnaka kemungkinan tekanan adekuat

5.2 Jika dada tidak naik:


 Cek kembali dan koreksi posisi bayi
 Reposisi sungkup untuk pelekatan lebih baik
 Remas baton bih kuat untuk mukus, darah I mekonium
6. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah terjadi nafas
spontan
6.1 Jika pemafasan normal (frekwensi 30—60x/menit), tidak ada
tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak
diperlukan lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
6.2 Jika bayibelum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi
sampainafas spontan terjadi.
7. Jika bayi mulai menangis, henhikan ventilasi dan amati nafas selama 5
menit setelah tangis berhenti.
7.1 Jika pernafasan normal (frekwensi 30—60x/menit), tidak ada
tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit resusitasi tidak
diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
7.2 Jika frekwensi 30x/menit, lanjutkanventilasi.

7.3 Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan
oxygen, jika tersedia, rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yang
dituju.
8. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi:
8.1 Rujuk ke pelayanan yang dituju.

8.2 Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jka
diperlukan.
9. Jika tidak ada usaha bernafas, megap — megap atau tidak ada nafas
setelah 20 menit ventilasi, hentikan ventilasi, bayi lahir mati, berikan
dukungan psikologis kepada Keluarga
7. Diagram Alir
8. Hal yang perlu di
perhatikan (Jika
Perlu)
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
SPO MEMBIMBINGIBUTENTANG CARA
MENYUSUI YANG BAlK
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Marince Marpaung


SIMPANG BAH JAMBI NIP.198106232011012010

1. Pengertian Membimbing ibu cara menyusui yang baik


2. Tujuan Sebagai acuan dalam membimbing ibu melakukan cara menyusui yang baik
3. Kebijakan Semua pasen post partum yang menyusui
4. Referensi Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Pospartum)
Jakarta :TIM
Suherni, dkk. 2009.Tata cara menyusui yang benar.Yogyakarta:Fitramaya
5. Alat dan Bahan Alat :
Kursi yang rendah agar kaki tidak menggantung dan punggung bersandar
pada kursi
Bahan :
Lapbersih tissue
6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA
Langkah
1. Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu.
2. Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada putirig susu dan areola
sekitamya.
3. Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang rendah
4. Punggung bersandar dengan santal pada kursi.
5. Pegang bayidengan satu lengan, kepala bayi tertetak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan ibu. Kepala bayi tidak boeh
terngadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
6. Satu tangan bayi pada arah badan ibu sebaiknya diletakkan dibelakang
badan ibu.
7. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi rnenghadap payudara
ibu.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
10. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas payudara dan jari lain
menopang dibawah payudara, jangan menekan puling susu I areolanya
saja
11. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara
menyentuh pipi/sisi mulut bayi dengan putting susu.
12. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat punggung bayi
didekatkan kepayudara ibu dengan puting susu dan areola dimasukkan
kedalam mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola masuk kedalarn
mulut bayi sehingga puting berada dilangit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar.
13. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai payudara
terasa kosong.
14. Lanjutkan dengan rnenyusui pada payudara yang satu lagi.

15. Cara melepaskan isapan bayi


a. Masukkan jari kelingking ibu kemulut bayi melalui sudut mulutnya.
b. Tekan dagu bayi kebawah
c. Sete!ah selesai menyusui, keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada
putting susu serta areola sekitarnya dan biarkan kering sendiri.
16. Jangan lupa menyendawakan setelah menyusui dengan cara :
a. Bayi di gendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu dan tepuk
punggungnya berlahan.
b. Bayi tidur tertungkup dipangkuan ibu dan tepuk punggungnya
berlahan.
7. Diagram Alir
8. Hal yang perlu
Diperhatikan (Jika
Perlu)
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan Diberlakukan

SOP/ PROTAP PENATALAKSANAAN SYOK


ANAFILAKTIK DI RUANG PELAYANAN
PUSKESMAS LOMBAKASIH
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :
Marince Marpaung
UPTD PUSKESMAS
NIP.198106232011012010
SIMPANG BAH JAMBI

1. Pengertian Pasien dengan syok Anafilaktik


2. Tujuan Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalarn melakukan
pelayanan penanganan Syok Anafllaktik
3. Kebijakan Tenaga Medis / Paramedis dalain melakukan pelayanan / Penatalaksanaan Syok
Anafllaktik di Ruang Pelayanan
4. Referensi Purwadianto A., Sampurna B. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi. Jakarta: Bina
Aksara
Sundaru H., Sukmana N., Mahdi D. 2007. Renjatan Anafilaktik. Dalam: Sudoyo,
Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
5. Alat dan Bahan 1. Tabung Oksigen
2. Tensimeter
3. Adrenalin ampul
4. Dexamethason Vial
5. Jarum suntik disposibel 2,5/3 ml
6. Ambulance (Jika di rujuk)

6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA


Langkah 1. Penanganan Utama dan segera :
1. Hentikan pemberian obat/ antigen penyebab.
2. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.
3. Berikan Adrenalin 1: 1000(1 mg/ml)
 Segera secara 1M pada otot deltoideus, dengan dosis 0,3 — 0,5 nil
(anak: 0,01 mllkgbb), dapat diulang tiap lima menit,
 Pada tempat suntikan atau sengatan clapat diberikan 0,1 — 0,3 ml
 Pemberian Adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon pada
pemberian secara IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok, dengan
dosis (dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1: 1000 (1 mg I ml) diencerkan dalam
10 ml larutan garam faali dan diberikan selama 10 menit.
4. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi) sampai
syok teratasi.
5. Pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole
Icurang dan 100 mmHg
6. Pemberian oksigen 5-10 L/menit
7. Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tenaga
medis.
7. Diagram Alir
8. Hal-hal yang perlu
di perhatikan (Jika
Perlu)
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan

PROTAP PELAYANAN TINDAKAN


INJEKSI (PENYUNTIKAN) DI KAMAR
BERSALIN PUSKESMAS LOMBAKASIH
No.dokumen :
No.revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :
UPTD PUSKESMAS Marince Marpaung
SIMPANG BAH JAMBI NIP.198106232011012010

1. Pengertian Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik disuntikkan sampai


menembus dalam jaringan otot ( intramuskuler).
2. Tujuan Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan
pelayanan tindakan Injeksi di ruang Pelayanan.
3. Kebijakan Tenaga Medis/Paramedis dalam melakukan pelayanan / tindakan Injeksi
4. Referensi Priharjo, Robert. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta :
EGC
Tiadi, Slamet. Aulawi. 2006. Perbedaan Penyuntikan Intramuskuler Metode Z
Track dengan Metode Konvensional atau Standar Terhadap Refluk Obat,
Keluarnya Darah, dan Tingkat Nyeri, Jurnal Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Universitas Indonesia
5. Alat dan Bahan 1. Spuit dengan jarum no.22-25
2. Jarum ukuran diameter 20-30

3. Kapas alcohol

4. Obat dari ampul atau vial (0.5 mL)

5. Sarung tangan bersih

6. Catatan pengobatan

7. Bak injeksi

8. Bengkok
6. Prosedur/Langkah- INTRUKSI KERJA
Langkah 1. Tutup tirai atau pintu
2. Cuci tangan
3. Ambil obat sesuai dosis
4. Pakai sarung tangan
5. Kaji Area penyuntikan: tidak ada lesi, tidak terdapat infeksi, tidak terdapat
penonjolan tulang, tidak terdapat saraf dan pembuluh darah
6. Posisikan pasien nyaman dan rileks disesuaikan dengan area
penyuntikan yang akan digunakan:
 Ventro gluteal: posisi tengkurap atau miring dengan lutut fleksi
 Vastus lateralis: posisi flat, supine dengan lutut sedikit fleksi
 Dorso gluteal: posisi prone dengan lutut fleksi
 Deltoid: posisi duduk atau berbaring dengan lengan fleksi, rileks atau
diletakkan diatas abdomen
7. Pasang perlak di bawah area yang akan disuntik
8. Lakukan Z-track dengan tangan tidak dominan.
9. Bersihkan tempat penyuntikan dengan kapas alkohol dengan mengusap sec
sirkular arah keluar sekitar 5 cm
10. Letakkan kapas alkohol pada tangan non dominan. Buka tutup spuit dan
pegang spuit pada tangan dominan (antara ibu jari dan telunjuk).
11. Injeksikan jarum dengan sudut 90° (vastus latralis jarum masuk dengan
kedalaman 1,5-2,5 cm; ventro gluteal jarum masuk dengan kedalaman:
1,25- 2,5
12. cm; dorso gluteal jarum masuk dengan kedalaman: 1,25-3,75 cm; deltoid
jarum masuk dengan kedalaman: 1,25-2,5 cm)
13. Setelah jarum masuk ke dalam otot, pindahkan tangan non dominan
kebawah spuit ( untuk memfiksasi agar posisi jarum tidak bergerak) dan
tangan dominan pindah ke bagian pengokang spuit untuk siap
mengaspirasi.
14. Aspirasi spuit untuk memastikan jarum tidak menusuk pembuluh darah, jika
tidak terdapat darah injeksikan obat tersebut dengan kecepatan 10
detik/mL. Jika terdapat darah segera cabut spuit dan ganti pada posisi
penyuntikan lainnya
15. Tarik spuit, usap dengan kapas alkohol dengan sedikit menekan
16. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman.
17. Tutup dan buang spuit, ampul / vial ditempat yang telah tersedia (sampah
medis untuk benda tajam)
18. Observasi respon pasien terhadap penyuntikan
19. Lepas sarung tangan masukkan kedalam larutan klorin dan cuci tangan
20. Dokumentasikan prosedur (5T+1W: Tepat obat, tepat dosis, tepat pasien,
tepat waktu, tepat cara pemberian dan waspada)
21. Observasi efek samping obat (kemerahan, nyeri dan panas)
7. Diagram Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan (jika
perlu)
9. Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
10. Dokumen Terkait
11. Rekaman Historis Tanggal Mulai
No Yang Diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
ALUR PELAVANAN TINDAKAN INJEKSI (PENYUNTIKAN)
DI RUANG PELAYANAN PUSKESMAS LOMBAKASIH

PASIEN DENGAN
INDIKASI INJEKSI

OBAT DAN ALAT SUNTIK


RUANG INJEKSI SIAP

PETUGAS BACA RESEP

ASPIRASI OBAT SESUAI RESEP

SKIN TEST OBAT TERTENTU

PENUSUKAN JARUM

ASEPTIK LOKASI INJEKSI

ASPIRASI

PENYUNTIKAN

PENYEMPROTAN OBAT

ASEPTIK BEKAS SUNTIKAN

PENCABUTAN JARUM

ATASI BILA TERJADI SYOK ANAFILAKTIK

SERAHKAN RESEP PADA PASIEN PASIEN MENUJU APOTIK

BUANG ALAT SUNTIK BEKAS KE TEMPAT PASIEN PULANG


KHUSUS SAMPAH MEDIS

Anda mungkin juga menyukai