Anda di halaman 1dari 6

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN / SATUAN LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

Satuan pendidikan SMP


Kelas / Semester VIII / 1
Jumlah Pertemuan 3 X Pertemuan (3 x 40 menit)
Memantapkan nilai dan tingkah laku yang dapat diterima dalam
Tugas Perkembangan
kehidupan yang lebih luas

Rumusan Kompetensi Mampu menerapkan nilai dan cara berperilaku sosial dalam
kehidupan yang lebih luas

1. Materi/Topik Mengolah Sampah Menjadi Lebih Bermanfaat


Bahasan
2. Bidang Bimbingan Sosial

3. Jenis Layanan Penguasaan kontent

4. Fungsi Layanan Pemahaman, Peserta didik dapat memahami pengelolaan sampah


a. Fungsi KES
b. Fungsi KES-T Pencegahan, Peserta didik dapat mencegah dirinya mencemari

lingkungan

5. Tujuan Layanan a. Sikap


Peserta didik memiliki sikap peduli terhadap lingkungan

b. Pengetahuan
Peserta didik memahami cara untuk menjaga lingkungan tetap
bersih
c. Ketrampilan
Peserta didik berkreasi mengubah limbah menjadi hal yang lebih
bermanfaat
6. Sasaran Layanan/Semester Kelas 8/ Semester 1
7. Tempat Penyelenggaraan Ruang Kelas
8. Waktu Penyelenggaraan Selama 1 bulan
9. Penyelenggara Layanan Guru BK
10. Pihak-pihak yang Dilibatkan -
11. Metode Brainstorming, workshop, Praktik
12. Kegiatan
a. Pendahuluan (10 menit)
1) Mengucapkan salam dan berdoa
2) Menanyakan kegiatan sebelumnya,
3) Mengapresiasikan kehadiran .
4) Guru menyampaikan tujuan layanan
5) Guru mengadakan ice Breaking
b. Kegiatan Inti (25 menit)
• Berfikir 1) Guru menayangkan video dan gambar kerusakan lingkungan
akibat sampah
2) Guru mengadakan brainstorming tentang penyebab kerusakan
lingkungan akibat sampah
3) Guru menayangkan para pegiat lingkungan yang sukses
mengelola sampah menjadi hal yang bermanfaat
4) Guru mengajak peserta didik berfikir hal yang ingin mereka
lakukan untuk memanfaatkan sampah
5) merasa
1) Guru mengadakan brainstorming tentang perasaan peserta didik
ketika melihat kerusakan lingkungan akibat sampah

6) Bersikap
Guru memfasilitasi peserta didik mengembangkan sikap peduli
sosial, kerja sama dan tanggung jawab dengan:
1) Peserta didik berpikir hal yang dapat merubah sampah menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat

7) Bertindak
Guru memberikan waktu kepada peserta didik untuk mewujudkan
keinginan mereka membuat sampah menjadi hal yang lebih
bermanfaat, peserta didik membuat kreasi dan
mempresentasikannya.

8) Bertanggung
jawab Peserta didik mempresentasikan kreasi yang telah dibuat dan
mengetahui manfaatnya.

c. Penutup
(5 menit )
1) Guru menyimpulkan kegiatan bersama peserta didik
2) Guru mengajak peserta didik merefleksi kegiatan dengan
menanyakan kemanfaatan dan kebermaknaan kegiatan
3) Guru menyampaikan pengumuman tentang tugas dan kegiatan
minggu depan
4) Guru menutup pelajaran dengan mengajak peserta didik
bersyukur dan mengucapkan salam

13. Sumber/Bahan dan


Alat
a. Sumer/bahan Slide presentasi dan bahan yang disiapkan masing – masing peserta
didik
b. Alat LCD, laptop dan alat yang disiapkan masing – masing peserta didik
14 Rencana Penilaian
a. Penilaian Hasil 1) Understanding ( Pengetahuan/Pemahaman baru)
Tes tertulis
2) Comfortable (Sikap/Perasaan Positif)
Observasi dan penilaian diri
3) Action ( Tindakan (ketrampilan)
Tes membuat kreasi
b. Penilaian proses
1) Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan
layanan
2) Mengungkapkan pemahaman siswa atas materi yang disajikan
atau pemahaman atas masalah yang dialaminya.
3) Mengungkapkan kegunaan layanan dan mengamati
perkembangan siswa.
4) Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana
penyelenggaraan kegiatan layanan

15. catatan khusus Materi disajikan dalam bentuk slide menarik dan menampilkan
video
Bogor, 25 Juni 2022
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru BK

---------------------------- Indria Azzahra

MATERI LAYANAN

Mengolah Sampah Menjadi Lebih Bermanfaat

Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah besar.
Karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan
mengakibatkan pencemaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian
juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke
sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir (Sicular 1989).
Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan dengan pengurusan
terutama sekitar kota Oleh sebab itu, banyak negara besar melakukan incineration atau
pembakaran, yang menjadi alternatif dalam pembuangan sampah. Sementara itu, permasalahan
yang dihadapi untuk proses ini adalah biaya pembakaran lebih mahal dibandingkan dengan
sistem pembuangan akhir (sanitary landfill). Apabila sampah ini digunakan untuk pertanian
dalam jumlah yang besar, maka akan menimbulkan masalah karena mengandung logam berat
(Ross 1994).
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah berasal dari rumah tangga,
pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. Secara garis besar,
sampah dibedakan menjadi: 1). Sampah organik/basah, Contoh : Sampah dapur, sampah
restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dan lain-lain yang dapat mengalami
pembusukan secara alami.2) Sampah anorganik/kering, Contoh : logam, besi, kaleng, plastik,
karet, botol, dan lain-lain yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami. 3). Sampah
berbahaya, Contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dan lain-lain.
Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah sampah yang
dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat
berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah,
air, dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan
kesehatan.3
Alternatif Pengelolaan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-
alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak
berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatifalternatif tersebut harus
bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua
limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi
tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam
pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip– prinsip baru. Daripada
mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat,
minimalisasi sampah harus dijadikan prioritas utama. Sampah yang dibuang harus dipilah,
sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke
sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus
mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut.
Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang
mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/
mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat
menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah
yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah
didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang.
Pengelolaan Sampah Kini Tak Terbatas
Untuk menyelesaikan masalah ini, peran masing-masing individu tentu penting untuk
membiasakan gaya hidup ramah lingkungan. Namun, ada peran yang tak kalah penting, yaitu
peran dari para inovator yang menciptakan berbagai inovasi kreatif solusi pengelolaan sampah
untuk skala industri. Seperti apa saja inovasi terkini solusi pengelolaan sampah? Cek
selengkapnya di sini!
Inovasi Pengurangan Sampah
Inovasi pengelolaan sampah yang menjadi garda terdepan untuk mencegah timbulnya
sampah adalah inovasi pengurangan sampah. Saat ini, berbagai gebrakan solusi kurangi sampah
organik maupun anorganik menawarkan kemudahan layanan melalui teknologi dengan dampak
yang besar dan luas. Inovasi tersebut datang dari Surplus, Food Cycle, dan bulk store.
Surplus dan Food Cycle sama-sama bergerak untuk mengurangi jumlah sampah sisa
makanan. Hanya saja strategi yang mereka terapkan berbeda. Dalam menangani sampah sisa
makanan, Food Cycle berupaya untuk mengatasi kelaparan pada masyarakat yang kurang
mampu. Mereka mengumpulkan sisa makanan yang masih layak dari industri makanan maupun
donasi untuk didonasikan kepada orang yang membutuhkan. Sedangkan Surplus mengurangi
sampah sisa makanan dengan menyediakan platform bagi penggunanya untuk jual beli sisa
makanan yang masih layak konsumsi. Sisa makanan dijual oleh industri makanan dan dapat
dibeli oleh konsumen umum. Inovasi tersebut tentunya berdampak baik untuk mengurangi
jumlah sampah sisa makanan yang dihasilkan dari aktivitas industri makanan maupun konsumsi
pribadi.
Selain mengurangi sampah organik berupa sisa makanan, sampah anorganik tetap harus
kita cegah. Bulk store adalah inovasi yang hadir untuk mengurangi produksi sampah baik
organik maupun anorganik. Bulk store adalah toko yang menjual barang-barang kebutuhan
sehari-hari yang menerapkan prinsip zero waste. Berbelanja di bulk store, kita harus
menyediakan wadah untuk tempat barang yang kita beli karena produk bulk store tidak
menyediakan kemasan sekali pakai seperti kemasan plastik alias menerapkan sistem isi ulang.
Kita juga harus membawa tas belanja sendiri karena tidak tersedia kantong plastik. Barang-
barang yang dijual juga ramah lingkungan. Berbelanja di bulk store juga membantu mencegah
sampah sisa makanan karena kamu bisa menakar sendiri kebutuhan pangan yang perlu kamu
beli.
Inovasi Pengumpulan dan Pengolahan Sampah
Saat ini di Indonesia, banyak sekali inovasi yang bergerak untuk mengelola sampah
berbasis teknologi. Inovasi ini melahirkan startup pengelolaan sampah dan teknologi
pengumpulan sampah. Tak hanya mengumpulkan sampah, namun juga mendaur ulang sampah
yang terkumpul agar menjadi barang yang memiliki nilai guna. Mereka yang menyediakan
layanan seperti Waste4Change, Gringgo, Mall Sampah, Reciki, Rapel dan Sungai Watch yang
menawarkan teknologi pengumpul sampah sungai.
Walaupun bergerak dalam bidang yang sama, namun masing-masing startup tersebut
bergerak di sektor yang berbeda. Misalnya saja Waste4Change dan Gringgo yang bergerak di
sektor rumah tangga dan bussiness to bussiness mengelola sampah dari masyarakat umum yang
mengikuti layanannya dan melayani berbagai perusahaan untuk mengelola sampah mereka.
Khusus untuk yang bergerak di sektor rumah tangga, ada Rapel yang siap mengelola sampah
anorganik dari kliennya yang sudah terpilah.
Inovasi ini tentunya memberi dampak positif. Selain membersihkan lingkungan, inovasi
sampah bisa membuka peluang bisnis startup yang akan membuka lapangan pekerjaan,
mendatangkan laba, bahkan para klien sampah juga bisa memperoleh keuntungan dari sampah
yang ditukarkan menjadi uang. Walaupun beberapa startup masih belum mampu mendaur ulang
sampah yang didapat, mereka masih memiliki semangat untuk mengupayakan daur ulang
sampah dengan bekerjasama dengan industri daur ulang sampah. Sementara, yang sudah mampu
mengolah sampahnya tentu sudah berhasil membentuk kebiasaan pilah sampah bagi kliennya
agar startup dapat mengolah sampah yang terpilah sesuai jenis dan produknya.
Inovasi teknologi juga hadir dari Citarum Repair yang menciptakan penghalang
sampah (trash barrier) dan alat pengumpul sampah bertenaga surya yang di pasang di Sungai
Citarum untuk mencegah sampah plastik berakhir ke laut. Sungai Citarum merupakan sungai
terkotor di Indonesia. Tak sekedar mengumpulkan sampah dari sungai, mereka juga mendaur
ulang sampah yang dikumpulkan. Di bali, juga terdapat Sungai Watch yang telah berhasil
mengumpulkan 333 ton sampah di sungai Bali pada tahun 2021 lalu dengan memasang 105
penghalang sampah.
Inovasi Daur Ulang Sampah Organik
Sampah organik memiliki jumlah yang paling banyak di Indonesia. Untuk mengatasi
masalah ini, tentunya butuh banyak inovasi dan ide kreatif pengelolaan sampah organik yang
diwujudkan dalam bentuk tindakan. Aksi yang saat ini marak dilakukan adalah pembuatan
kompos dan maggot.
Kompos adalah pupuk organik yang dibuat dari bahan sampah organik seperti sisa
makanan, kayu, ranting, daun, dan rumput yang melalui proses pelapukan oleh bakteri
pembusuk. Proses pembuatannya cukup mudah dan tidak memakan waktu lama. Pembuatan
kompos memerlukan waktu 1-3 bulan sampai pupuk siap dipanen.
Hasil dari mengolah sampah organik menjadi kompos dapat digunakan mulai dari skala
rumah tangga dan industri. Untuk rumah tangga, pupuk yang dihasilkan bisa Generasi Hijau
gunakan untuk menyuburkan tanaman di rumah, sehingga Generasi Hijau tidak perlu membeli
pupuk lagi. Untuk skala industri, kompos bisa dijadikan peluang bisnis dengan menjual hasil
olahan pupuk pada jangkauan pasar yang lebih luas.
Selain kompos, maggot juga bisa menjadi pilihan untuk mengolah sampah organik skala
industri. Maggot (Black Soldier Fly) merupakan larva yang akan bermetamorfosis menjadi lalat.
Budidaya maggot sangat berkontribusi untuk pengurangan sampah organik karena 1 kg maggot
mampu menghabiskan 2-5 kg sampah organik per harinya. Jika dihasilkan dalam skala industri,
tentu sampah organik yang menjadi makanannya akan semakin berkurang menjadi sampah.
Budidaya maggot dinilai sangat menguntungkan karena proses budidayanya yang mudah
dan tingginya permintaan pasar karena protein tinggi yang terkandung pada maggot sangat baik
untuk pakan ternak. Memperbanyak budidaya maggot bisa menjadi salah satu strategi untuk
mengurangi sampah organik secara alami.
Inovasi Daur Ulang Sampah Plastik
Tak kalah dari inovasi pengolahan sampah organik, inovasi pengolahan sampah plastik
juga terus bermunculan. Salah satunya adalah mengubah sampah plastik menjadi batu bata untuk
bahan bangunan (ecobrick). Pembuatan ecobrick dapat dilakukan dalam skala industri maupun
rumah tangga. Untuk skala rumah tangga, ecobrick dapat dibuat dengan memecah sampah
plastik kemasan. Lalu, sampah tersebut dimasukkan ke dalam botol plastik bekas untuk
dipadatkan. Botol-botol berisi plastik tersebut, jika dirangkai bisa menjadi bahan untuk membuat
meja, kursi, bahkan bangunan.
Untuk skala industri, sampah plastik akan dijadikan bahan campuran batako yang
digunakan untuk membangun infrastruktur. Plastik tersebut akan dicacah dengan mesin lalu
dicampurkan ke semen dan akhirnya dicetak menjadi berbagai bentuk batako seperti hollow
block dan paving block. Salah satu industri yang telah mengolah sampah plastik menjadi
ecobrick adalah Rebricks. Rebricks telah mampu mengolah 17.500 kg sampah plastik menjadi
10.000 kg batako.

Anda mungkin juga menyukai