Anda di halaman 1dari 16

Kesiapan (Readiness)

Dalam Konseling
Siska Sastia Ningsih – 202101500676
Eminingsih – 202001579001
Halimatus Syadiyah – 202101500813
Aditya Nugraha Eka Putra - 202101500965

Kelompok 11
Pengertian Kesiapan dan Menurut Para
Ahli

o l ogi
k
Psi eling
s
Kon
Pengertian Kesiapan

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu untuk


menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap
tersebut memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki
dan dipersiapkan selama melakukan kegiatan tertentu.
Menurut Para Ahli
Hamalik
Slameto
kesiapan (readiness) adalah keseluruhan kondisi kesiapan adalah keadaan kapasitas yang
seseorang yang membuatnya siap untuk memberi ada pada diri siswa dalam hubungan
respon/jawaban dalam cara tertentu terhadap situasi dengan tujuan pengajaran tertentu
tertentu.
Djamarah
W.S Winkel
Kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri
kesiapan mencakup kemampuan untuk
yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu
menempatkan dirinya dalam keadaan akan
kegiatan
memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

Thorndike
kesiapan adalah prasyarat
untuk belajar berikutnya
Lanjutan
Sumanto
maka akan timbul ketidakpuasan/kekecewaan
dan mendorong individu untuk melakukan
Kesiapan merupakan salah satu hukum primer
aktivitas tertentu sebagai pelampiasan dari rasa
dalam kegiatan pembelajaran yang terdiri dari :
kekecewaannya.
1. Apabila individu atau organisasi sudah siap
3. Apabila individu atau organisasi belum siap
untuk melakukan/memberikan suatu respon
untuk melakukan/memberikan suatu respon
dan diberi kesempatan untuk melakukannya
tetapi dia dipaksa untuk melakukannya maka
maka akan timbul kepuasan.
akan timbul perasaan yang tidak puas dan
2. Apabila individu atau organisasi sudah siap mendorong individu untuk melakukan tindakan
melakukan/memberikan suatu respon tetapi tertentu sebagai pelampiasan rasa
tidak diberi kesempatan untuk melakukannya, ketidakpuasan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa kesiapan belajar
merupakan kondisi awal dari suatu kegiatan
belajar yang membuat seseorang siap untuk
memberi respon/jawaban yang ada pada
dirinya dalam mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi
kesiapan konselor dan klien dalam
konseling

o l ogi
k
Psi eling
s
Kon
Faktor Pendukung

1. Motivasi klien untuk memperoleh bantuan dari konselor mengenai


permasalahannya.
2. Berbagai pengetahuan klien mengenai konseling.
3. Kecakapan intelektual dari klien sendiri.
4. Tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri.
5. Harapan-harapan klien terhadap konselor.
6. Sistem pertahanan (Defense Mechanism) dari klien sendiri.
Faktor Penghambat
1. Penolakan secara kultural terhadap hal-hal diatas, sebagaimana kekuatan kultural
dalam mempengaruhi cara pandang atau persepsi seseorang yang hal ini akan
mempengaruhi berbagai kesiapan klien dalam menghadapi konseling.
2. Situasi fisik dalam konseling seperti kondisi klien, kondisi lingkungan dari ruangan
konseling, dan hal-hal bersifat fisik lainnya.
3. Pengalaman pertama dalam konseling yang tidak menyenangkan, hal ini akan
mempengaruhi persepsi klien terhadap konseling.
4. Kurangnya pengertian terhadap konseling.
5. Kurang dapat melakukan pendekatan antara klien dengan konselor.
6. Di dalam sebuah lembaga, kurang terdapat iklim penerimaan terhadap konseling.
Langkah-langkah menyiapkan klien untuk
melakukan konseling

o l ogi
k
Psi eling
s
Kon
1. Melalui pembicaraan dengan berbagai
n g kah
ng k ah-la lien pihak/lembaga mengenai topik-topik masalah
La pk a nk dan pelayanan konseling yang diberikan
ia n
meny melakuka 2. Menciptakan iklim kelembagaan yang
untuk nseling merangsang untuk meminta bantuan
ko

Next!!!
3. Menghubungi sumber-sumber yang
referral atau sesuai, misalnya berasal 5. Melalui proses pendidikan itu
dari organisasi seperti sekolah, sendiri
maupun berasal dari guru dan 6. Teknik-teknik survey terhadap
sebagainya. masalah-masalah klien
4. Memberikan informasi kepada klien 7. Orientasi pra-konseling, hal ini
tertentu tentang dirinya dan dapat berupa teknik penstrukturan
prospeknya. maupun hal-hal yang bersifat fisik.
KLIEN “KIRIMAN”
Langka
h-lang
1. Menanyakan kepada klien, bahwa siapa yang menyuruh klien dilakuk kah ya
an ng
tersebut datang kepada konselor. Yang hal ini bermanfaat untuk terhada ko
informasi awal bagi konselor p klien nselor
“kirima
n”
2. Memberikan alasan mengapa klien diminta datang menghadap
konselor, misalnya dengan bertanya kepada klien, “Pak Joni
mengganggap kamu (klien) agak kurang bergairah di dalam kelas
dan hasil belajarmu menurun”
3. Mengemukakan kepada klien tentang hal-hal yang dapat diberikan
oleh seorang konselor kepada klien selama proses konseling
4. Mengajak klien untuk mengemukakan perasaan yang dialaminya
dalam suasana saat itu. Apakah dia marah? Takut? Bingung?
Tidak menentu? Atau bagaimananya.
Next!!!
Langka
h-lang
dilakuk kah ya
5. Menekankan bahwa klien bebas memilih untuk tetap berada di an ng
terhada ko
tempat itu (bersama konselor) atau pergi. Seringkali, jika klien p klien nselor
“kirima
menyadari bahwa dia boleh saja secara bebas membatalkan n”
pertemuannya dengan konselor, justru dapat merupakan langkah
pertama dalam membina sikap percaya klien terhadap konselor yang
selanjutnya akan menjadi pendorong baginya untuk datang secara
sukarela kepada konselor.
6. Menyarankan bahwa jika klien tersebut menolak konselor sebagai
seseorang yang dapat membantu klien tersebut, ada sumber-sumber
(orang-orang) lain dapat dimintai bantuannya untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Tunjukkan nama mereka jika klien
memang berminat.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai