Stunting adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa awal kehidupan anak. Risiko dari
masalah stunting terbilang wajib diwaspadai karena akan mempengaruhi tumbuh kembang anak secara langsung,
sekarang maupun dalam jangka panjang. Stunting tidak hanya membuat tubuh anak pendek, namun
perkembangan otaknya pun terhambat. Pakar mengatakan orang tua bisa mencegah anak stunting dengan
memperbanyak konsumsi protein hewani .
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, angka stunting pada usia balita di Indonesia mengalami
penurunan, dari 37,2 persen pada tahun 2013 menjadi 30,8 persen di tahun 2018.
Anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak. Pengaruhnya
terlihat pada kemampuan kognitif si kecil. Mereka cenderung sulit mengingat, menyelesaikan masalah, dan
Pertumbuhan kognitif yang lambat di kemudian hari bisa menyebabkan anak mengalami penurunan fungsi
intelektual, kesulitan memproses informasi, serta susah berkomunikasi. Ini tentu mempengaruhi proses belajar
anak di sekolah dan di rumah, sekaligus membuat mereka kesulitan bergaul serta bermain bersama rekan sebaya.
Perkembangan tubuh anak pun otomatis lebih lambat dari anak-anak seusianya. Tubuh pendek adalah salah satu
ciri umum anak pengidap masalah stunting. Kekurangan gizi kronis akan menghambat pertumbuhan otot. Anak
stunting terlihat juga lebih mudah lelah dan selincah anak pada umumnya. Dampaknya, anak memiliki risiko besar
Apabila buah hati Anda mengidap masalah stunting, sistem kekebalan tubuh anak terbilang lebih rentan. Anak
mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Karena daya tahan tubuh mereka
rendah, proses penyembuhan anak stunting menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Kondisi stunting tidak hanya dirasakan ketika kecil, tetapi dampaknya akan terus terasa hingga dewasa. Hasil riset
Paediatrics and International Child Health menyatakan bahwa anak stunting meningkatkan risiko menjadi diabetesi
saat sudah dewasa. Pasalnya, kekurangan gizi pada masa pertumbuhan akan mengganggu sistem hormonal insulin
dan glukagon pada pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa. Akibatnya keseimbangan
gula darah akan lebih cepat terganggu dan tubuh lebih mudah pula membentuk jaringan lemak saat anak
ini disebabkan karena kebutuhan zat gizi mikro dan makro dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal sehingga
Stunting juga dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan menerapkan gaya hidup
sehat. Orang tua disarankan pula melakukan pemeriksaan anak ke dokter secara berkala. Mari cegah stunting pada
anak sejak dini untuk kebaikannya di masa depan. Peran orang tua adalah kunci utama anak mendapatkan nutrisi
Untuk mencegah stunting, anak harus mendapatkan ASI eksklusif dan MPASI pada usia enam bulan. Komposisi
MPASI idealnya juga menyerupai komposisi ASI; harus mengandung karbohidrat, lemak, dan protein . Sejak awal
MPASI hingga usia 2 tahun, ketiga makronutrisi ini harus tercukupi, untuk mendukung pertumbuhan otaknya.
Jangan takut memberikan lemak pada si kecil, karena zat ini sangat penting bagi otaknya. Utamakan protein
hewani, karena dalam ASI, komposisi protein hewani lebih banyak.
Itulah mengapa bayi dan anak-anak memerlukan asupan protein yang sangat tinggi daripada orang dewasa supaya
tumbuh kembangnya bisa optimal. Anak yang sedang menginjak masa tumbuh kembang harus mengkonsumsi
makanan tinggi protein supaya asupan nutrisi hariannya bisa terpenuhi dengan baik
“Susu dan telur adalah sumber protein hewani yang paling baik. Diikuti dengan produk susu, unggas, ikan, hati, dan
daging. Jadi, sumber hewani tidak harus mahal. Anak bisa diberi telur, hati ayam, dan berbagai jenis ikan lokal yang
harganya relatif terjangkau,” imbuh dia.
Ahli gizi menganjurkan pemberian sumber pangan hewani seperti susu atau telur 1 butir per hari untuk mencegah
maupun mengatasi stunting. Dengan perbaikan nutrisi, termasuk pemberian susu, kasus stunting di desa tersebut
berhasil diturunkan.