Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
Oleh:
MUFRIHATURRAHMAH AMAL
NIM: i80200223027
DOSEN iPENGAMPU i:
Segala ipuji idan isyukur ikehadirat iAllah iswt. ikarena idengan iizin-Nya
ikami idapat imenyelesaikan imakalah iyang itelah idiamanahkan ikepada ikami.
i Shalawat iserta isalam isemoga itetap itercurahkan ikepada iNabi iMuhammad
iSaw. iyang itelah imembawa ikedamaian idan irahmat iuntuk isemesta ialam, iNabi
iyang isepantasnya ikita ijadikan iteladan idari isetiap isisi ikehidupannya ibilamana
ikita iingin imerasakan inikmatnya ihidup idi idunia idan idi iakhirat.
Makalah iini imenjelaskan itentang i“Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian
Filsafat Ilmu”. iDalam imakalah iini ikami ituliskan isesuai idengan ihasil itinjauan
ipustaka iyang idilakukan iberdasarkan ireferensi iyang irelevan idengan ijudul
imakalah ikami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena, itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu. kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamin.
Penulis
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………...……………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Ilmu…………………………………………………3
B. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu……………………………………...…….7
BAB III PENUTUP........................................................................................ 11
A. Kesimpulan ...................................................................................... 11
B. Implikasi ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12
BAB iI
PENDAHULUAN
B. Rumusan iMasalah
C. Tujuan iPenulisan
Makalah ini bertujuan untuk:
PEMBAHASAN
1
Lasiyo dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat (Cet. I; Yogyakarta: Liberty, 1985), h. 1.
c. Al Farabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang
hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
d. Hasbullah Bakry
Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.2
e. Notonegoro
Notonegoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi
objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang
tidak berubah, yang disebut hakikat.
Adapun Ali Mudhofir dalam buku Surajiyo memberikan arti filsafat sangat
beragam, yaitu sebagai berikut.
a. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap secara
filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia
meninjau suatu problem dari semua sudut pandang.
b. Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode, artinya cara berpikir secara mendalam (reflektif),
penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat
berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan
jelas.
c. Filsafat sebagai analisis logis
Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah,
kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan
pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa
2
Abbas Hamami M, Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengetahuan) (Cet. I;
Yogyakarta: Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM, 1976), h. 2.
merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya
fungsi filsafat. Para filsuf analitis seperti G. E. Moore, B. Russel, L. Wittgeenstein,
G. Ryle, J. L. Austin, dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah
menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau
ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium para
filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide.
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan
pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan
tetapi secara kritis, dalam arti: setelah segala sesuatunya diselidiki problem-
probelm apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu
dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang
menjadi dasar bagi pengertian kita sehari-hari. 3
Barangkali karena rumitnya mendefinisikan filsafat dan ternyata hasilnya
juga relatif sangat beragam, maka Muhammad Hatta tidak mau terlalu gegabah
memberikan definisi filsafat. Menurut dia sebaiknya filsafat tidak diberikan
defenisi terlebih dahulu, biarkan saja orang mempelajarinya secara serius, nanti dia
akan faham dengan sendirinya. Pendapat Hatta ini mendapat dukungan dari
Langeveld. Pendapat ini memang ada benarnya, sebab inti sari filsafat
sesungguhnya terdapat pada pembahasannya. Akan tetapi, khususnya bagi pemula
sekedar untuk dijadikan patokan awal maka defenisi itu masih sangat diperlukan.
Pendapat ini benar adanya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan
bukan pada defenisi. Namun, defenisi filsafat untuk dijadikan patokan awal
diperlukan untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang
terkait dengan filsafat ini. Karena itu, disini dikemukakan beberapa defenisi dari
para filosof terkemuka yang cukup representatif, baik dari segi zaman maupun
kualitas pemikiran.4
3
Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, Filsafat Untuk Umum (Cet. I; Jakarta: Kencana,
2003), h. 1.
4
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers, 2005), h. 6.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mengartikan filsafat sebagai:
a. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek material atau
objek materil filsafat; segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materil
konkretm psikis maupun nonmateril abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian
abstrak-logis, konsepsional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian, objek
filsafat tidak terbatas’.5
b. Poedjawijatna berpendapat,
Jadi, objek material filsafat ialah ada dan yang mungkin ada. Dapatkah dikatakan
bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang menyelidiki segala sesuatunya
juga?’ Dapat dikatakan bahwa objek filsafat yang kami maksud adalah objek
materialnya sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi, filsafat
5
Mohammad Noor Syam, Pengantar Tinjauan Pancasila dari Segi Filsafat (Cet. I; Labotarium
Pancasila IKIP Malang, 1981), h. 12.
tetap filsafat dan bukan merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu’. 6
c. Oemar Amir Hoesin berpendapat
Lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, meliputi segala pengetahuan
manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia’.
e. H.A. Dardiri berpendapat
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran,
ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Kemudian, apakah
gerangan segala sesuatu yang ada itu?
Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu:
1) Ada yang bersifat umum
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ada pada umumnya disebut ontologi.
Adapun ada yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu ada yang mutlak, dan ada yang
tidak mutlak. Ilmu yang menyelidiki tentang ada yang bersifat mutlak
disebut theodicea. Ada yang tidak mutlak dibagi lagi menjadi dua, yaitu alam dan
manusia. Ilmu yang menyelidiki alam disebut kosmologi dan ilmu yang
menyelidiki manusia disebut metafisik.
f. Abbas Hammami M. Berpendapat
Sehingga dalam filsafat objek materil itu adalah ada yang mengatakan, alam
semesta, semua keberadaan, masalah hidup, masalah manusia, masalah Tuhan, dan
lainnya. Karena untuk menjadikan satu pendapat tentang tumpuan yang berbeda
akhirnya dikatakan bahwa segala sesuatu ada lah yang merupakan objek materil.
Setelah meneropong berbagai pendapat dari para ahli di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa objek material dari filsafat sangat luas mencakup segala
6
Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat (Cet. V; Jakarta: Pembangunan, 1980), h. 8.
sesuatu yang ada.
Adapun permasalahn dalam kefisafatan mengandung ciri-ciri seperti yang
dikemukakan Ali Mudhofir, yaitu sebagai berikut.
a. Bersifat sangat umum. Artinya, persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan
dengan nilai, baik nilai moral, estetis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian
ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.
d. Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep
dan arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa
pemeriksaan secara kritis.
e. Bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara
dengan usaha untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara mendalam
segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya.
b. Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau penyelidikan
A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari
bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang
berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga
secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom)
dalam arti yang sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan usaha untuk
memperoleh pandangan yang menyeluruh, filsafat yang mencoba
menggabungkan kaasimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia
menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.
2. Ruang lingkup filsafat yaitu filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu
yang ada dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam
semesta, dan sebagainya. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari
suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti
mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek
formal.
B. Implikasi
Pembahasan idan ikesimpulan iyang itelah idirumuskan isebelumnya
idiharapkan idapat iberimplikasi ipositif idan imembangun iterhadap ipara
ipembaca idalam imemahami itentang ifilsafat ilmu. iTerkhusus ibagi ipara
imahasiswa, ipenggiat, ipenuntut iilmu iyang isedang imengkaji itentang ifilsafat
ilmu. iDan ilebih ikhusus ilagi ibagi ipara ipendidik iyang imengajarkan ifilsafat
ilmu, isehingga ibisa imengenalkan Ifilsafat isecara imenyeluruh ilewat ifilsafat
ilmu.
DAFTAR iPUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu .Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers, 2005.
Bambang dan Hambali. Filsafat Untuk Umum. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2003.
Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Cet. I ; Jakarta: Bumi Aksara, 2005.