Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN FILSAFAT ILMU

Diajukan i untuk iMemenuhi iSalah iSatu iTugas iMata iKuliah


iFilsafat Ilmu iProdi iPascasarjana iKonsentrasi iPendidikan
iAgama iIslam iUIN iAlauddin iMakassar

Oleh:

MUFRIHATURRAHMAH AMAL
NIM: i80200223027

DOSEN iPENGAMPU i:

Dr. H. Muzakkir, M. Pd. I


iiiiiii

PROGRAM iSTUDI iMAGISTER iPENDIDIKAN iAGAMA iISLAM


iPASCASARJANA iUNIVERSITAS iISLAM iNEGERI iALAUDDIN
iMAKASSAR
2023
KATA iPENGANTAR

Segala ipuji idan isyukur ikehadirat iAllah iswt. ikarena idengan iizin-Nya
ikami idapat imenyelesaikan imakalah iyang itelah idiamanahkan ikepada ikami.
i Shalawat iserta isalam isemoga itetap itercurahkan ikepada iNabi iMuhammad
iSaw. iyang itelah imembawa ikedamaian idan irahmat iuntuk isemesta ialam, iNabi
iyang isepantasnya ikita ijadikan iteladan idari isetiap isisi ikehidupannya ibilamana
ikita iingin imerasakan inikmatnya ihidup idi idunia idan idi iakhirat.
Makalah iini imenjelaskan itentang i“Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian
Filsafat Ilmu”. iDalam imakalah iini ikami ituliskan isesuai idengan ihasil itinjauan
ipustaka iyang idilakukan iberdasarkan ireferensi iyang irelevan idengan ijudul
imakalah ikami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena, itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu. kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamin.

Makassar, i20 iSeptember i2023

Penulis
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………...……………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Ilmu…………………………………………………3
B. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu……………………………………...…….7
BAB III PENUTUP........................................................................................ 11
A. Kesimpulan ...................................................................................... 11
B. Implikasi ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12
BAB iI

PENDAHULUAN

A. Latar iBelakang iMasalah


Terdapat beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami,
mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya.Pendekatan-pendekatan tersebut
adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama.
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat
ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk
memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah
itu sendiri.
Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada
dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat
pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan
pengetahuan ilmiah”.Dengan mengetahui ruang lingkup dari filsafat ilmu, maka
dapat diketahui pula pengelompokan dari filsafat ilmu itu sendiri, filsafat ilmu dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu filsafat ilmu umum, dan filsafat ilmu
khusus.Dan filsafat ilmu dapat pula dikelompokkan berdasarkan model
pendekatannya, yaitu filsafat ilmu terapan, dan filsafat ilmu murni.
Dengan adanya filsafat ilmu, maka filsafat ilmu mempunyai wilayah lebih
luas dan perhatian lebih trasenden daripada ilmu-ilmu. Maka dari itu filsafat pun
mempunyai wilayah lebih luas daripada penyelidikan tentang cara kerja ilmu-ilmu.
Filsafat ilmu bertugas meneliti hakikat ilmu.Diantaranya paham tentang kepastian,
kebenaran dan objektivitas.
Konsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan
fungsi serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari.Berikutnya
dibahas pula tentang karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan
fungsional antara ilmu, filsafat dan agama.Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup
sistematika, permasalahan, keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir)
dalam pengkajian dan pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis
dan aksiologis.Selanjutnya dikaji mengenai makna, implikasi dan implementasi
filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan
kependidikan dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik
pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik
secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan
filsafat.Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia
dari pandangan mitosentris menjadi logosentris.Perubahan pola pikir tersebut
membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam
dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu
terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos.Dari
sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih
terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan
terasa manfaatnya.Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka
berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan
axiologi.Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun Suriasumantri merupakan bagian dari
epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu
(pengetahuan ilmiah). Dalam pokok bahasan ini akan diuraikan pengertian filsafat
ilmu, dan ruang lingkup filsafat ilmu.

B. Rumusan iMasalah

1. Apa pengertian dari Filsafat Ilmu?

2. Bagaimana ruang lingkup filsafat ilmu?

C. Tujuan iPenulisan
Makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian dari filsafat ilmu

2. Mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu


BAB iII

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Ilmu


Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara
satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama
banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua
segi, yakni secara etimologi dan secara terminologi.
1. Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa
Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta
(love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi
istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-
dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM).
Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu
diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh
Socrates (470-399 M) dan para filsuf lainnya. 1
2. Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi dalam arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan
batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan
beberapa batasan.
a. Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran
yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).

1
Lasiyo dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat (Cet. I; Yogyakarta: Liberty, 1985), h. 1.
c. Al Farabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang
hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
d. Hasbullah Bakry
Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.2
e. Notonegoro
Notonegoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi
objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang
tidak berubah, yang disebut hakikat.
Adapun Ali Mudhofir dalam buku Surajiyo memberikan arti filsafat sangat
beragam, yaitu sebagai berikut.
a. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap secara
filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia
meninjau suatu problem dari semua sudut pandang.
b. Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode, artinya cara berpikir secara mendalam (reflektif),
penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat
berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan
jelas.
c. Filsafat sebagai analisis logis
Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah,
kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan
pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa

2
Abbas Hamami M, Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengetahuan) (Cet. I;
Yogyakarta: Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM, 1976), h. 2.
merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya
fungsi filsafat. Para filsuf analitis seperti G. E. Moore, B. Russel, L. Wittgeenstein,
G. Ryle, J. L. Austin, dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah
menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau
ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium para
filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide.
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan
pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan
tetapi secara kritis, dalam arti: setelah segala sesuatunya diselidiki problem-
probelm apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu
dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang
menjadi dasar bagi pengertian kita sehari-hari. 3
Barangkali karena rumitnya mendefinisikan filsafat dan ternyata hasilnya
juga relatif sangat beragam, maka Muhammad Hatta tidak mau terlalu gegabah
memberikan definisi filsafat. Menurut dia sebaiknya filsafat tidak diberikan
defenisi terlebih dahulu, biarkan saja orang mempelajarinya secara serius, nanti dia
akan faham dengan sendirinya. Pendapat Hatta ini mendapat dukungan dari
Langeveld. Pendapat ini memang ada benarnya, sebab inti sari filsafat
sesungguhnya terdapat pada pembahasannya. Akan tetapi, khususnya bagi pemula
sekedar untuk dijadikan patokan awal maka defenisi itu masih sangat diperlukan.
Pendapat ini benar adanya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan
bukan pada defenisi. Namun, defenisi filsafat untuk dijadikan patokan awal
diperlukan untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang
terkait dengan filsafat ini. Karena itu, disini dikemukakan beberapa defenisi dari
para filosof terkemuka yang cukup representatif, baik dari segi zaman maupun
kualitas pemikiran.4

3
Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, Filsafat Untuk Umum (Cet. I; Jakarta: Kencana,
2003), h. 1.
4
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers, 2005), h. 6.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mengartikan filsafat sebagai:
a. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang

ada, sebab, dan hukumnya.


b. Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan

c. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.


Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara
sistimatis, radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan
proses, proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara
berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan alasan
yang diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat
didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan
menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah secara
persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman yang mendorong timbulnya filsafat pada seseorang karena adanya
sikap heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu
memerlukan jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-
pemikiran yang mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan
keseriusan untuk melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat
maka keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan
lebih mudah.
Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh,
filsafat yang mencoba menggabungkan kaasimpulan dari berbagai ilmu dan
pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten. Para filsuf
berhasrat meninjau kehidupan tidak dengan sudut pandaang yang khusus
sebagaimana di lakukan oleh seorang ilmuawan. Para filsuf memakai pandangan
yang menyeluruh terhadap kehidupan sebagai suatu totalitas. Tujuan filsafat adalah
mengambil alih hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang keagamaan, etika,
dan ilmu pengatahuan, kemudian hasil-hasil tersebut di renungkan secara
menyeluruh Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh beberapa kesimpulan
umum tentang sifat-sifat dasar alam semesta, kedudukan manusia di dalamnya serta
berbagai pandangan ke depan.
B. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan
sebagainya. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau
pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang
dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Apabila
diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat dikatagorikan kepada dua:
1. Objek Material Filsafat
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,
dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja,
baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.
Objek material dari filsafat ada beberapa istilah dari para cendekiawan, namun
semua itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan.
a. Mohammad Noor Syam berpendapat,

Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek material atau
objek materil filsafat; segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materil
konkretm psikis maupun nonmateril abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian
abstrak-logis, konsepsional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian, objek
filsafat tidak terbatas’.5
b. Poedjawijatna berpendapat,

Jadi, objek material filsafat ialah ada dan yang mungkin ada. Dapatkah dikatakan
bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang menyelidiki segala sesuatunya
juga?’ Dapat dikatakan bahwa objek filsafat yang kami maksud adalah objek
materialnya sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi, filsafat

5
Mohammad Noor Syam, Pengantar Tinjauan Pancasila dari Segi Filsafat (Cet. I; Labotarium
Pancasila IKIP Malang, 1981), h. 12.
tetap filsafat dan bukan merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu’. 6
c. Oemar Amir Hoesin berpendapat

Masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah ‘karena manusia mempunyai


kecenderungan hendak berpikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta,
terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Objek sebagaimana tersebut
adalah menjadi objek materi filsafat’.
d. Louis O. Kattsoff berpendapat

Lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, meliputi segala pengetahuan
manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia’.
e. H.A. Dardiri berpendapat

Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran,
ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Kemudian, apakah
gerangan segala sesuatu yang ada itu?
Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu:
1) Ada yang bersifat umum

2) Ada yang bersifat khusus.

Ilmu yang menyelidiki tentang hal ada pada umumnya disebut ontologi.
Adapun ada yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu ada yang mutlak, dan ada yang
tidak mutlak. Ilmu yang menyelidiki tentang ada yang bersifat mutlak
disebut theodicea. Ada yang tidak mutlak dibagi lagi menjadi dua, yaitu alam dan
manusia. Ilmu yang menyelidiki alam disebut kosmologi dan ilmu yang
menyelidiki manusia disebut metafisik.
f. Abbas Hammami M. Berpendapat

Sehingga dalam filsafat objek materil itu adalah ada yang mengatakan, alam
semesta, semua keberadaan, masalah hidup, masalah manusia, masalah Tuhan, dan
lainnya. Karena untuk menjadikan satu pendapat tentang tumpuan yang berbeda
akhirnya dikatakan bahwa segala sesuatu ada lah yang merupakan objek materil.
Setelah meneropong berbagai pendapat dari para ahli di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa objek material dari filsafat sangat luas mencakup segala

6
Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat (Cet. V; Jakarta: Pembangunan, 1980), h. 8.
sesuatu yang ada.
Adapun permasalahn dalam kefisafatan mengandung ciri-ciri seperti yang
dikemukakan Ali Mudhofir, yaitu sebagai berikut.
a. Bersifat sangat umum. Artinya, persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan

dengan objek-objek khusu. Sebagian besar masalah kefilsafatan berkaitan ide-


ide dasar. Misalnya, filsafat tidak menanyakan “berapa harta yang Anda
sedekahkan dalam satu bulan?” Akan tetapi, filsafat menyakan “apa keadilan
itu?”
b. Tidak menyangkut fakta disebabkan persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif.

Persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan ilmiah.


c. Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan kefilsafatan bertalian

dengan nilai, baik nilai moral, estetis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian
ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.
d. Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep

dan arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa
pemeriksaan secara kritis.
e. Bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara

keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai


keseluruh.
f. Bersifat implikatif, artinya kalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab,

dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling


berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat lebih jauh yang
menyentuh berbagai kepentingan manusia.
2. Objek Formal Filsafat
Objek formal merubah objek khusus filsafat yang sedalam-dalamnya. Objek
formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga
menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Objek formal ini dapat dipahami melalui
dua kegiatan:
a. Aktivitas berfikir murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal manusia

dengan usaha untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara mendalam
segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya.
b. Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau penyelidikan

dalam wujud ilmu atau ideologi.


Mengenai objek formal ini ada juga yang mengindentikan dengan metafisika,
yaitu hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi dan substansi
alam, yaitu sebab utama terjadinya alam. Metafisika berasal dari bahasa yunani,
yaitu metha artinya di belakang, sedangkan fisika artinya fisik atau nyata. Untuk itu
dapat dipahami pengertian methafisika adalah pemikiran yang jauh dan mendalam
dibalik apa yang bisa dijangkau oleh panca indra seperti Tuhan, asal alam, hakikat
manusia, dan sebagainya.
Bagi plato, filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang
paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara bagi Aritoteles, filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku ada” (being as
being) atau “peri ada sebagaimana adanya” (being as such). Dari dua pernyataan
tersebut, dapatlah diketahui bahwa “ada” merupakan objek materi dari filsafat.
Karena fisafat berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya,
termasuk dirinya sendirinya, maka “ada” disini meliputi segala sesuatu yang ada
dan, bahkan, yang mungkin ada atau seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat
dikatakan, jika filsafat itu bersifat holistik atau keseluruhan, sementara ilmu
pengetahuan lainnya bersifat Fragmental atau bagian-bagian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari
bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang
berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga
secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom)
dalam arti yang sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan usaha untuk
memperoleh pandangan yang menyeluruh, filsafat yang mencoba
menggabungkan kaasimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia
menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.
2. Ruang lingkup filsafat yaitu filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu
yang ada dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam
semesta, dan sebagainya. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari
suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti
mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek
formal.
B. Implikasi
Pembahasan idan ikesimpulan iyang itelah idirumuskan isebelumnya
idiharapkan idapat iberimplikasi ipositif idan imembangun iterhadap ipara
ipembaca idalam imemahami itentang ifilsafat ilmu. iTerkhusus ibagi ipara
imahasiswa, ipenggiat, ipenuntut iilmu iyang isedang imengkaji itentang ifilsafat
ilmu. iDan ilebih ikhusus ilagi ibagi ipara ipendidik iyang imengajarkan ifilsafat
ilmu, isehingga ibisa imengenalkan Ifilsafat isecara imenyeluruh ilewat ifilsafat
ilmu.
DAFTAR iPUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu .Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers, 2005.

Bambang dan Hambali. Filsafat Untuk Umum. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2003.

Hamami, Abba. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat


Pengetahuan). Cet. I; Yogyakarta: Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat
UGM, 1976.
i
Lasiyo dan Yuwono. Pengantar Ilmu Filsafat .Cet. I; Yogyakarta: Liberty, 1985.

Poedjawijatna. Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat. Cet. V; Jakarta:


Pembangunan, 1980.

Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Cet. I ; Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Anda mungkin juga menyukai