Anda di halaman 1dari 60

STUDI POTENSI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN JOB SAFETY

ANALYSIS (JSA) PADA PEKERJA WORKSHOP DI PT. PELINDO

TERMINAL PETIKEMAS KENDARI

PROPOSAL

Oleh:

ANISA FITRIANI

J1A120122

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

STUDI POTENSI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN JOB SAFETY

ANALYSIS (JSA) PADA PEKERJA WORKSHOP DI PT. PELINDO

TERMINAL PETIKEMAS KENDARI

Diajukan Oleh:

ANISA FITRIANI

J1A1 20 122

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Sitti Rabbani Karimuna, S.KM., M.P.H. Indah Ade Prianti, S.K.M., M.P.H.
NIP. 19881202 201404 2 001 NIDN. 0010049304

Mengetahui:

Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat

Universitas Halu Oleo

Yasnani, S.Si.,M.Kes
NIP. 19780207 201404 2 001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG.............................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................7
1.7 Organisasi...........................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
2.1 Tinjauan Umum Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................9
2.2 Tinjauan Umum Tentang Kecelakaan Kerja....................................................11
2.3 Tinjauan Umum Tentang Penyakit Akibat Kerja (PAK)..................................16
2.4 Tinjauan Umum Tentang Bahaya.....................................................................18
2.5 Tinjauan Umum Tentang Risiko......................................................................23
2.6 Tinjauan Umum Tentang Manajemen Risiko..................................................25
2.7 Tinjauan Umum Tentang Alat Pelindung Diri (APD)......................................30
2.8 Tinjauan Umum Tentang Job Safety Analysis (JSA).......................................33
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................39
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian......................................................................39
3.2 Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti.................................................................39
3.3 Lokasi Penelitian..............................................................................................40
3.4 Penentuan Informan.........................................................................................40
3.5 Sumber Data.....................................................................................................40
3.6 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................41
3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................41
3.8 Pengecekan Validitas Temuan..........................................................................43
3.9 Tahap-Tahap Penelitian dan Jadwalnya...........................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
LAMPIRAN..........................................................................................................49

iii
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman


2. Skala Ukur Likehood Secara Kualitatif 36
1
2. Skala Ukuran Consequences Secara Kualitatif 36
2
2. Matriks Analisis Risiko Kualitatif 37
3

iv
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
2. Bagan Proses manajemen risiko 29
1

v
DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

Lambang / Singkatan Arti / Keterangan


. : Titik
, : Koma
: : Titik Dua
‘ : Tanda Petik Tunggal
“ : Tanda Petik
( : Buka Purung
) : Tutup Kurung
= : Sama Dengan
- : Garis Mendatar
& : Dan
? : Tanda Tanya
/ : Garis Miring
% : Persen
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
TPK : Terminal Petikemas
ILO : International Labor Organization
APD : Alat Pelindung Diri
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
PNB : Produk Nasional Bruto
Pelindo : Pelabuhan Indonesia
UU : Undang-Undang
UUD : Undang-Undang Dasar
: Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
SMK3
Kerja
HSSE : Health Safety Security Environment
JSA : Job Safety Analysis
Permenaker : Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Permenakertrans : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja adalah suatu peristiwa tidak terduga atau tiba-tiba dan

dapat menyebabkan kehilangan nyawa dan atau material. Kecelakaan di tempat

kerja adalah kejadian yang tidak terduga atau tiba-tiba yang dapat mengganggu

sistem atau orang dan mempengaruhi pencapaian lengkap tujuan sistem (Fikriani

et al., 2022).

Kecelakaan kerja biasanya disebabkan oleh tindakan berbahaya 88% dan

kondisi berbahaya 10%, sedangkan kecelakaan 2% tidak bisa dihindari. Jenis

tindakan berbahaya termasuk prosedur kerja berbahaya, operasi mesin

berkecepatan tinggi, dan transportasi menggunakan instruksi atau metode yang

salah. Selain itu, kondisi berbahaya mencakup relevansi dan kebersihan wilayah

kerja, fasilitas APD yang tidak sesuai, metode peringatan yang tidak pantas dan

cukup, serta risiko kebakaran (Fikriani et al., 2022).

Menurut International Labor Organization (ILO) tahun 2018, tingkat

kecelakaan kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di

Indonesia masih cukup tinggi. Berbagai kecelakaan kerja masih sering terjadi

dalam proses produksi, terutama dalam sektor konstruksi, setiap hari terjadi 6000

kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal, di Indonesia setiap

100.000 tenaga kerja terdapat 20 korban fatal akibat kecelakaan kerja. Menurut

kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-

1
negara berkembang, Indonesia juga termasuk paling tinggi, mencapai 4% dari

Produk

2
3

Nasional Bruto (PNB). ILO mengungkapkan lebih dari 250 juta kecelakaan di

tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya yang

terjadi di tempat kerja dan 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit

di tempat kerja. Kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2018 juga menjelaskan

bahwa Indonesia menempati urutan tertinggi yaitu urutan ke- 152 dari 153 negara

yang telah di teliti (Nengsi et al., 2022).

Dalam data di Indonesia pada 2 tahun terakhir, dilaporkan telah terjadi

kenaikan kecelakaan kerja yang sangat signifikan, naik sebesar 55.2% dari tahun

sebelumnya, yakni sebanyak 114.000 kasus di tahun 2019 menjadi 177.000 kasus

di tahun 2020. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS Kesehatan)

atau yang sebelumnya dikenal sebagai PT.Jamsostek mencatat, kurang lebih setiap

harinya sebanyak 12 pekerja di Indonesia mengalami cacat permanen. Kemudian

tujuh pekerja meninggal dunia akibat dari kecelakaan di tempat kerja dengan

kecelakaan kerja terbesar disumbang oleh sektor manufaktur dan konstruksi

sebesar 63,6%; sektor transportasi 9,3%; sektor kehutanan 3,8%, pertambangan

2.6% dan sisanya sebesar 20,7% (Nengsi et al., 2022).

Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS

Ketenagakerjaan) di Kota Kendari pada tahun 2019 jumlah kecelakaan kerja

sebanyak 304 kasus, jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 sebanyak 538

kasus kecelakaan kerja dan pada tahun 2021 jumlah kasus kecelakaan kerja di

Kota Kendari semakin tinggi yakni 2517 kasus. Peningkatan kasus kecelakaan

kerja di Kota Kendari membuat peran K3 sangat penting dalam mengurangi angka

kasus kecelakaan kerja (Nengsi et al., 2022).


4

Pelabuhan Indonesia (Pelindo) merupakan pelabuhan kelas dunia yang

menawarkan anda layanan terintegrasi antar pelabuhan di Indonesia. Pelindo

merupakan perusahaan hasil integrasi dari empat (4) BUMN pelabuhan yaitu PT.

Pelindo I (Persero), PT. Pelindo II (Persero), PT. Pelindo III (Persero), dan

PT.Pelindo IV (Persero) yang resmi berdiri pada tanggal 1 Oktober 2021.

Berdirinya Pelindo sebagai perusahaan hasl integrasi ini adalah inisiatif strategis

pemerintah selaku pemegang saham untuk mewujudkan konektivitas nasional dan

jaringan ekosistem logistik yang lebih kuat. Konektivitas maritim baik

keterhunungan antar pelabuhan-pelabuhan di dalam negeri, maupun antara

pelabuhan didalam dan diluar negeri akan meningkat. PT. Pelindo Terminal

Petikemas Kendari mempunyai tingkat potensi bahaya pekerjaan yang tinggi dan

berisiko mengalami kecelakaan kerja. Pada setiap area memiliki potensi bahaya

yang berbeda. Pada proses pekerjaan bagian Workshop menggunakan berbagai

alat berat, alat penggerak, alat angkat-angkut, alat listrik, dan lainnya. Proses-

proses yang dilakukan pada area Workshop dimulai dari kegiatan pembuatan

sampai dengan perbaikan sesuatu. Berdasarkan proses kerja tersebut, Workshop

memiliki banyak potensi bahaya yang berisiko bagi pekerja. Bahaya dan resiko

tersebut tidak bisa dihilangkan, melainkan diminimalisir dan dikendalikan seperti

yang dilakukan oleh Pengawas K3. Pada PT. Pelindo TPK Kendari itu sendiri

masih dalam proses menyusun SMK3 (PT. Pelindo).

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dari

produktivitas jasa ataupun industri dalam suatu perusahaan serta berkaitan dengan

konsekuensi dalam peningkatan intensitas kerja dijelaskan di dalam Peraturan


5

Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 12

mengenai keselamatan kerja dijelaskan bahwa “perusahaan wajib melindungi

keselamatan pekerja yaitu dengan memberi penjelasan kepada tenaga kerja

tentang kondisi dan bahaya tempat kerja, memberikan alat pelindung diri yang

harus di terapkan dalam tempat kerja, serta cara dan sikap yang aman dalam

melaksanakan pekerjaan”(pemerintah, 1970). Hal ini sangat diprioritaskan karena

apabila terjadinya suatu kecelakaan kerja ataupun timbulnya penyakit akibat kerja

akan memberikan dampak buruk terhadap suatu perusahaan dan juga tenaga kerja

karena akan mengakibatkan kerugian dan tidak berjalan secara maksimal terkait

kegiatan ataupun aktivitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dan

menimbulkan ataupun menyebabkan kemunculan biaya yang lebih besar atas

kerugian ataupun kecelakaan kerja tersebut. Selain itu, diperhatikan juga apabila

aktivitas kerja dapat mengakibatkan kematian akan menurunkan juga

produktivitas para tenaga kerja dan atas hal tersebut akan menurunkan motivasi

efisiensi dan juga efektivitas yang dikerahkan atas produktivitas yang dilakukan

oleh tenaga kerja dalam mencapai tujuan perusahaan yang begitu terhambat (PT.

Pelindo).

Peraturan undang-undang RI No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

mempunyai tujuan memberikan perlindungan atas keselamatan pekerja, orang lain

yang memasuki area kerja, dan sumber-sumber produksi dapat digunakan dengan

aman, efektif dan efisien. Ruang lingkup UU Keselamatan kerja ini meliputi

tempat kerja di darat, dalam tanah, permukaan air, dalam air, dan di udara dengan

terdapat unsur dilakukan usaha, tenaga kerja yang bekerja, dan sumber bahaya.
6

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sarana utama untuk

pencegahan kecelakaan kerja, cacat, dan kematian sehingga akibat kecelakaan

kerja yang bersumber dari potensi bahaya yang ada dapat dicegah. Upaya untuk

pengendalian kecelakaan kerja akibat kerja, perlu adanya usaha untuk

mengidentifikasi faktor-faktor, sumber-sumber bahaya di tempat kerja, dan

dievaluasi risiko serta dilakukan upaya pengendalian yang memadai (Sampe,

2021).

Dalam bidang K3 terdapat cara untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan

mengevaluasi faktor-faktor bahaya di tempat kerja. Salah satu cara untuk

mengidentifikasi bahaya adalah analisa keselamatan kerja atau lebih

dikenaldengan istilah Job Safety Analysis (JSA) atau Analisa Keselamatan Kerja,

yang dapat memeriksa metode kerja dan menemukan bahaya dari rancangan

mesin, alat, material, lingkungan, serta proses kerja yang diperlukan bagi pekerja

untuk mencegah timbulnya gangguan terhadap keselamatan kerja. Metode ini

paling tepat untuk dipakai sehinga para pekerja dapat terhindar dari kecelakaan

(Sampe, 2021). Job Safety Analysis juga tujuannya adalah mencegah bahaya yang

terdapat pada sistem kerja dan prosedur serta manusia sebagai pekerjaannya, serta

mampu memberikan rekomendasi perbaikan atau cara pencegahan terhadap

kecelakaan kerja pada suatu pekerjaan (Nengsi et al., 2022).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana studi potensi bahaya pada pekerja Workshop di PT. Pelindo

Terminal Petikemas Kendari?


7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran potensi bahaya dan risiko kerja pada pekerja

Workshop di PT. Pelindo Terminal Petikemas Kendari.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bahaya dan risiko kerja pada pekerja Workshop di PT.

Pelindo Terminal Petikemas Kendari

2. Untuk mengetahui penilaian risiko K3 pada pekerja Workshop di PT.

Pelindo Terminal Petikemas Kendari

3. Untuk mengetahui uapaya pengendalian bahaya dari risiko kerja pada

pekerja Workshop di PT. Pelindo Terminal Petikemas Kendari.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti

Memperkaya wawasan peneliti bidang K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja) khususnya di bidang jasa kepelabuhan mengenai

potensi bahaya pada pekerja Workshop di PT. Pelindo Terminal

Petikemas Kendari.

2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan pustaka dalam rangka menambah tentang ilmu

Kesehatan masyarakat khususnya konsentrasi keselamatan dan

Kesehatan kerja di bidang jasa kepelabuhan mengenai potensi bahaya

pada pekerja Workshop di PT. Pelindo Terminal Petikemas Kendari.


8

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi PT. Pelindo Terminal Petikemas Kendari

Sebagai referensi dan bahan masukan evaluasi agar dapat

memberikan kenyamanan dan keselamatan para pekerja serta

meminimalisir kecelakaan kerja pada PT. Pelindo Terminal Petikemas

Kendari.

2. Bagi Peneliti

Sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian ilmiah

sekaligus mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan.

Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi suatu kajian bagi peneliti

selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Konsentrasi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo

Kendari karena ingin menganalisis potensi bahaya yang ada pada pekerja

Workshop. Penelitian ini dibatasi lokasinya hanya di bagian Workshop PT. Pelindo

Terminal Petikemas Kendari. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif dengan pedoman dari data sekunder dan wawancara langsung oleh pihak

HSSE (Health Safety Security Environment) sebagai alat pengumpul data. Dengan

materi yang dibahas mengenai potensi bahaya. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan September-November 2023.


9

1.7 Organisasi

Penelitian dengan judul “Studi Potensi Bahaya dengan Menggunakan Job

Safety Analysis (JSA) Pada Pekerja Workshop Di PT. Pelindo Terminal Petikemas

Kendari” ini dibimbing oleh Ibu Sitti Rabbani Karimuna, S.KM., M.P.H. selaku

pembimbing 1, dan Ibu Indah Ade Prianti, S.K.M., M.P.H. selaku pembimbing 2.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) telah dinyatakan pada Pasal 86 ayat

2 angka 31 UU Nomor 13 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa setiap pekerja

atau buruh mempunyi hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan

kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal di selenggarakan upaya

keselamatan dan kesehatan kerja (Undang-Undang RI, 2003).

Menurut Ervianto (2005) dan Suma’mur (2011), kecelakaan kerja adalah

suatu kejadian yang berhubungan dengan tempat kerja atau industri perusahaan,

yang mana dipengaruhi oleh faktor pekerja, metode kerja, peralatan dan

manajemen perusahaan. Sedangkan menurut Sulaksmono (1997), kecelakaan

kerja adalah suatu kejadian yang bisa mengakibatkan kekacauan pekerjaan

(Saputra et al., 2022).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangatlah vital, selain sebagai salah

satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja baik secara fisik dan mental.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga berperan untuk melindungi aset aset yang

ada baik dari perusahaan maupun karyawan atau pekerja. Program-program

keselamatan dan kesehatan misalnya, akan membantu untuk memelihara kondisi

fisik mereka, sementara program-program pelayanan karyawan dalam berbagai

10
bentuknya memelihara sikap para karyawan yang salah satunya adalah kecelakaan

kerja (Saputra et al., 2022).

11
12

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, bahwa tujuan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang berkaitan dengan mesin, peralatan,

landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah mencegah terjadinya

kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan pada sumber-sumber

produksi sehingga dapat meningkatkan efiensi dan produktivitas. Hal ini tentu

sangat penting mengingat apabila Kesehatan pegawai buruk mengakibatkan

turunnya capaian atau output serta demotivasi kerja (Undang-Undang RI, 1970)

Berikut beberapa ahli tujuan kesehatan dan keselamatan kerja menurut

(Mangkunegara : 2011) yaitu sebagai berikut (Alpian, 2021):

1. Setiap perwakilan dijamin keamanan dan kesejahteraan kata terkait, benar-

benar, sosial dan mental.

2. Setiap perangkat keras dan peralatan kerja digunakan sebaik mungkin dan

senyaman mungkin.

3. Semua item tetap hati-hati.

4. Ada jaminan untuk mendukung dan meningkatkan kesejahteraan bergizi yang

representatif.

5. Meningkatkan keinginan, kesamaan kerja dengan kerjasama kerja.

6. Jauhkan dengan masalah medis yang diakibatkan oleh iklim serta suasana

kerja.

7. Semua pekerja memiliki rasa senang ketika bekerja (Alpian, 2021).


13

2.2 Tinjauan Umum Tentang Kecelakaan Kerja

2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan tidak

diduga sebelumnya yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda,

peralatan maupun korban jiwa yang terjadi dalam suatu proses kerja. Heinrich

menyatakan lima urutan kejadian kecelakaan berdasar teori domino bahwa:

Kecelakaan kerja terjadi karena faktor bawaan, kurangnya pengetahuan dan

keahlian dalam melakukan pekerjaan, lingkungan sosial dan lingkungan kerja

yang tidak tepat (Cahyaningruma et al., 2019).

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga semula dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda

(PERMENAKER No.03/MEN/1998). Menurut Meiater kecelakaan kerja yaitu

suatu kejadian yang tak terduga atau tiba-tiba dan dapat mengakibatkan gangguan

pada suatu sistem dan individual yang mempengaruhi kesempurnaan penyelesaian

tujuan suatu sistem (Darwis et al., 2020).

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah

kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan

proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik

korban manusia maupun harta benda. Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh

tindakan manusia yang tidak melakukan tindakan penyelamatan dan disebabkan

oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman (Ilmansyah et al., 2020).
14

Ada dua penyebab utama timbulnya kecelakaan dalam perusahaan (H &

Abdullah, 2020):

1. Kondisi yang Tidak Aman (Unsafe Condition)

Kondisi yang tidak aman adalah kondisi mekanik atau fisik yang

mengakibatkan kecelakaan. Yang termasuk dalam kondisi ini antara lain (H &

Abdullah, 2020):

a. Peralatan yang tidak diamankan dengan baik

b. Peralatan yang rusak

c. Pengaturan atau prosedur yang berbahaya, atau di sekitar mesin-mesin atau

peralatan (H & Abdullah, 2020).

2. Tindakan yang Tidak Aman (Unsafe Action)

Tindakan yang tidak aman merupakan sebab utama kecelakaan dan

manusialah yang menimbulkan tindakan tidak aman tersebut. Adapun yang

termasuk dalam kategori tindakan yang tidak aman ini antara lain (H &

Abdullah, 2020):

a. Tidak mengamankan peralatan

b. Tidak menggunakan pakaian pelindung atau peralatan pelindung tubuh

c. Membuang benda sembarangan

d. Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman, apakah terlalu cepat atau

terlalu lambat

e. Menyebabkan tidak berfungsinya alat pengaman dengan memindahkan,

menyesuaikan atau memutuskan.


15

f. Menggunakan peralatan yang tidak aman dalam memuat, menempatkan,

mencampur atau mengkombinasi

g. Mengambil posisi yang tidak aman di bawah beban yang tergantung

h. Mengangkat barang dengan ceroboh.

i. Mengganggu, menggoda, bertengkar, bermain dan sebagainya.

Kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman tersebut akan

mengakibatkan kecelakaan kerja dan bilamana sering terjadi akan

mengancam operasi perusahaan. Kecelakaan kerja ini dapat langsung

mengakibatkan (H & Abdullah, 2020):

1. Penderitaan fisik tenaga kerja, misalnya kematian, cacat tubuh dan

sebagainya.

2. Kehilangan waktu kerja, kerusakan harta benda dan lain sebagainya.

2.2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Suma’mur (1989) menyimpulkan bahwa terdapat 4 klasifikasi kecelakaan

kerja berdasarkan jenis pekerjaan, penyebab, sifat atau luka dan kelainan, serta

berdasarkan letak atau kelainan yang menyebabkan luka di tubuh manusia

(Ilmansyah et al., 2020).

Pengklasifikasian kecelakaan kerja di Indonesia terbagi atas tiga bagian

sebagai berikut (H & Abdullah, 2020):

1. Meninggal akibat kecelakaan kerja, bila korban meninggal dalam tempo 24

jam terhitung mulai saat terjadinya kecelakaan kerja tersebut

2. Luka berat, bila korban kecelakaan itu tidak dapat bekerja lebih dari 3 minggu

3. Luka ringan, bila korban tidak bisa bekerja kurang dari 3 minggu
16

Pendapat lain dikemukakan oleh Tarwaka tentang klasifikasi kecelakaan

kerja yaitu (H & Abdullah, 2020):

1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan:

a. Terjatuh, tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja.

b. Tersandung benda atau objek, terbentur kepada benda, terjepit antara dua

benda.

c. Terpapar dengan benda panas atau suhu tinggi.

d. Terkena arus listrik.

e. Terpapar dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

2. Klasifikasi Menurut Agen Penyebabnya:

a. Mesin-mesin, seperti; mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin

transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan, mesin-

mesin pertamina, dan lain-lain.

b. Sarana alat angkat & angkut, seperti forklift, alat angkut kereta, alat angkut

beroda selain kereta, alat angkut diperairan, alat angkut di udara, dan lain-

lain.

c. Peralatan lain, seperti; bejana tekan, tanur/dapur peleburan, instalasi listrik,

termasuk motor listrik, alat-alat tangan listrik, perkakas, tangga, perancah

dan lain-lain.

d. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti; bahan mudah meledak, debu,

gas, cairan, bahan kimia, radiasi dan lain-lain.

e. Lingkungan kerja, seperti; tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas

kebisingan tinggi, getaran, ruang di bawah tanah, dan lain-lain.


17

3. Klasifikasi Menurut Jenis Luka dan Cederanya:

a. Patah tulang.

b. Keseleo atau terkilir.

c. Kenyerian otot dan kejang.

d. Geger otak dan luka bagian dalam lainnya.

e. Amputasi dan enukleasi (mengeluarkan organ tubuh atau mengeluarkan

karena merusak inti sel.

f. Luka tergores dan luka terluar lainnya.

g. Memar dan retak.

h. Luka bakar.

i. Keracunan.

j. Aspixia atau sesak nafas.

k. Efek terkena arus listrik.

l. Efek terkena paparan radiasi.

m. Luka pada banyak tempat di bagian tubuh, dan lain-lain.

4. Klasifikasi Menurut Lokasi Bagian Tubuh Yang Terluka:

a. Kepala.

b. Leher.

c. Badan.

d. Anggota gerak atas.

e. Anggota gerak bawah (H & Abdullah, 2020).


18

2.3 Tinjauan Umum Tentang Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penyakit Akibat Kerja (Occupational Disease), Penyakit akibat kerja

didefinisikan sebagai semua kelainan atau penyakit yang disebabkan oleh

lingkungan kerja atau pekerjaan. Penyakit ini mempunyai penyebab secara

spesifik atau mempunyai hubungan yang kuat dengan pekerjaan. Penyakit akibat

kerja adalah penyakit yang timbul akibat pengaruh lingkungan kerja atau yang

berhubungan dengan pekerjaan. Timbul karena pekerja terpapar berbagai bahan

berbahaya di tempat kerja atau hasil buangan industri (Sete, 2022).

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat

kerja, bahan, proses kerja maupun lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja

merupakan penyakit yang artifisial atau man-made disease. Sejalan dengan hal

tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa, Penyakit Akibat Kerja

(PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan

ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan

pekerjaan (Sete, 2022).

Adapun beberapa faktor risiko terjadinya penyakit akibat kerja yang

digolongkan sebagai berikut (Sete, 2022):

1. Faktor Fisik

Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor fisik dari lingkungan

kerja terdiri dari kebisingan, getaran, pencahayaan, radiasi, tekanan udara dan

iklim kerja. Penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor fisik yaitu;

bising/kebisingan dapat menyebabkan gangguan pendengaran, getaran dapat

menyebabkan kram/kesemutan pada tubuh, pencahayaan dapat menyebabkan


19

gangguan penglihatan. Suhu ekstrim dapat menyebabkan heat stress, heat

cramp, exhaustion, heat stroke, dll.

2. Faktor Kimia

Bahan-bahan kimia merupakan racun-racun dalam industri yang dapat

menimbulkan penyakit. Sifat dan derajat racun bahan kimia yang

dipergunakan dalam industri tergantung dari sifat fisik bahan kimia yaitu gas,

uap, debu, kabut, fume, awan dan asap. Kemudian sifat kimiawi dari bahan-

bahan itu, yang menyangkut jenis persenyawaan, besar molekul, konsentrasi,

derajat larut dan jenis pelarut. Jalan masuk bahan itu ke dalam tubuh manusia

yaitu melalui pernafasan yang bersumber bahan kimia di udara, pencernaan

untuk bahan di udara yang melekat di tenggorokan dan ditelan, kulit yang

bersumber dari bahan-bahan cair. Faktor-faktor dari tenaga kerja itu sendiri

yang meliputi usia, idiosyncrasy, habituasi, daya menahan dan derajat

kesehatan tubuh. Penyakit akibat kerja banyak dialami oleh pekerja yang

sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan. Gangguan kesehatan

yang paling sering terjadi ialah dermatitis kontak akibat kerja yang umumnya

disebabkan oleh iritasi dan hanya sedikit saja yang disebabkan oleh alergi.

3. Faktor Biologi

Faktor biologi penyakit akibat kerja banyak ragamnya yaitu virus,

bakteri, protozoa, jamur, cacing, kutu, pinjal serta hewan atau tumbuhan

besar. Penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor biologi ialah; PAK akibat

virus contohnya flu burung, flu babi, DBD, Hepatitis B dan C, dll. PAK
20

akibat bakteri contohnya antrax, TBC, dan lain-lain. PAK akibat debu

contohnya pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral.

4. Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,

cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan

batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,

aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Dapat

disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang kurang baik,

salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan kelelahan

fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh

pekerja. Gangguan kesehatan yang dapat dirasakan ialah kelelahan fisik, nyeri

otot, low back pain, dislokasi, dan lain-lain.

5. Faktor Psikologi

Faktor psikologi adalah faktor yang muncul dari dalam diri seorang pekerja

itu sendiri dan biasanya mengakibatkan stress, hal itu biasanya disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu; lingkungan kerja, overload, deprivational stress, pekerjaan

beresiko (Sete, 2022).

2.4 Tinjauan Umum Tentang Bahaya

2.4.1 Definisi Bahaya

Bahaya adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi

pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada

property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses

produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya. Menurut (David A. Colling:


21

1990) Bahaya didefinisikan sebagai kondisi tempat kerja yang terdapat kombinasi

dari beberapa variabel, yang berpotensi menimbulkan kecelakaan, luka yang

serius, penyakit, kejadian yang tidak diinginkan dan atau disertai oleh kerusakan

peralatan kerja. Bahaya adalah segala sesuatu/material atau kondisi yang

berpotensi ditempat kerja dimana dengan atau tanpa interaksi dengan variabel lain

dapat menyebabkan kematian, cedera, atau kerugian lain (Salsabila, 2023).

Bahaya kerja sendiri dapat terjadi oleh berbagai faktor, namun umumnya

faktor-faktor terjadinya bahaya di area kerja ialah (Sumarna, Sumarni, & Rosidin,

2018):

1. Situasi Area Kerja, situasi area kerja dapat menyebabkan bahaya jika

penataan dan penyimpanan barang, alat, dan material tidak diperkirakan

keamanannya. Area kerja yang penuh dan sempit juga dapat menimbulkan

bahaya dikarenakan ruang gerak kerja menjadi terbatas. Limbah dan kotoran

hasil dari pekerjaan yang tidak dikelola pada tempat pembuangannya juga

dapat menimbulkan bahaya.

2. Kontrol Udara, sirkulasi udara di area kerja yang tidak bagus seperti berdebu

dan juga suhu udara di area kerja yang tidak stabil dapat menjadi faktor

terjadi bahaya.

3. Kontrol Cahaya, faktor terjadi bahaya selanjutnya dikarenakan kontrol cahaya

yang tidak tepat seperti terlalu terang atau kurang terang.

4. Penggunaan Alat Kerja, penggunaan alat kerja yang aus dan usang tetapi tetap

digunakan akan menyebabkan bahaya. Dan juga penggunaan alat kerja tanpa

digunakannya pengaman dan prosedur yang baik.


22

5. Kesehatan Fisik dan Mental Pekerja, kondisi stamina pekerja yang tidak baik,

emosi pekerja yang tidak baik, dan juga perilaku pekerja yang ceroboh dapat

menimbulkan bahaya (Sumarna, Sumarni, & Rosidin, 2018).

2.4.2 Klasifikasi Bahaya

Bahaya dapat kita cegah jika dapat mengetahui bahaya dengan baik. Untuk

dapat mengetahui bahaya dengan baik berikut jenis-jenis bahaya yang kerap

ditemukan ada pada area kerja (Erliana & Azis, 2020):

1. Bahaya fisik

Bahaya ini adalah bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-

gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya terpapar

kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas

penerangan kurang memadai, getaran, radiasi (Erliana & Azis, 2020).

a. Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang

dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya dari

sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi dalam lingkungan kerja,

contohnya lampu penerangan, komputer, mesin, dan lain-lain.

b. Kebisingan

Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki

ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu

penyebab penyakit lingkungan. Kebisingan dapat diartikan sebagai segala

bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif

terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.


23

c. Penerangan

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan

menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi

juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam

lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis.

Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat

melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari

kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja

akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau

pekerjanya.

d. Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising

seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus

menerus atau intermitten. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat

memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculoskeletal dengan

mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang (Erliana & Azis,

2020).

2. Bahaya Kimia

Untuk bahaya ini bersumber dari bahan-bahan yang bersifat kimia dari

bahan-bahan yang digunakan selama proses produksi. Potensi bahaya ini

dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui inhalation

(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin

contact (melalui kulit) (Erliana & Azis, 2020).


24

3. Bahaya Biologi

Yang termasuk kedalam kategori bahaya ini adalah virus, jamur,

bakteri, tanaman, binatang yang dapat menginfeksi atau memberikan reaksi

negatif kepada manusianya (Erliana & Azis, 2020).

4. Bahaya Fisiologis

Merupakan gangguan psikologis atau kejiwaan seseorang diakibatkan

oleh adanya tekanan atau intervensi yang terjadi didalam lingkungan

kerjanya. Sehingga dapat mengakibatkan gangguan terhadap fisik misalnya

tekanan darah bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan

ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi

yang berlaku (Erliana & Azis, 2020).

5. Bahaya Psiko-sosial

Bahaya ini adalah bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi

aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang

mendapatkan perhatian seperti penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai

dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, tempramen atau pendidikannya,

sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya

keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat

kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang

tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut

akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja (Erliana & Azis, 2020).
25

6. Bahaya dari Proses Produksi

Bahaya ini berasal atau ditimbulkan oleh beberapa kegiatan yang

dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan

peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan. Potensi

bahaya keselamatan terdapat pada alat/mesin, serta bahan yang digunakan

dalam proses produksi, seperti tertabrak, tertusuk, tertimpa, kerusakan mata

akibat terkena debu feed additive, cutter, mesin kerusakan mata akibat

terpercik garam, lecet akibat terkena part panas, dan kerusakan paru-paru

akibat terhirup debu las, luka bakar akibat kebocoran gas, terjepit part,

semburan panas dari blow down otomatis, kebakaran, dan peledakan (Erliana

& Azis, 2020).

2.5 Tinjauan Umum Tentang Risiko

Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu

perbuatan atau Tindakan (KBBI, 2023). Vaughan, 2014 dalam bukunya

“Fundamental Of Risk and Insurances” menyatakan risk is a condition in which

there is possibility of an adverse deviation from a desired that is expected or

hoped for (risiko merupakan suatu kondisi dimana ada kemungkinan

penyimpangan yang merugikan dari hasil yang diharapkan) Lebih lanjut Vaughan

menyatakan (Vaughan, 2014):

1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kesempatan terjadinya kerugian).

Risk is chance of loss berhubungan dengan suatu kemungkinan kerugian.

Chance merupakan kesempatan atau peluang terjadinya kerugian, secara


26

finansial dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan

munculnya situasi tertentu. Untuk menekan peluang terjadinya rugi tentunya

maka mindset seyogyanya menghindari ancaman.

2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah

possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol

dan satu. Jika tidak rugi maka kemungkinan peroleh untung, jadi harus dipilih

untuk melakukan suatu aktivitas bisnis.

3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian). Uncertainty dapat bersifat

subjektif dan objektif. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu

terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu

yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi

risiko berikut.

4. Risk is the dispersion of actual from expected results (risiko merupakan

penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik

mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar

suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.

5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected (risiko

adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang

diharapkan). Menurut definisi tersebut, risiko bukan probabilitas dari suatu

kejadian tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari

yang diharapkan (Vaughan, 2014).


27

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan risiko dihubungkan dengan

kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak

diduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya

ketidakpastian.

2.6 Tinjauan Umum Tentang Manajemen Risiko

2.6.1 Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang

bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai

permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen

secara komprehensif dan sistematis. Manajemen risiko mempunyai arti yang lebih

luas, yaitu semua risiko yang terjadi didalam masyarakat (kerugian harta, jiwa

keuangan, usaha dan lain-lain) ditinjau dari segi manajemen perusahaan.

Manajemen Risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap yang

dimiliki organisasi, untuk mengelola, memonitor, dan mengendalikan organisasi

terhadap risiko (Arta et al., 2021).

Secara umum Manajemen Risiko didefinisikan sebagai proses,

mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan strategi

untuk mengelolah risiko tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko akan

melibatkan proses-proses, metode dan teknik yang membantu manajer proyek

maksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event positif dan minimasi

probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan (Arta et al., 2021).


28

2.6.2 Tujuan Manajemen Risiko

Manajemen Risiko dijalankan semata untuk tujuan-tujuan tertentu. Tujuan-

tujuan yang dimaksud adalah untuk melindungi perusahaan. Tujuan yang pertama

adalah untuk melindungi perusahaan dari risiko bisnis yang berbahaya. Sehingga

badan usaha tetap berdiri sekalipun diterpa berbagai macam masalah dan hal yang

negatif. Melindungi perusahaan dengan manajemen risiko lebih berhasil

dibandingkan yang tidak. Karena sebelum terjadi masalah, jenis problemnya

sudah terdeteksi lebih dahulu. Ada beberapa yang menjadi tujuan penerapan

manajemen risiko yang mampu dalam memecahkan masalah dalam risiko dalam

tujuan dan pencapaian (Arta et al., 2021).:

1. Melindungi perusahaan (protecting), memberikan perlindungan organisasi

dari tingkat risiko signifikan yang bisa menghambat proses pencapaian tujuan

organisasi atau perusahaan.

2. Memastikan risiko-risiko yang ada di perusahaan telah identifikasi dan

dinilai, serta telah dibuatkan rencana tindakan untuk meminimalisasi dampak

dan kemungkinan terjadinya.

3. Mendorong manajemen agar proaktif, mendorong manajemen agar bertindak

proaktif dalam mengurangi potensi risiko, dan menjadikan risk management

sebagai sumber keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.

4. Memastikan bahwa rencana tindakan yang akan dilaksanakan secara efektif

dan dapat meminimalisasi dampak dan kemungkinan terjadi dalam risiko.

5. Membantu pembuatan kerangka kerja yang konsisten atas risiko yang ada

pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam sebuah perusahaan.


29

6. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen karena semua risiko yang

dapat menghambat proses perusahaan telah diidentifikasikan dengan baik,

termasuk cara untuk mengatasi gangguan kelancaran proses perusahaan telah

diantisipasi sebelumnya sehingga jika gangguan tersebut terjadi, perusahaan

telah siap untuk menanganinya dengan baik.

7. Sebagai peringatan untuk berhati-hati, mendorong semua individu dalam

perusahaan agar bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko perusahaan

demi tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.

8. Membangun manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan dengan

memberi informasi terhadap risiko-risiko yang ada di perusahaan, baik risiko

strategis maupun kegiatan fungsi-fungsi atau proses bisnis di unit kerja.

9. Sosialisasi manajemen risiko, membangun kemampuan individu maupun

manajemen untuk mensosialisasikan pemahaman tentang risiko dan

pentingnya risk management.

10. Meningkatkan kinerja perusahaan, membantu meningkatkan kinerja

perusahaan dengan menyediakan informasi tingkat risiko yang disebutkan

dalam peta risiko (risk map). Hal ini juga berguna dalam pengembangan

strategi dan perbaikan proses secara berkesinambungan (continue).

11. Lebih memberikan jaminan yang wajar atas pencapaian sasaran perusahaan

karena terselenggaranya manajemen yang lebih efektif dan efisien, hubungan

dengan pemangku kepentingan yang semakin membaik, kemampuan

menangani risiko perusahaan yang juga meningkat, termasuk risiko

kepatuhan dan hukuman (Arta et al., 2021).


30

Dalam praktiknya ada dua tujuan dari manajemen risiko antara lain, sebelum

terjadinya risiko dan sesudah terjadinya risiko. Tujuan sebelum risiko adalah hal-hal yang

bersifat ekonomis, hal-hal yang bersifat non ekonomis dan kewajiban pihak ke tiga atau

pihak di luar perusahaan. Tujuan sesudah terjadinya risiko adalah menyelamatkan operasi

perusahaan, menjalankan operasi perusahaan sehingga tetap berlanjut, mencegah agar

pendapatan perusahaan tetap mengalir, pertumbuhan usaha bagi perusahaan yang sedang

melakukan pengembangan usaha tetap berlanjut, dan tanggung jawab sosial perusahaan

(Arta et al., 2021).

Menurut AS/NZ 4360:2004 tujuan dari Manajemen Risiko adalah sebagai berikut.

1. Memaksimalkan tujuan perusahaan,

2. Memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan cara melakukan program

manajemen secara efektif dan efisien,

3. Membuat program sehingga mencegah atau meminimalisir kerugian yang cukup

besar,

4. Menciptakan manajemen yang bersifat reaktif.

2.6.3 Proses Manajemen Risiko

Proses Manajemen Risiko menurut AS/NZ 4360:2004 ada enam diantaranya

yaitu:

1. Perencanaan Manajemen Risiko, perencanaan meliputi langkah memutuskan

bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk

proyek.

2. Identifikasi Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah

mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh

setiap pelaku bisnis.


31

3. Analisis Risiko Kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah

proses menilai (assessment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah

diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan

efeknya terhadap tujuan proyek. Skala pengukuran yang digunakan dalam

analisa kualitatif adalah Australian Standard/New Zealand Standard

(AS/NZS).

4. Analisis Risiko Kuantitatif adalah proses identifikasi secara numeric

probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek.

5. Perencanaan Respon Risiko, Risk response planning adalah proses yang

dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas

yang dapat diterima.

6. Pengendalian dan Monitoring Risiko, langkah ini adalah proses mengawasi

risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan

mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan risk management

plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi risiko (AS/NZS

4360, 2004).

Gambar 2. 1 Bagan Proses manajemen risiko


(Sumber : AS/NZS 4360 : 2004)
32

2.7 Tinjauan Umum Tentang Alat Pelindung Diri (APD)

2.7.1 Definisi Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang

digunakan oleh para pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya

dari kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap

kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Sete, 2022).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association, personal

protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang

digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan

oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,

biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tramsmigrasi Nomor

PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri yang selanjutnya disingkat

APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang

yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di

tempat kerja. Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan

tempat, mesin, peralatan, dan lingkungan kerja wajib diutamakan

(Permenakertrans NOMOR PER.08/MEN/VII/2010)

Keselamatan Kerja tertuang pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 yaitu

bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam

melakukan pekerjaan dan orang lain yang berada di tempat kerja terjamin pula

keselamatannya. Keselamatan dan kesehatan kerja mengandung nilai

perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja.Kecelakaan


33

kerja juga dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan. Sedangkan peraturan

perundangan yang menyangkut penggunaan APD terdapat pada pasal 12 dan 13

tentang Kewajiban dan Hak Pekerja (Undang-Undang No.1 Tahun 1970).

Tujuan penggunaan APD adalah untuk melindungi tubuh dari bahaya

pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat

kerja. Sehingga penggunaan alat pelindung diri bermanfaat bukan untuk menjaga

keselamatan pekerja itu sendiri tetapi juga bagi orang di sekelilingnya (Sete,

2022).

2.7.2 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Beberapa jenis APD bagi pekerja yang dapat dibagi menjadi beberapa jenis,

yaitu sebagai berikut (Sete, 2022):

1. Alat pelindung kepala

Alat pelindung diri kepala adalah alat yang digunakan pada kepala

pekerja dengan maksud untuk melindungi dari kecelakaan yang mengenai

kepala pekerja, misalnya helm atau topi pekerja PLN

2. Alat pelindung mata

Alat pelindung diri yang digunakan pada mata yang biasanya

berhubungan dengan debu atau cahaya menyakitkan dengan maksud untuk

menyaring udara kotor atau cahaya. Perlindungan mata sangat cocok untuk

bermacam-macam bahaya, tetapi jenis terbatas sesuai dengan pembuatannya.

Adapun contoh lain alat pelindung diri mata adalah kaca biasa yang dapat

mengurangi radiasi atau sinar yang membahyakan pada saat bekerja.


34

3. Alat pelindung telinga

Alat pelindung diri yang digunakan oleh para pekerja untuk mengurangi

kebisingan yang memaparnya atau mengakibatkan ketulian, misalnya

penggunaan alat pelindung diri telinga adalah sumbatan telinga yang terbuat

dari karet elastis yang dirancang khusus tipe yang dimasukkan (earplug),

tertutup (the mufftype).

4. Alat pelindung tangan

Alat pelindung diri yang digunakan pada saat bekerja bertujuan untuk

melindungi tangan dari bahan berbahaya, beracun maupun kecelakaan kerja

yang dapat mengakibatkan cacat pada tangan para pekerja. Contoh alat

pelindung tangan adalah sarung tangan (hand skun).

5. Alat pelindung kaki

Alat pelindung diri yang digunakan pada kaki dan biasanya digunakan

oleh pekerja dengan tujuan mengurangi bakteri atau jamur yang dapat

mengakibatkan penyakit pada kaki pekerja.

6. Alat pelindung diri Masker

Alat pelindung diri masker yang digunakan pada muka khususnya oleh

para pekerja dan dipakai dengan maksud untuk melindungi pekerja dari gas,

uap, debu. Alat pelindung pernapasan dapat berupa masker atau alat respirator

yang dapat digunakan sekali pakai sesuai debu yang berada di lingkungan

tempat kerja (Sete, 2022).


35

2.8 Tinjauan Umum Tentang Job Safety Analysis (JSA)

2.8.1 Definisi Job Safety Analysis

Job Safety Analysis adalah salah satu komponen dari sebuah komitmen

manajemen K3. Dalam metode ini, setelah diketahui adanya pekerjaan yang

berisiko tinggi, maka pekerjaan tersebut harus di analisis untuk mengetahui tahap

lebih spesifik beserta risiko dan cara pengendalian masing-masing risiko yang ada

(Izzah, 2022).

Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk

mengkaji ulang metode dan mengidentifikasi pekerjaan yang tidak selamat, dan

dilakukan koreksi sebelum terjadinya kecelakaan. JSA merupakan langkah awal

dalam analisis bahaya dan kecelakaan dalam usaha menciptakan keselamatan

kerja. JSA atau sering disebut Analisa Keselamatan Pekerjaan merupakan salah

satu sistem penilaian risiko dan identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan

ditekankan pada identifikasi bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan

pekerjaan/tugas yang dilakukan Tenaga Kerja atau analisa keselamatan pekerjaan

merupakan suatu cara/metode yang digunakan untuk memeriksa dan menemukan

bahaya-bahaya sebelumnya diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas/alat

kerja, mesin yang digunakan dan proses kerja (Izzah, 2022).

2.8.2 Langkah-Langkah Job Safety Analysis (JSA)

Ada empat langkah-langkah dasar yang wajib dilakukan dalam melakukan

program JSA (Putri, 2022):

1. Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis


36

Langkah ini menentukan keberhasilan program. Hal ini didasarkan pada

program tradisional yang menganalisis setiap tugas dalam suatu perusahaan

dalam hitungan waktu. Untuk mengatasi masalah ini, upaya harus dilakukan

untuk mengidentifikasi tugas-tugas utama dengan mengklarifikasi tindakan

yang memiliki dampak kecelakaan atau melihat daftar statistik kecelakaan

untuk menentukan apakah kecelakaan itu menyebabkan kerusakan properti,

kerusakan manusia, kehilangan kualitas, atau kehilangan produksi.

2. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah dasar

Masing-masing pekerjaan yang tercantum di atas dapat dipecah menjadi

beberapa bagian atau proses, yang kemudian dapat digabungkan menjadi

metode kerja. Tahap-tahap ini akan dievaluasi untuk efektivitasnya serta

kemungkinan kerugian dalam hal keamanan, kualitas, dan output.

3. Menganalisis bahaya pada setiap pekerjaan.

Ini akan dapat menilai, mendeteksi dampak bahaya apa pun yang terjadi

dari setiap langkah pekerjaan selama proses pembuatan tahapan pekerjaan.

Baik aturan ilmiah maupun tuntutan standar atau hukum diharapkan dapat

dikurangi atau diminimalisir dengan jumlah yang dapat diterima dan

ditoleransi sebagai bagian dari prosedur yang diharapkan.

4. Mengendalikan bahaya

Tahap akhir dalam mengembangkan JSA adalah membuat prosedur

kerja yang aman yang dapat direkomendasikan untuk menghindari

kecelakaan. Metode alternatif untuk melaksanakan tugas-tugas penting,

mengubah kondisi fisik yang berpotensi berbahaya, mengganti prosedur kerja


37

yang tidak aman, melakukan operasi pemeliharaan atau perbaikan rutin, dan

menilai rencana kerja saat ini adalah semua jawaban yang dapat diterapkan

(Putri, 2022).

Job Safety Analysis (JSA) memiliki beberapa langkah utama dalam

pengerjaannya. Langkah-langkah ini saling berhubungan satu sama lain. Hasil dari

langkah-langkah ini nantinya akan dituangkan ke dalam tabel JSA (Silvia &

Yuamita, 2022).

1. Seleksi Pekerjaan

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas

dan harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan

dianalisa maka hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi kecelakaan Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang

kecelakaan merupakan prioritas utama dalam JSA.

b. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat Setiap pekerjaan yang

menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

c. Kekerasan potensi Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah

kecelakaan namun mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d. Pekerjaan baru JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sesegera

mungkin karena pekerjaan baru dan penggunaan alat baru membutuhkan

informasi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam bekerja (Silvia &

Yuamita, 2022).

2. Membagi Pekerjaan
38

Membagi pekerjaan artinya memecahkan suatu pekerjaan yang diamati

menjadi langkah-langkah kerja yang dilakukan atau urutan proses kerja yang

dilakukan oleh seorang operator. Hal ini bisa dituangkan dalam bentuk

rekaman video atau ditulis berdasarkan pengamatan langsung di lapangan

(Silvia & Yuamita, 2022).

3. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja

Metode ini menggunakan bentuk matriks risiko dengan dua parameter,

yaitu kemungkinan dan konsekuensi. Skala ukur kemungkinan (Likelihood)

dan konsekuensi (Consequences) secara kualitatif menurut Risk Management

AS/NZS (2004) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini (Silvia & Yuamita,

2022):

a. Menetapkan kemungkinan/probabilitas/frekuensi terjadinya risiko.

Level Deskripsi Definisi

A Almost Kejadian yang dapat terjadi kapan saja

B Likely Dapat terjadi secara berkala

C Moderate Dapat terjadi pada kondisi tertentu

D Rate Memungkinkan tidak terjadi

Tabel 2. 1 Skala Ukur Likehood secara kualitatif

b. Menentukan dampak dan besar dari setiap risiko

Tingkat Penjelasan Definisi

1 Insignificant
Tidak ada cedera, kerugian materi sangat kecil
Memerlukan perawatan P2K3, penanganan
2 Minor
dilakukan tanpa bantuan pihak luar, kerugian
materi sedang
3 Moderate Memerlukan perawatan medis, penanganan
39

membutuhkan bantuan pihak luar, kerugian


materi besar
Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang
4 Major
fungsi tubuh secara total, kerugian materi
besar
5 Catashropic Menyebabkan kematian, kerugian materi
sangat besar
Tabel 2. 2 Skala Ukuran Consequences Secara Kualitatif

c. Menetapkan status risiko dengan peta risiko

Consequence

Likeli-hood Insigni-fica-nt Minor Moderate Major Catas-thropic

1 2 3 4 5

A (Almost) H H E E E

B (Likely) M H H E E

C (Moderate) L M H E E

D (Unlikely) L L M H E

E (Rate) L L M H H

Tabel 2. 3 Matriks Analisis Risiko Kualitatif

Keterangan Warna:

Kuning = High

Merah = Extremely

Hijau Muda = Low

Hijau Tua = Medium

Keterangan:

E = Sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya dari manajemen

puncak
40

H = Berisiko besar, dibutuhkan perhatian secepatnya dari manajemen

puncak

M = Risiko sedang, diatasi dengan pengawasan khusus oleh pihak

manajemen

L = Risiko rendah, diatasi dengan prosedur rutin


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif, karena dilakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian risiko

dan pengendalian risiko untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada

proses kerja yang dilakukan pada pekerja workshop di PT. Pelindo TPK Kendari.

Fokus dalam penelitian ini adalah studi potensi bahaya, penilaian risiko dan

pengendalian risiko pada pekerja workshop di PT. Pelindo TPK Kendari, dengan

menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis).

3.2 Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

sekaligus sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di

lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia,

yang berbentuk alat bantu dan dokumen-dokumen lainnya dapat pula digunakan,

namun fungsinya hanya sebagai instrumen pendukung. Oleh sebab itu, kehadiran

peneliti di lapangan dalam penelitian ini sebagai tolak ukur keberhasilan untuk

memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan

aktif dengan informan atau sumber data di sini mutlak diperlukan.

41
42

3.3 Lokasi Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Pelindo Terminal Petikemas Kendari yang

terletak di Bungkutoko, Kendari, Sulawesi Tenggara khususnya pada bagian

Workshop.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada September sampai November 2023

3.4 Penentuan Informan

Penelitian ini adalah kegiatan yang berkaitan dengan studi potensi bahaya

dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja beserta penilaian dan

pengendaliannya. Sehingga dibutuhkan pihak informan untuk mengetahui tentang

potensi bahaya dan risiko kerja pada pekerja workshop di PT. Pelindo TPK

Kendari. Pihak yang menjadi informan kunci dalam penelitian yaitu pihak HSSE

(Health Safety Security Environment) serta informan biasa berasal dari pihak

lapangan/pekerja workshop, pihak medis dan pihak teknik sipil, serta dari

dokumen-dokumen mengenai pekerjaan di workshop.

3.5 Sumber Data

3.5.1 Data Primer

Data primer yang digunakan berupa data yang didapat dari hasil observasi

dan wawancara langsung informan.


43

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa dokumen-dokumen mengenai proses pekerjaan di

Workshop yang diberikan oleh pihak HSSE (Health Safety Security Environment)

di PT. Pelindo TPK Kendari atau informasi pendukung lainnya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa

tahap, yaitu: teknik pengambilan data primer dilakukan dengan cara melakukan

pengamatan (observasi) dan wawancara dengan informan utama dan informan

biasa, sedangkan teknik pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara

melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang terdapat di PT. Pelindo

Terminal Petikemas Kendari.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan Menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih yang mana yang penting dan yang akan dipelajari, lalu

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang

lain (Abdussamad, 2021).

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan

bersamaan dengan pengumpula gh n data. Dalam kenyataannya analisis data

kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai
44

pengumpulan data. Adapun Langkah-langkah dalam menganalisis data di

lapangan Model Miles and Huberman yaitu (Haryoko et al., 2020):

3.7.1 Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang

akan dicapai. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian,

menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki

pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan

reduksi data (Haryoko et al., 2020).

3.7.2 Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Penyajian data memudahkan untuk memahami data yang telah terkumpul, apa saja

yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami (Haryoko et al., 2020).

3.7.3 Conclusion Drawing atau Verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi juga tidak, karena seperti yang telah

dijelaskan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
45

bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan

(Haryoko et al., 2020).

3.8 Pengecekan Validitas Temuan

Data dan informasi yang telah diperoleh merupakan data kasar, oleh sebab

itu, data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab

pertanyaan penelitian. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan metode yang digunakan

untuk mengecek dan meningkatkan validitas penelitian dengan menganalisis

pertanyaan penelitian dari berbagai perspektif (Helaluddin & Wijaya, 2019).

Terdapat 3 teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan

triangulasi waktu (Haryoko et al., 2020):

1. Triangulasi sumber, cara meningkatkan kepercayaan penelitian dengan

mencari data dari sumber yang beragam yang memiliki keterkaitan antara

satu dengan yang lain, serta melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran

data dari beragam sumber.

2. Triangulasi teknik, penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang

dilakukan kepada sumber data dengan menggabungkan teknik wawancara,

observasi dan dokumentasi untuk menguji kredibilitas data.

3. Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu

yang berbeda untuk mengecek konsistensi, kedalaman, dan ketepatan atau

kebenaran suatu data (Haryoko et al., 2020).

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan keabsahan data mengenai

identifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja, peneliti menggunakan


46

triangulasi teknik yang berupa wawancara, pengamatan lapangan (observasi) dan

dokumentasi, serta triangulasi sumber yang diperoleh dari informan utama dan

informan pendukung (Haryoko et al., 2020).

3.9 Tahap-Tahap Penelitian dan Jadwalnya

Pada penelitian kualitatif terdapat 3 tahapan dalam melakukan penelitian,

yaitu:

3.9.1 Tahap Pra Penelitian

Tahapan kegiatan yang dilakukan pada tahap pra penelitian, antara lain:

1. Menetapkan lokasi atau tempat penelitian, yaitu di PT. Pelindo Terminal

Petikemas Kendari

2. Mengurus perizinan untuk penelitian

3. Melakukan survei pendahuluan dengan melakukan observasi awal dan

melalui data sekunder yang ada di perusahaan, seperti profil perusahaan

4. Melakukan diskusi dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing berkaitan

dengan usulan judul penelitian yang akan dilakukan

5. Menyusun proposal penelitian

6. Membuat instrumen penelitian

7. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk penelitian.

3.9.2 Tahap Analisis Data atau Pasca Penelitian

Tahapan kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis data atau pasca

penelitian, antara lain:

1. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil pelaksanaan penelitian

2. Menyusun laporan penelitian


47

3. Membuat kesimpulan dan rekomendasi di laporan penelitian.

3.9.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahapan kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian, antara

lain:

1. Melakukan pengecekan perlengkapan untuk penelitian, lokasi penelitian serta

mempersiapkan diri

2. Melaksanakan penelitian

3. Mengumpulkan data sekunder yang dibutuhkan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: CV. Syakir


Media Press.

Alpian. (2021). ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (K3) UNTUK MENCEGAH PENYEBARAN VIRUS COVID 19 PADA
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG PROVINSI SULAWESI
SELATAN.

Arta, I. P. S., Satriawan, D. G., Bagiana, I. K., Loppies, Y., Shavab, F. A., Mala, C.
M. F., Sayuti, A. M., Safitri, D. A., Berlianty, T., Julike, W., Wicaksono, G.,
Marietza, F., Kartawinata, B. R., & Utami, F. (2021). Manajemen Risiko.
Grup CV. Widina Media Utama.

Cahyaningruma, D., Sarib, H. T. M., & Iswandari, D. (2019). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Pendidikan. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan, 1(2), 41–47.

Darwis, A. M., Noviponiharwani, Latief, A. W. L., Ramadhani, M., & Nirwana, A.


(2020). KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI INDUSTRI
PERCETAKAN KOTA MAKASSAR. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Mulawarman, 3(2), 155–163.

Data Primer. 2023. PT. Pelindo Terminal Petikemas Kendari

Erliana, C. I., & Azis, A. (2020). IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN


RISIKO PADA STASIUN SWITCHYARD DI PT . PJB UBJ O & M
PLTMG ARUN MENGGUNAKAN METODE HAZARD
IDENTIFICATION , RISK ANALYSIS AND RISK CONTROL (HIRARC).
Industrial Engineering Journal, 9(2).

Fikriani, A., Saptaputra, S. K., & E, P. E. M. (2022). GAMBARAN UNSAFE


CONDITION PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PT.
PELABUHAN INDONESIA ( PERSERO ) REGIONAL 4 KENDARI.
Jurnal Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Universitas Halu Oleo, 3(2), 70–
78.

H, R. K., & Abdullah, R. (2020). Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja


Pada Area Penambangan Batu Kapur Unit Alat Berat PT . Semen Padang.
Jurnal Bina Tambang, 5(2), 11–21.

Haryoko, S., Bahartiar, & Arwadi, F. (2020). ANALISIS DATA PENELITIAN


KUALITATIF (Konsep, Teknik, & Prosedur Analisis). Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.

48
Helaluddin, & Wijaya, H. (2019). Analisis Data Kualitatif. Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray.

Ilmansyah, Y., Mahbubah, N. A., & Widyaningrum, D. (2020). PENERAPAN


JOB SAFETY ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA DAN PERBAIKAN KESELAMATAN KERJA DI
PT SHELL INDONESIA. Jurnal Profisiensi, 8(1), 15–22.

Izzah, H. N. (2022). GAMBARAN PENERAPAN JSA & JSO PADA PEKERJAAN


PENEGAKAN BALOK (GIRDER ERECTION) DI PROYEK JALAN TOL
KRAMAT OLEH PT. PP PRESISI TAHUN 2022.

KBBI, 2. (2023). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Nengsi, W. P., G, F. N., & Kohali, R. E. S. O. (2022). ANALISIS POTENSI


BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY
ANLYSIS (JSA) PADA PEKERJA PENGECORAN DI PROYEK
PEMBANGUNAN KANTOR WALIKOTA KENDARI TAHUN 2022.
Jurnal Gizi Dan Kesehatan Indonesia, 3(3), 82–91.

Octavia, Oni. (2023). Studi Potensi Bahaya dan Penilaian Bahaya Risiko Pada
Pekerjaan Erection Di PT. PP-KPS, KSO. Kendari: Universitas Halu Oleo.

OHSA. (n.d.). Occupational Safety and Health Association, personal protective


equipment.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia NOMOR


PER.08/MEN/VII/2010 TentaNG Alat Pelindung Diri

Putri, A. (2022). IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3


DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
PADA PETANI SAYUR DESA BONTOMANGAPE KEC. GALESONG
SELATAN KAB. TAKALAR TAHUN 2022.

Salsabila, F. R. (2023). ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA (K3) MENGGUNAKAN METODE HIRARC (Hazard Identification
Risk Assessment and Risk Control) PADA PROYEK KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN JALAN TEMAJUK – ARUK. https://doi.org/Universitas
Islam Indonesia

Sampe, S. (2021). IMPLEMENTASI JOB SAFETY ANALYSIS ( JSA ) DALAM


UPAYA MENURUNKAN ANGKA KECELAKAAN KERJA PADA PT.
GEOSERVICES DI SANGATTA. Jurnal Administrasi Bisnis, 9(2), 109–113.

Saputra, R. R., Wibowo, H., & Wardana, M. W. (2022). ANALISIS PENERAPAN


PROGRAM KESELAMATAN KERJA DALAM USAHA MENINGKATAN

49
PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE
ANALYSIS. Jurnal Rekayasa, Teknologi Dan Sains, 6(1), 37–41.

Sete, N. (2022). ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENGAWASAN


DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI PT. PLN
(PERSERO) ULP SOE.

Silvia, S., & Yuamita, F. (2022). Analisis Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja
Bagian Mekanik Pada Proyek Pltu Ampana (2x3 Mw) Menggunakan Metode
Job Safety Analysis (JSA). Jurnal Teknologi Dan Manajemen Industri
Terapan, 1(2), 61–69.

Sumarna, U., Sumarni, N., & Rosidin, U. (2018). Bahaya Kerja Serta Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Undang-Undang RI. (1970). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA.

Undang-Undang RI. (2003). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.
Permenakertrans RI. (2010).

Vaughan, E. (2014). Fundamentals of Risk and Insurance.

50
51
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara

STUDI POTENSI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN JOB SAFETY

ANALYSIS (JSA) PADA PEKERJA WORKSHOP DI PT. PELINDO

TERMINAL PETIKEMAS KENDARI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Perkenalkan saya Anisa Fitriani, mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), Universitas Halu Oleo, Angkatan 2020. Saya bermaksud

untuk melakukan penelitian skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar

Strata 1 (SK.M). Penelitian yang saya lakukan yaitu Studi Potensi Bahaya Dengan

Menggunakan Job Safety Analysis (Jsa) Pada Pekerja Workshop Di PT. Pelindo

Terminal Petikemas Kendari.

Sehubung dengan itu, saya meminta kesedian Bapak/Ibu/Anda untuk

berpartisispasi dan meluangkan waktu dengan memberi jawaban dari setiap

pertanyaan yang akan saya tanyakan dalam wawancara mendalam. Jawaban

Bapak/Ibu/Anda akan TERJAMIN KERAHASIANNYA dan TIDAK AKAN

MEMPENGARUHI STATUS PEKERJAAN. Saya berharap pertanyaan

wawancara dapat dijawab secara jujur dan sesuai kondisi yang ada.

Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Anda dalam penelitian ini.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

53
Pertanyaan yang akan diajukan untuk HSSE/Safety Officer:

1. Bahaya apa saja yang ada pada tahap-tahap pekerjaan di Workshop PT.

Pelindo Terminal Petikemas Kendari?

2. Pengendalian apa saja yang telah dilakukan?

Pertanyaan yang akan diajukan untuk pekerja:

1. Bahaya dan risiko apa saja yang anda hadapi dalam pekerjaan ini?

2. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja / Anda pernah mengalami kecelakaan

kerja? (Probing: Seperti apa penanganan yang dilakukan, apakah terdapat

petugas medis, kotak P3K?)

3. Apakah terdapat rambu-rambu yang disediakan di sekitar area pengerjaan?

4. Sosialisasi dan pelatihan apa yang telah Anda dapat mengenai risiko dan

bahaya?

5. Apakah ada SOP dalam pekerjaan anda? (Probing: Apakah Anda bekerja

sesuai SOP?)

6. APD apa yang Anda gunakan saat bekerja? (Probing: Apakah sudah sesuai

SOP?)

(Sumber: Oni Octavia, 2023)

Anda mungkin juga menyukai