Anda di halaman 1dari 50

LITERATUR REVIEW

KEPERAWATAN MATERNITAS TENTANG : FAMILY CENTERED


MATERNITY CARE(FCMC)
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas State Keperawatan Anak Tahap Profesi
Dosen Pengampu : Ns. Wulan Novika Ambarsari.,MAN

Disusun Oleh :
Siti Nurhaliza (J.0105.23.042 ) Mia Mayantini (J.0105.23.021 )

Rina maryam( J.0105.23.028) Hamjah Abdul H (J.0105.23.014)

Siti maesyaroh( J.0105.23.032) Dandi dwi pamungkas (J.0105.23.007 )

Dede Rudi yansyah( J.0105.23.001) M Syahrul (J.0105.22.071)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
TAHAP PROFESI

1
2023

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode masa nifas berlangsung dari persalinan sampai 6 minggu setelah

melahirkan, yang merupakan waktu penyembuhan dan kembalinya organ

reproduksi ke keadaan sebelum hamil (Sri Astuti, 2015). Selama masa

pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan baik

secara fisik maupun fisiologis dan sebagian besar bersifat fisiologis. Masa ini

merupakan masa cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan

pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat meningkatkan

Angka Kematian Ibu (AKI) seperti perdarahan atau komplikasi pada ibu nifas

(Hamranani, 2012).

WHO mengemukakan bahwa 500.000 perempuan meninggal setiap tahun

akibat komplikasi kehamilan dan melahirkan, dan sebagian besar kematian

terjadi selama atau segera setelah melahirkan. Penyebab kematian terbanyak

adalah perdarahan dan infeksi setelah melahirkan (Sri Astuti dkk, 2015).

Selain itu pada masa nifas umumnya banyak masalah atau keluhan yang

menyertai ibu postpartum. Masalah atau keluhan tersebut diantaranya pada

proses menyusui, kemandirian ibu dalam merawat bayinya, nyeri jahitan,

perawatan luka jahitan, personal hygiene, istirahat dan kaki bengkak, sehingga

menimbulkan ketidaknyamanan ibu postpartum dalam melalui masa nifas.

Dalam masa nifas, perubahan besar tejadi dari sisi perubahan fisik, emosi dan

2
kondisi psikologi ibu, untuk itu penting sekali memahami perubahan apa yang

secara umum dapat dikatakan normal, sehingga setiap penyimpangan dari

kondisi normal ini dapat segera dikenali sebagai kondisi abnormal atau

patologis (Sri Astuti dkk, 2015).

Perubahan yang mendadak pada ibu postpartum penyebab utamanya

adalah kekecewaan emosional, rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan

karena kurang tidur selama persalinan dan kecemasan pada kemampuannya

untuk merawat bayinya, rasa takut tidak menarik lagi bagi suaminya, terutama

emosi selama minggu pertama menjadi labil dan perubahan suasana hatinya

dalam 3 - 4 hari pertama, masa ini sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh

begitu banyak faktor, maka penekanan utama adalah pendekatan dengan

memberikan bantuan, simpati dan dorongan semangat (Kirana, 2015).

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan

seseorang adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan, sehingga akan

timbul kesadaran pada individu atau masyarakat untuk berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan kesehatan merupakan suatu

upaya untuk mempengaruhi orang lain, individu, kelompok atau masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Hasil yang

diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku

kesehatan, atau perilaku untukmemelihara dan meningkatkan kesehatan yang

kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Informasi

yang dibutuhkan pada masa postpartum salah satunya adalah dengan

pemberian metode edukasi Family Centered Maternity Care (FCMC).

3
Edukasi Family Centered Maternity Care (FCMC) adalah perawatan yang

berpusat pada keluarga yaitu dengan cara menyediakan perawatan bagi

perempuan dan keluarga mereka yang mengintegrasikan kehamilan,

persalinan, nifas, dan perawatan bayi kedalam kontinum dari siklus kehidupan

keluarga seperti biasa dengan cara hidup sehat. Perawatan yang

diberikankepada individual mengutamakan dukungan, partisipasi, dan pilihan

dari keluarga (International, T. & Education, C., 2015).

Edukasi postpartum menjadi bagian dari pemeliharaan dan promosi

kesehatan, pencegahan penyakit dan komplikasi, pemulihan kesehatan selama

periode postpartum sehingga dapat beradaptasi terhadap semua perubahan

yang terjadi dan mampu menjalankan peran sebagai orang tua dengan baik.

Berdasarkan hasil yang dilakukan peneliti Senditya Indah Mayasari Dkk

(2018) yang berjudul “Penerapan Edukasi Family Centered Maternity Care

(FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home Care”

menunjukan bahwa keluhan-keluhan ibu nifas yang di alami seperti masalah

payudara lecet, payudara datar, masalah menyusui, Puting susu tenggelam,

kaki bengkak, perawatan bayi baru lahir, vulva hygine, setelah diberikan

asuhan home care,masalah keluhan yang di rasakan bisa teratasi dengan

mengajarkan dan memberikan edukasi/pendidikan kesehatan pada kelompok

kontrol, pada awal pengkajian terdapat 1 ibu postpartum yang mengalami

masalah payudara dan di akhiri pengkajian bertambah 3 ibu postpartum yang

mengalami masalah payudara.

Maka artinya terdapat pengaruh pemberian edukasi sebelum dan sesudah

4
intervensi (Senditya Indah Mayasari, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh

Sanditya Indah Mayasari yang berjudul “Model Edukasi Family Centered

Maternity Care (FCMC). Dalam Keberhasilan Ibu Menyusui Berbasis

Pelayanan Home Care” menyatakan bahwa penerapan Model Edukasi Family

Centered Maternity Care (FCMC) melalui pelayanan home care dimulai dari

persiapan menyusui ibu primigravida, tehnik menyusui, frekuensi dan lama

menyusui, cara menyusui, kenaikan berat badan bayi, dan pengguna susu

formula atau MPASI pada bayi menjadi optimal dalam mencapai keberhasilan

ibu menyusui pada 1 bulan pertama. Selain itu dengan penerapan FCMC

berbasis pelayanan home care dapat membentuk memenuhi tugas

perkembangan keluarga dengan ibu nifas baik, dalam melakukan perawatan

diri maupun perawatan bayinya dan menyusui. Edukasi postpartum dengan

pendekatan FCMC efektif diterapkan untuk menguatkan presepsi bagi ibu

nifas dan keluarga dirumah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran sebelum Edukasi Family Centered Maternity

Care (FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home

Care?

2. Bagaimanakah gambaran sesudah Edukasi Family Centered Maternity

Care (FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home

Care?

3. Bagaimanakah pengaruh Edukasi Family Centered Maternity Care

(FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home Care ?

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh Edukasi Family Centered Maternity Care (FCMC)

Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home Care

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran sebelum Edukasi Family Centered Maternity

Care (FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan

Home Care

b. Diketahuinya gambaran sesudah Edukasi Family Centered Maternity

Care (FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan

Home Care

c. Diketahuinya pengaruh Edukasi Family Centered Maternity Care

(FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home

Care

D. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian dalam review jurnal ini yaitu semua

jenis penelitiann yang menggunakan Edukasi Family Centered Maternity

Care (FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home Care

a. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya

dalam keperawatan medikal bedah tentang Edukasi Family Centered

6
Maternity Care terhadap ibu postpartum.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kepustakaan

sebagai referensi dalam intevensi keperawatan, yaitu manfaat Edukasi

Family Centered Maternity Care

b. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau

dijadikan data dasar sebagai sumber informasi dan sumber referensi

bagi peneliti selanjutnya, yang berkaitan dengan Edukasi Family

Centered Maternity Care.

7
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas
ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital
akan kembali dalam waktu 3 bulan. Selain itu masa nifas / purperium adalah
masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Dian S, 2012).
Post patum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 s.d. 42 minggu), lahi spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Dian S, 2012).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi (Dian S, 2012).
B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot
–otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.

8
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak
menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu

9
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).
D. patwey

E. Manifestasi Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras,
karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang
disebut after pain post partum terjadi pada hari ke 2-3 hari.

10
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna
untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post
partum, kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus
menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah
plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -
3. After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum
uteri, dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi
pada stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak
bahwa lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi
nekrosis keluar dari lochea. Epitelisasi endometrium siap dalam 10
hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali.
Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan
parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari
pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu
menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon
prolaktin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas, sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman
penyakit berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochea dibagi dalam beberapa jenis :

11
1) Lochea rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-
sisa chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel
darah merah.
2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur
lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman
penyakit yang mati.
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman
penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui
oleh 2 jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir
minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat
persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran normal
dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post
partum, rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan
kembali kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis
(pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau
bayi kembar.
i. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan

12
oedema dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan.
Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari
uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi
yang menyebabkan refleks miksi menurun.
j. Perubahan sistem gastro intestina
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post
partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema,
kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan
takut jahitan lepas.
k. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum.
Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae
menjadi tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit
(vasokongesti vaskuler).
l. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan
colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035
reaksi alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin
yang mengandung antibodi bayi yang terbaik dan harus dianjurkan
jika tidak ada kontra indikasi
m. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal
kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena
hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang
disebabkan terkontaminasinya vagina.
n. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah

13
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari
jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
o. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu
keadaan yang harus diperhatikan secara serius.
p. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada
dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun
sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi.
2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua.
Setelah melahirkan secara bertahap.
a. Fase Taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energy
pada bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan
kemampuan menerima informasi kurang.
b. Fase Taking hold
Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat
sampai kelima ibu siap menerima peran barunya dalam belajar
tentang hal-hal baru.
c. Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota
keluarga telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi (Linda,
2010).
3. Adaptasi keluarga
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan
adanya perubahan-perubahan peran dan hubungan di dalam keluarga
tersebut. Umpamanya anak yang lebih besar sekarang menjadi kakak,
orang tua menjadi kakek, suami-istri harus saling membagi perhatian
karena tuntutan dan ketergantungan bayi dalam memenuhi
kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga yang dapat membantu
dalam merawat bayi, mungkin keadaannya tidak sesulit bila tidak ada

14
yang membantu.Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa
sesudah melahirkan, dimana ibu harus merawat dirinya, merawat
bayinya dan melakukan tugas rumah tangga, maka perawat bidan
bertanggungjawab untuk mempersiapkan ibu sebelum melahirkan
F. Klasifikasi
a) Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut
(Hafifah, 2011).
1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena
itu bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling keluarga berencana.
b) Klasifikasi Prognosis
Prognosis perdarahan postpartum atau postpartum
hemorrhage (PPH) sangat bergantung pada penatalaksanaan.
Mortalitas akan meningkat jika tata laksana yang diberikan tidak
cepat dan adekuat. Komplikasi PPH di antaranya anemia dan syok
hipovolemik yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu,
tindakan histerektomi pada PPH yang tidak terkendali akan
menyebabkan infertilitas pada ibu.
G. Komplikasi Post Partum
1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:

15
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat
antonia uteri, retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan
involusio uteri.
b. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam.
Penyebab perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio
sisa plasenta, infeksi postpartum.

Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum,
vagina serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi. Robekan jalan
lahir atau ruptur perineum sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan
perdarahan hebat dan mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi
dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri
atau vena yang besar, episitomi luas, ada penundaan antara episitomi
dan persalinan, atau ada penundaan antara persalinan dan perbaikan
episitomi.

2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia
setelah persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai
38ºC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan
dengan mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum mencakup
semua peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau
bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum.
Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril,
luka robekan jalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan kebersihan
daerah perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat
terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang
kurang, gizi, pendidikan, dan usia.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan
pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman

16
yang didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman yang didapat dari orang lain.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi
pengetahuan ibu karena ibu yang mempunyai latar
belakangpendidikan lebih rendah akan sulit untuk menerima
masukan dari pihak lain.
c. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang
terjadi pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda.
Hal ini disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi
yang kurang atau adanya penyakit penyerta seperti diabetes
melitus. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia
muda dari pada usia tua.
d. Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada
tersedianya protein, vitamin (terutama vitamin A dan C), dan
mineral renik zink dan tembaga. Kolagen adalah protein yang
terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein
yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen.
Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada
penyembuhan luka (Siska S, 2019)
H. Dampak
Melahirkan merupakan suatu peristiwa penting yang dinantikan oleh
sebagian besar perempuan karena membuat ibu menjadi seorang perempuan
yang telah berfungsi utuh dalam kehidupannya (Kasanah, U.2017).
Pada umumnya ibu post partum hanya mendapat pemenuhan kebutuhan
fisiologisnya saja sementara kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi. Pada
adaptasi psikologis perempuan akan mengalami penyesuaian terhadap
perannya sebagai orang tua (ibu). Sekitar 70-80 % ibu pasca melahirkan
mengalami gangguan mood atau perasaan , secara umum kondisi ini masih

17
dianggap normal, dirasakan mulai 2-3 hari pasca melahirkan dan normalnya
akan menghilang setelah 2 minggu post partum. Kondisi demikian sering
disebut dengan post partum blues, maternity blues atau baby
blues (Machmudah, 2015).
Seringkali ibu yang mengalami postpartum bluesberkembang lebih
lama dan lebih berat intensitasnya. Ibu mengalami kesedihan yang mendalam
dan merasa tidak berharga, sehingga merasa terganggu dalam melakukan
aktivias sehari- hari, sekitar 15% dari ibu-ibu pasca melahirkan
mengalami Postpartum Depression (depresi postpartum) yang merupakan
kelanjutan dari postpartum blues yang tidak tertangani. Dampak dari
depresi postpartum,ibu akan mengalami depresi yang berkepanjangan dan
semakin berat hingga berkeinginan untuk melukai bayi atau diri sendiri
(MHI, 2020).
Berbeda dengan depresi pasca melahirkan, keluhan baby blues bersifat
hilang timbul dan umumnya bertahan tidak lebih dari 2 minggu. Meski
begitu, gejala baby blues juga sering mempersulit ibu untuk menyusui,
bahkan merawat bayi. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diatasi dengan baik
I. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan
dan kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada
hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4
sampai sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila
kandung kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi.

18
Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila
terjadi opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di
rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per
oral atatupun per rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin
tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu.
Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara
tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik
menyusui yang benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi
lanolin. Monilia diterapi dengan menyusui pada payudara yang tidak
lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air
susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
7. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat.
Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres
hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak
dihentikan.

19
9. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi,
diberikan antibiotik dan analgesic
10. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan
ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin (Hafifah, 2011).

20
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, no. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggungjawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan
pasien.
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini)
Keluhan yang paling dasar atau utama yang pasien
katakan
2) Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini
Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah
Sakit yang dimulai dari pasien masuk IGD, kemudian
masuk bangsal sampai saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat Haid
Umur Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid, perkiraan tanggal partus.
c. Riwayat Perkawinan
Kehamilan
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil
laboratorium : USG, darah, urine, keluhan selama
kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan, dan pengobatan yang
diperoleh.

21
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : jumlah gravid, jumlah patal,
dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis
persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan
fisik, kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : pernah mengalami
demam, keadaan lochea, kondisi perdarahan selama
nifas, tingkat aktivitas setelah melahirkan, keadaan
perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan
eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon, dan
support keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : kapan timbul his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama
pesalinan, dengan episiotomy atau tidak, kondisi
perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan
anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama
pengeluaran plasenta, kelengkapan plasenta, jumlah
perdarahan.
d) Riwayat new born : apakah bayi lahir spontan atau
dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir
(langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan
resusitasi, nilai APGAR, jenis kelamin bayi, BB,
panjang badan, kelainan konginetal, apakah dilakukan
bonding attachment secara dini dengan ibunya, apakah
langsung diberikan ASI atau susu formula.
e. Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi,
jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi
yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga di
masa mendatang.

22
f. Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien
pernah dirawat di rs atau tidak, dan riwayat alergi terhadap
makanan atau obat-obatan. Serta kebiasaan merokok, kopi,
alkohol dan lain sebagainya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic, menular, konginetal, atau gangguan
kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
3. Pola kebutuhan dasar ( data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Mengkaji riwayat psikososial (talking in, talking hold dan letting
go)
b. Status emosional dengan mengamati interaksi ibu dengan
keluarganya, tingkat kemandiriannya, tingkat energi, kontak mata
dengan bayi, serta tingkat kenyamanan saat menggendong bayi dan
mewaspadai perubahan suasana hati ibu yang masih mudah
tersinggung dan menangis
c. Bounding & attachment: mengidentifikasi ketertarikan erat pada
bayi baru lahir oleh ibu yang terjadi 30-60 menit pasca melahirkan,
attachment merupakan kelekatan perkembangan awal kasih sayang
yang kuat antara bayi dan keluarga terdekat nya (ibu, ayah dan
saudara kandung)
d. Mengkaji tentang pegetahuan ibu mengenai masa nifas seperti: cara
membersihan alat kelamin, penggunaan pembalut, perawatan luka
perineum, cara menyusui, cara memerah ASI, menyimpan ASI,
tanda bahaya masa nifas dan cara mobilisasi dini
e. Aktifitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri, dan melakukan eliminasi, serta pola
berpakaian.

23
f. Istirahat dan Tidur
Waktu (lama, kapan), nyaman atau tidak, penggunaan lampu atau
tidak.
g. Nutrisi
Menu makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, nafsu makan, pola minum,
jumlah, frekuensi.
h. Eliminasi
Apakah terjadi dieresis, adakah inkontinensia atau retensi urine
karena takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum.
i. Personal Hygiene
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakaian.
j. Persepsi-sensori (nyeri atau ketidaknyamanan)
Ketidaknyamanan berkenaan dengan pembesaran payudara,
episiotomi, trauma perineal, hemoriod, kontraksi kuat (afterpain)
kuat dan teratur dalam periode 24 jam pertama dan akan berkurang
setiap hari.
4. Pemeriksaan fisik
Status generalis dan head to toe.
a. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa
tanda-tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama
setelah melahirkan atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30
menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal
dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah
mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan dan
keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai
kemungkinan adanya perdarahan post partum.
1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan

24
darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3
hari post partum.
2) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari
ke 4 setelah persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit
kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila
kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau
sepsis nifas.
3) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut
Nadi Ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama
post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-
kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi
khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4) Berat Badan
Melahirkan akan menyebabkan ibu kehilangan berat badan
selama hamil sekitar 5-6 kg akibat pengeluaran bayi,
plasenta, air ketuban dan darah. Dimana tubuh melakukan
adaptasi fisiologis karena semua organ akan kembali seperti
sebelum hamil sejak satu jam plasenta lahir sampai 6 minggu
postpartum. Pada saat ini terjadi lagi penurunan berat badan
sebanyak 2-3 kg melalui diuresis, pengeluaran lokia dan
involusi uteri sehingga berat badan ibu yang saat itu masih
kelebihan 4 kg dari berat badan sebelum hamil bila selama
hamil kenaikan berat badan ibu tidak berlebihan. Sebagian
besar ibu hampir mencapai kembali berat badan sebelun
hamil dalam enam bulan setelah melahirkan. Tetapi ada
sebagian ibu yang masih kelebihan berat badan nya sekitar
1,4 - 2 kg (Leveno. (2003); Hadiyono. (2008)). Tetapi
menurut Christna (2007) setelah melahirkan ibu akan

25
mengalami penurunan berat badan sacara alami setelah
melahirkan antara 5,4 kg sampai 11,33 kg disebabkan proses
kelahiran dan memberikan bayinya ASI eksklusif.
5) Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada
umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa
demikian, tidak lain karena Ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat post
partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari
tanda-tanda syok.
b. Kepala dan wajah
1) Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan
kerontokan rambut.
2) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya
flek hitam.
3) Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia
kerena perdarahan saat persalinan.
4) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita
pilek atau sinusitis.
5) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
stomatitis, atau gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang
dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa
beredar secara sistemik.
6) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar
dapat menunjukan adanya infeksi, ditunjang dengan adanya
data yang lain seperti hipertermi, nyeri, dan bengkak.
7) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada
peradangan pada telinga.

c. Pemeriksaan thorak

26
1) Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi
asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran
masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
kontur atau permukaan. Kaji kondisi permukaan, permukaan
yang tidak rata seperti adanya retraksi atau ada luka pada
kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat
menunjukan adanya peradangan.
2) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi
apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Pada
1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak banyak
berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika
menyusui, perawat mengamati perubahan payudara,
menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda tanda
kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada
nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi
lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.
d. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi Abdomen
Kaji adakah striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen,
apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukan
kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan
sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.

2) Palpasi Abdomen

27
- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2
cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas
pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
 Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
 Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
 Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-
symfisis
 Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak
menunjukan konteraksi uterus kurang maksimal sehingga
memungkinkan terjadinya perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi
lateral biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa
jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan
uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan
rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap
sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun
kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot
rektus abdominis akibat pembesaran uterus jika dipalpasi.
e. Ekstremitas atas dan bawah
1) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak.
Pemeriksaan varises sangat penting karena ibu setelah
melahirkan mempunyai kecenderungan untuk mengalami
varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini
disebabkan oleh perubahan hormonal.
2) Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ
distal.
3) Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu.

28
Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.
- REEDA (red, edema, echymosis, discharge, loss of
approximation)
- Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu
post partum. Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu
postpartum hari ke tujuh harus memiliki lokhia yang sudah
berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhia
masih merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum.
Lokhia yang berbau busuk yang dinamankan Lokhia
purulenta menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi
dan harus segera ditangani.
5. Pemeriksan Diagnostik
a. Darah : Hb, Gula Darah
1) Pemeriksaan Hb dilakukan 2 kali selama kehamilan pada trimester
pertama dan pada kehamilan 30 minggu, karena pada usia 30 minggu
terjadi puncak hemodilusi (pengenceran darah). Ibu dikatakan anemia
apabila Hb < 11 gr% dan anemia berat apabila < 8 gr%.
2) Pemeriksaan golongan darah,protein,dan kadar glukosa pada urin.
b. USG (Ultrasonografi)
Untuk melihat apakah terdapat sisa plasenta ataupun gumpalan darah
6. Pemeriksaan Klinis
Penatalaksaan post partum menurut (aryani,2017) setelah
melahirkan ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan, perawatan post
partum antara lain:
(1) Terapi medis
a) Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian,
khususnya dilakukan oleh ibu post partum. Mobilisasi dini adalah
kebijakan agar secepat mungkin membimbing ibu post partum bangun dari

29
tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Jika tidak ada kelainan paska persalinan, mobilisasi dini dapat dilakukan
sedini mungkin yaitu 2 jam paska persalinan. Mobilisasi dinidapat
membantu pemulihan dan mempercepat waktu berada di rumah sakit.
b) Rawat gabung Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-
sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera
memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
c) Pemeriksaan umum Pemeriksaan umum antara lain kesadaran penderita,
keluhan yang terjadi setelah persalinan.
d) Pemeriksaan khusus Pemeriksaan khusus pada ibu post partum spontan
antara lain:
- Pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah, nadi , suhu, dan
pernafasan.
- Fundus uteri : Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
- Payudara menempatkan susu, pembesaran dan pengeluaran ASI.
- Lochea Lochea rubra, lochea sangiolenta, lochea serosa, lochea alba.

e) Nutrisi dan cairan Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi yang
seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Mengkonsumsi
tambahan 500 kalori tiap hari ( ibu harus mengkonsumsi 3 sampai 4 porsi
setiap hari). Minum minimal 3 liter air setiap hari ( anjurkan untuk ibu
minum setiap kali menyusui). Pil zat besi harus diminum, untuk
menambah zat gizi setidaknya salaam 40 paska persalinan. Minum kapsul
vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A ke pada
bayinya melalui ASI ibu.
f) Eliminasi
- Miksi (BAK) Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara
spontan dalam 8 jam terjadi setelah melahirkan. Umumnya pada partus
lama yang kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum atau cumam, dapat
mengakibatkan retensio urine. Sebaiknya dipasang dower cateter untuk
member istirahat pada otot-ototo kandung kencing. Buang air kecil
sendiri sebaiknya dilakukan secara cepat. Miksi normal bila dapat buang
air kecil spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan dapat disebabkan karena
sfingter uretra tertekan oleh kepala janindan spasme oleh iritasi muskulo
sfingter ani salaam persalinan atau dikarenakan edema kandung kemih
selama persalinan. Lakukan katerisasi apabila kandung kemih terasa
penuh dan sulit untuk berkemih.

30
- Defekasi (BAB) Buang air besar biasanya akan tertunda salaam 2
sampai 3 hari setelah persalinan karena enema prapersalinan, diet cairan,
obat- obatan analgesic selama persalinan dan perineum yang sakit akibat
perlukaan jalan lahir. Memberikan asupan nutrisi yang cukup dan
seimbang, serta asupan cairan yang cukup.
g). Kebersihan diri/perineum, kebersihan diri bagi seorang ibu pasca
melahirkan adalah salah satu hal yang harus diutamakan. Kebersihan diri
dapat membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan
yang nyaman bagi ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian
dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Perawatan luka
perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, dapat meningkatkan ras
nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat
dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan sabun dan air setiap
kali BAB dan BAK yang dimulai dari depan baru kemudian ke daerah
belakang atau anus. Sebelum dan setelah tindakan ibu diwajibkan untuk
mencuci tangan. Pemakaian pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali
sehari. Apabila pembalut yang dipakai oleh ibu adalah bukan pembalut
habis pakai, hendaknya ibu dapat memakai dengan dicuci terlebih dahulu,
setelah itu dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.
h). Istirahat Ibu nifas sangat memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam
pada siang hari. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam
memenuhi kebutuhan istirahatnya adalah:
- Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
- Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan
- Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur hubungan seksual dapat
dilakukan dengan aman ketika luka pada episiotomi telah sembuh dan
lochia telah berhenti. Hendaknya pula hubungan seksual dapat
ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena
pada waktu diharapkan organ-organ tubuh akan kembali pulih. Untuk
itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami
dan istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada
saat itu pula adalah waktu yang tepat untuk memberikan konseling
tentang pelayanan KB. Program KB sebaiknya dilakukan setelah ibu
nifas selesai atau 40 hari, dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada
saat melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu,
penggunaan kontrasepsi, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami
istri.

31
A. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Post Partum Nyeri


DO :

- klien mengeluh nyeri pada Adaptasi Fisiologis


perineum

- Klien takut jahitanya akan


terbuka jika mau berkemih vagina dan perineum

- Skala nyeri 4 dari (0 – 10)


Trauma Mekanik
- Klien tampak meringis

- TD : 135 / 80 mmhg
Nyeri
N : 85 x/menit

2. DS : Post Partum Gangguan Pola Eliminasi

DO : Penatalaksanaan Episiotomi

- sampai saat ini klien belum


berani berkemih setelah 4
jam pertama melahirkan Terdapat Luka Pada Perineum

Belum Berani Berkemih

Gangguan Pola Eliminasi

3. Ds : Post Partum Defisit pengetahuan


Do: Merasa senang dengan
kelahiran anak pertama ini
namun merasa bingung karena Adaptasi Fsikologis
belum tahu cara merawat bayi
dan cara menurunkan berat

32
badan Taking Hold (ketergantungan
mandiri)

Belajar mengenai perawatan


diri dan bayi

butuh informasi

kurang pengetahuan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d laserasi atau trauma jalan lahir

2. Gangguan Pola eliminasi b.d rasa nyeri pada Perineum

3. Defisit pengetahuan b.d tidak mengenal sumber informasi

33
C. Intervensi Keperawatan

NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI MANAJEMEN NYERI


Tindakan keperawatan Observasi : Observasi :
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d
selama 2 x 24 jam maka
laserasi atau trauma jalan lahir 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk menghindari kerusakan tubuh
diharapkan intensitas nyeri
durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau situasi yang berpotensi
akut menurun. Dengan
nyeri 2. Untuk mengetahui berapa sekala nyeri
kriteria hasil :
2. Identifikasi skala nyeri yang dialami oleh pasien
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat 3. Untuk memberikan rasa nyaman pada
dan pemperingan nyeri pasien
2. Meringis menurun
Terapeutik : Terapeutik :
3. Tanda – tanda vital
membaik 1. Kontrol lingkungan yang memperberat 1. Untuk memberikan rasa nyaman pada
rasa nyeri (mis, suhu ruangan, pasien
pencahayaan, kebisingan) 2. Untuk memenuhi kebutuhan pasien
2. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Untuk meredakan nyeri dan
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri melaporkan keefektifannya
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri Edukasi :
1. Supaya pasien memahami tentang
Edukasi :
nyeri
1. Jelaskan penyebab, periode, dan 2. Untuk meredakan rasa nyeri pada

34
pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Untuk membantu kesembuhan pada
3. Anjurkan memonitor nyeri secara pasien
mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Mengurangi rasa nyeri
1. Kolaborasi pemberian analegtik, jika
perlu

2. Gangguan Pola eliminasi b.d rasa Setelah dilakukan


nyeri pada Perineum Tindakan keperawatan
1. kaji fungsi urinarius,perhatikan 1. Berkemih harus dalam jumlah sedang
selama 2 x 24 jam maka
frekuensi dan jumlah berkemih per (100 ml)untuk dikatakan cukup.klien
diharapkan tidak terjadi
hari. harus mengosongkan kandung kemih
gangguan eliminasi buang
2. Kaji tinggi dan lokasi fundus sebelum selama 5-7 kali per hari
air kecil dengan kriteria
dan setelah berkemih 2. Kandung kemih penuh mengubah
hasil :
3. Instrusikan klien latihan kegel 50 tinggi fundus dan dapat mengganggu
1. Klien tidak merasa nyeri sampai 100 kali sehari. kontraksi inovulasi uterus.
saat buang air kecil 4. Anjurkan klien untuk duduk dalm air 3. Meningkatkan sirkulasi ke perineum
hangat atau menggunakan mandi dan membantu mengatasi inkontinensia
2. Mau berkemih urin.
pancuran hangat bila ia sulit berkemih.
5. Berikan rangsangan pada daerah atas 4. Air hangat yang dialirkan di atas tubuh
symphisis dengan air dingin. atau relaksasi perineum dan uretra
memudahkan berkemih.

35
5. Rangsangan pada simpisis dengan air
dingin dapat meningkatkan tonus otot
spincter dan buli-buli.

3 Defisit pengetahuan b.d tidak Setelah dilakukan EDUKASI KESEHATAN EDUKASI KESEHATAN
mengenal sumber informasi Tindakan keperawatan Observasi
Observasi
selama 2 x 24 jam
diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui seberapa siapnya
pengetahuan meningkat. menerima informasi pasien untuk menerima informasi
Dengan kriteria hasil:
Terapeutik
- Kemampuan Terapeutik
menjelaskan tentang 1. Untuk mempermudah kita dalam
suatu topic 1. Sediakan materi dan media menyampaikan pendidikan kesehatan
meningkat pendidikan kesehatan yang akan diberikan
2. berikan edukasi tentang perawatan 2. Agar pasien mengetahui faktor resiko
- Pertanyaan tentang diri, termasuk perawatan perineal dan yang dapat memengaruhi kesehatan
masalah yang hygiene, perubahan infeksi, mempercepat pemulihan dan
dihadapi menurun fisiologis,termasuk kemajuan normal penyembuhan, dan berperan pada
dari rabas lokhia, kebutuhan untuk adaptasi yang positif dari perubahan
tidur dan istirahat, perubahan peran, fisik dan emosional.
dan perubahan emosional. Biarkan 3. Untuk memberikan pasien
klien mendemonstrasikan materi kesempatan menanyakan apa yang
dipelajari, bila yang diperlukan. tidak diketahuinya
3. Berikan kesempatan untuk bertanya

36
Edukasi
Edukasi
1. latihan tonus membantu
1. Berikan informasi tentang peran otot, meningkatkan sirkulasi,
program latihan pascapartum menghasilkan tubuh seimbang, dan
progresif. yang seimbang, meningkatkan
perasaan sejahtera secara umum.

37
D. Konsep Family Centered Maternity Care

Pendekatan di dalam asuhan keperawatan maternitas dalam meningkatkan


kesejahteraan ibu dan bayi yaitu pendeketan yang melibatkan keluarga yang dikenal
dengan istilah family centered maternity care (FCMC) (Retna, 2017). Kegiatan Family
Centered Maternity Care (FCMC) sebagai salah satu upaya yang dapat memotivasi ibu
dalam menjaga kesehatan karena mendapatkan dukungan dan keterlibatan yang penuh
dari semua keluarga. Pendekatan ini melibatkan keluarga agar keluarga mau ikut
berpartisipasi dalam memantau ibu dan bayi, dengan cara mengenali dan menghargai
keterlibatan keluarga, memberikan dorongan untuk mengenali dan membangun
kekuatannya, mambantu membuat hidup yang sehat. Sehingga melalui pendekatan
FCMC keluarga dapat memberikan motivasi kepada ibu dalam mengintegrasikan
kehamilan, persalinan, nifas, dan perawatan bayi kedalam kontinum dari siklus kehidupan
keluarga seperti biasa dengan cara hidup sehat. dan berdampak positif yaitu ibu akan
merasa nyaman, aman, tentram dan percaya diri.
E. Ciri -Ciri Family Centered Maternity Care Post Partum
1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
4. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
5. Menetapkan peraturan yang flexibel.
6. Menjalankan sistem kunjungan tidak ketat.
7. Mengadakan kontak dini bayi dan orang tua.
8. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil).
9. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
10. Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
11. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up.
F. Discharge Planing
1. Kunjungan I: Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan yang bertujuan:
a. Mencegah perdarahan masa nifas (postpartum) karna atonia uteri
b. Pemantaun keadaan umum ibu
c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attatchment)
d. ASI eksklusif
e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran/ sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil
2. Kunjungan II: Asuhan 6 jam setelah melahirkan, yang bertujuan:

38
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
3. Kunjungan III: 2 Minggu setalah Postpartum, yang bertujuan :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
4. Kunjungan IV: 6 Minggu setelah postpartum
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu maupun
pada bayinya.
b. Memberikan konsling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam nifas, dan tanda-
tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. (Ambarwati, 2009)

39
BAB III
METODE LITERATURE REVIEW

A. Desain dan Jenis Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan studi literature review, yang

merupakan sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan respondusibel untuk melakukan

identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil

pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi. Jenis penelitian ini

berupaya untuk mencari referensi teori relevan dengan kasus atau permasalahan yang

akan diangkat yakni mengenai penerapan edukasi family centered marternity care

terhadap perilaku ibu postpartum melalui asuhan home care.

B. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data Base Penelitian

Studi literature review dilakukan penelusuran menggunakan data base penelitian

keperawatan atau kesehatan, antara lain: google scholar, google cendikia, PubMed,

ScienceDirect yang ditunjang dengan aplikasi harzing, dengan kata kunci setiap

variable penerapan edukasi FCMC, perilaku ibu postpartum, asuhan home care. Yang

di pilih dalam bentuk jurnal penelitian nasional dan internasional berjumlah 7 jurnal

sebagai jurnal penunjang dan jurnal terkait judul literature review yang diangkat

dalam penulisan ini.

2. Waktu Publikasi

Pencarian jurnal pendukung maupun penunjang dlam literature review

menggunakan pencarian terbatas dalam kurun waktu tertentu, yaitu selama kurun

waktu 5 tahun dari tahun 2018-2023.

40
3. Kriteria Inklusi Eksklusi

Kriteria inklusi Penelitian yang terdiri dari kelompok ibu postpartum


Menggunakan asuhan home care
Melakukan intervensi edukasi family centered maternity
care (FCMC)
Kriteria eksklusi Publikasi jurnal kurang di bawah tahun 2018
Penelitian berupa literature review
Bahasa selain Indonesia dan inggris

4. Strategi Penelusuran Publikasi

Dalam penelusuran publikasi jurnal, desain penelitian yang direview yakni semua

jenis penelitian yang relevan dengan penerapan edukasi family centered maternity

care terhadap perilaku ibu postpartum melalui asuhan home care yaitu penelitian

kuantitatif baik pra eksperimen atau quasy eksperimen. Penelusuran publikasi jurnal

menggunakan data base google scholar, google cendikia, PubMed, ScienceDirect

yang ditunjang dengan aplikasi harzing, dengan kata kunci setiap variable penerapan

edukasi FCMC, perilaku ibu postpartum, asuhan home care dengan kurun waktu dari

2018-2023.

41
BAB IV
RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ringkasan Pustaka
Kelompok
Judul Studi/Penulis Tempat Besar Metode Penelitian Outcome
Penelitian sampel/ Intervensi Kontrol
partisipan
Pengaruh Edukasi Puskesmas 30 sampel 15 responden 15 responden Quasi experiment Berdasarkan hasil dari uji
Family Centered Karang Pule ibu nifas pada kelompok pada kelompok dengan cara statistik pada peningkatan
Maternity Care Kota Mataram intervensi kontrol diberikan pendekatan two group nilai rata- rata keluhan ibu
(FMC) Terhadap diberikan edukasi FMC pretest-posttest postpartum menggambarkan
Keluhan Ibu edukasi FMC menggunakan bahwa kelompok intervensi
Postpartum Melalui menggunakan media leaflet menggunakan media buku
Asuhan Home Care media buku saku dan alat peraga lebih
(2023) saku bahasa dan baik dalam meningkatkan
alat peraga pengetahuan ibu untuk
Intan Gumilang mengatasi keluhannya
Pratiwi1 dibandingkan kelompok
Linda Meliati2 kontrol dengan memberi
Sri Wahyuni3 edukasi hanya menggunakan
leaflet.
Pengaruh Edukasi Desa Sambigede 24 sampel 12 responden 12 responden True experimental Hasil menunjukkan semua
Family Centered Kecamatan ibu nifas pada kelompok pada kelompok dengan pendekatan variabel berbeda signifikan
Maternity Care Sumberpucung intervensi kontrol tidak pretest-posttest design antara kelompok intervensi
(FMC) Terhadap Kabupaten dilakukan home dilakukan home dan kontrol yang
Keluhan Ibu Malang care sebanyak 4 care hanya menunjukkan adanya
Postpartum Melalui kali dalam 1 diberikan edukasi pengaruh pemberian edukasi
Asuhan Home Care bulan dan PMC terhadap keluhan ibu
(2019) diberikan menggunakan postpartum pada kelompok
edukasi PMC alat peraga dan intervensi setelah diberikan
Senditya Indah menggunakan leaflet edukasi Family Centered

42
Mayasari1 alat peraga dan Maternity Care (FCMC)
Nicky Danur leaflet melalui asuhan home care.
Jayanti2
Family Center Desa 60 sampel 30 responden 30 responden ibu Quasy experimental Pemberian edukasi
Maternity Care Kutawaringin ibu hamil ibu hamil FMC hamil hanya dengan cara menggunakan modul untuntu
(FCMC) is Effective Kabupaten berupa diberikan modul pendekatan two group mengukur tingkat kecemasan
in Reducing Anxiety Bandung pemberian tidak diberikan pretest-posttest design pada ibu hamil selama 1
in edukasi pendampingan minggu terdapat pengaruh
Pregnant Women menggunakan atau kehadiran intervensi FMC terhadap
(2023) modul dan keluarga penurunan kecemasan ibu
pendampingan hamil.
Kamsatun1 ibu hamil.
Susi Susanti2
Vera Fauziah Fattah3
Sofia Februati4
Penerapan Edukasi Wilayah Kerja 23 sampel Ibu postpartum - Quasi experiment Model edukasi postnatal
Family Centered Puskesmas ibu diberikan edkasi design dengan melalui pendekatan Family
Maternity Care Gambirsari postpartum selama 5 hari rancangan pretest- Centered Maternity Care
Terhadap Perilaku Surakarta mengenai posttest design (FCMC), memiliki tujuan
Ibu Postpartum perawatan masa utama adalah untuk
Melalui Asuhan nifas dan mengoptimalkan kemampuan
Home Care (2021) diberikan ibu dalam perawatan diri
kuesioner masa nifas juga perawatan
Desy Widyastutik1 sebelum dan bayi baru lahir. Melalui
Siti Nurjanah2 setelah edukasi model ini titik strategi yang
Retno Wulandari3 untuk mengukur diambil oleh petugas
Erinda Nur Pratiwi4 terkait sikap ibu kesehatan adalah melibatkan
nifas selama keluarga secara aktif dalam
masa nifas. proses
pemberian edukasi.
Keterlibatan keluarga ini
dipandang sangat penting
karena keluarga

43
adalah social support utama
bagi ibu saat melalui periode
perinatal yang salah satunya
adalah masa nifas. Hasil
penelitian yaitu ada pengaruh
penerapan edukasi FCMC
terhadap perilaku ibu
postpartum melalui asuhan
homecare.
Efektivitas Surabaya 40 sampel 20 responden 20 responden Quasy experiment Pemberian psikoedukasi dan
Psikoedukasi dan ibu ibu postpartum kelompok kontrol dengan desain pretest- Family
Family centered postpartum pada kelompok tidak dilakukan posttest control group Centered Maternity Care
maternity care pada intervensi home care hanya design (FCMC) pada penggunaan
ibu Postpartum dilakukan home diberi koping yang tepat dapat
(2020) care sebanyak psikoedukasi membantu mengurangi
3x dengan menggunakan kecemasan serta
Adenia Dwi menggunakan leaflet dan mengurangi depresi, perasaan
Ristanti1 leaflet dan keusioner menjadi jauh lebih baik serta
Elly Dwi Masita2 kuesioner bisa membantu memecahkan
masalah yang sedang
dihadapi, dan dapat
menumbuhkan rasa percaya
diri. berdasarkan hasil
penelitian terdapat
peningkatan yang bermakna
setelah intervensi
pemberian psikoedukasi dan
Family Centered Maternity
Care (FCMC) sebelum dan
setelah perlakuan.
Person-centered Kenya Seluruh ibu 1014 sampel 841 sampel pada Studi kasus Hubungan antara PCMC dan
maternity care and postpartum pada ibu dengan ibu dengan hasil kesehatan ibu dan
postnatal melahirkan komplikasi kesehatan bagi neonatal. Kami

44
health: associations di bangsa kehamilan baru lahur menemukan bahwa PCMC
with maternal and bersalin memiliki efek menguntungkan
newborn yang berusia terhadap kesehatan fisik dan
health outcomes 15-49 tahun mental ibu, kesehatan bayi
(2021) yang baru lahir, dan perilaku ibu
melahirkan terkait KB. Jika PCMC
May Sudhinaraset1 normal. diprioritaskan dan
Amanda Landrian2 diintegrasikan ke dalam
Ginger M. Golub3 layanan kesehatan ketentuan,
Et all hal ini dapat mengurangi hal
yang dapat dicegah morbiditas
ibu dan neonatal dan kematian
di Kenya. Selain itu, studi
memberikan bukti baru
tentang PCMC yang dapat
menginformasikan penelitian
masa depan dalam hal ini
daerah.

45
B. Hasil dan Pembahasan
Peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh edukasi Famili
Maternity Care terhadap keluhan dan kecemasan ibu postpartum. Keluhan
dan kecemasan pada penelitian ini adalah kondisi kecemasan yang dialami
oleh sebagian ibu setelah melahirkan. Kecemasan pada ibu postpartum
adalah salah satu masalah kesehatan mental yang umum terjadi setelah
melahirkan. Family Centered Maternity Care (FCMC) merupakan
perawatan berpusat pada keluarga yaitu dengan menyediakan perawatan
bagi wanita serta keluarga mereka yang mengintegrasikan kehamilan,
persalinan, nifas, serta perawatan bayi baru lahir kedalam kontinum siklus
kehidupan keluarga dengan cara hidup sehat. Perawatan yang akan
diberikan kepada individual mengutamakan dukungan, partisipasi, serta
pilihan darikeluarga. Penelitian ini sejalan dengan (Intan Gumilang
Pratiwi, et all;2023) yang dilakukan di piskesmas Karang Pule Kota
Malang pada 30 ibu postpartum yang mengeluh setelah melahirkan dengan
edukasi FMC keluhan ibu dapat berkurang atau menurun.
Peneltian yang sama dilakukan oleh Sedityah (2019) Desa
Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang pada 24 ibu
nifas setelah diberikan edukasi FMC menurun atau berkuang, sebelum
diberikan edukasi jumlah keluhan sebanyak 12 orang dan setelah diberiakn
edukasi menjadi 3 orang. Keluhan yang sering terhadi pada ibu postpartum
adalahmasalah menyusi dan kaki bengkak.
Family Maternity Care atau FMC adalah pendekatan perawatan
kesehatan yang berfokus pada seluruh keluarga selama masa kehamilan,
persalinan, dan pasca melahirkan. Pendekatan ini bertujuan untuk
memberikan dukungan dan perawatan yang komprehensif kepada ibu,
pasangan atau anggota keluarga lainnya, dan bayi yang akan lahir atau
baru lahir.
Konsep family maternity care mencoba mengakui pentingnya
peran dan pengaruh positif yang dapat dimainkan oleh anggota keluarga
dalam perjalanan kehamilan, persalinan, dan pasca melahirkan. Ini berarti
bahwa selain merawat kesehatan ibu dan bayi, perawatan juga
memperhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional ibu serta
dukungan yang diperlukan oleh keluarga dalam menjalani perubahan
signifikan yang terjadi selama periode ini.
Beberapa komponen dari family maternity care dapat mencakup:
1. Konseling prenatal: Memberikan informasi dan dukungan kepada ibu
dan pasangan dalam persiapan menjelang persalinan.
2. Pemantauan kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan: Memastikan
perkembangan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
3. Pemantauan selama persalinan: Memberikan dukungan selama proses
persalinan dan memastikan bahwa keputusan yang diambil melibatkan
pasien dan keluarganya.

46
4. Perawatan pasca melahirkan: Menyediakan perawatan dan dukungan
kepada ibu dan bayi setelah kelahiran.
5. Dukungan emosional: Memberikan dukungan psikologis kepada ibu
dan keluarga untuk mengatasi stres, kecemasan, atau perubahan
emosional yang terkait dengan masa ini.
Pendekatan family maternity care bertujuan untuk menciptakan
pengalaman yang positif selama perjalanan kehamilan, persalinan, dan
pasca melahirkan, serta untuk mempromosikan kesejahteraan seluruh
keluarga. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko masalah kesehatan
mental pada ibu pasca melahirkan dan mendukung keluarga dalam peran
mereka sebagai penyedia dukungan dan perawatan bagi bayi yang baru
lahir.
Family maternity care berbasis edukasi adalah pendekatan perawatan
maternal yang menekankan pendidikan dan informasi kepada keluarga
selama periode kehamilan, persalinan, dan pasca melahirkan. Fokus
utamanya adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
anggota keluarga, terutama ibu dan pasangan, sehingga mereka dapat
mengambil keputusan yang lebih baik terkait perawatan maternal dan
merawat bayi dengan lebih baik.
Pendidikan kesehatan memiliki berbagai jenis seperti pada jurnal
diatas yaitu dengan menggunakan media buku saku, alat peraga leaflet,
kuesioner dan lain-lain. Semuanya berpengaruh terhadap penurunan
keluhan dan kecemasan baik pada ibu postpartum maupun ibu hamil.
Ibu dengan dukungan keluarga melalui Pendekatan FCMC diharapkan
dapat dilakukan kemampuan optimal untuk beradaptasi secara ibu selama
masa nifas dan perawatan bayi (Clay dan Parsh, 2014). Perawatan yang
berpusat pada keluarga (FCMC) dirancang untuk memenuhi
informasional, sosial, emosional, kenyamanan, dan kebutuhan dukungan
ibu hamil normal wanita (mereka yang tanpa komplikasi atau penyakit
penyerta morbiditas) dan keluarga mereka selama kehamilan. Perawatan
Bersalin yang Berpusat pada Keluarga (FCMC) adalah perawatan yang
berpusat pada keluarga mengintegrasikan kehamilan, persalinan, nifas dan
perawatan bayi baru lahir.
FMC berbasis edukasi dapat membantu menurunkan kecemasan
dan keluhan ibu nifas dengan peningkatan pengetahuan yaitu edukasi yang
diberikan melalui FMC memberikan ibu nifas informasi yang lebih baik
tentang apa yang akan terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
pasca melahirkan. Pengetahuan yang lebih baik dapat membantu
mengurangi ketidakpastian dan kecemasan karena ibu tahu apa yang bisa
diharapkan.
Dari jurnal diatas mempunyaki banyak perbedaan misalnya dari
karakteristik responden, jumlah sampel, tempat penelitian, metode edukasi
yang diberikan, tingkat pendidikan dan lain-lain. Keterbatasan dalam

47
penelitian-penelitian tersebut mencakup hal penjelasan mengenai kegiatan
edukasi ini kurang terlalu jelas mengenai isi dari materi yang diberikan
kepada responden.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adenia (2020) di Surabaya pada 40
ibu postpartum Pemberian psikoedukasi dan Family Centered Maternity
Care (FCMC) pada penggunaan koping yang tepat dapat membantu
mengurangi kecemasan serta mengurangi depresi, perasaan menjadi jauh
lebih baik serta bisa membantu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi, dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri
Dari jurnal di atas dapat disimpulkan eduka family maternity care
(FMC) berpengaruh terhadap penurunan keluhan dan kecemasan ibu nifas
maupun ibu hamiil.

48
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
a. Hasil dari analisa ketujuh jurnal didapatkan bahwa terdapat
pengaruh edukasi Family Centered Maternity terhadap keluhan dan
kecemasan pada ibu hamil dan postpartum
b. Hasil dari analisa ketujuh jurnal didapatkan bahwa pengaruh
pengaruh edukasi Family Centered Maternity dapat membantu
mengatasinkeluhan dan kecemasan pada ibu hamil dan postpartum
c. Terdapat pengaruh edukasi Family Centered Maternity terhadap
keluhan dan kecemasan pada ibu hamil dan postpartum dengan
nilai p value = 0.000 (< 0.05).
B. Saran
1. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi
masyarakat sebagai sumber infomasi bahwa edukasi Family
Centered Metrnity merupakan suatu pendekatan pada ibu hamil,
nifas dan perawatan bayi baru lahir.
2. Institusi STIKes Budi Luhur Cimahi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sumbangan literatur review, bahan referensi serta dokumentasi
tentang Family Centered Metrnity di perpustakaan STIKes Budi
Luhur Cimahi.
3. Tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan melakukan edukasi FMC pada ibu hamil, nifas dan bayi baru
lahir.

49
DAFTAR PUSTAKA

Dina, S. 2012. Laporan Pendahuluan Post Partum Spontan. Diakses pada tanggal
10 Juni 2020 pukul 10.10 WIB.
Elly S. & Wita R., 2019. Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin
terhadap Intensitas Nyeri Luka Perineum pada Ibu Post Partum di BPM
Siti Julaeha Pekanbaru. Journal Of Midwifery Science. 3(1):7-14.
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 10.00 WIB.
Linda, R. 2010. “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Post Partum Nomal di
Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu Klaten”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Ilmu Kesehatan, Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Nitasari. 2015. Pathway Post Partum. Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul
10.10 WIB.
Siska, S. 2019. “Laporan Pendahuluan Post Partum”. Asuhan Keperawatan.
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Yolanda B, dkk,. 2015. Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi
Luka Perineum pada Ibu Post Partum di RS Pancaran Kasih GMIM
Manado. Jurnal Keperawatan. 3(2).

North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Aplikasi Asuhan


keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Jogjakarta: Media Action.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

50

Anda mungkin juga menyukai