Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK
“ATRESIA ANI ”
Dosen pengampu : Ns. Rahayu S, M.Kep

OLEH :

Mia Mayantini
NIM : C.0105.19.014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BUDI LUHUR
TAHUN 2023
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Teoritis


1. Defenisi Atresia Ani
Atresia ani adalah kelainan congenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum, atau keduanya. Betz (2012).
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membrane
yangmemisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang
tidak sempurna.Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk
anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. Purwanto (2011).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (congenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus. Donna L. Wong (2013).
Jadi pengertian atresia ani adalah kelainan bawaan, tidak adanya lubang tempat
buang air besar / anus.

2. Klasifikasi Atresia Ani


Terdapat bebrapa klasifikasi yaitu :
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapatkeluar
b. Membranosus atresia adalah terdapat membrane pada anus
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantra rectum dengan anus
d. Rektal atresia adalah tidak memiliki rectum
3. Anatomi Fisiologi
Pencernaan adalah proses pemecahan molekul-molekul zat makanan dari
yang lebih besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap
oleh dinding usus halus. Proses pencernaan makanan dibantu oleh HCl, garam
empedu dan berbagai enzim pencernaan yang disekresikan oleh kelenjar
pencernaan. Selain kelenjar pencernaan, proses ini juga memerlukan alat-alat
pencernaan
4. Etiologi Atresia Ani
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun adasumber
yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :
a. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang anus.
c. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 mingguatau 3 bulan.
d. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot
dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin
tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui
apakah mempunyai gen carier penyakit ini. Janinyang diturunkan dari kedua orang
tua yang menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 %
dari bayi yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan
kongenital lainjuga beresiko untuk menderita atresia ani (Purwanto, 2001).

5. Manefestasi Klinis Atresia Ani


Menurut Ngastiyah (2011), gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau
anus,imperforate tejadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala ini dapat berupa :
a. Perut kembung
b. Muntah
c. Tidak bisa buang air besar
d. Pada pemeriksaan radiologi denagn posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai
dimanaterdapat penyumbatan
e. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja
yangmenyerupai pita)
f. Perut membuncit
g. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
h. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi
i. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
j. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula)
k. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
l. Pada pemeriksaan rectal touché adanya membrane anal
m. Perut kembung

6. Patofisiologi Atresia Ani


Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektalsecara
komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anusdari tonjolan
embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian
belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang
merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal
karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak
ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam
agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan
usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang
anus. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
a. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis)
dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm.
Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau
saluran genital.
b. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya.
c. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit
dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
7. Patwey
8. Penatalaksanaan Atresia Ani
a. Penatalaksanaan Medis
Ada dua beeberapa penatalksanaan antra lain :
1) Pemedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatanya.Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian
anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum
abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan
pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk member waktu pada pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah
Berat badan dan bertambah baik status nutrisiny. Gangguan ringan diatas
dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal
fistula, bila ada harus di tutup kelainan membrane mukosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membrane tersebut dilubangi dengan
hemostratau skapel
2) Pengobatan
a) Aksisi membrane anal (membuat anus buatan)
b) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukankorksi sekaligus (pembuatan anus permanen)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Kepada orang tua diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan
keadaan tesebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2
tahap yaitu tahappertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan
dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu diberitahukan perawatan anus buatan
dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan
bayi.
9. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
d. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
e. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak
pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
f. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan
mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
g. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
h. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
i. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
j. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan
traktus urinarius.

10. Komplikasi Atresia Ani


Adapun komplikasi yang dapat terjadi antra lain:
a. Asidosis hiperkioremia
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
d. Komplikasi jangka panjang : Eversi mukosa anal, stenosis (akibat kontriksi
jaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dean infeksi
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata klien
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan masa lalu
c. Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi masalah
d. Riwayat tumbuh kembang
1) BB lahir abnormal
2) Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuhkembang
pernah mengalami trauma saat sakit

3) Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal


4) Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
e. Riwayat sosial Hubungan sosial
f. Pemeriksaan fisik

2. Masalah keperawatan dan data pendukung


Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds: - Atresia ani Resiko infeksi
Do: ↓
- Leukosit 6,1 ribu/ul Tidak ada lubang anus
- tampak luka operasi ↓
kolostomi di kuadran Dilakukan operasi kolostomi
kanan bawah ↓
- suhu : 37,50 C Pelvis dan otot-otot mulai berkembang dengan
- Operasi pembuatan baik
kolostomi pada bulan ↓
November dan operasi Dilakukan operasi PSARP
PSARP pada bulan Maret ↓
2023 Terdapat trauma jaringan
- Diagnosa medis: atresia ↓
ani Invasi mikroorganisme

Ditandai munculnya leukosit meningkat dan
timbul demam

Resiko infeksi
Ds: Atresia ani Nyeri akut
- ibu mengatakan anaknya ↓
rewel Tidak ada lubang anus
- ibu mengatakan anaknya ↓
terlihat kesakitan Dilakukan operasi kolostomi
Do: ↓
- Anak tampak kesakitan Pelvis dan otot-otot mulai berkembang dengan
- N: 110x/mnit baik
- RR: 35 x/mnit ↓
Dilakukan operasi PSARP

Terdapat trauma jaringan

Kerusakan saraf perifer

Nyeri akut
Ds: Atresia ani Kecemasan
- Orang tua klien mengatakan ↓
khawatir terkait prosedur Tidak ada lubang anus
operasi yang akan dilakukan ↓
pada anaknya. Dilakukan operasi kolostomi
- Orang tua klien mengatakan ↓
takut dengan kondisi anaknya Pelvis dan otot-otot mulai berkembang dengan
kalau banyak tindakan baik
perawatan yang akan ↓
dilakukan. Dilakukan operasi PSARP
Do: ↓
- Orang tua tampak cemas Anak sudah bisa BAB dengan lancar
- Orang tua tampak ↓
kebingungan . Direkomendasikan untuk dilakukan tutup
kolostomi

Orang tua khawatir dan cemas terkait tindakan
operasi

Kecemasan
DS: Atresia ani Resiko kekurangan volume
- Orang tua klien mengatakan ↓ cairan
anaknya harus diet minum teh Tidak ada lubang anus
manis saja 4 gelas ↓
belimbing/hari sampai hari Dilakukan operasi kolostomi
operasi. ↓
- Orang tua mengatakan kalau Pelvis dan otot-otot mulai berkembang dengan
anaknya susah minum baik
Do: ↓
- Klien di lakukan washing out Dilakukan operasi PSARP
2x/hari. ↓
- Klien belum terpasang infus. Anak sudah bisa BAB dengan lancar
- Turgor kulit baik, membrane ↓
mukosa lembab, dan mata Direkomendasikan untuk dilakukan tutup
tidak cekung. kolostomi

diet minum teh manis saja 4 gelas
belimbing/hari sampai hari operasi

anak susah minum

dilakukan washing out 2x/hari, infus belum
terpasang

intake cairan kurang

Resiko kekurangan volume cairan

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Resiko kekurangan volume cairan b.d kurang intake cairan
2) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitdan prosedur
perawatan.
b. Post Operasi
1) Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis
2) Resiko infeksi b.d invasi mikroorganisme terhadap luka kolostomi ditandai dengan leukosit
meningkat dan timbul demam
4. Intervensi keperawatan

Diagnose Tujan Intervensi Rasional

Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri : 1. Mengetahui respon nyeri yang dirasakan
Agen Pencedera keperawatan, diharapkan Nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, klien dan sebagai temuan dalam pengkajian.
Fisiologis Akut dapat teratasi dengan durasi,frekuensi nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui reaksi non verbal pada klien an
Tingkat Nyeri dengan KH : 3. Identifikasi faktor yang memperberat keadaan yang menimbulkan
1. Keluhan nyeri menurun ataumemperingan nyeri
ketidaknyamanan pada klien
2. Meringis menurun 4. Identifikasi respon nyeri
3. Gelisah menurun 5. Anjurkan teknik 3. Memberikan kenyamanan untuk klien agar
4. Kesulitan tidur menurun nonfarmakologis dapat istirahat.
5. Anoreksia menurun 6. Kolaborasi pemberian analgetic
6. Sikap protektif menurun 4. Mengetahui dan membantu dalam
7. Pola tidur membaik menurunkan faktor penyebab nyeri
8. Nafsu makan membaik 5. Membantu dalam mengurangi rasa nyeri
9. Fungsi berkemihmembaik
pada klien terkait post operasi dengan
teknik non farmakologi
Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi : 1. Dengan peningkatan suhu,nadi,pernapasan
keperawatan, diharapkan Risiko 1. Monitor tanda dan gejalainfeksi lokal merupakan tanda peningkatan laju
Infeksi dapat teratasi dengan dan sistemik metabolic dari proses implamasi
Tingkat Infeksi dengan KH : 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Menurunkan kontaminasi silang
1. Demam menurun 3. Berikan perawatan padaarea 3. Meminimalkan penyebaran dan penularan
2. Kemerahan menurun kulit agen infeksius
3. Nyeri menurun 4. Pertahankan teknik aseptikpada 4. Membantu mengidentifikasi infeksi
4. Bengkak menurun pasien berisiko tinggi
5. Cairan berbau busuk 5. Jelaskan tanda dan gejalainfeksi
menurun 6. Kolaborasi pemberian
6. Letargi menurun imunisasi, jika perlu
7. Nafsu makan meningkat
8. Kultur darah membaik
9. Kultur area luka
membaik
Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia : 1. mengetahui tingkat ansietas pasien dan
keperawatan, diharapkan observasi keluarga
Hipovolemia dapat teratasi 1. Periksa tanda dan gejala 2. Meminimalkan kekhawatiran dan
dengan Status Cairan dengan KH hipovovelemia ketakutan
: 2. Monitor intake dan output cairan 3. Menunjukan perhatian dan keinginan
1. Turgor kulit meningkat untuk membantu
2. Output urine meningkat Terapetik 4. Lingkungan yang tenang dapat Meredakan
3. Dispnea menurun 1. Hitung kebutuhan cairan kecemasan
4. Suara napas tambahan 2. Berikan asupan cairan oral
menurun Edukasi
5. Frekuensi nadi membaik 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
Tekanan darah membaik peroral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis( NaCL,RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan
koloid(albumin)
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas : 5. mengetahui tingkat ansietas pasien dan
keperawatan, diharapkan 2. kaji ststus mental dan tingkat ansietas keluarga
ansietas dapat teratasi dengan dari klien dan keluarga 6. Meminimalkan kekhawatiran dan
Tingkat Ansietas dengan KH : 3. jelaskan dan persiapkan untuk ketakutan
1. Perilaku Gelisah Tindakan prosedur sebelum oprasi 7. Menunjukan perhatian dan keinginan
menurun 4. beri kesempatan klien untuk untuk membantu
2. Anoreksia menurun mengungkapkan isi pikiran dan 8. Lingkungan yang tenang dapat Meredakan
3. Frekuensi pernapasan perasaan takutnya kecemasan
menurun 5. ciptakan lingkungan yang tenang dan
4. Pola tidur membaik nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Coyne (2013), Terapi bermain Terhadap Anak Prasekolah. Jakarta : EGC Dalami, E.,
Suliswati, dkk (2013). Asihan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial.Jakarta : Trans Info Medika
Parker & Wampler (2013) Keperawatan Anak Jakarta : Salemba MedikaKartika (2013), Terapi
bermain anak prasekolah : Salemba Medika.
Sekriptini, A.Y.(2013).Pengaruh terapi bermain boneka tangan terhadap Penurunan
kecemasan pada anakdi Ruang UGDRSUDKotaCirebon. Tesis.FIK
UniversitasIndonesia.
Sihombing,D,T.H.(2005).Terapi bermain pada anak.Yogyakarta:GadjahMada
UniversityPress.

Anda mungkin juga menyukai