Anda di halaman 1dari 3

Muradha Tri Dewi Makmur A031201118

PENDEKATAN PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN

Balanced Scorecard

Pengukuran kinerja lingkungan yang dikembangkan pada tahap


awal memiliki kekurangan karena menempatkan kinerja lingkungan
seolah-olah berdiri sendiri dan tidak terkait dengan aspek lainnya dalam
perusahaan. Kemudian dikembangkanlah sustainability balanced
scorecard (SBSC) dengan mengadopsi balanced scorecard (BSC),
suatu alat pengukuran kinerja yang seimbang, komprehensif, dan
strategis, yang diusulkan oleh Kaplan & Norton (1992, 1996).
Balanced scorecard (BSC) merupakan alat atau sistem pengukuran
kinerja yang dikembangkan untuk mengatasi sejumlah kelemahan
signifikan pada sistem pengukuran kinerja tradisional yang didominasi
oleh ukuran keuangan jangka pendek, melihat ke masa lalu, berorientasi
internal, dan tidak terkait dengan strategi organisasi (Kaplan & Norton,
1992; Epstein & Manzoni, 1997; Atkinson & Brown, 2001). BSC
dimodifikasi menjadi SBSC dengan memasukkan perspektif dan
indikator sosial dan lingkungan. Penggunaan format BSC untuk menilai
kinerja sosial dan lingkungan. Beberapa peneliti mengeluarkan aspek
sosial dan lebih fokus pada aspek lingkungan dengan pertimbangan
kinerja sosial sulit diukur dan karena indikator lingkungan lebih jelas
hubungannya dengan perspektif lainnya dalam BCS.
Memasukkan perspektif lingkungan ke dalam BSC memberikan visi
yang dinamis dan prospektif untuk pengendalian lingkungan. SBSC
mampu meningkatkan tidak hanya proses evaluasi kinerja lingkungan,
tetapi juga interaksinya dengan kinerja global organisasi (Monteiro &
Ribeiro, 2017).

Penilaian Fasilitas, Unit Bisnis Stategis, dan Perusahaan.

Penilaian fasilitas, unit bisnis strategis, dan perusahaan adalah hal


yang penting untuk dilakukan agar perusahaan dapat memaksimalkan
Muradha Tri Dewi Makmur A031201118

nilai perusahaan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Evaluasi


strategi bisnis perusahaan dapat membantu pemilik bisnis menentukan
arah strategi bisnisnya dan membantu mengidentifikasi kesenjangan
serta mengambil tindakan korektif ketika tidak sesuai dengan konsep
awal

Insentif Individu

Peniliaian ini berkaitan dengan penialaian di aspek sosial karena


behubungan langsung dengan tenaga kerja di perusahaan yakni insentif
atau benefit tambahan yang diberikan perusahaan kepada setiap
pekerjanya.

Environmental Multiplier
Penyebarluasan environmental multiplier adalah layanan bagi
pengguna yang tertarik pada interaksi antara lingkungan dan ekonomi.
Multiplier menghubungkan statistik lingkungan dengan statistik akun na
sional pada tingkat terperinci dan memberikan gambaran tentang
dampak perubahan permintaan akhir ekonomi terhadap variabel
lingkungan yang dipilih. Environmental multiplier adalah ukuran
gabungan dari total efek lingkungan pada industri dari perubahan
spesifik dalam permintaan akhir dalam hal timbulan limbah, konsumsi
air, timbulan limbah, emisi CO2 atau dampak lainnya.
Adapun prensentasi statistik, dimana Tabel environmental multiplier
diatur dengan cara berikut. Pertama, mereka berisi reproduksi data
lingkungan tertentu, yang juga ditemukan di Green National Accounts.
Kedua, mereka mengandung perkiraan beberapa efek langsung yang
dihitung sebagai bagian relatif antara data lingkungan yang sama oleh
industri dan dan variabel neraca nasional pusat, biasanya output total
oleh industri. Terakhir, tabel berisi efek langsung (dalam satu industri)
dan efek tidak langsung (semua industri yang terlibat) dari berbagai jenis
permintaan akhir yang dihitung dengan model input-output
Muradha Tri Dewi Makmur A031201118

Pajak limbah internal

Pajak limbah merupakan bagian dari pajak lingkungan hidup yang


pemungutannya terhadap suatu unit fisik yang berdampak terhadap
kelestarian lingkungan. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2021 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Pajak lingkungan ini terbagi menjadi empat kategori yakni pajak energi,
pajak transportasi, pajak atas sumber daya, dan pajak polusi dengan
berpedoman pada tiga prinsip umum, yang pertama prinsip pencemar
membayar (polluters pay principle), dalam prinsip ini pihak yang
menyebabkan pencemaran lingkungan harus membayar/bertanggung
jawab atas biaya yang dikeluarkan guna memperbaiki lingkungan; yang
kedua Prinsip Pencegahan (the prevention principle) dimana setiap
negara harus mengetahui potensi apa saja yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan; dan yang terakhir prinsip kehati-hatian (the
precautionary principle), dimana upaya penanggulangan dilakukan atas
kerusakan lingkungan yang terjadi.
Salah satu pajak limbah di Indonesia yang menjadi pusat
pembicaraan yakni pajak karbon atau yang sering dikenal sebagai pajak
atas limbah industri yang berupa emisi karbon. Pajak karbon disahkan
dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan yang diharapkan dapat meminimalkan emisi
karbon di Indonesia. Tujuan implementasi pajak karbon sebagai pajak
atas limbah berbeda dengan pengenaan pajak lainnya sehingga
penerapan implementasinya pun berbeda.

Anda mungkin juga menyukai