Diskusi 1
Diskusi 1
Kelompok 1 Kelompok 2
Sebuah kantor kepolisian sedang menangani dua kasus yang berkaitan erat dengan
hubungan seksual. Kasus pertama berawal dari laporan seorang hansip yang menangkap basah
seorang perempuan berusia 20 tahun yang mengubur mayat bayi di sebuah tanah kosong.
Perempuan tersebut mengaku bahwa dia baru melahirkan bayi tersebut, namun menyangkal
telah membunuh bayinya. Dia hamil akibat diperkosa oleh teman kerjanya, namun tidak melapor
kasus pemerkosaan ke polisi karena malu. Pada awal kehamilan, dia mencoba menggugurkan
janinnya dengan cara meminum obat yang dibeli berdasarkan anjuran temannya. Pada akhirnya,
dia memutuskan untuk mempertahankan kehamilannya.
Hasil pemeriksaan luar pada mayat bayi tidak ditemukan luka-luka, berat badan 2000 gram,
panjang badan 35 cm, tali pusat masih terhubung dengan ari-ari dan belum diikat, tubuh janin
tampak berlumuran darah dan lendir. Pada pemeriksaan dalam ditemukan baga bawah paru-
paru sudah mengembang dan terdapat sedikit gambaran mosaik, lambung kosong, usus belum
mengembang, serta organ-organ lainnya tidak ditemukan kelainan bawaan.
Kasus kedua melibatkan seorang oknum polisi yang dituduh memerkosa anak tirinya yang
berusia 18 tahun dan melakukan KDRT. Saat ini, tersangka sedang dirawat di RS karena
mengalami luka pada paha kanan. Hasil pemeriksaan dokter didapatkan sebuah luka terbuka
berbentuk bulat yang dikelilingi luka lecet pada paha kanan bagian belakang dan mengeluarkan
darah.
Tersangka ditembak oleh istrinya ketika tertangkap basah sedang berhubungan seksual
dengan putrinya. Menurut tersangka, hubungan seks dilakukan atas dasar suka sama suka dan
istri sudah mengetahuinya. Istri dan anak tiri tersangka kemudian dimintai keterangan oleh polisi
penyidik yang menangani kasus tersebut. Setelah lukanya ditangani, tersangka melaporkan balik
istrinya atas tindakan penganiayaan dan penyidik mengirimkan surat permintaan visum.
Anak tiri tersangka juga dibawa ke RS untuk diperiksa dan divisum. Hasil pemeriksaan
genital didapatkan robekan lama dan baru pada selaput dara. Pemeriksaan anus didapatkan
fisura ani. Dokter melakukan swab vagina, mulut, dan anus untuk pemeriksaan lebih lanjut.
ISTILAH ASING
1. -
RUMUSAN MASALAH
Pasien 1
1. 01- Shafira: apa yang dapat diperiksa pada jenazah bayi?
2. 01 - Inezia: bagaimana intepretasi pemeriksaan luar dan dalam pada bayi tersebut?
3. 02 - Hana: apa dasar hukum mengenai seorang ibu yang membunuh anaknya?
4. 01 - Tahta: apa dasar hukum pemerkosaan?
5. 01 - Aenun: apa mekanisme dan penyebab kematian dari bayi tersebut?
6. 02 - Loyvin: apakah pada kasus ini dapat tergolong pemerkosaan?
7. 01 - Patrick: apa obat yang dikonsumsi ibunya untuk menggugurkan bayinya?
8. 02 - Laurencia: Apakah ada hukum yang mengatur mengenai seorang perempuan
berusia 20 tahun yang mengubur mayat bayi di sebuah tanah kosong ?
9. 01 - Ilma: apakah bayi tersebut lahir hidup atau mati? Jika hidup, berapa lama bayi
tersebut hidup?
10. 01 - Jeffrey: berapa kira-kira usia bayi tersebut saat dilahirkan?
Pasien 2
11. 02 - David: interpretasi pemeriksaan visum dari polisi untuk tersangka?
12. 01 - Ilma: apakah kasus istri yang menembak suaminya karena tertangkap hubungan
seksual dengan anak tirinya masuk ke dalam hukum?
13. 01 - Jeffrey: apakah hasil dari interpretasi dari pemeriksaan korban yang menemukan
adanya ruptur himen baru dan lama pada korban?
14. 01 - Tania: bagaimana tata cara / etika dalam melakukan pemeriksaan visum pada
kasus pidana asusila?
15. 02 - Stephanie: apa saja ketentuan pidana jika seseorang terbukti melakukan KDRT?
16. 02 - Loyvin: apa saja bukti adanya persetubuhan?
CURAH PENDAPAT
Pasien 1
1. 01- Shafira: apa yang dapat diperiksa pada jenazah bayi?
02 - Hana: → pemeriksaaan pada ibunya apabila curiga abortus
2. 01 - Inezia: bagaimana intepretasi pemeriksaan luar dan dalam pada bayi tersebut?
01 - Jeffrey:
• Tidak ada luka-luka → tidak ada tanda-tanda kekerasan
• BB : 2000 gram
• PB : 35 cm
Untuk BB dan PB mungkin bisa membantu untuk menentukan viable atau tidak
anak tersebut. Viable sendiri adalah kemampuan bayi untuk bertahan hidup di
luar kandungan ibu.
• Tali pusar masih terhubung dengan ari-ari belum diikat → belum terawat
• Berlumuran darah dan lendir → belum terawat
• Lambung kosong → mendukung bayi tersebut belum dirawat dalam artian bayi
tersebut belum memperoleh asi atau asupan
02 - David: Usia kehamilan bayi 28-32 minggu (Haase's rule), ada gambaran paru
mengembang -> bayi sempat hidup, lambung kosong -> tidak diberi ASI postpartum.
Riwayat penggunaan obat -> ES obat delayed menyebabkan abortifacient effect.
3. 02 - Hana: apa dasar hukum mengenai seorang ibu yang membunuh anaknya?
01 - Tahta: - Jadi pembunuhan anak sendiri menurut UU di Indonesia adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau
tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak
- Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap
nyawa orang :
- Pasal 341 : seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.
- Pasal 342 : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
- Pasal 343 : kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi
orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
02 - Bimayuda:
- Uu no. 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak pasal 80:
- (1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan,
atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua
juta rupiah).
- (2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
- (3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
01 - Jeffrey: ibu ini juga melanggar UUD 1945 Pasal 28 tentang hak asasi manusia dan
secara tidak langsung juga melanggar UU no.39 Tahun 1999 yang secara khusus
membahas mengenai hak asasi manusia, dimana :
Pasal 33 : setiap orang berhak bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang
kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia
Pasal 53 (1) : setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan
hidup, dan meningkatkan taraf kehidupan
Pasal 76 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan → aborsi hanya dapat dilakukan :
• Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam keadaan darurat
• Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan menteri
• Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
• Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
• Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan Menteri
01 - Bryan:
KUHP pasal 285
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan
yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa,
dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
KUHP pasal 286
Barangsiapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan isterinya, sedang
diketahuinya, bahwa perempuan itu pingsan atau tidak berdaya, dihukum penjara
selama-lamanya sembilan tahun
KUHP pasal 287
Barangsiapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan isterinya, sedang
diketahuinya atau harus patut disangkanya, bahwa umur perempuan itu belum
cukup 15 tahun kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa perempuan itu belum
masanya untuk kawin, dihukum penjara selama-lamanya Sembilan tahun
KUHP pasal 294
Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa,
anak tiri atau anak pungutnya, anak peliharaannya, atau dengan seorang yang
belum dewasa yang dipercajakan padanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga,
atau dengan bujang atau orang sebawahnya yang belum dewasa, dihukum
penjara selama-lamanya tujuh tahun
02 - Laurencia: RUUPKS Pasal 16
Perkosaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf e adalah Kekerasan
Seksual yang dilakukan dalam bentuk kekerasan, ancaman kekerasan, atau tipu
muslihat, atau menggunakan kondisi seseorang yang tidak mampu memberikan
persetujuan untuk melakukan hubungan seksual
Dalam kesimpulan VeR seorang dokter tidak boleh untuk mencantumkan kata
pemerkosaan oleh karena kata tersebut mempunyai arti yuridis dalam hal paksaan →
luar jangkauan ilmu kedokteran
8. 02-laurencia: Apakah ada hukum yang mengatur mengenai seorang perempuan berusia
20 tahun yang mengubur mayat bayi di sebuah tanah kosong ?
01 - Tania: KUHP pasal 181 → barangsiapa mengubur, menyembunyikan, membawa
lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, dianca, dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah
9. 01-Ilma: apakah bayi tersebut lahir hidup atau mati? Jika hidup, berapa lama bayi tersebut
hidup?
02 - Loyvin:
a.) Dari tanda yang ditemukan kemungkinan bayi tersebut live birth ( lahir hidup ) → dilihat
bagian bawah paru-paru sudah mengembang, ada sedikit gambaran mozaik yang
disebabkan oleh alveoli sudah terisi udara
b.) Bayi kemungkinan lahir hidup 0-1 jam dikarenakan usus belum mengembang ( tidak
terisi udara )
02 - Stephanie: perkiraan bayi lahir sekitar 0-1 jam yang lalu karena pada pemeriksaan
didapatkan tidak ada pengembangan usus. Jika terdapat udara pada usus kecil (1 jam
setelah lahir), duodenum (6-12 jam pasca lahir), dan usus besar (12-24 jam pasca lahir).
12. 01 - Ilma: apakah kasus istri yang menembak suaminya karena tertangkap hubungan
seksual dengan anak tirinya masuk ke dalam hukum?
01 - Patrick: Pasal 49 KUHP yang berbunyi Tidak dipidana, barangsiapa melakukan
tindakan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,
kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat dan yang melawan hukum
pada saat itu.
02- billy: pasal 49 ayat 2Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang
langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau
ancaman serangan itu, tidak boleh dipidana.
harus memenuhi syarat : serangan dan ancaman yang melawan hak yang mendadak dan
harus bersifat seketika (sedang dan masih berlangsung) yang berarti tidak ada jarak waktu yang
lama, begitu orang tersebut mengerti adanya serangan, seketika itu pula dia melakukan
pembelaan;
▪ serangan tersebut bersifat melawan hukum, dan ditujukan kepada tubuh, kehormatan, dan
harta benda baik punya sendiri atau orang lain;
▪ pembelaan tersebut harus bertujuan untuk menghentikan serangan, yang dianggap perlu
dan patut untuk dilakukan berdasarkan asas proporsionalitas dan subsidiaritas. Pembelaan
harus seimbang dengan serangan, dan tidak ada cara lain untuk melindungi diri kecuali
dengan melakukan pembelaan dimana perbuatan tersebut melawan hukum.
13. 01 - Jeffrey: apakah hasil dari interpretasi dari pemeriksaan korban yang menemukan
adanya ruptur himen baru dan lama pada korban?
01 - Ilma: Dua aspek yang penting
• Bukti-bukti persetubuhan, seperti robekan selaput dara, adanya cairan mani dan
atau sel sperma→pada anak tiri tersangka terdapat robekan selaput dara lama
dan baru →sudah pernah bersetubuh sebelumnya dan terdapat bukti
persetubuhan yang baru dilakukan
• Selaput dara
o Ruptur : baru atau lama, lokasi, teliti apakah sampai ke insertio
o Tentukan besar orifisium: sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk atau
2 jari
o Ukuran seorang perawan kira-kira 2,5 cm, yang telah melakukan
persetubuhan min 9 cm
o Persetubuhan tidak selalu disertai deflorasi
o Ruptur lama: robekan menjar sampai insertio disertai adanya parut
jaringan di bawahnya (Ruptur tidak sampai insertio, bila sudah
sembuh tidak dapat dikenali lagi)
o Ruptur karena persetubuhan biasa ditemukan di bagian posterior kanan
atau kiri( asumsi posisi persetubuhan saling berhadapan)
14. 01 - Tania: bagaimana tata cara / etika dalam melakukan pemeriksaan visum pada
kasus pidana asusila?
01 - Inezia:
• Seorang dokter yang memeriksa kasus kekerasan seksual harus bersikap objektif-
imparsial, konfidensial, dan profesional
•Objektif imparsial tidak boleh memihak atau bersimpati kepada korban sehingga
cenderung mempercayai seluruh pengakuan korban begitu saja
•Beberapa hal penting
•Sebaiknya korban tidak menunggu terlalu lama
•Sebaiknya polisi, dokter, pekerja sosial atau psikolog memeriksa dalam waktu
yang bersamaan sehingga korban tidak ditanya berulang kali
•Dokter harus menjelaskan kepada korban tentang prinsip dan tujuan pemeriksaan,
tatalaksana dan interprestasi hasil serta meminta persetujuan dari korban atau
keluarganya
•Korban yang telah berusia 21 tahun atau telah pernah menikah, sadar dan tidak
mempunyai gangguan jiwa (psikosis atau retardasi mental) harus menandatanganinya
sendiri
•Korban yang tidak memenuhi kriteria di atas diwakili oleh keluarga terdekatnya
•Dokter didampingi seorang perawat wanita atau bidan selama melakukan
pemeriksaan
•Setiap permintaan untuk pengadilan harus dengan pernyataan tertulis dari penyidik
yang berwenang
•Dokter yang menangani korban melakukan pemeriksaan medis dengan cermat
dan menyeluruh dan mengisi rekam medis secara lengkap
•Dua aspek yang penting
•Bukti-bukti persetubuhan, seperti robekan selaput dara, adanya cairan mani dan
atau sel sperma
•Tanda-tanda kekerasan, seperti riwayat kehilangan kesadaran dan luka-luka
•Persetubuhan → masuknya penis ke dalam vagina, sebagian atau seluruhnya, dengan
atau tanpa ejakulasi, setidaknya telah melewati vestibulum
•Pencabulan → penyerangan seksual tanpa terjadi persetubuhan
02 - Maria: anamnesis dibuat dan dilampirkan pada visum et repertum dengan judul “
keterangan yang diperoleh dari korban” yang berisi segala sesuatu tentang kejadian
yang dialaminya
01 - Shafira: Prosedur dan etika pemeriksaan
• Dokter melakukan pemeriksaan berdasarkan permintaan tertulis
dari penyidik yang berwenang.
• Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan
benda bukti.
• Jika korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan
dari polisi, maka korban jangan diperiksa terlebih dahulu tetapi
meminta korban untuk kembali pada polisi dan datang bersama
polisi.
• Visum et repertum dibuat hanya berdasarkan keadaan yang
didapatkan dari tubuh korban pada saat permintaan visum et
repertum diterima oleh dokter.
• Jika dokter telah memeriksa korban tanpa permintaan polisi lalu
polisi mengajukan permintaan visum et repertum, maka hasil
pemeriksaan sebelumnya tidak boleh dicantumkan karena segala
sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban merupakan
rahasia kedokteran yang wajib disimpan.
• Hasil pemeriksan yang dilakukan sebelumnya tidak dicantumkan
dalam bentuk visum et repertum, tetapi dalam bentuk surat
keterangan.
• Pemeriksaan ini dilakukan ditempat yang tenang dan dapat
memberikan rasa nyaman bagi korban.
• Pemeriksa juga harus menjelaskan terlebih dahulu tindakan -
tindakan apa saja yang akan dilakukan pada korban.
15. 02 - Stephanie: apa saja ketentuan pidana jika seseorang terbukti melakukan KDRT?
02- Talitha:
UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Pasal 44:
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00
(lima belas juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan kekerasan fisik mengakibatkan korban mendapat jatuh
sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
3. Dalam hal perbuatan kekerasan fisik mengakibatkan matinya korban, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling
banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
Pasal 45 ayat 1: Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam
lingkup rumah tangga dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah).
Pasal 46: Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp
36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 49: Setiap orang yang menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
Pasal 50: Hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa
a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban
dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku;
b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu
02 - Bimayuda:
- Pasal 81 ayat 1 dan 2 uu no. 23 tentang perlindungan anak:
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap
orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
01 - Tania: deflorasi himen baru, laserasi vulva/vagina, cairan mani dan sel sperma di
vagina terutama di forniks posterior. Selain itu bukti persetubuhan dapat ditemukan pada
terdakwa pria dengan menemukan epitel vagina dan atau darah yang berasal dari
rupturnya pembuluh darah dari kelamin perempuan
REVIEW/MINDMAP
Learning Issues
1. MMM. KDRT (perempuan dan anak)
a. Dasar hukum
b. Jenis- jenis kekerasan: fisik, psikis, seksual dan penelantaran (pemeriksaan
penunjang)
c. Peranan bidang medis (prosedur dan etika pemeriksaan pada korban hidup)
d. Kekerasan seksual (Tanda persetubuhan ataupun perbuatan cabul serta
kekerasan bersifat melumpuhkan)
2. MMM. Pemeriksaan korban mati (dasar hukum, jenis abortus, pemeriksaan pada
korban, ibu korban, dan pelaku jenis dan karakteristik pemeriksaan, otopsi, pemeriksaan
penunjang)
a. Pembunuhan anak
b. Pengguguran anak
3. MMM. Luka tembakan (jenis dan karakteristik luka tembakan)
4. MMM. Deskripsi dan kualifikasi luka
5. VeR untuk korban hidup, terutama kasus kedua
6. Analisis kasus