Anda di halaman 1dari 15

Tugas Penjabaran Kasus (20/07/2023)

1A/Arlita/25tahun/G2P1A0/hamil 13 minggu, Abortus iminens

Dasar diagnosis

Anamnesis :
keluar darah dari jalan lahir sejak jam 21.00 malam ini, keluar perongkolan darah (+). Sebelumnya
pasien flek darah selama 2 hari.
Riw. Vaksin : 3x
HPHT : 20/05/2023
HPL : 27/02/2024
Riw. Pernikahan : Menikah 1x di usia 20 th
Riw. Persalinan :
1. Tahun 2017 RSWN aterm, spontan, 3.100 gram, laki-laki
Riw. Periksa kehamilan sekarang : sudah periksa 1x di klinik citra insani
Riwayat penyakit : sakit jantung (-), TB paru (-), asma (-), DM (-), HT (-)
Riw. Minum obat : Obat vitamin hamil
Riw. Alergi makanan dan obat disangkal
Riw. Kontrasepsi : KB suntik 3 bulan selama 4 tahub
Keluhan lain: demam (-) batuk (-) pilek (-)
VT : OUE menutup, PPV -+ 50cc

Pf
KU baik, CM
TTV :
TD: 116/70mmHg
N: 89x/menit
S: 37 C
RR: 20x/menit
Spo2: 96%
BB : 55kg
TB : 155cm
DJJ : belum dapat dinilai

PP
Gravindex (+)

💊:
Inf RL 500ml 20tpm
Inj kalnex 500mg
Noboor 1 tablet

Abortus Imminens
Definisi:
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada setengah awal
kehamilan. Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks tertutup.
Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan usia kehamilan kurang dari
24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal dengan atau tanpa
nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup.

Etiologi:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat, penyebabnya
antara lain:
- Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks.
- Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana
- kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindrom ovarium polikistik.
- Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.

2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat
terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-
lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit
menahun seperti brucellosis, mononukleosis infeksiosa, toxoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus.
Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan
oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan
serviks yang luas yang tidak dijahit.

Gejala:
- Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri
perut ringan atau tidak sama sekali.
- Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk
dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.

Diagnosis:
- Tanda dan gejala abortus imminens
- Pemeriksaan dalam: Serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium, tidak ada kelainan
pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa
- Tes kehamilan positif
- Pemeriksaan USG: Tampak janin masih hidup. Pencegahan:
- Vitamin: Diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat mengurangi
risiko keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata hal
tersebut tidak terbukti.
- Antenatal care (ANC) disebut juga prenatal care, bertujuan untuk mencegah atau
mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir
dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai
pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC
mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada suatu penelitian menunjukkan,
kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah tidak meningkatkan risiko
komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada
kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat diidentifikasi dari riwayat kehamilan
terdahulu melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk ibu hamil yang tidak
melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.
Tatalaksana:
- Tirah baring: Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik. Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279 (96%) dokter umum meresepkan
istirahat pada perdarahan hebat yang terjadi pada awal kehamilan, meskipun hanya delapan
dari mereka yang merasa hal tersebut perlu, dan hanya satu dari tiga orang yang yakin hal
tersebut bekerja baik. Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT) tentang efek tirah
baring pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang mengalami
perdarahan pada usia kehamilan kurang dari delapan minggu yang viabel, secara acak diberi
perlakuan berbeda yaitu injeksi hCG, placebo atau tirah baring. Persentase terjadinya
keguguran dari ketiga perlakuan tersebut masing-masing 30%, 48%, and 75%. Perbedaan
signifikan tampak antara kelompok injeksi hCG dan tirah baring namun perbedaan antara
kelompok injeksi hCG dan plasebo atau antara kelompok plasebo dan tirah baring tidak
signifikan. Meskipun pada penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil lebih baik
dibandingkan tirah baring, namun ada kemungkinan terjadi sindrom hiperstimulasi ovarium,
dan mengingat terjadinya abortus imminens dipengaruhi banyak faktor, tidak relevan dengan
fungsi luteal, menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk tidak melanjutkan
penelitian tentang penggunaan hCG. Dalam sebuah penelitian retrospektif pada 226 wanita
yang dirawat di RS dengan keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari
146 wanita yang melakukan tirah baring mengalami keguguran, dibandingkan dengan
seperlima wanita yang tidak melakukan tirah baring. Sebaliknya, sebuah studi kohort
observasional terbaru dari 230 wanita dengan abortus imminens yang direkomendasikan
tirah baring menunjukkan bahwa 9,9% mengalami keguguran dan 23,3% baik-baik saja
(p=0,03). Lamanya pendarahan vagina, ukuran hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis
tidak mempengaruhi tingkat terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa
istirahat dapat mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa hari
dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.
Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu
membatasi aktivitas ringan sehari-hari.
- Abstinensia: Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitosin disekresi oleh puting atau akibat stimulasi
klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan
meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
- Progesteron: Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus imminens.
Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan
uterus untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan. Sekresi progesteron
yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran
sehingga suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah
keguguran, karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju namun mereka
yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon
progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar keguguran didahului oleh
kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka
pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya. Meskipun bukti terbatas
percobaan pada 421 wanita abortus imminens menunjukkan bahwa progestogen efektif
diberikan pada penatalaksanaan abortus imminens sebagai upaya mempertahankan
kehamilan. Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan
pada 154 wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan kurang dari 13
minggu. Persentase keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi (95,9%) pada
kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg dilanjutkan 10 mg dua kali
sehari selama satu minggu dibandingkan kelompok yang mendapatkan terapi konservatif
86,3%.14 Meskipun tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan
dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring,1 terlepas dari
kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat menyebabkan
missed abortion,4 progestogen pada penatalaksanaan abortus imminens tidak terbukti
memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang merupakan efek
berbahaya bagi ibu. Selain itu, penggunaan progesteron juga tidak terbukti menimbulkan
kelainan kongenital. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah lebih besar untuk
memperkuat kesimpulan.
- hCG (Human Chorionic Gonadotropin): hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat
dalam mempertahankan kehamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus imminens
untuk mempertahankan kehamilan. Namun, hasil tiga penelitian yang melibatkan 312
partisipan menyatakan tidak ada cukup bukti tentang efektivitas penggunaan hCG pada
abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan. Meskipun tidak terdapat laporan efek
samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukan penelitian lanjutan yang lebih
berkualitas tentang pengaruh hCG pada keguguran.
- Antibiotik: Hanya diberikan bila terdapat tanda infeksi bakteri

Sumber: Ilhaini Nur Sucipto. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan. jurnal CDK. 2013; 40(7): 492-49
2A/Ny. Ajeng Sri Rahayu/21 th/G3P1A1 hamil 24minggu 1hari janin hidup IU letak mobile
PPI riwayat obstetri < baik (bekas SC 1x agustus 2022) riw. Reproduksi <baik (abortus 1x)

Dasar Diagnosis :
Anamnesis :
Pasien datang sendiri dengan membawa surat rujukan dari pk. Rowosari keluhan kenceng-kenceng
dan nyeri perut bagian bawah sejak pagi, keluar lendir darah (+) , vaksin (-) post coitus kemaren
malam .
HPHT : Lupa
HPL : 9-11-2023 (hasil USG dipkm UK :24 minggu )
ANC : 2x
Riw penyakit terdahulu: Pusing, pandangan mata kabur, nyeri ulu hati (-) ,bapil (-) demam (-) sesak
nafas (-)
Riw opname : Disangkal
Riw operasi : Disangkal
Riwayat jatuh : Disangkal
Alergi : Disangkal
Riw. KB : Penggunaan alat kontrasepsi terakhir kondom selama pil selama 1 bulan

Pemeriksaan Fisik :
TTV
Tekanan darah : 104/69
Nadi : 75x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5
Spo2 : 98%
Akral hangat
TFU : 22cm
His : 2x/10 menit/20detik belum adekuat
DJJ : 145x/menit
VT : pembukaan 1 cm KK + eff 25% bagian bawah masih tinggi
PPV : lendir darah
Terapi :
Inj kalnex 500mg extra
Inj dexa 2x2amp
Nifedipine 30mg lanjut 3x10mg

Partus Prematurus Imminens (PPI)


Definisi:
PPI adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda tanda persalinan pada
usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari
2500 gram. Komplikasi yang dapat terjadi akibat Partus Prematurus Imminens pada ibu yaitu dapat
menyebabkan infeksi endometrium sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyembuhan
luka episiotomi. Sedangkan pada bayi memiliki resiko yang lebih tinggi seperti gangguan respirasi,
gagal jantung kongestif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperbilirubinemia,
sepsis dan kesulitan makan.

Etiologi:
• KPD, korioamnionitis, perdarahan antepartum
• IUGR, cacat bawaan janin, kehamilan ganda, polihidramnion
• DM, preeklampsia, infeksi saluran genital
• Inkompetensi serviks, kelainan bentuk uterus dan serviks

Diagnosis:
• Kontraksi berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
• Nyeri punggung bawah
• Perasaan menekan daerah serviks
• Pemeriksaan serviks: Pembukaan >2 cm, penipisan 50-80%, presentasi janin rendah hingga
mencapai spina ischiadika, selaput ketuban pecah, UK 22-37 minggu

Sumber: Ilmu Phantom obstetri dalam praktik klinik (dr. Cipta,Sp OG (K))
4B/Efi Yunita Lestari/ 22th/P1A0 post SC hari ketujuh syok hipovolemi ec bleeding wound
dehiscence
Dasar diagnosis :

Anamnesis :
pasien P1A0 post SC tgl 5/7/23 dengan dr. Kartika, Sp.OG di RSWN, keluhan tiba tiba keluar darah
dari daerah bekas SC setelah BAK , sesak nafas +, pusing, lemes, mual +

Pf
ku : tss
kes : cm
TD:87/64 --> 74/67
HR:126
RR:20
SP02:93% room air --> 98% NK 2 lpm T: 36
Kepala : mesocephal
Mata : ca +/+ si -/-
thorax : BJ 1/2 reguler, rh -/- wh-/- abdomen : supel, bu (n), nt- ekstremitas : akral dingin, nadi kuat
rembes daerah bekas SC +

💊
- Infus NACl 20 tpm
- Infus B Fluid ==> (-)
- Injeksi Kalnex 3x500 mg
- inj vit K 3x1
- inj Carbazokrom 3x1
- inj Ceftriaxon 2x2 gr
- inj Metro 3x 500 mg
- inj keto 3x1
- inj Genta 2x80 mg
- Inj Inj Omz 3x1
- Inj dexketo 3x50
- PCT inf 4x1 gr
- Inj Vit C 2x500 mg

Definisi :
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di
intravaskuler. Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif.

Etiologi :
a. Perdarahan : hematom subkapsular hati, aneurisma aorta pecah, perdarahan gastrointestinal,
perlukaan berganda, dan plasenta previa
b. Kehilangan plasma : pancreatitis, deskuamasi kulit, sindrom dumping, dan luka bakar luas
c. Kehilangan cairan ekstraseluler : muntah, dehidrasi, diare, terapi diuretic yang agresif,
diabetes insipidus, dan insufisiensi adrenal

Patofisiologi :
Proses kegagalan perfusi akibat kehilangan volume intravaskuler terjadi melalui penurunan
aliran darah balik ke jantung (venous return) yang menyebabkan volume sekuncup dan curah
jantung berkurang. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan perfusi
jaringan tidak optimal yang dalam kedaan berat menyebabkan syok.

Diagnosis :
a. Berdasarkan stadium syok hipovolemic
Harus dibedakan syok akibat hipovolemik dan akibat kardiogenik karena keduanya
memang memiliki penurunan curah jantung dan mekanisme kompensasi simpatis. Tetapi
dengan menemukan adanya tanda syok kardiogenik seperti distensi vena jugularis, ronki dan
gallop S3 maka semua dapat dibedakan

b. Pemeriksaan Penunjang :

- Pemeriksaan Laboratorium :

1. Hb dan hematokrit : meningkat pada hipovolumi karena kehilangan cairan atau plasma
2. Urin : produksi urin menurun, lebih gelap dan pekat, BJ meningkat >1,020
3. Pemeriksaan gas darah
4. Pemeriksaan elektrolit serum
5. Pemeriksaan fungsi ginjal
6. Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan hanya pada penderita yang dicurigai
7. Pemeriksaan faal hemostasis.
8. Pemeriksaan-pemeriksaan lain untuk menentukan penyakit penyebab.

Tatalaksana :

1. Pemantauan.

Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda vital dan


hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil.
Parameter di bawah ini harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan : denyut jantung,
frekuensi pernapasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP) dan pengeluaran urin.
Pengeluaran urin yang kurang dari 30 ml/jam (atau 0.5 ml/kg/jam) menunjukkan perfusi
ginjal yang tidak adekuat

2. Pemasangan kateter urin

Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengukur produksi urin. Produksi urin
harus dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia

3. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC.

Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui masker atau kanula. Jalan
napas yang bersih dipertahankan dengan posisi kepala dan mandibula yang tepat dan aliran
pengisapan darah dan sekret yang sempurna. Penentuan gas darah arterial harus dilakukan
untuk mengamati ventilasi dan oksigenasi. Jika ditemukan kelainan secara klinis atau
laboratorium analisis gas darah, pasien harus diintubasi dan diventilasi dengan ventilator
yang volumenya terukur. Volume tidal harus diatur sebesar 12 – 15 ml/kg, frekuensi
pernapasan sebesar 12 – 16 kali/menit. Oksigen harus diberikan untuk mempertahankan PO2
sekitar 100 mmHg. Jika pasien “melawan” terhadap ventilator, maka obat sedatif atau
pelumpuh otot harus diberikan. Jika cara pemberian ini gagal untuk menghasilkan
oksigenase yang adekuat, atau jika fungsi paru – paru menurun harus ditambahkan 3 – 10
cm tekanan ekspirasi akhir positif.

4. pemberian cairan intravena

Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat.
Pemberian awal adalah dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-
2 liter pada orang dewasa. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan
pemantauan tanda vital dan hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka
pemberian kristaloid terus dilanjutnya. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat
perkiraan volume darah yang hilang dalam waktu satu jam, karena istribusi cairan koloid
lebih cepat berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial. Jika tidak terjadi perbaikan
hemodinamik maka pilihannya adalah dengan pemberian koloid, dan dipersiapkan
pemberian darah segera
Bila terdapat hipotensi, atau hb <7 g/dl atau secra klinis ditemukan keadaan anemia
berat, dapat dilakukan pemberian transfusi darah.

5. bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat
vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Zat yang digunakan adalah
norepinefrin 4-8 mg yang dilarutkan dalam 500 ml dektrosa 5% dalam air (D5W), yang
bersifat vasokonstriktor predominan dengan efek yang minimal pada jantung. Dosis harus
disesuaikan dengan tekanan darah.

Komplikasi :

Hipovolemia dianggap menimbulkan cedera vaskular alveolus akibat anoksia sel.


DIC terjadi akibat penggunaan PRC tanpa plasma dalam resusitasi selama syok perdarahan
hipovolemik akibat koagulopati dilusional.

o Kerusakan ginjal
o Kerusakan otak
o Gangren dari lengan atau kaki, kadang-kadang mengarah ke amputasi
o Serangan jantung

Sumber :

1. Dr.dr. Sarma, M.Ked (OG), SpOG(K). 2017. Kegawatdaruratan obstetri, USUpress


11A /Ny. Sri wahyuni/ 36 tahun /G5P2A2

Dasar Diagnosis :

Anamnesis :

Pasien datang dengan keluhan kencang kencang , sejak jam 08.00 gerak janin aktif
HPHT 22-10-2022
HPL 27-07-2023
ANC >5x
Riw penyakit terdahulu: -
Riw opname: -
Riw operasi : -
Riwayat jatuh-
Alergi -
Kb : -
Pemeriksaan Fisik :
TTV :
Td 113/78
N 81x/menit
RR 20
S 36,5
Spo2 99%
Pemeriksaan Obstetri :
DJJ: 143x/min
VT: 4cm eff 50% KK (+) kepala turun h1 lakmus tes negatif
ppv : -

Partus Spontan
Partus : Serangkaian proses dimana hasil konsepsi genap bulan atau hampir genap bulan
dikeluarkan dari tubuh ibu.
Partus normal :
- Berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

- Bayi 1, genap bulan, letak belakang kepala, BB 2500-4000 gr

- Tidak ada komplikasi untuk ibu dan anak

- Berlangsungnya kurang dari 18 jam (WHO)


Partus fisiologi : Sama dengan partus normal dimana ibu berusia 20-30 tahun dengan paritas
kurang dari 5 Partus Spontan: Partus yang berlangsung hanya dengan kekuatan ibu sendiri.

Sumber: Ilmu Phantom obstetri dalam praktik klinik (dr. Cipta,Sp OG(K))

Anda mungkin juga menyukai