Anda di halaman 1dari 41

DIREKTORAT JENDERAL PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PENANGANAN KASUS PERTANAHAN


REALISASI, HAMBATAN & TANTANGAN

Joko Subagyo, SH, MT 2023


Direktur Penanganan Perkara Pertanahan
Dirjen Penanganan SKP Kementerian
ATR/BPN

Webinar
Forum Ilmiah
Jakarta, 14 September 2023
Uraian Paparan
1 GAMBARAN UMUM.

2 PERKEMBANGAN
PENANGANAN KASUS
PERTANAHAN.

3 TANTANGAN.

4 STRATEGI DI MASA DEPAN.

2
“Tugas saya pertama adalah
menyelesaikan masalah sertifikat milik
rakyat yang sampai saat ini terealisasi
sebanyak 81 juta dari target 126 juta.
Tugas selanjutnya :

Penyelesaian persoalan sengketa tanah


antara rakyat dan instansi atau lembaga
tertentu. Kemudian, tugas lainnya sebagai
menteri adalah terkait tanah di Ibu Kota
Negara (IKN) Nusantara.”

Hadi Tjahjanto, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan


Pertanahan Nasional, Istana Merdeka, Rabu, 15 Juni 2022.

3
” A. GAMBARAN UMUM

4
PERUBAHAN GLOBAL
Indonesia memiliki sumber daya
Adanya perubahan global ter-hadap alam yang melimpah, berada Pencapaian visi Indonesia 2045
kehidupan, ekonomi, sosial, budaya, dalam dua benua dan dua dibangun dengan 4 pilar, yaitu:
pertanahan dan keaman-an yang samudera, serta didukung jumlah
dikenal dengan mega trend dunia
tahun 2045-2050, meliputi :
penduduk terbesar nomor 4 di 1 Pembangunan Manusia serta
1. Demografi Dunia, dunia, memungkinkan menjadi Penguasaan Ilmu Pengetahuan
2. Urbanisasi Global, salah satu kekuatan dunia dalam dan Teknologi
3. Perdagangan Internasional, berbagai bidang. untuk me-
4. Keuangan Global, wujudkan kesejahteraan masyara- 2 Pembangunan Ekonomi
5. Kelas Pendapatan Menengah, kat yang maju, berdaulat, adil dan
6. Persaingan SDA, Berkelanjutan
makmur menuju indonesia emas
7. Perubahan Iklim, 2045, memiliki visi :
8. Kemajuan Teknologi, 3
9. Perubahan Geopolitik, ‘’Mewujudkan tingkat Pemerataan Pembangunan
10. Perubahan Geoekonomi.
kesejahteraan rakyat Indonesia
yang lebih baik dan merata
dengan kualitas manusia yang 4 Pemantapan Ketahanan Nasional
lebih tinggi, ekonomi Indonesia
dan Tata Kelola Kepemerintahan
yang meningkat menjadi negara
maju dan salah satu dari 5
kekuatan ekonomi terbesar dunia,
pemerataan yang berkeadilan di
semua bidang pembangunan,
dalam bingkai NKRI yang
VISI DAN MISI KEMENTERIAN ATR/BPN
berdaulat dan demokratis.’’
5
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KEMENTERIAN ATR/BPN TAHUN 2020 - 2024
4
Untuk mendukung Indonesia Maju, Berdaulat, Adil dan Makmur, Kementerian ATR/BPN sebagai Kementerian yang diberi kewenangan di bidang Pertanahan
dan Tata Ruang memiliki visi Terwujudnya Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Terpercaya dan Berstandar Dunia dalam Melayani
Masyarakat untuk Mendukung Tercapainya: “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.”

Misi: Misi:
1. Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Produktif, Berkelanjutan,
1. 2. Menyelenggarakan Pelayanan Pertanahan dan
dan Berkeadilan. Penataan Ruang yang Berstandar Dunia

Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3


Pengelolaan Pertanahan untuk Mewujudkan Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman, Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang
Kesejahteraan Rakyat Produktif dan Lingkungan Hidup yang Berkualitas dan Berdaya Saing
Berkelanjutan

Sasaran Strategis 1 Sasaran Strategis 2 Sasaran Strategis 3


Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Peningkatan Kualitas dan Pemenuhan Rencana Terwujudnya Tata kelola kelembagaan yang komprehensif
Pemanfaatan Tanah yang Berkepastian Hukum Tata Ruang serta Pewujudan Tertib Tata Ruang dan berstandar kepemerintahan yang baik
dan Produktif (Aspek Lingkungan) (Aspek Manajemen dan Pengawasan)
(Aspek Sosial dan Ekonomi)
IKSS: IKSS:
IKSS: Indeks Penyelenggaraan Penataan Ruang Indeks Reformasi Birokrasi
1. Penurunan Indeks Gini Ketimpangan
Pemilikan Tanah (Aspek Sosial)
2. Peningkatan Pendapatan Perkapita (setelah IKSS dilakukan cascading ke dalam Program - Sasaran Program beserta Indikator Kinerja Program (IKP) -
Penerima Reforma Agraria (Aspek Ekonomi) Kegiatan - Sasaran Kegiatan beserta Indikator Kinerja Kegiatan (IKK))
3. Indeks Kepastian dan Perlindungan Hak Atas
Tanah (Aspek Sosial))
4. Peningkatan Kemudahan Investasi Keterangan:
(Registering Property dalam EoDB) (Aspek - IKSS : Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Ekonomi) - IKP : Indikator Kinerja Program
6
Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan
Konflik Pertanahan berdasarkan Pasal 29
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang,
mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang :

1. Penanganan dan pencegahan sengketa


dan konflik pertanahan; serta
2. Penanganan perkara pertanahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Untuk mendukung Indeks Kepastian dan


Perlindungan Hak Atas Tanah (Aspek Sosial),
Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan
Konflik Pertanahan mempunyai Rencana
Strategi yang dituangkan dalam 8 Main Goals.

7
8 (DELAPAN) MAIN GOALS DITJEN PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

8
” B. PERKEMBANGAN
PENANGANAN KASUS ”
PERTANAHAN

9
A. KONDISI YANG DIHARAPKAN

1 Kasus cepat terselesaikan;


2 Berkurangnya jumlah kasus;

3
Pencegahan timbulnya kasus
baru;
4
Menurunnya Kejahatan Per-
tanahan;
5 Zero Kasus Pertanahan.

10
B. KONDISI SAAT INI

Jumlah kasus meningkat,


1 penanganan dan penyelesaian
kasus lambat

2
Modus kejahatan pertanahan
semakin variatif

Database kasus pertanahan


3
belum bersifat tunggal

Tata laksana pengelolaan


4 pengaduan belum berjalan
secara efektif

11
JUMLAH KASUS MENINGKAT, PENANGANAN DAN PENYELESAIAN KASUS LAMBAT

REKAPITULASI PENANGANAN DAN PENYELESAIAN KASUS PERTANAHAN

Sengketa Konflik Perkara TOTAL


Tahun
Jumlah Selesai Jumlah Selesai Jumlah Inkracht JUMLAH SELESAI SISA
2015 673 524 79 69 1536 494 2288 1087 1201
2016 1159 864 132 67 2156 729 3447 1660 1787
2017 1077 779 111 39 2786 809 3974 1627 2347
2018 2288 1566 231 60 4031 1374 6550 3000 3550
2019 3140 2199 155 72 4751 1627 8046 3898 4148
2020 2469 2005 138 116 3913 1314 6520 3435 3085
2021 1640 963 82 60 3455 1042 5177 2065 3112
2022 1542 762 52 19 4501 958 6095 1739 4356
2023 808 186 46 3 2243 198 3097 387 2716
Total 14796 9848 1026 505 29372 8545 45194 18898 26302

Sumber : justisia.atrbpn.go.id 12
JUMLAH KASUS MENINGKAT, PENANGANAN DAN PENYELESAIAN KASUS LAMBAT

JUMLAH KASUS BARU


10000
8046
8000
6550 6520
6095 Berdasarkan grafik per-
6000 5177 3097 kembangan Kasus baru
4000 3447
3974 Tahun 2015–2023,
2288 Jumlah total Kasus
2000 sebanyak 45.194 kasus,
sedangkan yang dapat
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 diselesaikan sebanyak
18.898 kasus, Sisa yang
belum diselesaikan se-
10000
JUMLAH PENYELESAIAN KASUS banyak 26.302 kasus
atau 58,20%.
8000

6000
3898
4000 3435
3000
2065 1739
2000 1660 1627
1087
387
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

Sumber : justisia.atrbpn.go.id 13
MODUS KEJAHATAN PERTANAHAN SEMAKIN VARIATIF

https://fokus.tempo.co/read/1530450/waspada-mafia- https://news.detik.com/berita/d-6186256/6-kabar- https://www.cnnindonesia.com/nasional/202206200240


tanah-belajar-dari-kasus-yang-menimpa-nirina-zubir terbaru-kasus-mafia-tanah-libatkan-pejabat-bpn-di- 45-12-810899/kasus-mafia-tanah-hutan-lindung-di-
jakarta sumut-naik-ke-penyidikan

Beragamnya perkembangan modus mafia tanah menjadi salah


satu pemicu meningkatnya kejahatan pertanahan yang akan
ditangani oleh POLRI dan KEJAKSAAN RI dengan bersinergi dengan
Kementerian ATR/BPN.
DATABASE KASUS PERTANAHAN BELUM BERSIFAT TUNGGAL

KEBIJAKAN TRANSFORMASI DIGITAL DAN KEPASTIAN HUKUM

Aplikasi Justisia diatur melalui Peraturan Menteri Agrariadan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan
sebagaimana tertera dalam:

Pasal 4 ayat (4) Pasal 19 ayat (1) Pasal 27 ayat (1) Pasal 50 ayat (1)

Pasal 51 ayat (1), (2), (3) Pasal 52 ayat (1) Pasal 54 ayat (4)

Pengaturan ini diharapkan menjadi dasar pegawai dalam


melakukan entry data kasus pertanahan sesuai tahapan
dan alurnya dalam aplikasi justisia guna meningkaykan
kualitas data kasus pertanahan yang dapat disajikan untuk
berbagai keperluan walau bersifat terbatas untuk pihak
diluar Kementerian/Kanwil/Kantah.

15
DATABASE KASUS PERTANAHAN BELUM BERSIFAT TUNGGAL

KEBIJAKAN TRANSFORMASI DIGITAL DAN KEPASTIAN HUKUM


SKP

- Hanya Data Entri


- Tidak SSO & Profil KKP
0101 - Belum Responsive

2023
- Pengaduan Mobile Justisia V.1
- Merge Data Kasus dst 02
- Perhitungan Rumus 05 - Alur Penanganan
Renstra 02 - SSO
- Helpdesk Chat - Profil SKP
- Responsive

04 03
04 Justisia V.2 Justisia Mobile V.1
Mobile Justisia V.2 Justisia V.3
- Dashboard Monitoring - Alur Penanganan dan
- Membuat Peta Kasus - Migrasi Data Kasus Penyelesaian
- Alur Penanganan
Pertanahan dengan - Notifikasi Berkas Masuk - Internal User
disemua level
Menggunakan GPS - Jadwal Sidang (Kementerian ATR/BPN)
- Sinkronisasi Data
- Eksternal (Masyarakat) - Query Data Kasus - Bug Fixing
dan Internal User - Helpdesk Justisia - Penyesuaian Profile
(Kementerian ATR/BPN)
Jabatan

16
TATA LAKSANA PENGELOLAAN PENGADUAN BELUM BERJALAN SECARA EFEKTIF.

KENDALA DALAM PENGELOLAAN PENGADUAN

banyaknya penyampaian pengaduan yang


belum memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan;

sarana penerimaan pengaduan yang


beragam dan belum terintegrasi;

sosialisasi kepada masyarakat yang belum


maksimal mengenai informasi dan persyaratan
pengaduan;

strategi penerimaan, pengelolaan dan tindak


lanjut penanganan terhadap pengaduan yang
tidak maksimal.

17
C. FAKTOR PENYEBAB BELUM TERCAPAINYA TUJUAN DITJEN VII

Keterbatasan Sumber Daya Manusia

Regulasi masih dianggap belum


efektif, terukur dan berkepastian
hukum

Penanganan kasus kejahatan


pertanahan yang belum
maksimal

Tata kelola pengaduan yang


belum efektif

Database kasus pertanahan


belum terdigitalisasi secara
tunggal

18
KETERBATASAN SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) DITJEN VII Tahun 2023


Di Lingkungan Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan, Bidang Pengendalian
dan Penanganan Sengketa dan Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa di Pusat dan Daerah
berjumlah 1613 orang.
1252
Orang
(366 Kasi V Aktif,
1300 111 belum terisi)

1200 PERBANDINGAN JUMLAH SDM DENGAN


1100 BEBAN KERJA, DENGAN ASUMSI SEBAGAI
1000 BERIKUT :
900 1. Total SDM di Kantah dan Kanwil adalah
800
1520.
2. Jumlah Kantah dan Kanwil se Indonesia
700
adalah 510 Satuan Kerja. Maka jumlah
600
268 rata-rata pegawai di Bidang/Seksi PPS
500 Orang adalah 3 orang per satuan kerja.
400 (32 Kabid V Aktif,
1 belum terisi) 3. Jumlah Kasus sisa seluruh Indonesia
300
93
sebanyak 23963 Kasus. Maka apabila
200 orang diambil jumlah rata-rata, setiap satuan
100 kerja menangani 47 Kasus.
0 4. Dengan demikian rata-rata setiap orang
Pusat Kanwil Kantah per satuan kerja harus menangani 15
Kasus.
Sumber : simpeg.atrbpn.go.id 19
KETERBATASAN SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah PNS Bidang/Seksi PPS Per Provinsi


160

140 145 5 Provinsi Teratas 5 Provinsi Terbawah

134

120 Jawa Tengah 145 Orang Papua Barat 14 Orang

114 Jawa Timur 134 Orang Gorontalo 18 Orang

100 Jawa Barat 114 Orang Sulawesi Barat 19 Orang

Sumatera Utara 87 Orang Banten 20 Orang


87
80 Sulawesi Selatan 80 Orang Kepulauan Riau 20 Orang
80

60
59
54
52 51
40 43 43
41 41 40 40 40
38 37 36
34 33 32 32 32

20
21 21 21 20 20 19 18
14
0
0

Sumber : simpeg.atrbpn.go.id 20
KETERBATASAN SUMBER DAYA MANUSIA

Kompetensi Aparatur PJ. ADMINISTRATOR DI LINGKUNGAN


DITJEN VII
Sipil Negara (ASN) 25.0

DITJEN VII Tahun 2023 20.0


20 % 20 %

Di Lingkungan Direktorat Jenderal 15.0


Penanganan Sengketa dan Konflik 10.0
10 %
Pertanahan, Bidang Pengendalian
5.0
dan Penanganan Sengketa dan
Seksi Pengendalian dan 0.0
MEDIASI KUASA HUKUM BANTUAN HUKUM
Penanganan Sengketa

BIDANG PENGENDALIAN DAN SEKSI PENGENDALIAN DAN


PENANGANAN SENGKETA PENANGANAN SENGKETA
50.0 10.0 9,3 %
41,9 %
40.0 8.0

30.0 6.0 5,4 %


20.0 16,1 % 4.0
12,9 % 3%
10.0 2.0

0.0 0.0
MEDIASI KUASA HUKUM BANTUAN HUKUM MEDIASI KUASA HUKUM BANTUAN HUKUM

Sumber : simpeg.atrbpn.go.id 21
REGULASI MASIH DIANGGAP BELUM EFEKTIF, TERUKUR DAN BERKEPASTIAN HUKUM

Peraturan yang mengatur tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus


Pertanahan dalam Pelaksanaannya belum dapat mempercepat Penyelesaian
Kasus Pertanahan, melakukan Pencegahan dan mengurangi jumlah Kasus
Pertanahan baru, disebabkan, antara lain :

1 Mekanisme penanganan dan penyelesaian Kasus pertanahan dianggap lambat


dan rumit;

2 Ketentuan beberapa pasal yang tidak sinkron dengan Peraturan lain yang
berkaitan dengan tata laksana pendaftaran tanah.

3 Terjadi beberapa perbedaan penafsiran terhadap penerapan pasal dalam


penyelesaian Kasus pertanahan;

4 Kurang memberikan kepastian hukum;

5 Jangka waktu penyelesaian yang tidak jelas.

22
REGULASI MASIH DIANGGAP BELUM EFEKTIF, TERUKUR DAN BERKEPASTIAN HUKUM

Penerapan beberapa peraturan yang tidak sejalan dalam tata laksana pendaftaran tanah dengan penanganan
dan penyelesaian Kasus pertanahan, contoh :

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Peraturan Menteri Agraria dan Tata


Peraturan Menteri ATR/Kepala
Tahun 2021 tentang Hak Ruang/Kepala Badan Pertanahan
BPN Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Nasional Nomor 21 Tahun 2020 tentang
tata cara penetapan hak Penanganan dan Penyelesaian Kasus
Satuan Rumah Susun, dan
pengelolaan dan hak atas tanah Pertanahan
Pendaftaran Tanah

Pasal 91 Pasal 100 ayat (4) Pasal 27

setiap Perkara menyangkut


Sengketa kepemilikan tanah,
catatan perkara hapus dengan wajib dicatat pada buku tanah
catatan perkara hapus setelah
sendirinya dalam jangka waktu dan dalam daftar umum lainnya
adanya putusan pengadilan
30 hari kalender apabila tidak serta dientri dalam sistem
yang memperoleh kekuatan
ada perintah status quo dari informasi Penanganan Kasus
hukum tetap
Hakim (tanpa menentukan batas waktu
pencatatan).
23
REGULASI MASIH DIANGGAP BELUM EFEKTIF, TERUKUR DAN BERKEPASTIAN HUKUM

Peraturan Pemerintah Nomor Peraturan Menteri Agraria dan


18 Tahun 2021 tentang Hak Tata Ruang/Kepala Badan
Undang-Undang Nomor 30
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Pertanahan Nasional Nomor 21
Satuan Rumah Susun, dan
Tahun 2014 tentang Tahun 2020 tentang Penanganan
Pendaftaran Tanah Administrasi pemerintahan dan Penyelesaian Kasus
Pertanahan

Pasal 14, Pasal 31, Pasal 46, Pasal 64 ayat (1) Pasal 29
dan Pasal 64

diatur hanya cacat administrasi


cacat keputusan yang Pembatalan Produk Hukum dilakukan
yang dalam konsideran oleh Pejabat yang berwenang
penjelasan diperjelas bahwa terdiri dari di dalamnya karena:
cacat yang dimaksud dengan cacat wewenang, cacat a. cacat administrasi dan/atau
cacat yuridis;
"cacat administrasi" adalah prosedur dan cacat b. pelaksanaan putusan pengadilan
cacat substansi, cacat yuridis,
substansi yang telah mempunyai kekuatan
cacat prosedur, dan/atau cacat
hukum tetap.
kewenangan
24
PENANGANAN KASUS KEJAHATAN PERTANAHAN YANG BELUM MAKSIMAL
SATUAN TUGAS CEGAH RANTAS KEJAHATAN PERTANAHAN

• Kementerian ATR/BPN telah membuat Nota


Kesepahaman Bersama dengan Kepolisian RI dan
Kejaksaan RI yang salah satunya berkaitan dengan
Cegah Rantas Kejahatan Pertanahan sebagai
langkah progresif ditetapkan jumlah target operasi
yang tersebar di seluruh wilayah provinsi dan harus
diselesaikan oleh masing-masing Satgas daerah
dalam satu tahun anggaran. Pekerjaan ini dievaluasi
setiap akhir tahun dalam Rapat Koordinasi (Rakor)
dan bagi tim Satgas daerah yang berhasil
mencapai/melebihi target akan diberikan Untuk capaian Target TO Kejahatan Pertanahan
penghargaan secara langsung oleh Menteri ATR/ di Tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Kepala BPN.

25
PENANGANAN KASUS KEJAHATAN PERTANAHAN YANG BELUM MAKSIMAL

HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN CEGAH RANTAS KEJAHATAN


PERTANAHAN :

a Belum terbentuknya Sekretariat Satgas


Cegah Rantas Kejahatan Pertanahan;

Asistensi yang belum berjalan secara


b maksimal terhadap TO Kasus yang
menjadi Target Penyelesaian Satgas
Daerah;

Koordinasi antar Satgas yang belum


c maksimal sehingga penanganan Kasus
yang ditangani tidak mencapai Target.

26
PENANGANAN KASUS KEJAHATAN PERTANAHAN YANG BELUM MAKSIMAL

Secara umum saat ini telah dilakukan Kerja Sama dengan berbagai
pihak dalam rangka pencegahan, penanganan dan penyelesaian
Kasus pertanahan maupun kejahatan pertanahan yang dituangkan
dalam berbagai Perjanjian Kerja Sama, beberapa kendala yang masih
dihadapi adalah sebagai berikut :
a. koordinasi dan komunikasi masih belum terjalin dengan baik antar
Kementerian/Lembaga;
b. masih terdapatnya perbedaan persepsi yang tajam antar pihak untuk
mencapai tujuan;
c. materi perjanjian kerja sama masih belum tersosialisasi dengan baik
kepada seluruh jajaran di daerah;
d. Materi penanganan Kasus bersama yang diatur dalam PKS juga
ditangani tersendiri oleh Kementerian/Lembaga lainnya

27
TATA KELOLA PENGADUAN YANG BELUM EFEKTIF

KENDALA DALAM PENGELOLAAN PENGADUAN

banyaknya penyampaian pengaduan


a yang belum memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan;

b sarana penerimaan pengaduan yang


beragam dan belum terintegrasi;

sosialisasi kepada masyarakat yang


c belum maksimal mengenai informasi dan
persyaratan pengaduan;

strategi penerimaan, pengelolaan dan


d tindak lanjut penanganan terhadap
pengaduan yang tidak maksimal.
28
DATABASE KASUS PERTANAHAN BELUM TERDIGITALISASI SECARA TUNGGAL

HAMBATAN, KENDALA DAN MASALAH

Masih adanya Kasus ganda yang


a
dilaporkan

Kurangnya alat scanner untuk


b
mendigitalisasi eviden ke dalam aplikasi

Perkembangan Kasus tidak dilaporkan


c
dengan baik

d Pemahaman SDM yang kurang terkait


teknologi informasi
29

C. Tantangan ”
30
TANTANGAN

Belum adanya Peraturan Menteri tentang


1. Pencegahan Kasus Pertanahan

Tidak adanya Diklat Kuasa Hukum bagi PNS


2.
di Dirjen PSKP

3. Proses pembuktian di pengadilan melalui


e-court

4. Belum terbentuknya Pengadilan Pertanahan

31
TANTANGAN

Belum adanya Peraturan Menteri tentang


1.
Pencegahan Kasus Pertanahan
Pasal 29 Perpres RI No.47 Tahun 2020 tentang
Kementerian ATR/BPN mengatur bahwa salah
satu tugas Dirjen PSKP disamping melakukan
penanganan juga melakukan pencegahan SKP.
Untuk Penanganan Kasus Pertanahan sudah
diatur dalam Peraturan Menteri No.21/2020,
tetapi untuk pencegahan Kasus Pertanahan
belum ada peraturannya, padahal upaya
pencegahan/preventif seharusnya wajib ada,
Peraturan pencegahan akan menjadi
pedoman bagi pelaksana pelayanan
pertanahan kepada masyarakat agar semua
pelayanan yang berpotensi menimbulkan SKP
bisa terdeksi sejak dini sehingga bisa
diselesaikan sejak awal dan tidak menjadi SKP.

32
TANTANGAN

2.
Tidak adanya Diklat Kuasa Hukum bagi PNS di Lingkungan Dirjen PSKP
pada khususnya dan Kementerian ATR BPN pada umumnya

Perkara pertanahan yang semakin kompleks


menuntut kuasa hukum yang ditunjuk oleh
Menteri/Kakanwil atau Kakantah wajib memahami
tidak saja hukum acara perdata/TUN, tetapi juga
wajib mengetahui strategi dalam berperkara di
pengadilan atau pun penanganan kasus melalui
non litigasi/ADR, termasuk pemahaman terhadap
aspek hukum pidana di bidang pertanahan.
Dengan tidak adanya diklat kuasa hukum, sekali
pun sebagian besar kuasa hukum adalah PNS
dengan latar belakang pendidikan Sarjana Hukum,
menjadikan penanganan perkara di pengadilan
menjadi tidak maksimal, demikian juga dengan
penanganan kasus pertanahan baik konflik maupun
sengketa pertanahan.

33
TANTANGAN

3. Pembuktian warkah penerbitan sertipikat dalam


persidangan e-court

Proses penanganan perkara


perdata/TUN melalui e-court
mengharuskan warkah pendaf-
taran hak atas tanah diupload
dalam system yang bisa diakses
oleh penggugat atau pun pihak
lain, di sisi lain dalam Peraturan
Menteri No.32/2021 tentang
Layanan Informasi Publik, warkah
pendaftaran hak atas tanah
termasuk informasi yang
dikecualikan di lingkungan
Kementerian ATR/BPN.

34
TANTANGAN

4. Belum terbentuknya Pengadilan Pertanahan

Perkara pertanahan merupakan


perkara yang cukup mendominasi
baik di Pengadilan Negeri atau
Pengadilan umum, namun
pembentukan Pengadilan Per-
tanahan yang masuk dalam RUU
Pertanahan pada pem-bahasan
terakhir di DPR belum bisa
diakomodir. Dengan kondisi yang
demikian, harapan agar perkara
pertanahan ditangani oleh majelis
hakim yang di dalamnya terdapat
hakim adhoc dengan keahlian di
bidang hukum/Teknik pertanahan
belum terwujud.

35

D. Strategi di Masa Depan ”
36
VISI DIREKTUR JENDERAL PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

VISI
“ Terwujudnya Kepastian
Perlindungan Hak Atas Tanah Melalui
Dan

Percepatan Penyelesaian Dan


Pencegahan Kasus Pertanahan
Secara Efektif, Terukur, Dan Akuntabel

Untuk Mendukung Pembangunan
Nasional Yang Berkelanjutan

37
MISI DIREKTUR JENDERAL PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

PENYEMPURNAAN REGULASI YANG EFEKTIF, TERUKUR DAN


M
1 BERKEPASTIAN HUKUM;

I
MEWUJUDKAN TATA KELOLA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
2 KASUS PERTANAHAN YANG EFEKTIF;

S 3
PENGUATAN KUALITAS SUMBER DAYA
PENANGANAN KASUS PERTANAHAN;
MANUSIA UNTUK

I 4
PENYEMPURNAAN DATABASE KASUS PERTANAHAN SECARA
ELEKTRONIK (DIGITAL);

PENGUATAN KERJASAMA PENANGANAN KASUS DAN


5 KEJAHATAN PERTANAHAN DENGAN APARAT PENEGAK HUKUM
DAN INSTANSI TERKAIT.
38
PROGRAM KERJA DIREKTUR JENDERAL PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

1
a. Inventarisasi dan harmonisasi perundang-undangan untuk memberikan
kepastian hukum;
b. Mempercepat penyelesaian Rancangan Peraturan Menteri dalam
mendukung kegiatan penanganan dan penyelesaian Kasus
pertanahan;
c. Menyiapkan bahan kajian dan peraturan perundang-undangan yang
lebih efektif, terukur, dan berkepastian hukum.

2
a.Sosialisasi untuk mencegah timbulnya kasus pertanahan;
b.Menyusun bisnis proses percepatan penanganan Kasus
pertanahan;
c. Mengatur jangka waktu penanganan dan penyelesaian
kasus pertanahan;
d.sistem penerimaan pengaduan yang terukur.

a.Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan untuk

3
meningkatkan kemampuan teknis pegawai;
b.Melakukan pembinaan internal secara berkala melalui kegiatan
workshop, rapat kerja teknis, dan pembekalan pegawai;
c.Memberikan reward kepada pegawai yang berprestasi baik,
untuk peningkatan karir.
39
PROGRAM KERJA DIREKTUR JENDERAL PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

a.Melakukan identifikasi dan inventarisasi kembali terhadap kasus


pertanahan;

4
b.Melakukan sosialisasi dan pelatihan penggunaan aplikasi database
yang berbasis elektronik (digital);
c.Menambah infrastruktur konektivitas jaringan internet;
d.Melakukan pengembangan aplikasi secara berkala;
e.Menggunakan aplikasi scanner mobile di smartphone;
f. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Kasus target operasi
dan rutin secara berkala;
g.Melakukan pembinaan terkait teknologi informasi secara berkala.

a.Memperkuat sarana dan prasarana Satuan Tugas


Pencegahan dan Pemberantasan Kejahatan Pertanahan;

5
b.Meningkatkan percepatan penanganan penyelesaian
kejahatan pertanahan melalui tukar menukar informasi;
c.Melakukan koordinasi dengan aparat penegak
hukum/instansi pemerintah maupun lembaga lainnya yang
berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan
kejahatan pertanahan;
d.Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bersama.
40
TERIMA DIREKTORAT JENDERAL PENANGANAN
SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

KASIH KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Anda mungkin juga menyukai