Anda di halaman 1dari 8

Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No.

3: 369-376
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p04
Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021

Laporan Kasus: Penanganan Canine Transmissible Venereal Tumor pada


Labrador Retriever Betina dengan Eksisi dan Kemoterapi
(TREATMENT OF CANINE TRANSMISSIBLE VENEREAL TUMOR IN FEMALE
LABRADOR RETRIEVER WITH EXCISION AND CHEMOTHERAPY: A CASE REPORT)

Nadia Eprillia Sary Darma Ni Komang1*, I Gusti Agung Gede Putra Pemayun2
1
Sundara Vet Bali. Jl. Pratu Made Rambug No.2, Batubulan, Kec. Sukawati, Kabupaten
Gianyar, Bali, Indonesia, 80237;
2
Laboratorium Ilmu Bedah dan Radiologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia, 80234.
*Email: nadiaeprillia@gmail.com

Abstrak
Canine transmissible venereal tumor (CTVT) atau dikenal sebagai infeksius sarcoma, merupakan
tumor kelamin yang menular melalui kontak seksual, gigitan ataupun jilatan pada daerah lesi tumor.
Seekor anjing Labrador Retriever betina berusia 7 tahun dengan bobot badan 40 kg diperiksa dengan
keluhan adanya massa menyerupai kembang kol pada bagian vulva disertai leleran berupa darah
segar. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya sel tumor yang teridentifikasi sebagai
CTVT dengan karakteristik berbentuk homogen polyhedral dan tersusun dalam stroma. Penanganan
dilakukan dengan melakukan eksisi massa tumor. Sebelum pembedahan diberikan premedikasi
atropine sulfate (0.02 mg/kg) secara intramuskuler dan 15 menit kemudian diinduksi menggunakan
kombinasi xylazine (1 mg/kg) dan ketamin (10 mg/kg). Pasca operasi diberikan injeksi antibiotik
amoxicillin (7 mg/kg) secara intramuskuler dan antibiotik amoxicillin 500 mg (15 mg/kg) pada hari
kedua pasca operasi, diberikan secara per oral tiga kali sehari selama lima hari. Pada hari ke-5 pasca
operasi, luka insisi tumor sudah mengering serta bengkak pada vulva sudah jauh berkurang, namun
masih terdapat leleran darah menandakan masih adanya sel venereal yang tertinggal. Kemoterapi
dosis pertama menggunakan vincristine sulfate (0.025 mg/kg) diberikan pada hari ketujuh pasca
operasi dengan interval waktu satu minggu sekali. Leleran darah sudah tidak ada pada hari ke 7 pasca
kemo pertama. Dengan ini disimpulkan bahwa penanganan kasus CTVT dengan metode eksisi
disertai kemoterapi memberikan hasil yang baik terhadap kesembuhan pasien. Disarankan untuk
melakukan tes hematologi dan ekokardiografi sebelum melakukan kemoterapi untuk memastikan
kondisi pasien dalam keadaan stabil.
Kata kunci: Eksisi; kemoterapi; transmissible venereal tumor; vincristine sulfate

Abstract
Canine transmissible venereal tumor (CTVT) or known as infectious sarcoma, is a genital tumor
that is transmitted through sexual contact, bites or licks on the tumor lesion area. A 7-year-old
Labrador Retriever with 40 kg of body weight was examined with a complaint of a mass on the vulva
with blood discharge. Histopathological examination showed the presence of CTVT tumor cells with
homogeneous polyhedral cells and arranged in stroma. Treatment is done by excision of the tumor
mass. Premedication was given atropine sulfate (0.02 mg/kg) intramuscularly and 15 minutes later
was induced by combination xylazine (1 mg/kg) and ketamin (10 mg/kg) intramuscularly.
Postoperatively, the antibiotic amoxicillin (7 mg/kg) was administered intramuscularly and the
antibiotic amoxicillin 500 mg (15 mg/kg) was administered on the second postoperative day, given
orally three times a day for five days. On the 5th postoperative day, the tumor incision wound had
dried up and the swelling of the vulva was much reduced, but there was still blood discharge
indicating the presence of venereal cells that were left behind. The first dose of chemotherapy using
vincristine sulfate (0.025 mg/kg) was given on the seventh postoperative day with one-week interval.
The blood discharge was gone on the 7th day after the first chemo. The conclusion is, the treatment of

369
Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No. 3: 369-376
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p04

CTVT cases with excision method accompanied with chemotherapy gives good results on patient’s
recovery. It’s recommended to perform hematology and echocardiography test before chemotherapy
to ensure the patient is in stable condition
Keywords: Excision; chemotherapy; transmissible venereal tumor; vincristine sulfate

PENDAHULUAN Eropa, Timur Tengah, Asia dan sebagian


di Afrika (Kabuusu et al., 2010). Karena
Tumor adalah penyakit genetik dengan
peningkatan populasi yang tidak terkendali
ciri umum adanya kerusakan pada genom
disertai kurangnya perawatan kesehatan
sel dan hal ini umum dijumpai pada
terhadap anjing liar, menjadikan TVT
sebagian besar neoplasma. Neoplasma
endemis di negara tropis dan sub-tropis
dapat muncul di berbagai jaringan dengan
(Das dan Das., 2000). Anjing dengan
agen penyebab yang beragam, seperti
berbagai ras, umur dan jenis kelamin
virus, radiasi serta bahan kimia yang
memiliki resiko yang sama untuk
bersifat mutagenic (Donald, 2002). Canine
terjangkit CTVT, terutama pada anjing
transmissible venereal tumor (CTVT) atau
yang aktif secara seksual (Das dan Das,
dikenal sebagai Sticker’s sarcoma (Abeka,
2000).
2019), merupakan tumor kelamin yang
Diagnosa definitif kasus CTVT
menular akibat adanya kontak seksual
berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
dengan anjing yang positif menderita
penunjang (Scarpelli et al., 2010) seperti
CTVT. Tidak seperti tumor infeksius
sitologi dengan cara koleksi sampel
lainnya, CTVT tidak disebabkan oleh agen
menggunakan Fine-needle Aspiration,
infeksius tetapi akibat transfer alogenik sel
metode swab vagina, atau pembuatan
tumor (Strakova, 2015).
preparat histopatologi menggunakan massa
Massa tumor umumnya teramati pada
yang diambil pasca pembedahan eksisi
permukaan mukosa eksternal genitalia
tumor. Secara morfologi, sel tumor
pada anjing jantan dan betina (Hiblu et al.,
berbentuk bulat atau oval dengan nucleus
2019), disertai dengan discharge darah.
yang besar dan merupakan tumor asal
CTVT tidak hanya melalui kontak seksual,
mesenkim (Pashkevych et al., 2018).
tetapi juga menular melalui gigitan, jilatan
Terdapat beberapa penanganan dalam
atau saat anjing mengendus area yang
kasus TVT, yakni pembedahan, radioterapi
terinfeksi tumor (Ostrander et al., 2016).
dan immunoterapi (Abeka, 2019).
Sehingga, walaupun lesi primernya
Kombinasi yang umum dan efektif
terdapat pada organ genitalia, namun
diberikan dalam penanganan TVT yakni
beberapa kasus menunjukkan adanya lesi
pembedahan disertai kemoterapi (Liu et
ekstragenital baik pada jaringan oral dan
al., 2008). Pembedahan komplit untuk
nasal, termasuk mukosa konjungtiva yang
mengangkat jaringan tumor lokal tanpa
berdekatan dengan jaringan tersebut
metastasis memberikan presentasi
(Ferreira et al, 2000). Metastasis TVT
kesembuhan yang tinggi (Abeka, 2019).
sangat jarang terjadi namun dapat terjadi
Meskipun demikian, penting melakukan
pada anjing dengan gangguan imunitas.
kemoterapi untuk mencegah timbulnya
Ferreira (2000) menyatakan, terdapat
tumor kembali akibat sel tumor yang
beberapa literature yang melaporkan kasus
tertinggal pada saat eksisi massa tumor.
metastasis TVT pada sistem saraf pusat.
Kemoterapi dilakukan menggunakan obat-
Kasus CTVT dijumpai diberbagai
obatan anti mitotik seperti
benua, yakni Asia, Amerika, Afrika dan
cyclophosphamide, methotrexate,
Australia (Abeka, 2019). Penyakit ini
vincristine, vinblastine atau doxorubicin.
tersebar secara global di negara tropis dan
Vincristine adalah obat kemoterapi yang
sub-tropis. Beberapa laporan kasus terjadi
paling sering digunakan (Nak et al., 2005).
di Utara, Tengah dan Selatan Amerika,

370
Buletin Veteriner Udayana Komang dan Pemayun, 2023

METODE PENELITIAN pemeriksaan hematologi rutin disajikan


pada Tabel 1.
Sampel Kasus
Seekor anjing Labrador Retriever betina Diagnosa dan Prognosa
berusia 7 tahun, dengan bobot badan 40 Berdasarkan sinyalemen, anamnesis,
kg, datang dengan keluhan adanya massa serta didukung dengan pemeriksaan
pada bagian vagina disertai discharge penunjang yakni hematologi, histopatologi
berupa darah yang timbul sejak 6 bulan dan sitologi, anjing kasus didiagnosa
lalu. Pemilik menjelaskan bahwa anjing menderita Canine transmissible venereal
dipelihara tanpa dikandangkan serta tumor. Prognosis untuk kasus ini adalah
diketahui pernah kawin dengan anjing liar fausta karena lokasi pertumbuhan dan
di lingkungan tempat tinggal. Anjing diameter tumor yang tidak terlalu besar
belum pernah dikawinkan sebelumnya, sehingga diperkirakan masih dalam tahap
sehingga kecurigaan tinggi terhadap anjing awal.
liar tersebut sebagai pembawa CTVT. Penanganan
Anjing kasus masih memiliki nafsu makan Anjing kasus yang akan melakukan
yang baik, tidak mengalami gangguan operasi pengangkatan tumor, diberikan
pada urinasi dan defekasi. premedikasi atropine sulfat (0.02 mg/kg)
Pemeriksaan Fisik dan Tanda Klinis secara intramuskuler, lalu 15 menit
Pada pemeriksaan inspeksi, anjing lebih kemudian hewan diinduksi dengan
sering berbaring, cuping hidung lembab, kombinasi xylazine (1 mg/kg) dan ketamin
membrane mukosa tampak berwarna (10 mg/kg) secara intramuskuler. Anjing
merah muda. Pada palpasi limfonodus kasus diberikan terapi cairan NaCl selama
tidak terdapat pembengkakan, turgor kulit operasi berlangsung hingga anjing sadar
elastis dan Capillary Refill Time (CRT) dari pengaruh anestesi.
tidak lebih dari dua detik. Pada Pembedahan dilakukan dengan eksisi
pemeriksaan auskultasi di toraks, suara massa tumor pada vulva secara total.
jantung terdengar ritmis serta tidak Pendarahan yang terjadi diatasi dengan
terdengar adanya suara murmur jantung. memanaskan pembuluh darah kapiler
Auskultasi abdomen tidak terdengar menggunakan cauter, sedangkan pada
adanya peningkatan suara peristaltik usus pembuluh darah yang cukup besar diligasi
yang menandakan pencernaan anjing kasus menggunakan benang chronic cat gut
dalam kondisi yang cukup baik. Hal ini ukuran 2.0, serta obat homeostatis yakni
didukung dengan tidak adanya gejala epinefrin secara topical, serta injeksi asam
mencret dan nafsu makan yang baik. Hasil traneksamat (10 mg/kg) (Kalbe Farma,
pemeriksaan status present anjing sebagai Indonesia) secara intravena. Setelah
berikut: suhu tubuh anjing 39,20C, operasi, hewan diberikan injeksi antibiotik
frekuensi denyut jantung 104 kali/menit, Amoxycillin (7 mg/kg.) (CEVA,
frekuensi respirasi 45 kali/menit dan nilai Malaysia) secara intramuskuler.
capillary refill time kurang dari dua detik. Penanganan pasca operasi dilakukan
dengan pembersihan daerah pengangkatan
Pemeriksaan Penunjang
tumor menggunakan povidone iodine.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
Antibiotik amoxycillin (R/Amoxan 500
yakni hematologi rutin, pemeriksaan
mg) diberikan secara per-oral (15 mg/kg.
histopatologi dan pemeriksaan sitologi.
q8h.) (Caprifarmindo, Indonesia) selama
Pemeriksaan hematologi rutin anjing kasus
lima hari berturut-turut. Antibiotik oral
dilakukan sebelum operasi pengangkatan
diberikan keesokan hari pasca operasi.
tumor dilakukan untuk mengetahui nilai
Pasca operasi eksisi tumor venereal tumor,
total eritrosit, nilai total leukosit,
urinasi, defekasi serta nafsu makan anjing
hemoglobin, dan trombosit. Hasil
kasus tampak normal. Hasil pengamatan

371
Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No. 3: 369-376
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p04

pasca operasi anjing kasus tertera pada Pengamatan pasca operasi anjing kasus
Tabel 2. dilakukan pada hari ke-0 sampai hari ke 14
Meski tampak sepenuhnya massa tumor yang tertera pada Tabel 2.
terangkat, namun masih ada kemungkinan Pembahasan
tertinggalnya sel-sel venereal. Untuk Tumor atau neoplasma merupakan
mencegah resiko pertumbuhan tumor kondisi sel yang mengalami proliferasi
kembali, maka dilakukan kemoterapi dengan tidak terkontrol. CTVT dapat
sebanyak tiga kali. Dosis pertama menular dari hewan ke hewan saat
diberikan tujuh hari pasca operasi kopulasi, sehingga sel tumor dapat tumbuh
menggunakan Vincristine Sulfate (0.025 di organ genitalia eksterna hingga genitalia
mg/kg.) (Kalbe Farma, Indonesia) secara interna (Abeka, 2019). Pada kasus ini,
intravena, sedangkan dosis berikutnya massa tumor ditemukan pada daerah
diberikan dengan interval seminggu. superficial vulva vagina dengan diameter
Respon hewan terhadap kemoterapi cukup diperkirakan sekitar 3 cm disertai
baik. Setelah menjalani dua kali discharge darah dan telah terjadi kurang
kemoterapi, hasil evaluasi akhir tidak lebih selama 6 bulan. CTVT umum terjadi
ditemukan discharge darah. Akan pada daerah dengan tingkat populasi
dilakukan evaluasi kembali untuk
anjing liar yang kurang terkontrol (Abeka,
dilakukan kemoterapi ketiga. 2019), hal ini sejalan dengan keterangan
pemilik bahwa anjing kasus pernah kawin
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan anjing liar di lingkungan tempat
Hasil tinggal pemilik. Anjing jantan karena
Berdasarkan hasil anamnesa dan bersifat reseptif secara seksual, memiliki
pemeriksaan fisik, ditemukan adanya kesempatan yang lebih tinggi untuk
massa abnormal pada organ genitalia. menularkan kepada anjing betina lain. Itu
Tanda klinis yang teramati dengan jelas sebabnya anjing betina lebih dominan
adalah massa menyerupai kembang kol terinfeksi TVT (Gonzalez et al., 1997).
(cauliflower like mass) yang berwarna Selain itu, kebiasaan anjing untuk
kemerahan pada superficial vulva. Massa menggigit, menjilat dan mengendus alat
berukuran sedang dengan diameter ± 3 cm kelamin menjadi faktor predisposisi
serta terdapat discharge darah saat tumbuhnya tumor pada daerah selain organ
dilakukan manipulasi (Gambar 1). genitalia (Ganguly et al., 2016).
Sampel massa yang dapat diambil Hasil pemeriksaan darah anjing kasus
kemudian disimpan dalam larutan Neutral (Tabel 1) menunjukkan bahwa red blood
Buffered Formalin dan dibawa ke cell (RBC) dan hemoglobin berada pada
Laboratorium Balai Besar Veteriner rentang normal, sehingga mengindikasikan
Denpasar untuk dilakukan pemeriksaan tidak adanya anemia. Pada pemeriksaan
histopatologi. Hasil pemeriksaan white blood cell juga berada pada rentang
histopatologi menunjukkan sel-sel tumor normal, sehingga tidak dicurigai adanya
berupa sel limfoblas dengan karakteristik infeksi agen lain baik virus ataupun
berbentuk homogen polyhedral dan bakteri. Pada pemeriksaan platelet darah,
tersusun dalam stroma. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya penurunan jumlah
sitologi dengan metode pengambilan dibawah normal yang mengarah pada
sampel menggunakan teknik fine needle- trombositopenia. Berkurangnya produksi
aspiration, menunjukkan adanya trombosit umumnya akibat kelainan
sitoplasma yang mengalami vakuolasi sumsum tulang atau akibat konsumsi obat-
yang ditunjukkan pada Gambar 2. obatan tertentu seperti obat kemoterapi
(Khorana et al., 2008). Namun karena
pemeriksaan darah dilakukan sebelum

372
Buletin Veteriner Udayana Komang dan Pemayun, 2023

pembedahan, maka dicurigai apakah salah satu prosedur pengobatan


anjing kasus terinfeksi parasit darah atau menggunakan bahan kimia bersifat
bahkan pseudotrombositopenia, antimitotic yang bertujuan untuk
menimbang belum jelasnya penyebab menghentikan pertumbuhan sel tumor.
trombositopenia terhadap anjing kasus. Abeka (2019) menyatakan, bahwa
Pseudotrombositopenia merupakan kemoterapi secara praktiknya
artefak in vitro yang dihasilkan dari proses menunjukkan hasil yang sangat efektif
aglutinasi trombosit melalui antibody, saat untuk mengatasi sel tumor yang tidak
kadar kalsium berkurang dalam proses sepenuhnya terangkat pasca operasi. Agen
penampungan darah dalam tabung EDTA. terapi tunggal dengan vincristine sulfat
Karenanya, untuk melakukan sangat efektif dan aman digunakan pada
penghitungan jumlah trombosit hendaknya pasien dengan venereal sarcoma eksterna
darah ditampung idealnya dalam tabung genitalia yang mengalami metastatis
tanpa antikoagulan (Khasraw et al., 2010). (Martins et al., 2005).
Dalam artikel ini, penulis melakukan Vincristine sulfat merupakan agen
metode pembedahan disertai kemoterapi kemoterapi tunggal dengan tingkat
menggunakan vincristine sulfat dalam efektivitas lebih dari 90%, tetapi tetap ada
penanganan CTVT. Pembedahan resiko resisten dalam penggunaannya
dilakukan untuk mengangkat massa tumor (Setthawongsin et al., 2019), juga dapat
yang belum mengalami metastasis, menghambat aktivitas sumsum tulang atau
umumnya pada tumor derajat I (Abeka, myelosupresi. Penggunaan vincristine
2019). Pembedahan massa tumor komplit sulfat umumnya dilakukan selama empat
sulit untuk dilakukan jika tumor terlalu hingga delapan kali, namun tergantung
besar atau tumbuh di lokasi anatomis yang pada derajat keparahan tumor dan
sulit untuk dilakukan pengangkatan total, ketahanan anjing terhadap kemoterapi
sehingga perawatannya dapat dilakukan (Das dan Das., 2000) dengan interval
dengan kombinasi kemoterapi. waktu satu minggu. Penulis melakukan
Pengobatan yang tepat dapat kemoterapi sebanyak 3 kali, dengan
mempercepat proses kesembuhan luka interval waktu 1 minggu. Efek samping
(Hasamnis et al., 2010). Pengobatan pasca vincristine sulfat yang dapat timbul adalah
operasi menggunakan antibiotik anemia, leukopenia, trombositopenia,
amoxicillin (R/Amoxan 500 mg) yang konstipasi, mual, muntah dan anoreksia
diberikan secara per oral, serta dilakukan (Dar et al., 2017) sedangkan yang muncul
pembersihan daerah yang dilakukan insisi pada anjing kasus adalah mual, muntah
tumor dan sekitarnya menggunakan dan anoreksia. Vincristine sulfat dapat
povidone iodine. Amoxicillin merupakan Tidak diketahui perubahan pada nilai
antibiotik broad spectrum dengan daya hematologi karena tidak dilakukan
kerja bakterisida, yakni bekerja dengan pemeriksaan hematologi rutin pasca
cara membunuh bakteri. Peradangan pasca kemoterapi.
operasi mulai jauh berkurang pada hari ke-
5 dan sudah tidak tampak adanya SIMPULAN DAN SARAN
peradangan pada hari ke-7, namun masih Simpulan
adanya discharge darah berupa flek yang Canine transmissible venereal tumor
muncul mengindikasikan masih adanya yang diderita oleh anjing kasus ditangani
sel-sel venereal yang tertinggal. dengan operasi pengangkatan massa tumor
Penanganan kasus CTVT dengan serta dilanjutkan dengan kemoterapi
pembedahan disertai dengan kemoterapi menggunakan Vincristine sebanyak dua
dapat meminimalisir efek samping yang kali. Pasca kemoterapi pada anjing kasus
ditimbulkan akibat obat-obatan kemoterapi menunjukkan hasil yang baik ditandai
(Athar et al., 2001). Kemoterapi adalah dengan tidak adanya discharge darah.

373
Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No. 3: 369-376
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p04

Saran Gonzalez C, Sanchez B, Velez H, Buen D.


Setiap sebelum dan sesudah melakukan 1997. Neoplasms of the reproductive
kemoterapi disarankan untuk melakukan system in bitches: Retrospective study
pemeriksaan darah dan tes fungsi jantung over 6 years. Vet. Mex. 28: 31-34.
(EKG). Selain itu perlu dilakukan Hasamnis AA, Mohanty BK,
ovariohisterektomi pada anjing betina dan Muralikrishna PS. 2010. Evaluation of
kastrasi pada anjing jantan agar tidak wound healing effect of topical
terjadi kasus berulang. phenytoin on excisional wound in
albino Rats. J. Young. Pharm. 2(1): 59-
UCAPAN TERIMA KASIH 62.
Ucapan terima kasih kepada seluruh Hiblu MA, Khabuli NM, Gaja AO. 2019.
staf Laboratorium Ilmu Bedah dan Canine transmissible venereal tumor:
Radiologi Veteriner dalam memberikan First report of three clinical cases from
bimbingan, fasilitas, serta dukungan secara Tripoli, Libya. Oper. Vet. J. 9(2): 103-
moril sehingga penulisan ini dapat 105.
terselesaikan dengan baik. Kabuusu R, Stroup D, Fernandez C. 2010.
Risk factors and characteristic of canine
DAFTAR PUSTAKA transmissible venereal tumors in
Grenada West Indies. Vet. Comp.
Abeka YT. 2019. Review on Canine Oncol. 8(1): 50-55.
Transmissible Venereal Tumor Khasraw M, Faraj H, Sheikha A. 2010.
(CTVT). Can. Ther. Oncol. Int. J. Thrombocytopenia in solid tumor. Eur.
14(4): 1-9. J. Clin. Med. Oncol. 2(2): 89-92.
Athar M, Suhail A, Muhammad G, Khorana AA, Kuderer NM, Culakova E,
Shakoor A, Azim F. 2001. Clinico- Lyman GH, Francis CW. 2008.
therapeutic studies oncanine Development and validation of a
transmissible venereal tumour. Pak. predictive model for chemotherapy
Vet. J. 21(1): 39-43. associated thrombosis. Blood. 111(10):
Dar RR, Sheikh TS, Abdul R, John MW, 4902-4907.
Pooja D, Amir AS, Rohini G, Neeti L, Liu C, Wang Y, Lin C, Chuang T, Liao K.
Ganaie MY. 2017. Cytological 2008. Transient down regulated on of
diagnosis and treatment of transmissible monocyte-derived dendritic cell
venereal tumor in dog. A case study. differentiation, function, and survival
Int. J. Cur. Microbiol. Appl. Sci. 6(10): during tumor progression and
1365-1369. regression in an in vivo canine model of
Das U, Das A. 2000. Review of canine transmissible venereal tumor. Can.
transmissible venereal sarcoma. Vet. Immunol. 57(4): 479-491.
Res. Com. 24: 545-556. Martins M, De-Souza M, Ferreira F,
Donald M. 2002. Tumors in domestic Gobello C. 2005. Canine transmissible
animals. 4th edn. America: Lowa State venereal tumor: etiology, pathology,
Press. diagnosis and treatment. England, 25
Ferreira AJ, Jaggy A, Varejao AP, Ferreire Mei 2006. Pp. 1-8.
MLP, Correia JMJ, Mulas JM, Almeida Nak D, Nak Y, Cangul IT, Tuna B. 2005.
O, Oliveira P, Prada J. 2000. Brain and A clinic-pathological study on the
ocular metastases from a transmissible effect of vincristine on transmissible
venereal tumor in a dog. J. Small Anim. venereal tumor in the dog. J. Vet. Med.
Pract. 41: 165-168. 52(7): 366-370.
Ganguly B, Das U, Das AK. 2016. Canine Ostrander EA, Davis BW, Ostranser GK.
transmissible venereal tumor: a review. 2016 Transmissible tumors: breaking
Vet Comp Oncology. 14: 1-12.

374
Buletin Veteriner Udayana Komang dan Pemayun, 2023

the cancer paradigm. Trends. Genet. 32: of vincristine sulfate and L-


1-15. asparaginase in Canine Transmissible
Pashkevych I, Stybel V, Soroka N. 2018. Venereal Tumor. Front. Vet. Sci. 6:1-
Diagnostik method of canine 12.
transmissible venereal sarcoma. Health Strakova A, Murchison EP. 2015. The
Sci. (3): 67-76. cancer which survived: Insights from
Setthawongsin C, Teewasutrakui P, the genome of an 11000-year-old
Sirikachorn T, Techangamsuwan S, cancer. Cur. Opin. Genet. Dev. 30: 49-
Rungsipipat A. 2019. Conventional- 55.
vincristine sulfate vs modified protocol

Gambar 1. Teramati massa abnormal menyerupai kembang kol (cauliflower like mass) yang
mengeluarkan discharge darah segar pada bagian superficial vulva.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin pada Anjing Kasus


Parameter Nilai Normal Hasil
RBC (1012/l) 5.50-8.50 7.62
WBC (10 /l)9 6.00-17.00 12.83
HGB (g/dl) 12.0-18.0 17.5
9
PLT (10 /l) 165-500 57*
Keterangan: *Trombositopenia

Gambar 2. Tanda panah menunjukkan sel tumor TVT dengan inti sel berbentuk oval serta
sitoplasma yang mengalami vakuolasi (H&E: 1000x).

375
Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No. 3: 369-376
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p04

Tabel 2. Hasil pengamatan pasca operasi anjing kasus


Pengamatan Hasil Pengamatan Terapi
Pasca Operasi
Hari ke-0 Anjing pasca operasi lebih banyak Diberikan injeksi antibiotik
berbaring, nafsu makan dan minum baik, amoxicillin (7 mg/kg)
urinasi dan defekasi normal, terdapat
discharge darah, serta vulva
membengkak.
Hari ke-2 Anjing mulai tampak aktif, terdapat Diberikan antibiotik
discharge darah, serta kondisi vulva amoxicillin oral
masih membengkak. (R/Amoxan 500 mg) (15
mg/kg, q8h)
Hari ke-5 Luka insisi mengering, bengkak pada Diberikan antibiotik
vulva jauh berkurang, masih terdapat amoxicillin oral
discharge darah. (R/Amoxan 500 mg) (15
mg/kg, q8h)
Hari ke-7 Sudah tidak tampak kebengkakan pada Vincristine sulfate (0.025
vulva, masih terdapat discharge darah mg/kg) dosis pertama
diinjeksi melalui intravena
Hari ke-14 Sudah tidak ada discharge darah, nafsu Vincristine sulfate (0.025
makan dan minum normal, defekasi dan mg/kg) dosis kedua
urinasi normal diinjeksi melalui intravena

376

Anda mungkin juga menyukai