Makalah Hukum Perdata - Srinur smstr4
Makalah Hukum Perdata - Srinur smstr4
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hukum Perdata yang diampuh oleh :
Saepul Rahman., S.Sy., M.H
Disusun Oleh:
Sri Nurhayati
SEMESTER IV
Puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hukum Perorangan Tentang
Perkawinan” dengan segala keterbatasannya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Perdata.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum
Perorangan Tentang Perkawinan bagi pembaca dan juga penulis.
Perlu penulis sampaikan bahwa besar harapan penulis agar makalah ini
dapat menjadi bahan pendamping bagi mahasiswa yang mengikuti smata kuliah
Hukum Perdata. Penulis juga menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan demi perbaikan pada
makalah berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Masalah.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Kritik dan Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa Akibat Hukum Perkawinan Dan Hak Serta Kewajiban Suami Istri?
2. Bagaimana Hukum Perkawinan Menurut Undang-Undang No 1 Tahun
1974?
3. Bagaimana Hukum Perkawinan Tentang Perjanjian Perkawinan Dan Harta
Perkawian?
4. Bagaimana Perceraian Dan Akibat Hukumnya, Tata Cara Perceraian, Pisah
Rumah, Akibat Putusnya Perkawinan Karena Percerain?
5. Bagaimana Perjanjian Perkawinan Dan Harta Perkawinan, Perkawinan
Campuran?
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
b. Cerai Gugat
Cerai Gugat adalah Perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu
gugatan lebih dahulu oleh salah satu pihak kepada Pengadilan dan
dengan suatu putusan Pengadilan. Gugatan perceraian dimaksud dapat
dilakukan oleh seorang istri yang melangsungkan perkawinan menurut
agama Islam dan oleh seorang suami atau seorang istri yang
melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya
itu selain agama Islam.
Adapun tahapan prosesnya adalah:
Pengajuan gugatan. Gugatan perceraian diajukan oleh suami atau
istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat tinggal tergugat atau penggugat.
Pemanggil. Pemanggilan terhadap para pihak ataupun kuasanya,
dilakukan setiap kali akan diadakan persidangan. Yang
melakukan panggilan tersebut adalah juru sita (Pengadilan
Negeri) dan petugas yang ditunjuk (Pengadilan Agama).
Pemanggilan harus disampaikan kepada pribadi yang
bersangkutan, yang apabila tidak dapat dijumpai, panggilan
disampaikan melalui surat atau yang dipersamakan dengannya.
Panggilan tersebut harus dilakukan dengan cara yang patut dan
sudah diterima oleh para pihak atau kuasanya selambat-lambatnya
3 (tiga) hari sebelum sidang dibuka.
Persidangan. Persidangan untuk memeriksa gugatan perceraian
harus dilakukan oleh Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari setelah diterimanya surat gugatan di
Kepaniteraan.
Perdamaian. Ditentukan bahwa sebelum dan selama perkara
gugatan belum diputuskan, Pengadilan harus berusaha untuk
mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara. Apabila
tercapai suatu perdamaian maka tidak dapat diajukan gugatan
perceraian baru berdasarkan alasan atau alasan-alasan yang ada
sebelum perdamaian dan telah diketahui oleh penggugat pada
waktu dicapainya perdamaian.
Putusan. Walaupun pemeriksaan perkara gugatan perceraian
dilakukan dalam sidang tertutup, tapi pengucapan putusannya
harus dilakukan dalam sidang terbuka. Kapan suatu perceraian itu
dianggap terjadi beserta segala akibat-akibatnya itu, terdapat
perbedaan antara orang yang beragama Islam dan yang lainnya.
Bagi yang beragama Islam terhitung sejak jatuhnya putusan
Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
sedangkan bagi yang tidak beragam Islam terhitung sejak saat
pendaftarannya pada daftar pencatatan kantor pencatatan oleh
pegawai pencatat.
Adapun menurut Cole (2004), bagi pasangan yang telah memiliki anak,
perceraian dapat memberikan akibat atau dampak sebagai berikut:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkawinan adalah hidup bersama antara dua manusia yang berlangsung
lama dan saling mempunyai hak dan kewajiban yang harus saling dilaksanakan
dengan baik agar terhindar dari perceraian. Perceraian dapat diatasi dengan
perpisahan meja dan tempat tidur. Perpisahan meja dan tempat tidur adalah
solusi untuk sepasang suami-steri yang tidak ingin menginginkan perceraian
tetapi tidak bisa hidup bersama lagi. Perpisahan meja dan tempat tidur
bukanlah perceraian yang sah di mata hukum sehingga hak orangtua tidak
terhapus.
Maraknya perceraian membuat kasus tentang harta gono gini menemukan
jalan buntu dan kadang berakhir dengan ketidakjelasan. Padahal harta gono-
gini sebenarnya adalah harta yang didapatkan ketika sudah menjalani
pernikahan. Sedangkan, barang atau harta/ warisan yang dibawa sebelum
pernikahan tidak termasuk harta gono-gini tsb. Perjanjian perkawinan adalah
solusi untuk medapatkan jawaban tentang masalah harta gono-gini. Karena,
perjanjian perkawinan adalah perjanjian sebelum perkawinan yang membahas
tentang percampuran kekayaan antara si suami dan si isteri.
Jikalau sepasang suami isteri masih mempunyai hutang ketika perkawinan
masih berlangsung, maka suami istri itu harus melunasinya bersama dengan
ketentuan bahwa hutang iitu hutang gemeenschap (hutang bersama) yakni
hutang yang dibuat oleh si suami atau isteri untuk keperluan rumah tangga.
Sedangkan jika hutang itu bukan hutan bersama melainkan hutang prive maka
pihak yang berhutang lah yang harus melunasinya.
B. Saran
Dari beberapa penjelasan di atas pemakalah pasti tidak lepas dari
kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat. Dan kami sebagai penyusun
makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
seperti yang diharapkan para pembaca, khususnya pembimbing mata kuliah
hadits-hadits ekonomi. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya konstruktif (membangun), agar dapat dibuat acuan dalam
terselesainya makalah kami yang berikutnya.
DAFTAR PUSAKA
https://www.scribd.com/document/377418517/Makalah-Hukum-Perkawinan
Emery. 1999. Marrage, Divorce, and Chidren. New york: Prentice Hall.
Fauzi, Dodi Ahmad. 2006. Perceraian Siapa Takut. Jakarta: Restu Agung.