Anda di halaman 1dari 6

ILMU KALAM

Dosen Pengampu : Dr. H. Abu Bakar, M.Ag.

Disusun Oleh :

Abdul Gopur

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL-MASTHURIYAH

Tipar Cisaat Kotak Pos 33 Sukabumi 43101 Telp. (0266) 210612 Jawa Barat

e-mail : stai.almasth@gmail.com

Tahun Ajaran 2022/2023


A. Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan Tuhan (Sifat, Dzat, Af’al, dan sebagainya). Orang yang ahli dalam ilmu
kalam disebut mutakallimin;
1. Sebutan lain bagi Ilmu Kalam adalah
a. Ilmu Tauhid, yaitu ilmu yang membicarakan tentang keesaan Tuhan
b. Ilmu Akidah, yaitu ilmu yang membicarakan tentang keyakinan manusia
terhadap Tuhannya;
c. Ilmu Teologi, yaitu ilmu yang membahas hal-hal yang menyangkut
Tuhan;
d. Ilmu Ushuluddin, yaitu yang membahas dan membicarakan tentang
pokok-pokok agama;
e. Fiqhul Akbar. Ini istilah Abu Hanifah yang disandingkan dengan Fiqhul
Ashgar yang dimaknai sebagai fiqh ibadah. Fiqhul Akbar adalah ilmu yang
membicarakan hal-hal menyangkut Tuhan dan akidah.
f. Ilmu Sifat dua puluh, yaitu ilmu yang membicarakan sifat Allah yang
jumlahnya 20
g. Ilmu Ma’rifat, yaitu ilmu yang membahas hal-hal yang mengantarkan pada
pengenalan terhadap Tuhan. Berbeda pendekatan dengan ilmu tasawuf,
ilmu Ma’rifat dalam kaitannya dengan Ilmu Kalam menggunakan landasan
pemikiran dan rasional.
2. Sumber-Sumber Ilmu Kalam
a. Al-Qur’an, yaitu ayat-ayat yang berkaitan dengan Tuhan seperti Tuhan itu
Esa, Wajah Tuhan, Tangan Tuhan, Tuhan di Arsy, dan sebagainya
b. Al-Hadits, yaitu hadits-hadits yang berkaitan dengan keimanan, ketuhanan,
akidah, dan sejenisnya
c. Pemikiran dan akal manusia
3. Sebab-sebab kemunculan aliran Kalam
a. Ketika masih ada Nabi, manusia tidak pernah membicarakan Tuhan.
Kalaupun ada hal-hal yang harus dikonfirmasikan, langsung kepada Nabi,
dan masalah selesai;

2
b. Pasca Nabi tiada, terjadi gejolak politik. Terlebih pasca terbunuhnya
Utsman bin Affan yang kemudian memunculnya pertikaian antara Ali bin
Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan sehingga terjadi perang
Siffin dan kemudian terjadi peristiwa politik yang terkenal, yaitu tahkim
atau arbitrase. Akibat ini munculnya kelompok Khawarij, Syiah, Murji’ah,
dan Mu’tazilah.
4. Untuk menambah pengetahuan, silakan dibaca buku-buku Ilmu Kalam,
termasuk yang berikut ini
a. Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung
b. Taufik Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung
c. Taib Thahir Abd Mu’in, Ilmu Kalam, Widjaya, Jakarta

B. Keutamaan Ilmu Kalam


Umat Islam diwajibkan secara syariat untuk mempelajari ilmu tauhid
atau ilmu kalam. Dengan ilmu kalam (teologi) atau ilmu tauhid, mereka dapat
mengerti sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan para rasul-Nya, serta
bagaimana seharusnya mengimani kitab-kitab suci, hal ghaib, takdir,
kebangkitan, dan hari akhir.
Imam Ibnu Ruslan dalam pendahuluan karya fiqihnya menulis urgensi
ilmu tauhid. Secara syariat, umat Islam perlu mempelajari dasar-dasar ilmu
tauhid atau ilmu kalam sebagai landasan dari bangunan keseluruhan
keberagamaan mereka.
‫أول واجب على اإلنسان معرفة اإلله باستيقان‬ 
Artinya, “Kewajiban awal bagi manusia adalah makrifatul ilah atau mengenal
tuhan dengan yakin,” (Ibnu Ruslan, Zubad).
Syekh Ibrahim Al-Baijuri mengemukakan pentingnya pelajaran ilmu
kalam. Al-Baijuri menganjurkan agar umat Islam tidak mengabaikan ilmu kalam
atau ilmu tauhid karena ilmu sama pentingnya dengan ilmu agama lainnya. ia
mengutip syair seorang ulama ahli kalam, Abu Abdillah bin Mujahid.
‫أيها المبتدي ليطلب علما * كل علم عبد لعلم الكالم‬

3
‫نزل‬lll‫ا * ثم أغفلت م‬lll‫حح حكم‬lll‫ه كي تص‬lll‫تطلب الفق‬
‫األحكام‬
Artinya, “Wahai para pemula. Hendaklah menuntut suatu ilmu*semua ilmu
hamba bagi ilmu kalam//kau menuntut fiqih agar kau dapat mengesahkan suatu
hukum*kemudian kau lalaikan (Zat) yang menurunkan hukum.” (Lihat Syekh
Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatu Tahqiqil Maqam ala Kifayatil Awam, [Surabaya,
Maktabah M bin Ahmad Nabhan wa Auladuh: tanpa tahun], halaman 24).
Imam Al-Qusyayri dalam kitab risalahnya yang terkenal mengutip
keutamaan makrifatullah dalam pengertian ilmu tauhid atau ilmu kalam. Dengan
meminjam pendapat Ibnu Abbas, ia menyebut makrifatullah dalam pengertian
ilmu tauhid atau ilmu kalam sebagai tujuan penciptaan manusia dan kemudian
dilanjutkan dengan ibadah sebagai turunannya.
“Hatim As-Shufi mendengar Abu Nashr At-Thusi mengatakan bahwa
ketika ditanya perihal kewajiban pertama Allah atas makhluk-Nya, Ruaim
menjawab, ‘Makrifat,’ karena firman Allah, ‘Wa mā khalaqtul jinna wal insa illā
li ya‘budūn.’ Ibnu Abbas menafsirkan ‘li ya‘budūn’ dengan ‘illā li ya‘rifūn.’”
(Al-Imam Abul Qasim, Abdul Karim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyah,
[Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 5).
Sebagian orang mengecilkan urgensi ilmu tauhid yang dirumuskan ahli
kalam (teolog) dalam kajian ilmu kalam. Padahal, urgensi itu tampak pada
ulama yang memandang besarnya keutamaan ilmu tauhid.
‫ا‬ll‫رر م‬ll‫ابوه من ض‬ll‫ه إذا ع‬ll‫ا علي‬ll‫اسٌ ال خالق لهم * وم‬ll‫عاب الكالم أن‬
‫ضر شمس الضحى في األفق طالعة * أن ال يرى ضوءها من ليس ذا‬
‫بصر‬
Artinya, “Mencela (ilmu) kalam oleh sekelompok orang yang tidak memiliki
bagian*dan tidak ada padanya ketika mereka mencela mudharat
sedikitpun//tidaklah memudharatkan matahari dhuha pada ufuk terbit*bahwa
tidak memandang cahayanya oleh orang yang tidak dapat melihat.” (Lihat Al-
Baijuri, Tahqiqil Maqam: 17).
Oleh karena besarnya keutamaan ilmu tauhid itu, tidak sedikit ulama
yang menulis pada awal karya fiqihnya dengan pengantar dasar ilmu kalam atau

4
sekadar menganjurkan pembacanya untuk mempelajari ilmu kalam agar tidak
dilewatkan. Tetapi banyak juga dari mereka yang menulis karya secara khusus
perihal ilmu tauhid atau ilmu kalam.
Ilmu tauhid ini penting untuk memahami kedudukan dan pengaruh
makhluk terhadap apa yang terjadi di dunia, termasuk memahami mukjizat para
nabi, keramat para wali, dan istidraj orang-orang fasik. Ilmu kalam ini penting
untuk mengingatkan kita mana soal aqidah dan mana bukan masalah aqidah.
Demikian juga ilmu ini mengajarkan agar kita tidak jatuh pada
kemusyrikan, mendudukkan soal wasilah atau tawasul secara klir, mendudukkan
soal khilafah atau politik atas nama Islam (politisasi agama) secara gamblang,
atau terhindar dari su’uzhan terhadap Allah. Wallahu a‘lam. (Alhafiz
Kurniawan)  

5
DAFTAR PUSTAKA

https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/keutamaan-ilmu-kalam-atau-ilmu-tauhid-
yxy4w

Anda mungkin juga menyukai