Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGAMA TENTANG ILMU KALAM dan CABANG-CABANGNYA

Oleh :

1. SILPIA MALINDA
2. KHALISA MAWADDAH
3. NISA AFRILIA
4. REFVI ELIZA PUTRI
5. WIWIK MANOHARA
6. DWI ARIFFATAYATI HANIFAH
7. FARID INSAN KAMIL
8. RADYT AGUSTIAN

SMA NEGERI 1 RAMBAH

Tahun Pelajaran 2022/2023

1.Pengertian Ilmu Kalam


Jika secara harfiah, istilah “kalam” ini artinya ‘perkataan’ atau ‘percakapan’. Sementara secara
terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan mengenai wujud Allah SWT, sifat-sifat yang
mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya, sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya, hingga
Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran akan kerasulannya. Jika Grameds masing merasa asing dengan
nama ilmu ini, wajar saja sebab biasanya orang-orang menyebut Ilmu Kalam ini sebagai Ilmu Tauhid.

A.Definisi Ilmu Kalam Menurut Para Ahli

Beberapa ulama juga turut mengemukakan mengenai definisi dari Ilmu Kalam ini, misalnya:

1. Menurut Al-’iji, Ilmu Kalam adalah sebuah ilmu yang memberikan kemampuan untuk
menetapkan aqidah agama Islam dengan mengajukan argumen guna melenyapkan keraguan
yang ada.
2. Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ini adalah sebuah ilmu yang mengandung adanya
argumen-argumen secara rasional untuk membela aqidah iman dan mengandung
penolakan terhadap golongan bid’ah (perbuatan-perbuatan baru tanpa ada contoh
sebelumnya) yang di dalam aqidah, menyimpang dari mazhab salah dan ahlussunnah.
Beliau juga berpendapat bahwa ilmu ini nantinya berisikan alasan-alasan mengapa kita
harus mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman, tentu saja dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisikan bantahan terhadap orang-orang yang
menyeleweng dari kepercayaan Salaf dan ahlusSunnah.
3. Menurut Hasbi al-Shiddieqy, keberadaan Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid ini adalah ilmu
yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan
menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik itu dalil naqli, aqli, maupun dalil wijdani.
4. Menurut Al Farabi,ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas dzat dan sifat Allah
beserta eksistensi semua yang mungkin (makhluk) mulai dari penciptaan hingga
kebangkitan berlandaskan doktrin Islam.
5. Ibnu Khaldun menjelaskan ilmu kalam adalah ilmu yang mengandung berbagai
argumentasi tentang akidah imani berdasarkan dalil-dalil rasional.
6. Sedangkan TM. Hasby ash-Shidiqy menyebutkan Ilmu tauhid atau ilmu kalam adalah
ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan
mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil itu naqli, aqli, maupun dalil
wijdani (perasaan yang halus).

Nah, dari beberapa pendapat ahli mengenai apa itu Ilmu Kalam dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam
atau Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membicarakan akan bagaimana menetapkan kepercayaan-
kepercayaan agama Islam dengan adanya bukti-bukti yang valid. Kepercayaan-kepercayaan tersebut
melingkup pada Allah SWT (beserta sifat-Nya), rasul, wahyu, akhirat, iman, dan lainnya.

Adapun mengapa ilmu ini disebut dengan Ilmu Kalam, karena:

 Persoalan yang terpenting untuk dijadikan pembicaraan pada abad permulaan Hijriah adalah
‘apakah Kalam Allah (Al-Quran) itu termasuk Qadim atau Hadis?’. Maka dari itu, keseluruhan
dari ilmu menggunakan nama tersebut dan menjadikannya sebagai salah satu bagian terpenting
dalam kajiannya.
 Dasar dari Ilmu Kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil pikiran ini tampak jelas
terutama dalam pembicaraan para Mutakallimin (ahli teologi Islam).

2.Ruang Lingkup Ilmu Kalam


Perlu dipahami sekali lagi bahwa objek kajian dalam Ilmu Kalam memang sedikit lebih rumit dan
bahkan mampu menimbulkan perdebatan panjang di aliran-aliran teologi Islam. Secara singkat, pokok
permasalahan yang dibahas dalam Ilmu Kalam terletak pada 3 persoalan ruang lingkup, yakni:

A.Qismul Ilahiyat

yakni esensi keberadaan Tuhan beserta sifat-sifat-Nya. Hal-hal yang dibicarakan adalah tentang:

 Sifat-sifat Tuhan. Apakah memang ada Sifat Tuhan atau tidak. Masalah ini diperdebatkan oleh
aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
 Qudrat dan Iradat tuhan. Persoalan diperdebatkan pada aliran Qadariyah dan Jabariyah.
 Persoalan akan kemauan bebas manusia. Masalah ini berkaitan erat dengan Qudrat dan Iradat
Tuhan.
 Masalah Al-Quran. Apakah makhluk atau tidak, serta apakah Al-Quran azali atau baharu.

B.Qismul Nububiyah

yakni hubungan yang memperhatikan antara Tuhan dengan makhluk-Nya. Hal-hal yang
dibicarakan adalah tentang:

 Utusan-utusan Tuhan yang telah ditetapkan untuk melakukan pekerjaan tertentu, yaitu
Malaikat.
 Wahyu yang disampaikan oleh Tuhan kepada Rasul-Nya baik secara langsung maupun melalui
perantara Malaikat.
 Para Rasul itu sendiri yang menerima perintah dari Tuhan untuk menyampaikan ajaran kepada
umat manusia.

C.Qismul Al-Sami’yat

yakni persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sesudah mati. Hal-hal yang dibicarakan adalah
tentang:

 Hari kebangkitan manusia kembali di akhirat.


 Hari perhitungan.
 Shiratal Mustaqim (jembatan).
 Persoalan yang berhubungan akan tempat pembalasan, baik itu surga atau neraka.
3.Nama Lain dalam Ilmu Kalam
Penggunaan istilah “kalam” dalam Ilmu Kalam ini kerap kali menjadikan orang awam merasa asing
akan keberadaannya. Maka dari itu, terdapat nama lain untuk Ilmu Kalam ini, yakni:

A.Ilmu Tauhid

Dinamakan sebagai Ilmu Tauhid sebab membicarakan mengenai keesaan Allah SWT. Menurut
ulama-ulama Ahl al-Sunnah, Tauhid adalah bahwa Allah SWT itu Esa dan dzat-Nya, tidDinamakan
sebagai Ilmu Tauhid sebab membicarakan mengenai keesaan Allah SWT. Menurut ulama-ulama Ahl al-
Sunnah, Tauhid adalah bahwa Allah SWT itu Esa dan dzat-Nya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-
Nya, yang azali, tiada tara bandingan bagi-Nya, Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak ada
sekutu bagi-Nya.ak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-Nya, yang azali, tiada tara bandingan bagi-Nya, Esa
dalam perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

B.Ilmu Ushuluddin

Dinamakan sebagai Ilmu Ushuluddin karena membahas mengenai prinsip-prinsip agama Islam. Tidak
hanya prinsip-prinsip agama saja, tetapi juga pada prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang
qat’i (Al-Quran dan hadis Mutawatir) serta dalil-dalil fikiran.

C.Ilmu Aqidah atau Aqa’id

Dinamakan sebagai Ilmu Aqidah atau Aqa’id karena membicarakan mengenai kepercayaan Islam.
Syekh Thahir al-Jazairi (1851-1919) juga menerangkan bahwa akidah Islam ialah hal-hal yang diyakini
oleh umat muslim, artinya mereka menetapkan atas kebenaran yang ada.

4.Fiqrah atau Golongan dalam Ilmu Kalam


A.Golongan Khawarij

Khawarij secara bahasa diambil dari Bahasa Arab khawaarij, secara harfiah berarti mereka yang
keluar. Istilah khawarij adalah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang pada
awalnya mengakui kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib lalu menolaknya karena kekecewaan mereka
terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dalam Perang Shiffin (37 H/657 M).
Pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-7, berpusat di daerah yang kini terletak di bagian
negara Irak bagian selatan.Tokoh Khawarij di antaranya Abdullah bin Wahhab Ar Rasyidi, Urwah bin
Hudair, dan Mustarid bin Sa'ad.

Doktrin Ajaran :

Ajaran-ajaran pokok golongan ini adalah kaum muslimin yang berbuat dosa besar adalah kafir.
Kemudian, kaum muslimin yang terlibat dalam perang Jamal, yakni perang antara Aisyah, Thalhah, dan
dan Zubair melawan khalifah Ali bin Abi Thalib dihukumi kafir. Kaum Khawarij memutuskan untuk
membunuh mereka berempat tetapi hanya berhasil membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.

B.Golongan Syi'ah

Golongan Syi`ah yaitu orang-orang yang tetap mencintai Ali dankeluarganya. Istilah Syi'ah berasal dari
kata bahasa Arab syi’ah. Adalah bentuk pendek dari kalimat Syi`ah Ali artinya pengikut/partai Ali bin Abi
Thalib ra. Adapun menurut terminology syi’ah adalah mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu
Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan
kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.Aliran Syi’ah muncul ketika berlangsung
peperangan antara Ali bin Abi Thalib ra dan Mu’awiyah bin Abu Sofyan yang dikenal dengan perang
Shiffin. Tokoh Aliran Syiah yakni Abu Dzar Al Ghiffari, Miqad bin Al Aswad, dan Ammar bin Yasir.Doktrin
Ajaran: Dalam Syi'ah terdapat apa yang namanya ushuluddin (pokok-pokok agama) dan furu'uddin
(masalah penerapan agama).

C.Golongan Asy`ariyah

Paham Asy’ariyah adalah sebuah paham akidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan Al Asy`ariy. Di
antara doktrin Asy’ariyah: Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di dalam Al Qur’an, Al Qur’an adalah
qadim dan bukan makhluk diciptakan, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di akhirat nanti,
perbuatan manusia di ciptakan tuhan, bukan di ciptakan oleh manusia itu sendiri, tuhan tidak
mempunyai kewajiban apa pun, Muslim yang berbuat dosa tetap mukmin.

D.Golongan Maturidiyah

Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Nama aliran itu dinisbahkan
dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad Al Maturidi. Doktrin Ajaran: mengetahui Tuhan dan
kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal, Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah,
Allah mencipta daya (kasb/berusaha) dalam setiap diri manusia dan manusia bebas memakainya, Allah
tidak berbuat sekehendak dan sewenang-wenang,

E.Golongan Murji'ah

Paham Murji’ah berasal dari kata bahasa Arab arja’a, yarji’u, yang berarti menunda atau
menangguhkan. Golongn Murji’ah adalah orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak. Murji’ah
terbagi ke dalam golongan Moderat dan Ekstrem. Tokoh Murji’ah: Abu Hasan AshShalihi, Yunus bin
AnNamiri, Ubaid AlMuktaib, Ghailan AdDimasyq, Bisyar AlMarisi, Muhammad bin Karram.

Menurut Harun Nasution, bahwa Murji’ah memiliki empat ajaran pokok, yaitu :

1) Menunda hukuman atas Ali bin Abi Thalib ra, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Amr bin Ash, dan Abu
Musa AlAsy’ari yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah.

2) Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
3) Meletakkan (pentingnya) iman dari amal.

4) Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan
rahmat dari Allah.

F.Golongan Muktazilah

Paham Muktazilah berasal dari kata i’tizal yang artinya memisahkan diri. Di antara tokohnya adalah:
Washil bin Atha’ , Abu Huzail Al Allaf , Al Nazzam dan Abu Hasyim Al Jubba’i.

Di antara doktrin mu’tazilah adalah: Al Tauhid (keesaan Allah), Al ‘Adl (keadlilan tuhan), Al Wa’d wa al
wa’id (janji dan ancaman), Al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara tempat), dan Amar ma’ruf
nahi mungkar.

G.Golongan Qadariyah

Paham Qadariyah berasal dari qadara yang memiliki dua pengertian yaitu berani memutuskan dan
juga berani mempunyai kekuatan atau kemampuan. Menurut aliran Qadariyah, manusia berkuasa
terhadap perbuatan-perbuatannya sendiri. Manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatan baik
atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan merekalah pula yang melakukan dan menjauhi perbuatan-
perbuatan jahat atas kemauan dan kemampuannya sendiri.

H.Golongan Jabbariyah

Jabbariyah merupakan kelompok ekstrem memandang bahwa manusia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan, manusia dalam perbuatan-perbuatannya
adalah dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. Sedangkan menurut kaum
moderat, Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun baik, tetapi
manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek
untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab (acquisition).

5.Sejarah Ilmu Kalam


Sejarah awal munculnya Ilmu Kalam adalah sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW, yang kala itu
muncullah persoalan di kalangan umat Islam mengenai siapa yang hendak menjadi pengganti Nabi
(Khalifatul Rasul). Hal tersebut kemudian diatasi dengan diangkatnya Abu Bakar As-Shiddiq sebagai
khalifah. Setelah Beliau wafat, kekhalifahan dipimpin oleh Umar bin Khattab yang pada kala itu umat
Islam tampak tegar dalam mengalami ekspansi seperti kejazirahan dari Arabian, Palestina, Syiria,
sebagian wilayah Persia, hingga Romawi dan Mesir.

Setelah masa kekhalifahan Umar bin Khattab berakhir, maka diangkatkan Utsman bin Affan menjadi
khalifah pengganti Umar. Utsman ini masih termasuk dalam golongan Quraisy yang kaya raya,
keluarganya juga terdiri dari orang-orang Aristokrat Makkah yang memiliki pengalaman dagang dan
pengetahuan administrasi. Pengetahuan itu dimanfaatkan dalam memimpin administrasi di daerah-
daerah yang ada di luar semenanjung Arabiah. Namun sayangnya, pada masa tersebut justru cenderung
terjadi nepotisme sehingga terjadilah ketidakstabilan di kalangan umat Islam. Bahkan banyak sekali
penentang yang tidak setuju pada kepemimpinan Utsman, hingga akhirnya Beliau tewas terbunuh oleh
pemberontak dari Kufah, Basrah, dan Mesir.Setelah Utsman wafat, maka Ali Abi Thalib terpilih sebagai
calon khalifah selanjutnya. Namun, Beliau langsung mendapatkan tantangan dari pemuka-pemuka
lainnya yang juga ingin menjadi khalifah, sebut saja ada Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Peristiwa tersebut
dikenal dengan Perang Jamal. Kemudian, ada juga tantangan yang datang dari Muawiyah bin Abi Sufyan
yang kala itu ingin menjadi khalifah dan menuntut Ali supaya menghukum para pembunuh-pembunuh
dari Utsman. Atas adanya peristiwa-peristiwa itu muncullah Teologi mengenai asal muasal sejarah
keberadaan Ilmu Kalam.Pada masa Nabi Muhammad SAW, keberadaan Ilmu Kalam ini memang sudah
ada tetapi belum dikenal dengan istilah demikian. Baru dikenal pada masa berikutnya, tepatnya setelah
ilmu-ilmu keIslaman lainnya muncul satu persatu. Terutama ketika orang-orang telah banyak
membicarakan mengenai kepercayaan alam gaib (metafisika). Dari adanya peristiwa-peristiwa politis
dan historis yang terjadi di masa lalu itulah, menumbuhkan faktor penyebab munculnya Ilmu Kalam,
yakni:

Faktor Internal

1.Keberadaan Al-Quran selain mengajak kaum-Nya untuk mempercayai kenabian dan hal-hal yang
berhubungan dengan hal tersebut, menyinggung pula adanya golongan-golongan dan agama-agama
yang ada di masa Nabi Muhammad SAW. Al-Quran tidak membenarkan kepercayaan mereka dan
membantahnya dengan alasan-alasan sebagai berikut:

 Sebagai golongan yang mengingkari agama dan keberadaan Tuhan, serta mengatakan juga
bahwa merekalah yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan, sebagaimana disebutkan
dalam Q.S Al-Jatsiyah ayat 24.
 Sebagai golongan-golongan syirik, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Maidah ayat 116.
 Sebagai golongan-golongan munafik, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Ali Imran ayat 154.

2.Adanya nas-nas yang kelihatannya saling bertentangan, sehingga datanglah orang-orang yang
mengumpulkan ayat tersebut dan mem-filsafatnya.

Faktor Eksternal

1.Banyak di antara pemeluk-pemeluk agama Islam, yang dulunya beragama Yahudi, Masehi, dan lainnya.
Setelah mereka “tenang” dari tekanan, mulailah mereka mengkaji kembali akidah-akidah agama mereka
dan mengembangannya ke dalam Islam.

2.Golongan Islam yang ada pada zaman dulu, terutama golongan Mu’tazilah memusatkan perhatiannya
untuk penyiaran Islam dan membantah alasan bahwa mereka memusuhi Islam, dengan cara mengetahui
secara sebaik-baiknya akidah-akidah mereka.
3.Para Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawannya menggunakan filsafat, sehingga mereka
mempelajari logika dan filsafat.

Ilmu Kalam disebut-sebut sebagai ilmu yang dapat berdiri sendiri pada masa Daulah Dani Abbasiyah,
terutama pada kala kepemimpinan khalifah al-Makmun, yang dipelopori oleh dua orang tokoh Islam
yakni Abu Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi.

6.Sumber-Sumber Ilmu Kalam


Keberadaan Ilmu Kalam ini tetap menjadikan Al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama kajian mereka
dalam upaya menerangkan wujud Allah SWT, sifat-sifat-Nya, dan persoalan aqidah Islam lainnya. Nah,
berikut sumber-sumber kajian dari Ilmu Kalam.

 Al-qur'an
Dalam kitab suci ini, banyak sekali ayat yang membicarakan mengenai masalah
ketuhanan. Misalnya pada Q.S Al-Ikhlas ayat 3-4 yang berarti “(Allah) tidak beranak dan
tidak pula diperanakan”“dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya”
 Hadits
Dalam hadits Nabi Muhammad SAW, banyak membicarakan mengenai masalah-masalah
yang juga dibahas dalam Ilmu Kalam. Diantaranya adalah hadits Nabi yang menjelaskan
mengenai hakikat keimanan dan terpecahnya golongan, yakni:“Hadits ini diriwayatkan
dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Ia mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda ‘Akan
menimpa umatku apa yang pernah menimpa bani Israil ….Bani Israil telah terpecah
belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan.
Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan,’ ‘Siapa mereka itu, wahai
Rasulullah’ Tanya para sahabat. Rasulullah menjawab, ‘Mereka itu adalah yang
mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku,.” (H.R. At-Tirmidzi)
 Pemikiran Manusia
Yakni berupa pemikiran yang memang dikeluarkan oleh umat Islam maupun non-
muslim. Mengingat bahwa Islam telah menggunakan pemikiran-pemikiran rasional
untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat dalam Al-Quran, terutama
yang belum jelas maksudnya bahkan sebelum filsafat Yunani masuk.

7.Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Keislaman Lainnya


Keberadaan Ilmu Kalam tentu saja memiliki hubungan dengan ilmu keIslaman lainnya, yakni berupa:

 Hubungan Ilmu Kalam dengan Filsafat Islam


Banyak para ahli yang berpendapat bahwa Ilmu Kalam dan filsafat Islam itu memiliki hubungan,
sebab pada dasarnya Ilmu Kalam juga membahas mengenai ilmu ketuhanan dan keagamaan.
Sementara dalam filsafat Islam membahas mengenai pembuktian intelektualnya.
 Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Tasawuf
Dalam kaitannya dengan Ilmu Kalam, keberadaan Ilmu Tasawuf ini memiliki fungsi berupa :
1. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman Ilmu Kalam. Penghayatan yang
mendalam lewat hati terhadap Ilmu Kalam ini menjadikannya lebih terhayati dan dapat
diaplikasikan dalam perilaku. Maka dari itu, keberadaan Ilmu Tasawuf dapat disebut sebagai
penyempurna dari Ilmu Kalam.
2. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan yang ada di
Ilmu Kalam.
 Hubungan Ilmu Kalam dengan Syariat
Dalam agama Islam, keberadaan Ilmu kalam itu dasar di atasnya dibangun melalui syariat. Jika
diibaratkan, maka syariat tanpa adanya Ilmu Kalam bagaikan bangunan yang tergantung di
awang-awang tanpa adanya sandaran.
 Hubungan Ilmu Kalam dengan Al-Quran
Seperti yang disinggung sebelumnya, keberadaan Al-Quran memiliki keterkaitan yang tidak
dipisahkan dengan Ilmu Kalam, sebab dijadikan sebagai sumber utamanya. Al-Quran memiliki
pembahasan tentang Tuhan baik berupa dzat, sifat, asma, perbuatan, dan tuntutan, sementara
Ilmu Kalam akan membahas mengenai keesaan Allah SWT.
 Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Ushuluddin
Sebenarnya, ilmu Kalam ini adalah nama populer dari Ilmu Ushuluddin. Dalam Ilmu Ushuluddin
yang juga dikenal Ilmu Teologi (Ketuhanan) membahas mengenai pokok-pokok dasar agama
berupa akidah, tauhid, dan i’tikad (keyakinan) tentang rukun Iman ke-6.
 Hubungan Ilmu Kalam dengan Tauhid
Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas mengenai Tuhan dan mendasarkan argumennya pada
logika atau rasio sebagai pembuktian terhadap argumen naqli atau teks. Sementara Tauhid
adalah bentuk kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mengesakan Tuhan dan tidak
ada sekutu bagi-Nya. Maka dari itu, Ilmu Kalam dan Tauhid sama-sama membahas mengenai
Ketuhanan.
 Hubungan Ilmu Kalam dengan Ushul Fiqih
Menurut Abu Hanifah, keberadaan Ilmu Fiqih terbagi ke dalam dua hal yakni Fiqh Al-akbar dan
Fiqh Al-Ashgar. Dalam Fiqih al-Akbar membahas mengenai keyakinan, pokok agama, dan
ketauhidan. Sementara dalam Fiqh Al-Asghar membahas mengenai cara beribadah. Nah, jadi
hubungan antara Ilmu Kalam dengan Ushul Fiqih adalah sama-sama membahas mengenai
keyakinan dan ketauhidan terutama dalam Fiqh Al-Akbar. Selain itu, keduanya juga sama-sama
menggunakan Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utamanya.
 Hubungan Ilmu Kalam dan Ilmu Aqidah
Ilmu Aqidah adalah ilmu yang membicarakan mengenai perkara-perkara yang berkaitan dengan
keyakinan terhadap Allah SWT dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Nah, dalam Ilmu Kalam juga
membahas hal-hal demikian.
 Hubungan Ilmu Kalam dengan Syariah/Hukum
Syariah adalah seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur
pada tingkah laku batin maupun tingkah laku konkrit. Nah, dalam Ilmu Kalam juga membahas
mengenai syariah ini.
Adapun fungsi ilmu kalam adalah: untuk menolak akidah yang sesat, memberikan penguatan landasan
keimanan umat Islam melalui pendekatan filosofis dan logis, menopang dan menguatkan sistem nilai
ajaran Islam yang terdiri atas tiga pokok: yaitu iman, Islam , serta ihsan; dan menjawab problematika
penyimpangan teologi agama lain yang dapat merusak akidah umat Islam.

Penerapan Ilmu Kalam dalam Kehidupan Nyata


1. Melakukan segala sesuatu dengan benar dan tertib sesuai dengan ajaran;
2. Berperilaku terpuji dan berakhlak Karimah;
3. Menjadi pribadi yang lebih baik;
4. Menjalankan ibadah dengan teratur;

Anda mungkin juga menyukai