Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar belakang
Banyak apa yang kita ketahui adalah apa yang kita dengar dan dan kita lihat. Dari
banyaknya kita mendengar, maka banyak pula kita akan mengetahui isi dunia. Kita
mengetahui suatu hal pastinya ada seseorang yang memberitahu baik dengan cara apapun,
bercerita, membaca karya seseorang, melihat dan lain sebagainya. Akan menjadi sebuah
pelajaran yang sangat berharga dan bahkan tak ternilai harganya apabila kita mempelajari
sebuah sejarah. Karena dari sejarah itu kita akan mendapatkan berbagai informasi yang bisa
memotifasi kita dalam berjuan dalam kehidupan.
Ir. Soekarno juga mengingatkan kepada kita dengan wejangan “ JAS MERAH”
Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah. Dari sejarah pula kita mengetahi akibat-akibat yang
timbul dari suatu perbuatan baik perbuatan itu buruk atau baik. Terutama kita sebagai mahluk
yang hidup setelah para mahluk yang terdahulu, tentunya sangat memerlukan pengetahuan
tentang mereka yang telah sukses dalam kehidupannya. Mereka adalah cermin bagi kita
untuk panutan uamat selanjutnya. Kholafaur Rosidin adalah para sahabat nabi yang setia
mendampingi perjuangan Nabi, mereka menggantikan perjuangan dengan tetap memegang
ajaran Nabi Muhammad SAW. Terkhususkan pada makalah ini Kholifah Utsman bin
Affandan Ali bin Abi Thalib, Pada masa itu mereka mengembangkan peradaban sebagai
bentuk kemajuan agama islam yang telah dikembangkan kholifah sebelumnya yaitu Abu
Bakar dan Umar bin Khattab. Maka kita sebagai umat yang hidup setelah mereka akan
mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti perjalannya
.
B. Rumusan Masalah
A. Biografi Ustman Bin Affan
B. Proses dan Mode Pemilihan Ustman bin Affan
C. Isi Pidato Utsman bin Affan
D. Strategi kepemimpinan Utsman bin Affan
E. Prestasi-Prestasi yang dapat di Capai pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
F. Periode Terakhir Pemerintahan Utsman bin Affan
G. Wafatnya Khalifah Ustman Bin Affan
C. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui biografi Ustman Bin Affan
B. Untuk mengetahui proses dan Mode Pemilihan Ustman bin Affan
C. Untuk mengetahui isi Pidato Utsman bin Affan
D. Untuk mengetahui strategi kepemimpinan Utsman bin Affan
E. Untuk mengetahui prestasi-Prestasi yang dapat di Capai pada Masa Khalifah Utsman bin
Affan
F. Untuk mengetahui periode Terakhir Pemerintahan Utsman bin Affan
G. Untuk mengetahui wafatnya Khalifah Ustman Bin Affan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ustman Bin Affan


Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu adalah sosok Khulafa Ar-Rasyidun, yang
dipilih dan dibaiat pasca meninggalnya Umar bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu. Ia sosok
yang sangt istimewa, karena menjadi menantu dari dua putri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam; Ummu Kultsum dan Ruqayyah Radhiyallahu Anhuma.
Dialah satu-satunya sahabat yang menikah dengan dua putri Rasulullah, sehingga
mendapat julukan "Dzunnurain" (Lelaki yang Memiliki Dua Cahaya). Rasulullah begitu
sangat menghargai sosok sahabat ini, sehingga pada suatu ketika, ketika Utsman masuk untuk
menemuinya, betis Rasululllah yang tersingkap segera beliau tutupi. Kepada Aisyah beliau
mengatakan, "Sesungguhnya aku malu kepada orang yang para malaikat pun malu
kepadanya." Atau dalam hadits lain, beliau mengatakan, "Yang paling mempunyai sifat
pemalu adalah Utsman."
Utsman bin Affan dikenal sebagai khalifah yang tajir dan dermawan. Hartanya yang
melimpah ia gunakan berjihad di jalan Allah. Ia menjadi donatur kaum muslimin dalam
beberapa peperangan, juga menjadi donatur dalam memenuhi segala kebutuhan dan fasilitas
yang dikhidmatkan buat umat Islam. Setelah Perang Tabuk, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, "Apa-apa yang dilakukan Utsman setelah ini tidak mengapa (dimaafkan
dosa-dosanya)."
Begitu cintanya Rasulullah kepada sosok Utsman, maka ketika Utsman dikirim
sebagai delegasi kaum Muslimin untuk menemui para pemuka Quraisy di Makkah, kemudian
tersiar kabar bahwa dirinya dibunuh, Rasulullah segera mengumpulkan para sahabat untuk
melakukan baiat agar para sahabat tetap tegar dan berjuang untuk melawan kaum kafir
Quraisy. "Ini adalah yangan Utsman," ujar Rasulullah sambil memukulkan telapak tangan
kanannya ke atas tangan kirinya. Baiat tersebut kemudian diikuti oleh sekitar 1.400 sahabat,
yang siap membela kehormatan Utsman bin Affan. Baiat itu kemudian dikenal sebagai
"Baiatur Ridhwan."
Utsman bin Affan adalah sosok yang santun, lembut dan penyabar. Sifat inilah yang
kemudian dimanfaatkan oleh para pemberontak, baik dari kaum munafik maupun para
pengikut Ibnu Saba untuk menebar fitnah dan melakukan pergolakan pada masa
pemerintahan Utsman. Utsman dengan kesabaran dan kecerdikannya tidak terpancing dengan
berbagai aksi provokasi tersebut, semata-mata ia tidak ingin menumpahkan darah dan tidak
ingin terjadi huru hara yang lebih besar lagi.
Utsman mengetahui peristiwa yang akan menimpanya, pemberontakan dan
pembunuhannya, yang sudah diprediksi dan disampaikan oleh Rasulullah kepadanya.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang selamat dari tiga hal, maka sesungguhnya dia
selamat (beliau menyebutnya tiga kali); Kematianku, Dajjal dan pembunuhan terhadap
khalifah yang sabar dengan kebenaran dan menyampaikannya." Pembunuhan terhadap
khalifah yang sabar yang dimaksud adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu.

B. Proses dan Mode Pemilihan Ustman bin Affan


Khalifah Umar bin Khattab meninggal dunia pada hari rabu waktu subuh, 4
Dzulhijjah 23 H karena ditikam oleh Abu Lu’luah saat menjadi imam shalat shubuh. Abu
Lu’luah adalah seorang bangsa Peria yang tidak rela dikalahkan oleh Islam. Dia mempunyai
dendam pribadi kepada khalifah Umar Bin Khattab. Menjelang wafatnya Setelah ditikam
oleh abu Lu’luah dan merasa dirinya akan meninggal dunia, maka Umar bin Khattab
memilih tujuh orang sahabat terkemuka sebagai fomatur unntuk menetapkan siapa yang
paling pantas menjadi pemimpin umat islam.mereka yang diangkat sebagai anggota
formatur yang terdiri dari enam orang yaitu Ali bin abi thalib, Utsman bin affan, Sa’at bin
abi Waqosh, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan Tholhah bin Ubaidillah. Keenam
orang tersebut memiliki kewajiban memilih dan berhak untuk dipilih. Untuk melengkapi
anggota tim, Umar bin Khattab menunjuk putranya Abdullah bin Umar. Yang terakhir ini
mempunyai hak pilih, tetapi ia tidak memiliki hak untuk dipilih karena khalifah Umar bin
Khattab melarangnya menjadi anggota formatur. Khalifah Umar bin Khattab tidak
menginginkan Abdullah bin Umar menjadi khalifah karena hal itu dapat menimbulkan
anggapan bahwa ia mewarisi kekhalifahan kepada putranya.
Setelah Umar wafat, maka mereka segera berunding untuk membahas siapa yang akan
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan (kekholifahan). Perundingan berjalan cukup alot,
masing-masing anggota bersikeras untuk dipilih. Ketua dalam sidang itu adalah Abdurahman
bin Auf. Pemilihan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakan dan mencari suara
terbanyak. Jika terjadi suara seimbang, maka keputusan diberikan kepada hakim yaitu
Abdullah bin Umar. Ketika itu ada pemikiran dari Abdur Rahman bin Auf agar mereka
dengan suka rela mengundurkan diri dan memberikan kesempatan kepada orang yang benar-
benar paling memenuhi persyaratan untuk dipilih sebagai khalifah. Tetapi rupanya usul
tersebut tidak berhasil, dan ternyata tidak ada satupun yang mau mengundurkan diri.
Kemudian Abdur Rahman bin Auf mengundurkan diri, tetapi yang lain enggan
mengundurkan diri. Pada akhirnya, forum mengarah pada dua calon saja, yaitu Utsman bin
Affandan Ali bin Abi Thalib. Ketika itu sempat terjadi oksi dukung mendukung antara
kelompok Ali da kelompok Utsman.
Abdur Rhman bin Auf sebagai ketua tim formatur, mengajak penduduk Madinah
untuk shalat berjamaah di mesjid. Sesudah shalat berjamaah, Abdur Rahman bin Auf
memanggil Ali bin Abi Thalib maju kedepan mimbar dan bertanya, “Apakah Anda bersedia
berjanji menegakkan Kitab Allah, sunah Rasul, dan mengikuti kebijaksanaan yang telah
ditempuh Abu Bakar dan Umar?Atas pertanyaan tersebut, Ali bin Abi Talib menjawab, “Saya
akan mengikuti kitab Allah, sunah Rasul, dan pengetahuan (ijtihad) saya.” Selanjutnya,
Abdur Rahman bin Auf memanggil Utsman bin Affan dan menanyakan hal yang sama. Calon
kedua menjawab, “ya, saya akan berpegang pada Kitab Allah, sunah Rasul, dan
kebijaksanaan yang telah ditempuh Abu Bakar dan Umar. Mendengar jawaban ini, Abdur
Rahman bin Auf langsung memegang tangan Utsman bin Affan dan membaiatnya sebagai
khalifah. Segenap yang hadir kemudian ikut pula memberi baiat kepadanya.
Ali bin Abi Talib dan para sahabat Rasul Allah s.a.w. lainnya, dan semua yang hadir
dalam masjid itu tanpa ragu-ragu menerima Utsman bin Affan r.a. yang sudah berusia lanjut
itu sebagai pemimpin tertinggi mereka yang baru. Pembai’atan seorang Khalifah melalui
pemilihan salah satu di antara 6 orang Ahlu Syuro, merupakan kejadian pertama dalam
sejarah kekhalifahan umat Islam. Khalifah Abu Bakar r.a. dibai’at langsung oleh kaum
muslimin. Khalifah Umar bin Khattab r.a. ditetapkan berdasarkan wasiyat Kahlifah Abu
Bakar r.a. Akan tetapi sejalan dengan pembai’atan Utsman bin Affanr.a. sebagai Khalifah,
banyak sekali orang bertanya-tanya tentang jawaban yang diberikan Ali bin Abi Talib kepada
Abdurrahman bin Auf. Mengapa ia mengatakan “Tidak?”. Tidak ada seorang pun yang
dapat memberikan jawaban pasti. Ali bin Abi Talib sendiri tidak pernah mengemukakan
secara terbuka alasan apa yang melandasi jawabannya. Yang pasti, Ali bin Abi Talib tidak
pernah menyesal karena ia gagal menjadi Khalifah disebabkan jawabannya itu.
Dengan ikhlas ia menerima Utsman bin Affanr.a. sebagai Amirul Mukminin.
Sementara itu ada yang menafsirkan, bahwa perkataan “Tidak!” itu bukan ditujukan
kepada pertanyaan Abdurrahman bin Auf yang berkaitan dengan keharusan berpegang
kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul Allah, melainkan tertuju kepada keharusan mengikuti
jejak Khalifah Abu Bakar r.a. dan Khalifah Umar r.a. Ali r.a. tidak dapat membenarkan
kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar r.a. dalam mengambil keputusan tentang tanah Fadak.
Yaitu tanah hak-guna Rasul Allah s.a.w. yang dicabut oleh Khalifah Abu Bakar r.a.
sepeninggal beliau dan dijadikan hak milik kaum muslimin (Baitul Mal). Demikian juga
terhadap kebijaksanaan Khalifah Umar r.a. yang mengadakan penggolongan-penggolongan
dalam membagi-bagikan kekayaan Baitul Mal kepada kaum muslimin.
Saat terpilih menjadi khalifah Utsman bin Affan telah berusia 70 tahun.
Beliau menjadi
khalifah selama 12 tahun.
C. Isi Pidato Utsman bin Affan
Setelah disepakati bersama, mereka membai’at Utsman dan diikuti oleh umat islam.
Pada saat pembaiatan telah selesai, Utsman berpidato di depan kaum muslimin diantara
pidatonya adalah:
Sesungguhnya kalian berada ditempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya
untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan
sebelum ajal datang menjemput. Sungguh ajal tidak pernah sungkan datang sembarang
waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam. Ingatlah sesungguhnya dunia
penuh dengan tipu daya. Jangan kalian terpedaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian
sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan
melalaikan kalian.

D. Strategi kepemimpinan Utsman bin Affan


Sesudah Utsman bin Affandi baiat sebagai khalifah, ia mulai mengatu siasat dan
strategi kepemimpinannya. Dalam kebijakan politiknya, Utsman bin Affanmulanya
mengikuti khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, pada pauh pertama masa pemerintahanya,
keputusan-keputusan yang dibuat merupakan kelanjutan darikebijakan sebelumnya. Namun
pada paruhkedua Utsman mengubah gaya kepemimpinanya. Hal itu tampak dengan pegantian
gubernur yang diangkat Umar bin Khattab. Akibatnya, timbul gejolak masyarakat karena
penguasa baru menetapkan peraturan yang memberatkan mereka, terutama di Mesir. Selain
Mesir, daerah yang bergejolak adalah Azerbaijan dan Armenia. Kesewenangan pimpinan bau
ini telah menimbulkan pemberontakan penduduk setempat.
Pada awalnya, kekuatan rakyat yang kecewa atas kebijakan Utsman dapat
mengalahkan pasukan pemerintah. Namun, akhirnya mereka dapat ditundukan kembali.
Azebaijan diamankan oleh tentara yang dipimpin Abdullah bin Suhail dan al-Walid bin
Ukbah, sedangkan Armenia dikuasai kembali oleh panglima salman bin Rabi’ah. Di tinjau
dari strategi kepemimpinannya, Utsman bin Affan tidak jauh berbeda dengan Umar bin
Khattab. Yang menjadi perbedaan adalah pergantian berberapa gubernur sehingga
menimbulkan beberapa gejolak dan di nilai lebih mementingkan hubungan kerabat dalam
pengangkatannya. Meskipun demikian, strategi kepemimpinan Utsman bin Affan dalam
melanjutkan penaklukan Asia Tengah telah memperluas wilayah kekuatan di Madinah. Pada
masa akhir pemerintahannya, kekuasaan Utsman bin Affan membentang dari Tripoli dibarat
sampai seluruh Asia Tengah di Timur dan dari Yaman diselatan sampai Armenia Utara,
Azerbaijan, dan Turkistan Utara.
Kelemahan Utsman adalah terlalu mengutamakan keluarganya dari Bani Umayyah.
Misalnya, ia mengangkat beberapaorang dari Bani Umayyah menjadi gubernur dibeberapa
wilayah. Sifatnya yang lemah lembut dan dermawan sering dimanfaatkan oleh anggota Bani
Umayyah untuk mendapatkan keuangan. Ia kurang bisa bersikap tegas terhadap keluarganya.

E. Prestasi-Prestasi yang dapat di Capai pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
a. Kodifikasi Mushaf Al-qur’an
Seperti sudah kamu ketahui, usaha kodifikasi (pembukuan) Al-qur’an sudah dimulai
sejak khalifah Abu Bakar as-Siddiq. Ayat-Ayat Al-Qur’an yang sudah terkumpul pada masa
itu dismpan oleh Hafsah Binti Umar, salah satu istri Rasulullah saw. Pada masa pemerintahan
khalifah Utsman bin Affan, wilayah islam sudah sangat luas. Hal itu menimbulkan
kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran Al-Qur;an dibeberapa pelosok
wilayah. Perbedaan itu meliputi susunan surah-surahnya atau lafaz (dialek)nya. Pada masa
Rasulullah saw., perbedaan tersebut diberi kelonggaran. Saat itu, masih memberi kemudahan
agar Al-Qur’an dapat dihapal dengan cepat oleh semua umat Islam. Ketika wilayah islam
makin luas, perbedaan dialek satu daerah dengan daerah yang lain makin terlihat. Salah
seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yaman melihat perselisihan antara tentara Islam
ketika menaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Masing-masing pihak menganggap cara
membaca Al-Qur’an yang dilakukannya adalah yag paling baik.
Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada khalifah
Utsman bin Affan. Selanjutnya, khalifah Utsman bin Affanmembentuk sebuah
panitiapenyusun Al-Qur’an. Panitia ini diketuai oleh Zaid bin Sabit. Anggotanya adalah
Abdullah bin Zubair dan Abdurahman bin Haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh panitia
tersebut adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Qur’an dalam sebuah buku yang disebut mushaf.
Penyalinan tersebut harus berpedoman pada bacaan mereka yang menghafalkan Al-Qur’an.
Apabila terdapat pebedaan dalam pembacaan, yang ditulis adalah yang dialek Quraisy. Hal
itu disebabkan Al-Qur’an diturunkan dalam dialek Quraisy.
Salinan kumpulan Al-Qur’an itu disebut al-Mushaf. Oleh panitia, al-Mushaf
diperbanyak sejumlah empat buah. Sebuah tetap berada di Madinah, sedangkan empat
lainnya dikirimkan diMakkah, Suriah, Basra, dan Kufah. Semua naskah Al-Qur’an yang
dikirimkan ke daerah-daerah itu dijadikan sebagai pedoman dalam penyalinan beikutnya
didaerah masing-masing. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf al-imam atau
Mushaf Utsmani. Adapun naskah yang berbeda dengan Mushaf al-imam dinyatakan tidak
berlaku lagi. Walaupun demikian perbedaan bacaan Al-Qur’an masih ditemukan hingga kini.
Ha lini diperbolehkan apabila diriwayatkan secara mutawatir.
b. Renovasi Masjid Nabawi
Seni bangunan diterapkan pada pengembangan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini
didirikan pertama kali oleh nabi Muhammad saw. setelah tiba di Madinah. Masjid ini
kemudian tidak hanya dijadikan tempat ibadah, juga tempat musyawarah dalam memutuskan
banyak halyang berkaitan dengan pengembangan Islam keluar kota Madinah. Diperkirakan
pada tahun ke-7 H, masjid ini diperluas menjadi 50-30 meter dengan 3 buah pintu.
Kemuadian pada tahun ke-17 H pada masa khalifah Umar bin Khattab, terjadi lagi perluasan
bangunan.pengembangan ini terus di lakukan pada masa Khalifah Usman bin Affan, bahkan
diperindah. Dindingnya diganti dengan batu, dan bidang-bidang dindingnya di hiasi dengan
berbagai ukiran. Tiang-tiang di buat dengan beton bertulang dan ditatah dengan ukiran,
plafonnya dibuat dari kayu pilihan. Katika itulah mulai diperlihatkan unsur estetisitas atau
keindahan seni bangunan dalam masjid ini.[11]
c. Pembentukan Angkatan Laut
Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Khalifah Ustman untuk
mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus dan Konstatinopel Cyprus. Untuk sampai ke
daerah tersebut harus melalui lautan. Oleh karena itu atas dasar usul Gubernur di daerah,
Ustman pun menyetujui pembentukan armada laut yang dilengkapi dengan personil dan
sarana yang memadai. Pada saat itu, Mu’awiyah, Gubernur di Syiria harus menghadapi
serangan-serangan Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia
mengajukan permohonan kepada Khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan
dikabulkan oleh Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi.
Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Muawiyah tidaklah membutuhkan tenaga
asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun juga penduduk pantai Levant yang
berdarah Punikia itu, ramai-ramai menyediakan dirinya untuk membuat dan memperkuat
armada tersebut. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
Selain itu, Keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga mendesak ummat
Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu, pasukan di pimpin oleh Abdullah
bin Qusay Al-Harisy yang ditunjuk sebagai Amirul Bahr atau panglima Angkatan Laut.
Istilah ini kemudian diganti menjadi Admiral atau Laksamana. Ketika sampai di Amuria dan
Cyprus pasukan Islam mendapat perlawanan yang sengit, tetapi semuanya dapat diatasi
hingga sampai di kota Konstatinopel dapat dikuasai pula.
Di samping itu, serangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir melalui laut
juga memaksa ummat Islam agar segara mendirikan angkatan laut. Bahkan pada tahun 646
M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan penyerangan dari laut. Penyerangan
itu mengakibatkan jatuhya Mesir ke tangan kekuasan bangsa Romawi. Atas perintah Khalifah
Ustman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut
yang besar pada tahun 651 M di Mesir (Misbach,1984:10-11). Berawal dari sinilah Khalifah
Ustman bin Affan perlu diingat sebagai Khalifah pertama kali yang mempunyai angkatan laut
yang cukup tangguh dan dapat membahayakan kekuatan lawan.
d. Peluasan Wilayah
Setelah Khalifah Umar bin Khattab berpulang ke rahmatullah terdapat daerah-daerah
yang membelot terhadap pemerintah Islam. Pembelotan tersebut ditimbulkan oleh
pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain pamong praja
dari pemerintahan lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke daerah kekuasaan Islam)
ingin hendak mengembalikan kekuasaannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh kaisar
Yazdigard yang berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan
terhadap penguasa Islam. Akan tetapi dengan kekuatannya, pemerintahan Islam berhasil
memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus melanjutkan perluasan ke negeri-negeri
Persia lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh dan
Turkistan jatuh menjadi wilayah kekuasaan Islam. Adapun daerah-daerah lain yang
melakukan pembelotan terhadap pemerintahan Islam adalah Khurosan dan Iskandariyah.
Khalifah Utsman mengutus Sa’ad bin al-Ash bersama Khuzaifah Ibnu al-Yamaan serta
beberapa sahabat Nabi lainnya pergi ke negeri Khurosan dan sampai di Thabristan dan terjadi
peperangan hebat, sehingga penduduk mengaku kalah dan meminta damai. Tahun 30 H/ 650
M pasukan Muslim berhasil menguasai Khurazan.
Adapun tentang Iskandariyah, bermula dari kedatangan kaisar Konstan II dari Roma
Timur atau Bizantium yang menyerang Iskandariyah dengan mendadak, sehingga pasukan
Islam tidak dapat menguasai serangan. Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi wali
di daerah tersebut meminta pada Khalifah Utsman untuk mengangkat kembali panglima
Amru bin ‘Ash yang telah diberhentikan untuk menangani masalah di Iskandariyah. Abdullah
bin Abi Sarroh memandang panglima Amru bin ‘Ash lebih cakap dalam memimpin perang
dan namanya sangat disegani oleh pikak lawan. Permohonan tersebut dikabulkan, setelah itu
terjadilah perpecahan dan menyebabkan tewasnya panglima di pihak lawan.
Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman Robiah Al-Baini untuk
berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia, bagi yang
menentang dan memerangi terpaksa dipatahkan dan kaum muslimin dapat menguasai
Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika Utara) dipimpin oleh Abdullah bin
Sa‘ad bin Abi Zarrah. Tunisia sebelum kedatangan pasukan Islam sudah lama dikuasai
Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Muawiyah, ia berhasil
menguasai Asia kecil dan Cyprus.
Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan
Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nubah, Armenia dan
beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu
Daria), negeri Balkh (Baktria), Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan. Jadi Enam tahun
pertama pemerintahan Ustman bin Affan ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam.
Perluasan dan perkembangan Islam pada masa pemerintahannya telah sampai pada seluruh
daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan
negeri Cyprus. Atas perlindungan pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia
menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya pada masa kekuasaan
Romawi atas wilayah tersebut.

F. Periode Terakhir Pemerintahan Utsman bin Affan


Setelah melewati masa-masa gemilang, pada masa paruh terakhir kekuasaanya,
Khalifah Utsman menghadapi berbagai pemberontakan dan pembangkangan di dalam negri
yang dilakukan oleh orang-orang yang kecewa terhadap tabiat khalifah dan beberapa
kebijaksanaan pemerintahannya. Akan tetapi kekacauan sudah dimulai sejak pertama tokoh
ini terpilih menjadi khalifah.
Utsman adalah orang yang baik dan saleh namun dalam banyak hal kurang
menguntungkan. Karena Utsman terlalu terikat dengan kepentingan-kepentingan orang
Mekah, khususnya kaum Quraisy dari kalangan Bani Umayyah. Kemenangan Utsman
sekaligus adalah suatu kesempatan yang baik bagi sanak saudaranya dari keluarga besar Bani
Umayyah. Utsman berada dalam pengaruh dominasi seperti itu maka satu persatu kedudukan
tinggi di duduki oleh anggota keluarganya.
Ketika Utsman mengangkat Marwan bin Hakam, sepupu khalifah yang dituduh
sebagai orang yang mementingkan diri sendiri dan suka intrik menjadi sekertaris utama,
segeralah timbul mosi tidak percaya dari rakyat. Begitu pula penempatan Muawiyah, Walid
bin Uqbah dan Abdullah bin Sa’ad masing-masing menjadi gubernur Suriah, Irak dan Mesir,
sangat tidak disukai oleh masyarakat umum di tambah lagi tuduhan-tuduhan bahwa kerabat
khalifah mendapat harta pribadi dengan mengorbankan harta umum dan tanah negara.
Hakam, ayah Marwan mendapatkan tanah Fadah, Marwan sendiri menyalah gunakan harta
baitul mal, Muawiyah mengambil alih tanah Negara Suriah dan khalifah mengizinkan
Abdullah untuk mengambil seperlima dari harta rampasan perang.
Situasi politik semakin mencekam bahkan berbagai usaha yang bertujuan baik dan
mempunyai alasan yang kuat untuk kemaslahatan umat disalah pahami dan melahirkan
perlawanan dari masyarakat. Pemushafan Al-Qur’an misalnya, yang dimaksudkan untuk
menyelesaikan kesimpangsiuran bacaan Al-Qur’an sehingga perselisihan mengenai Al-
Qur’an dapat dihindari. Tetapi lawan-lawannya Utsman menuduh bahwa Utsman sama sekali
tidak memiliki otoritas untuk menerapkan edisi Al-Qur’an yang di bukukan itu. Dengan kata
lain, mereka mendakwa Utsman secara tidak benar telah menggunakan kekuasaan agama
yang tidak di milikinya.
Terhadap berbagai kecaman tersebut, Utsman telah berupaya untuk membela diri dan
melakukan tindakan politisi sebatas kemampuannya. Tentang pemborosan uang misalnya,
Utsman menepis keras tuduhan keji ini. Memeng benar dia membantu saudara-saudaranya
dari bani Umayyah, tetapi itu diambil dari kekayaan pribadinya bukan dari kas Negara
bahkan Utsman tidak mengambil gajinya yang menjadi haknya. pada saat menjadi khalifah
Utsman jatuh miskin. Karena hartanya digunakan untuk membantu sanak familinya, juga
karena seluruh waktunya digunakan untuk mengurusi permasalahan kaum muslimin,
sehingga tidak ada waktu lagi untuk mengumpulkan harta seperti sebelum menjadi khalifah.
Dalam hal ini Utsman berkata: “pada saat pencapaianku menjadi khalifah, aku adalah
pemilik unta dan kambing terbanyak di Arab. Hari ini aku tidak memiliki unta dan kambing
kecuali yang digunakan dalam ibadah haji. Terhadap penyokong, Aku memberikan kepada
mereka apa pun yang dapat aku berikan dari milikku pribadi. Tentang kekeayaan Negara, aku
menganggapnya tidak halal, baik bagi diriku sendiri maupun bagi orang lain. Aku tidak
mengambil apa pun dari kekayaan Negara, apa yang aku makan adalah hasil nafasku sendiri.
Rasa tidak puas terhadap Khalifah Utsman semakin besar dan menyeluruh. Di Kufah
dan Basrah, yang dikuasai oleh Thalhah dan Zubair, rakyat bangkit menentang gubernur yang
di angkat oleh khalifah. Hasutan yang lebih keras terjadi di mesir, selain ketidaksetiaan
rakyat terhadap Abdullah bin Sa’ad, saudara angkat khalifah, sebagai pengganti gubernur
‘Amr bin Ash juga karena konflik sosial pembagian ghanimah. Pemberontak berhasil
mengusir gubernur yang diangkat khalifah, mereka yang terdiri dari 600 orang mesir itu
menuju ke madinah. Para pemberontak dari Kufa dan Basrah bertemu dan bergabung dengan
kelompok mesir. Wakil-wakil mereka menuntut khalifah untuk mendengarkan keluhan
mereka. Khalifah menuruti kemauan mereka dengan mengangkat Muhammad bin Abu Bakar
menjadi gubernur di Mesir. Dam merekapun puas terhadap kebijaksanaan khalifah dan
mereka ulang kenegri masing-masing. Tetapi ditengah perjalanan mereka menemukan surat
yang dibawa oleh utusan khusus yang menerangkan bahwa para wakil itu harus dibunuh
setelah sampai di Mesir. Menurut mereka surat tersebut ditulis oleh Marwan bin Hakam,
sekertaris khalifah. Sedangkan Ali bin Abi Thalib ingin menyelesaikan persoalan tersebut
dengan jalan damai, tetapi mereka tidak dapat menerimanya. Mereka mengepung rumah
khalifah, dan membunuhnya ketika Khalifah Utsman sedang membaca Al-Qur’an, pada tahun
35 H/17 juni 656 M. menurut Lewis, pusat oposisi sebenarnya adalah di Madinah sendiri. Di
Madinah Thalhah, Zubair dan ‘Amr membuat perlawanan rahasia melawan khalifah, dengan
memanfaatkan para pemberontak yang dating ke Madinah untuk melampiaskan rasa
dendamnya yang meluap-luap itu.
Menurut Ahmad Al-Usairy dalam bukunya yang berjudul Sejarah Islam, salah satu
faktor yang menyebabkan pemberontakan dan pembangkangan adalah berkobarnya fitnah
besar di tengah kaum muslimin yang di kobarkan oleh Abdullah bin Saba’, seorang yahudi
asal yaman yang berpura-pura masuk islam. Orang ini telah berkeliling ke berbagai kota
kemudian menetap di Mesir. Kemudian dia menaburkan keraguan di tengah manusia tentang
akidah mereka dan mengecam Utsman dan para gubernurnya. Dia dengan gencar mengajak
semua orang untuk menurunkan Utsman dan para gubernurnya. Dengan gencarnya dia
mengajak semua orang untuk menurunkan Utsman dan menggantinya dengan Ali sebagai
usaha menaburkan fitnah dan perpecahan.
Mulailah pecah fitnah di Kufah pada tahun 34 H/ 654 M. mereka mulai menuntut
kepada khalifah untuk menggati gubernur kufah. Akhirnya Utsman menggantinya untuk
memenuhu tuntutan mereka dan sebagai uapya untuk meredam fitnahyang lebih besar.
Setelah itu ada sejumlah besar manusia yang datang dari kufah, basrah, dan mesir untuk
mendebat khalifah. Ali mencegah mereka dan menerangkan apa yang mereka lakukan adalah
kesalahan besar. Dan khalifah melakukan pembelaan yang masuk akal. Maka pulanglah
mereka dengan tangan hampa.
Abdullah bin Saba’ paham bahwa kesematanya yang telah ia bangun selama bertahun-
tahun akan lenyap begitu saja. Maka ia mencari siasat licik dan mengatur strategi. Dia
membuat surat palsu atas nama khalifah akan mengundurkan diri dan Ali akan naik.
Disebutkan bahwa siapa saja yang tidak setuju akan dibunuh.

G. Wafatnya Khalifah Ustman Bin Affan


Setiba di Mesir Bermula dari fitnah yang melanda pemerintahan Utsman bin Affan.
Abdullah bin Saba’ mendatangi Ali bin Abi Thalib dan ‘merayunya’ untuk menggantikan
Khalifah Utsman bin Affan. Ali menolaknya mentah-mentah, bahkan membunuh sebagian
pengikut Abdullah bin Saba’. Akan tetapi pimpinan kaum munafik itu berhasil melarikan
diri ke Mesir.
Abdullah bin Saba’ bertemu dengan beberapa kaum munafik untuk merencanakan
makar yang hebat. Dengan pengaruhnya, Abdullah bin Saba’ berhasil membuat opini
tentang keburukan pemerintahan Utsman bin Affan di Madinah. Sehingga beberapa kaum
muslim terpengaruh oleh cerita Abdullah bin Saba’ itu.
Setelah dirasa banyak kaum muslimin yang terpengaruh. Abdullah bin Saba’
bersama rombongannya kembali ke Madinah, dan membuat fitnah besar terhadap Khalifah
Utsman bin Affan. Saking hebatnya api fitnah yang tersebar, sebagian para sahabat
terpengaruh oleh ucapan kaum munafik tersebut. Sampai-sampai putra sulung Khalifah
pertama, Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-shiddiq mendatangi Sang Khalifah sembari
marah dan menarik jenggotnya.
Pada suatu malam, tepatnya malam Kamis, Utsman bin Affan bermimpi. Ia
bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan berkata kepadanya, “Mereka telah membuatmu
haus, wahai Utsman”. Ia lalu berkata, “Benar, wahai Rasulullah”. Rasulullah berkata lagi,
“Mereka telah membuatmu lapar, wahai Utsman.” Ia menjawab, “Benar, wahai
Rasulullah”. Rasulullah kembali berkata, “Mereka mengepungmu, wahai Utsman”. Ia
menjawab, “Benar, wahai Rasulullah”. Rasulullah berkata, “Sukakah bila besok kamu
berpuasa, lalu berbuka di sisi kami?” Ia menjawab, “Mau, wahai Rasulullah”. Ia kemudian
bangun dari tidurnya sambil tertawa.
Detik-detik akhir telah datang. Para pengacau mulai menyalakan api di pintu rumah
Utsman bin Affan. Para sahabat dan para pemuda kaum muslimin kemudian berdatangan
ke rumah Utsman bin Affan, sementara Utsman berteriak dan memanggil mereka, “Aku
bersumpah kepada kalian agar kalian kembali ke rumah kalian masing-masing dan tidak
menetap kecuali dua orang, yaitu Hasan bin Ali dan Abdullah bin Umar bin Khattab”.
Para pengacau mulai mengerahkan daya dan upaya mereka untuk mencoba
memasuki rumah Utsman bin Affan. Istri Utsman kemudian mencoba untuk menampakkan
rambutnya kepada mereka, dengan harapan jika melihat rambutnya yang terbuka, mereka
pun tidak akan masuk. Akan tetapi Utsman bin Affan melarangnya.
Para pengacau kemudian masuk menemui Utsman yang sedang membaca Al-
Qur’an dan ketika itu sedang berpuasa. Ia membaca firman Allah SWT dari Surah Al-
Baqarah,
‫ْۖا‬
‫َفِإۡن َء اَم ُنوْا ِبِم ۡث ِل َم ٓا َء اَم نُتم ِبِهۦ َفَق ِد ٱۡه َت َدو َّو ِإن َتَو َّل ۡو ْا َفِإَّنَم ا ُهۡم ِفي ِش َقاٖۖق َفَس َيۡك ِفيَك ُهُم ٱُۚهَّلل َو ُه َو‬
.١٣٧ ‫ٱلَّس ِم يُع ٱۡل َعِليُم‬
“Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui”. [QS Al-Baqarah : 137]
Salah seorang pengacau tersebut kemudian masuk dan memukul Utsman bin Affan
dengan pedangnya. Pukulan tersebut mengenai tangannya hingga putus. Utsman bin Affan
kemudian berkata. “Allahu Akbar! Sesungguhnya, kamu tahu bahwa tangan ini telah
menuliskan wahyu untuk Rasulullah SAW”.
Kemudian datanglah Sayyidah Nailah, istrinya, bermaksud untuk membelanya.
Tetapi mereka malah memotong jari-jarinya. Kemudian datanglah seorang laki-laki dan
memukul Utsman bin Affan dengan potongan besi tepat mengenai bagian atas bahunya.
Utsman lantas berkata, “Ya, Allah segala puji bagi-Mu”. Utsman kemudian menutup
Mushaf Al-Quran yang terlumuri dengan darahnya. Utsman kemudian berkata lagi, “Ya
Allah. wahai Zat yang memiliki kemuliaan, Aku bersaksi kepada-Mu bahwa aku telah
bersikap sabar sebagaimana Nabi-Mu telah berwasiat kepadaku”.
Utsman bin Affan kemudian terbunuh pada hari Jumat tanggal 18 Dzulhijjah. Ia
dikubur di Pekuburan Baqi’. Lalu Ali bin Abi Thalib berdiri di atas makamnya seraya
menangis dan berkata. “Aku mohon kepada Allah agar aku dan kamu termasuk dalam
golongan yang di firmankan Allah;
٤٧ ‫َو َنَز ۡع َنا َم ا ِفي ُص ُد وِر ِهم ِّم ۡن ِغ ٍّل ِإۡخ َٰو ًنا َع َلٰى ُسُر ٖر ُّم َتَٰق ِبِليَن‬
‘Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang
mereka merasa bersaudara’. [QS Al-Hijr : 47]”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan Pembai’atan dirinya dilakukan melalui
pemilihan salah satu di antara 6 orang Ahlu Syuro yaitu Ali bin abi thalib, Utsman bin affan,
Sa’at bin abi Waqosh, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan Tholhah bin
Ubaidillah , merupakan kejadian pertama dalam sejarah kekhalifahan umat Islam. Khalifah
Abu Bakar r.a. dibai’at langsung oleh kaum muslimin. Khalifah Umar bin Khattab r.a.
ditetapkan berdasarkan wasiyat Kahlifah Abu Bakar r.a. Utsman bin Affan adalah khalifah ke
3 setelah Umar bin Khattab. Saat dia menjadi khalifah usianya 70 tahun dan dia menjadi
khalifah selama 12 tahun. Prestasi yang dicapai pada masa ini adalah kodifikasi Mushaf Al-
Qur’an, renovasi masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut, dan peluasan wilayah. Gaya
kepemimpinanya Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan
mhumanis. Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu
munculnya nepotisme.
B. Saran dan Kritik
Kita harus mempelajari tentang masalah sejarah Islam, dimana kita harun mengetahui
kepemimpinan setelah Rasulullah, agar ilmu kita akan bertambah. Jika ada salah dalam
penulisan kami mohon maaf, saran dan kritik sangat kami perlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. Wahid, Suranto.2013.Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam.Surakarta:Tiga


Serangkai.
Darsono, H. T.Ibrahim.2009.Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam.solo:Tiga Serangkai.
Murodi, H.2009.Sejarah Kebudayaan Islam Madraah Aliyah Kelas XII.Semarang:Toha
Putra.
Ula, Miftahul. Dkk.2014.Sejarah Kebudayaan Islam.jakarta:Kementrian Agama.
http://www.academia.edu/8148098/
MAKALAH_KEBUDAYAAN_ISLAM_PADA_MASA_KHOLIFAH_UTSMAN_BIN_AF
FAN_DAN_PEMERINTAHAN_NYA
https://tausyah.wordpress.com/2010/08/06/keputusan-khalifah-umar-dan-pemilihan-ustman-
bin-affan-sebagai-khalifah
http://catatan-pendek-sekali.blogspot.co.id/2009/01/biografi-usman-bin-affan.html
http://amdayhary.blogspot.co.id/2013/05/khalifah-utsman-bin-affan-dan-khalifah.html

Anda mungkin juga menyukai