Anda di halaman 1dari 7

RESUME

Perkembangan Koordinasi Perspektif Sosial Menurut Selman


Diajukan Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pemdidikan

Dosen Pengampu :
Suci Nurmatin, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Nisa Nurzakiyah (22104007)


2. Irna Muharomah (22104011)
3. Putri Nurmalia (22104026)
4. Neng Salma Himmatuzzulfa (22104028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA
2023/2024
Perkembangan Koordinasi Perspektif Sosial Menurut Selman

Istilah koordinasi prespektif sosial merupakan terjemahan penulis dari istilah “social
perspective coordination” telah di utarakan dalam bab perkembangan penalaran menurut
Sohlberd, bahwa kohlberd menggunakan istilah “lore taking, yang di terjemahkan penulis
menjadi alih peran namun Selman sendri membedakan pengertian “lore taking’ hyyygv “social
perspective coordination” selam juga menggunakan istilah”social perspektif taking”, social
prespektif under standing, inter personal under standing atau interpersonal awareness dengan arti
yang sama.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pengertian koodinasi prespktif sosial ialah apa yang
diketahui dan dipikirkan seseorang mengenai dunia interpersonal nya, bagaimana seseorang
mengkonseptualisasikan diri dan orang lain, pendekatan teoritis mengenai konseptualisasi diri
dan orang lain tersebut terbagi menjadi 2 :

1. Teori psikologi sosial


2. Teori perkembangan kognitif

Dalam teori psikologi sosial, konseptualisasi diri dan orang lain dibahas melalui teori
atribusi oleh Bem, Heider, dan Kelly, yang menekankan pada "causal attribution" atau
penyimpulan mengapa seseorang bertindak seperti yang mereka lakukan. Area lain adalah
"person perception" yang mencoba menjawab bagaimana individu menggambarkan orang lain
dan atribusi disposisi atau trait kepada mereka.

Teori perkembangan kognitif tentang pengertian dunia interpersonal, atau kognisi sosial,
berakar pada teori Piaget dan Werner. Ada berbagai model dalam perkembangan kognisi sosial,
dengan model Selman yang menjadi yang paling ekstensif.

A. Koordinasi perspektif sosial sebagai konstruk


Dalam bab ini, akan ditelusuri model Selman yang mencakup koordinasi perspektif sosial
sebagai konstruk utama. Ini berbeda dari konsep alih peran (role taking) yang diusulkan
oleh Kohlberg dalam perkembangan penalaran moral. Selman membedakan antara
konstruk perspektif sosial dengan konstruk lain yang serupa seperti persepsi sosial atau
alih peran.
Selman (1980) mengemukakan tiga parameter penting dalam konstruk koordinasi
perspektif sosial yaitu:
1. melibatkan pemahaman tentang bagaimana sudut pandang individu dihubungkan satu
sama lain, bukan hanya tentang informasi sosial atau psikologis tentang orang lain,
berbeda dengan konsep alih peran.
2. mencakup pemahaman tentang karakteristik psikologis yang intrinsik terkait dengan
individu, bukan hanya tentang koordinasi operasi kognitif yang kompleks. Ini
menggabungkan unsur sosial yang intrinsik dalam pemahaman.
3. koordinasi perspektif sosial membantu memahami perkembangan hubungan antara
diri dan orang lain, yang dapat digunakan sebagai alat analitis untuk penelitian dan
pengembangan keterampilan kognisi sosial pada anak.

Ini adalah gambaran singkat dari konsep koordinasi perspektif sosial oleh Selman (1980).

Model Selman adalah pendekatan perkembangan struktural yang mengambil akar


dari karya James Mark Baldwin dan George Herbert Mead. Namun, pengaruh besar
dalam model ini juga berasal dari hasil karya Piaget, terutama dalam hal teori dan
penelitian yang ringkasnya, Selman beranggapan bahwa model yang mengungkapkan
sebenar-benarnya perkembangan koordinasi perspektif sosial haruslah meliputi
perubahan pengertian tentang relasi antar manusia dan perubahan dalam konsep relasi
dalam diri seseorang (misalnya relasi tentang perasaan-perasaan atau pikiran-pikiran).
Dengan demikian sejak 1972 Selman mengadakan penelitian di bidang kognisi sosial
yang meliputi perubahan struktural yang mendasar tentang konsep sosial hakekat
manusia dan koordinasi manusiawi dari perspektif-perspektif. Penelitian-penelitian
tersebut dilakukan dengan cara "probing" penalaran subyek yang diteliti dalam suatu
diskusi yang agak bebas. Dengan cara tersebut Selman yakin bahwa hasil penelitiannya
akan membuahkan pokok-pokok pikiran yang khas kognisi sosial, bukan sekedar struktur
kognitif yang diaplikasikan dalam area sosialmendukungnya. Selman fokus pada struktur
kognitif dan hubungan pikiran dalam konteks sosial, sejalan dengan Piaget.

Selain itu, Selman juga menciptakan model perkembangan Koordinasi Perspektif


Sosial. Model ini menekankan "structured wholeness," "invariant sequence," dan
"universality," yang merupakan konsep yang berkembang dari teori Piaget. Model
Selman sejalan dengan pendekatan kognitif Piaget dan pernyataan Kohlberg bahwa
pendekatan ini memiliki keunggulan dalam menjelaskan perkembangan moralitas.

Selman juga dipengaruhi oleh ide Mead bahwa pengertian tentang "diri" dan
hubungan antar perspektif individu merupakan konsep yang saling melengkapi,
menggabungkan aspek psikologis individu dan hubungan sosial mereka dalam
pemahaman tentang perkembangan individu. Mead menekankan bahwa kemampuan
manusia untuk mengkoordinasikan peran-peran adalah sumber dari "sense of self."

Inti dari konsep inteligensi sosial menurut Mead adalah kemampuan manusia untuk
memahami perspektif orang lain melalui interaksi sosial, terutama melalui permainan
peran dan permainan. Tahap "play" melibatkan praktik peran sederhana, sedangkan tahap
"game" melibatkan koordinasi sosial yang lebih kompleks. Melalui tahap "game,"
individu dapat mencapai pemahaman sosial yang lebih abstrak dan normatif yang disebut
"perspective of the generalized other." Selama perkembangan antar tahap ini,
pemahaman individu tentang diri mereka juga berubah, sehingga interaksi sosial
memainkan peran kunci dalam membentuk konsep diri individu.

Pengaruh besar dari pemikiran Piaget dan Mead terlihat dalam model Selman.
Selman juga memperhitungkan penelitian empiris dalam pembuatannya. Dia mencatat
bahwa penelitian yang fokus pada koordinasi perspektif, seperti konsep Mead, terbatas
jumlahnya. Sebagian besar penelitian lebih fokus pada pemahaman subyektifitas
perspektif orang lain, termasuk dalam konstruk "person perception" yang dikembangkan
oleh beberapa psikolog sosial, seperti Livesley & Bromley (1973). Selman juga merujuk
pada penelitian empiris yang menggunakan konsep "decentration" Piaget, seperti
penelitian Feffer (1959; Feffer & Gourevitch, 1960).

Penelitian empiris awal tentang "decentration" Piaget oleh Feffer (1959; Feffer &
Gourevitch, 1960) menggunakan tugas sosial dengan kartu bergambar manusia untuk
mengukur "perspective taking" pada anak-anak. Namun, Selman berpendapat bahwa
model Feffer kurang memperhatikan aspek "social content" yang dianggap penting oleh
Mead.

Selman memadukan teori Mead dan Piaget dalam pengembangan modelnya tentang
koordinasi perspektif sosial. Penelitian awalnya (Selman, 1971) menunjukkan bahwa
tahap koordinasi perspektif sosial harus mempertimbangkan bagaimana seseorang
memahami diri dan orang lain sebagai "social cognizers," serta bagaimana mereka
mengkoordinasikan berbagai sudut pandangan

Selman berusaha mengidentifikasi kekhasan konsepnya tentang koordinasi perspektif


sosial, sesuai dengan keyakinan Mead bahwa anak-anak membangun model koordinasi
yang unik bagi mereka. Ini penting karena menurut Mead, manusia adalah makhluk yang
secara unik mampu memahami berbagai sudut pandang sosial tersebut adalah
kemampuan untuk mengintegrasikan perbedaan dialektis antara diri sebagai subjek
disebut mead “ the I” atau “(pervectif taker)” dan diri sebagai objek (“demi me” atau “the
persvective being taken) integrasi kedua komponen tersebut membuat koordinasi
perspektif sosial benar-benar sosial dan bukan sekedar aplikasi kemampuan berpikir logis
ke dalam area sosial. Selman memberikan contoh adanya kemampuan koprasi kognisi
dalam area sosial yang tidak menjaring pengertian anak mengenai koordinasi diri dan
orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua lebih mampu
memahami representasi yang kompleks, seperti gambar orang dalam balon yang
menggambarkan pemikiran tentang orang ketiga.

Selman menganggap penelitian ini sebagai studi tentang kognisi sosial, yang
menggambarkan bagaimana anak-anak berpikir tentang keunikan manusia sebagai
makhluk sosial. Ia berpendapat bahwa penggantian gambar dengan gambar lain dapat
menghasilkan hasil yang serupa.

Ringkasnya, Selman beranggapan bahwa model yang mengungkapkan sebenar-


benarnya perkembangan koordinasi perspektif sosial haruslah meliputi perubahan
pengertian tentang relasi antar manusia dan perubahan dalam konsep relasi dalam diri
seseorang (misalnya relasi tentang perasaan-perasaan atau pikiran-pikiran). Dengan
demikian sejak 1972 Selman mengadakan penelitian di bidang kognisi sosial yang
meliputi perubahan struktural yang mendasar tentang konsep sosial hakekat manusia dan
koordinasi manusiawi dari perspektif-perspektif. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan
dengan cara "probing" penalaran subyek yang diteliti dalam suatu diskusi yang agak
bebas. Dengan cara tersebut Selman yakin bahwa hasil penelitiannya akan membuahkan
pokok-pokok pikiran yang khas kognisi sosial, bukan sekedar struktur kognitif yang
diaplikasikan dalam area sosial

B. Tahap Perkembangan Koordinasi Perspektif Sosial

Selman memulai penelitiannya mengenai koordinasi perspektif sosial dengan


menggunakan dilema moral Kohlberg. Pada awal studinya, dilema yang sama dengan
Kohlberg, kemudian disusul dilema lain. Ada dua alasan yang dikemukakan Selman,
mengapa ia memakai dilema moral Kohlberg Pertama adanya kaitan teoritis dan empiris
antara koordinasi kedua konstruk tersebut berakar dari teori Piaget dan Mead. Kohlberg
sendiri telah menyatakan adanya kaitan tersebut. Kedua, metode dan isi dilema moral
sangat tepat untuk menanyakan kepada subyek berbagai sudut pandang dan sekaligus
diikuti jawabannya masing-masing. Dilema semacam itu mendorong responden secara
spontan menjelaskan "teori" nya mengenai relasi antar manusia, atau kepercayaannya
tentang individu, motif-motif, perasaan-perasaan dan strateginya untuk menyelesaikan
konflik-konflik.

Adapun hasil penelitian Selman adalah tersusunnya suatu model perkembangan


koordinasi perspektif sosial pada anak yang terdiri dari lima tahap (level) yaitu :

a. Level 0 (undifferentiated perspective taking), terjadi pada rentang usia 3-6


tahun, anak mampu menyadari bahwa dirinya dan orang lain bisa memiliki
perbedaan pikiran dan perasaan, namun mereka masih sering mengalami
kebingungan akan hal tersebut.
b. Level 1 (social-informational perspective taking), terjadi pada rentang usia 4-
9 tahun anak memahami adanya perbedaan pandangan antara dirinya dan
orang lain mengenai suatu hal, yang menurutnya dikarenakan adanya
informasi yang berbeda akan hal itu.
c. Level 2 (self-reflective perspective taking), terjadi pada rentang usia 7-12
tahun, anak mulai mampu menilai dirinya dari pikiran, perasaan, dan perilaku
orang lain atau lingkungan sekitarnya, mereka juga menyadari bahwa orang
lain juga dapat melakukan hal tersebut.
d. Level 3 (third-party perspective taking), terjadi pada rentang usia 10-15
tahun, anak mulai dapat memahami situasi atau masalah yang terjadi dari
perspektif dirinya yang berada di luar situasi tersebut sekaligus memahami
perspektif orang lain yang berada dalam situasi.
e. Level 4 (societal perspective taking), terjadi pada usia 14 tahun sampai
dewasa, individu mampu memahami bahwa pandangan seseorang dapat
dipengaruhi oleh sistem sosial yang lebih luas.

C. Peningkatan tahap Perkembangan Koordinasi Perspektif Sosial


Sesuai dengan pokok pikiran dalam teori perkembangan kognitif, peningkatan
tahap koordinasi perspektif sosial terjadi atas dasar konflik konseptual. Konflik
konseptual dapat dilihat dari adanya kesadaran anak mengenai kejadian-kejadian atas
realitas sosial "di luar" diri yang menimbulkan konflik dengan pengertian "internal" yang
ada dalam dirinya. Selain itu konflik konseptual juga terjadi bila tiba-tiba timbul
kesadaran akan adanya konflik dan dan tidak adanya konsistensi atau ketidakesuaian
dalam sistem internalnya (misalnya kepercayaan atau nilai-nilai yang dimiliki)Sebagai
contoh konflik internal-eksternal tersebut, misalnya anak kecil yang berpikir bahwa orang
yang bertengkar berarti tidak berteman. Kalau ia melihat bahwa kakaknya yang 96 lebih
tua dapat tetap berteman dengan seorang sahabatnyameskipun mereka habis bertengkar,
maka akan timbul konflik mengenai konsep persahabatan Data eksternal sebagai
rangsangan, mungkin akan masuk dalam "Jangkauan seseorang mungkin juga tidak.
Rangsangan yang memungkinkan terjadinya konflik konseptual sehingga memungkinkan
pula peningkatan tahap ialah rangsangan struktur sosio-kognitif satu tahap lebih tinggi
dari tahap perkembangan seseorang (Rest, 1974; Turiel, 1973). Kondisi semacam ini
disebut oleh Selman (1980) sebagai kondisi "optimum mismatch".

Anda mungkin juga menyukai