Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

MODEL SIKLUS AIR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 INDRALAYA :

ANGGELA (06091182126007)
DEA TRISANDINI (06091282126039)
HASLINDA (06091082126044)
KEZIA ARDIAN ANJALI (06091282126051)
LISNA NEPRIANI (06091282126046)
PUTRI AYU NUR ROHMAH (06091282126054)
TRI SEPTIANA (06091182126002)

DOSEN PENGAMPU :

Drs. KHOIRON NAZIP, M.Pd


Drs. DIDI JAYA SANTRI, M.Si
NIKE ANGGRAINI, S.Pd., M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ekologi
Tumbuhan dengan judul “Model Siklus Air” tepat pada waktunya guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan.

Kelancaran penulisan dan penyusunan Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini


tidak terlepas dari bantuan pihak lain, yang ikut mengarahkan sekaligus mendukung proses
pembuatan Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini hingga selesai. Oleh karena itu, kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam terkhusus kepada :
1. Kepada Drs. Khoiron Nazip, M.Pd., Drs. Didi Jaya Santri, M.Si., Nike Anggraini,
S.Pd., M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan
yang telah membantu dan memberikan pengarahan seputar pelaksanaan praktikum
serta pembuatan dan penyusunan laporan.
2. Kepada orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung segala kegiatan yang
kelompok 2 lakukan dalam pelaksanaan praktikum serta pembuatan laporan ini
sehingga terselesaikan dengan baik.
3. Dan seluruh anggota kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan
praktikum dan penyusunan laporan ini hingga selesai.

Demikian Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini kami buat dengan sepenuh hati.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat ketidaksempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari Bapak/ibu dosen
maupun pembaca. Kami berharap semoga ini dapat bermanfaat dan memotivasi kita semua.

Indralaya, 30 Januari 2023

Kelompok 2 Indralaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu unsur yang vital dalam kehidupan. Air dapat
ditemukan disemua tempat di permukaan bumi ini. Air merupakan sumber daya
abiotik yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Hampir semua kegiatan hidup manusia bersinggungan langsung dengan air.
Misalnya, air digunakan untuk keperluan minum, memasak, mencuci, dan lain-lain.
Jumlah air bersih seakan-akan tidak terbatas. Tetapi sebenarnya air mengalami
siklus hidrologi di mana air yang kotor dan bercampur dengan banyak zat
dibersihkan kembali melalui proses alam.
Biogeokimia adalah segala yang berhubungan dengan tiga komponen, yaitu
makluk hidup sebagai unsur biotik, tanah atau lingkungan dan unsur-unsur kimia
yang berada di alam sebagai unsur abiotik. Di alam telah terjadi siklus yang
berhubungan dengan tiga komponen tadi. Siklus ini akan sangat memengaruhi
keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Salah satu siklus biogeokimia adalah
siklus air.
Proses siklus hidrologi atau siklus air berlangsung terus-menerus yang
membuat air menjadi sumber daya alam yang terbaharui. Jumlah air di bumi sangat
banyak baik dalam bentuk cairan, gas/uap, maupun padat/es. Jumlah air seakan
terlihat semakin banyak karena es di kutub utara dan kutub selatan mengalami
pencairan terus-meners akibat pemanasan global bumi sehingga mengancam
kelangsungan hidup manusia di bumi.
Dengan adanya siklus air yang terjadi di alam, memang sangat besar harapan
siklus itu terus ada. Dibandingkan dengan jumlah penduduk saat ini, kebutuhan air
terutama air bersih sangatlah kurang. Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat
dengan signifikan menyebabkan penggunaan air juga turut meningkat. Akibatnya,
kelangkaan air bersih pun terjadi. Apalagi disaat musim kemarau seperti sekarang
ini, banyak sekali deretan orang yang mengantri untuk mendapatkan air bersih.
Kelangkaan air bersih ini merupakan salah satu masalah yang harus segera
ditanggulangi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada praktikum ini meliputi :
1. Apakah definisi siklus air?
2. Bagaimana proses siklus air berlangsung?
3. Apakah peran siklus air terhadap siklus biogeokimia?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka laporan praktikum ini ditulis dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep siklus air
2. Mengetahui proses siklus air berlangsung
3. Mengetahui peran siklus air terhadap siklus biogeokimia

1.4 Manfaat
Dari praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu memahami mengenai
konsep bagaimana proses terjadinya siklus air serta upaya untuk turut melestarikan
lingkungan demi keberlangsungan siklus air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hidrologi berasal dari bahasa Yunani, Hydrologia, yang berarti "ilmu air".
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, padat,
gas) pada, dalam atau diatas permukaan tanah termasuk di dalamnya adalah penyebaran
daur dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimia, serta hubungannya dengan unsur-
unsur hidup dalam air itu sendiri. Siklus hidrologi menurut Suyono (2006) adalah air
yang menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah
melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut
atau daratan. Sedangkan siklus hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah gerakan air
laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk
presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Pemanasan air samudera oleh
sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara
kontinu.
Siklus atau daur merupakan suatu perputaran atau lingkaran suatu hal yang terjadi
secara terus menerus dan berkesinambungan. Siklus hidrologi adalah perputaran air
dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Daur/siklus
hidrologi atau siklus air, atau siklus H2O merupakan sirkulasi yang tidak pernah
berhenti dari air di bumi dimana air dapat berpindah dari darat ke udara kemudian ke
darat lagi bahkan tersimpan di bawah permukaan dalam tiga fasenya yaitu cair (air),
padat (es), dan gas (uap air). Hal ini menunjukkan bahwa volume air di permukaan
bumi sifatnya tetap. Daur hidrologi merupakan salah satu dari daur biogeokimia. Siklus
hidrologi memainkan peran penting dalam cuaca, iklim, dan ilmu meteorologi.
Keberadaan siklus hidrologi sangat significant dalam kehidupan. Meskipun tetap
dengan perubahan iklim dan cuaca, letak mengakibatkan volume dalam bentuk tertentu
berubah, tetapi secara keseluruhan air tetap. Siklus air secara alami berlangsung cukup
panjang dan cukup lama. Sulit untuk menghitung secara tepat berapa lama air menjalani
siklusnya, karena sangat tergantung pada kondisi geografis, pemanfaatan oleh manusia
dan sejumlah faktor lain.
Meskipun keseimbangan air di bumi tetap konstan dari waktu ke waktu, molekul
air bisa datang dan pergi, dan keluar dari atmosfer. Air bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain, seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke atmosfer, oleh proses fisik
penguapan, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, limpasan, dan aliran bawah permukaan.
Dengan demikian, air berjalan melalui fase yang berbeda, yaitu cair, padat, dan gas.
Siklus hidrologi melibatkan pertukaran energi panas, yang menyebabkan
perubahan suhu. Misalnya, dalam proses penguapan, air mengambil energi dari
sekitarnya dan mendinginkan lingkungan. Sebaliknya, dalam proses kondensasi, air
melepaskan energi dengan lingkungannya, pemanasan lingkungan. Siklus air secara
signifikan berperan dalam pemeliharaan kehidupan dan ekosistem di Bumi. Bahkan
saat air dalam reservoir masing-masing memainkan peran penting, siklus air membawa
signifikansi ditambahkan ke dalam keberadaan air di planet kita. Dengan mentransfer
air dari satu reservoir ke yang lain, siklus air memurnikan air, mengisi ulang tanah
dengan air tawar, dan mengangkut mineral ke berbagai bagian dunia. Hal ini juga
terlibat dalam membentuk kembali fitur geologi bumi, melalui proses seperti erosi dan
sedimentasi. Selain itu, sebagai siklus air juga melibatkan pertukaran panas, hal itu
berpengaruh pada kondisi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau
kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali
ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu
dalam tiga cara yang berbeda:
• Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, hujan es.

• Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak
akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

• Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama
dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran
permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada
daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai
utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju
laut.

2.2 Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Air :

2.2.1 Siklus Pendek / Siklus Kecil

• Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


• Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
• Turun hujan di permukaan laut
2.2.2 Siklus Sedang

• Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari

• Terjadi evaporasi

• Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat

• Pembentukan awan

• Turun hujan di permukaan daratan

• Air mengalir di sungai menuju laut kembali

2.2.3 Siklus Panjang / Siklus Besar

• Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


• Uap air mengalami sublimasi
• Pembentukan awan yang mengandung kristal es
• Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
• Pembentukan awan
• Turun salju
• Pembentukan gletser
• Gletser mencair membentuk aliran sungai
• Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
2.3 PROSES TERJADINYA SIKLUS AIR

Sama seperti proses fotosintesis pada siklus karbon, matahari juga berperan
penting dalam siklus hidrologi. Matahari merupakan sumber energi yang mendorong
siklus air, memanaskan air dalam samudra dan laut. Akibat pemanasan ini, air
menguap sebagai uap air ke udara. 90 % air yang menguap berasal dari lautan. Es dan
salju juga dapat menyublim dan langsung menjadi uap air. Selain itu semua, juga
terjadi evapotranspirasi air terjadi dari tanaman dan menguap dari tanah yang
menambah jumlah air yang memasuki atmosfer.
Setelah air tadi menjadi uap air, Arus udara naik mengambil uap air agar bergerak
naik sampai ke atmosfir. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udaranya akan semakin
rendah. Nantinya suhu dingin di atmosfer menyebabkan uap air mengembun menjadi
awan. Untuk kasus tertentu, uap air berkondensasi di permukaan bumi dan
membentuk kabut. Arus udara (angin) membawa uap air bergerak di seluruh dunia.
Banyak proses meteorologi terjadi pada bagian ini. Partikel awan bertabrakan,
tumbuh, dan air jatuh dari langit sebagai presipitasi. Beberapa presipitasi jatuh
sebagai salju atau hail, sleet, dan dapat terakumulasi sebagai es dan gletser, yang
dapat menyimpan air beku untuk ribuan tahun. Snowpack (salju padat) dapat mencair
dan meleleh, dan air mencair mengalir di atas tanah sebagai snowmelt (salju yang
mencair). Sebagian besar air jatuh ke permukaan dan kembali ke laut atau ke tanah
sebagai hujan, dimana air mengalir di atas tanah sebagai limpasan permukaan.
Sebagian dari limpasan masuk sungai, got, kali, lembah, dan lain-lain. Semua
aliran itu bergerak menuju lautan. sebagian limpasan menjadi air tanah disimpan
sebagai air tawar di danau. Tidak semua limpasan mengalir ke sungai, banyak yang
meresap ke dalam tanah sebagai infiltrasi. Infiltrat air jauh ke dalam tanah dan
mengisi ulang akuifer, yang merupakan toko air tawar untuk jangka waktu yang lama.
Sebagian infiltrasi tetap dekat dengan permukaan tanah dan bisa merembes kembali
ke permukaan badan air (dan laut) sebagai debit air tanah. Beberapa tanah
menemukan bukaan di permukaan tanah dan keluar sebagai mata air air tawar. Seiring
waktu, air kembali ke laut, di mana siklus hidrologi kita mulai.
2.4 PERAN SIKLUS HIDROLOGI DALAM SIKLUS BIOGEOKIMIA

Selain siklus hidrologi adalah siklus biogeokimia sendiri, aliran air di atas dan di
bawah bumi adalah komponen kunci dari perputaran siklus biogeokimia lainnya.
Limpasan bertanggung jawab untuk hampir semua transportasi sedimen terkikis dan
fosfor dari darat ke badan air. Salinitas lautan berasal dari erosi dan transportasi
garam terlarut dari tanah. Eutrofikasi danau terutama disebabkan fosfor, diterapkan
lebih untuk bidang pertanian di pupuk, dan kemudian diangkut sungai darat dan
bawah. Limpasan dan aliran air tanah memainkan peran penting dalam pengangkutan
nitrogen dari tanah ke badan air. Limpasan juga memainkan peran dalam siklus
karbon, sekali lagi melalui pengangkutan batu terkikis dan tanah.

2.5 KEGUNAAN/MANFAAT SIKLUS HIDROLOGI

Siklus hidrologi ini merupakan siklus alami yang banyak mengandung manfaat.
Manfaat siklus hidrologi diantaranya :

a. Wash Biosfer
Biosfer merupakan tempat hidup makhluk hidup tumbuhan, hewan termasuk
manusia. Biosfer terdiri dari litosfer (batuan/daratan), hidrosfer (air), dan atmosfer
(udara). Dalam perjalanannya siklus hidrologi melewati ke tiga tempat tersebut,
yaitu litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Air merupakan pelarut universal yang sangat
baik, apa yang dilalui akan dilarut oleh air, kecuali cairan seperti minyak. Pada saat
pertama kali air mengalami siklus hidrologi, air sungai, laut, danau, dsb mengalami
penguapan.
Hasil penguapan merupakan air yang relatif bersih. Air bersih ini sebagai
bahan dasar untuk mencuci biosfer. Ketika perjalanan ke atmosfer, air akan melarut
partikel debu, gas (NOx, SOx), aerosol, fume, fog dsb, demikian juga ketika air menjadi titik air
awan ataupun presipitasi. Semua yang ada di atmosfer dilarutkan dan diikat oleh air untuk dibawa
ke permukaan bumi, sehingga atmosfera menjadi bersih alami. Bahan bawaan air lainnya akan
diendapkan secara berlahan di dasar laut. Unsur-unsur hara batuan tanah akan di dorong dengan
gelombang laut menuju pantai sehingga terbentuk delta daratan yang subur. Bahan-bahan unsur
pencemaran yang terbawa air secara alaminya akan terdegradasi dengan sendiri selama tidak
melebihi ambang batas kemampuan air atau air akan melakukan mekanisme pencucuian dirinya
sendiri.

b. Water Move Position


Jumlah air di bumi relatif stabil, tidak bertambah tidak berkurang, hanya posisi / tempat dan
kualitasnya yang berubah. Air secara keseluruhan yang ada di dunia sebanyak 1.362.000.000 km3,
yang terdiri samudra (97,2%), es/gleser (2,15%), air tanah (0,61%), air permukaan (0,05%), danau
air tawar (0,009%), laut / danau asin (0,008%), sungau, atmosfera, dll (0,073%) (Lamb James
C dalam Juli Soemirat, 1996, 79).
Jadi air yang dapat dimanfaatkan langsung sekitar 2,8% air di dunia. Secara teoritis semua air
di bumi kondisinya statis, oleh karena panas matahari, panas bumi, tinggi rendah permukaan
bumi, sehingga air bergerak mengikuti hokum siklus hidrologi. Secara langsung siklus hidrologi
memutar atau memindahkan air dari berbagai tempat. Semula di daratan, di lautan, dipindahkan
ke udara, ke tanah dan sebagainya. Pada masing-masing tempat / posisi air memiliki kemanfaatan
yang berbeda-beda, tergantung dari kemampuan manusia mendayagunakan.

c. Water Suply
Air yang ikut sirkulasi siklus hidrologi hanya 521.000 km3/th, yang berarti 1,427.1015
liter/hari. Bila penduduk bumi 6 milyar dan kebutuhan air 200 liter/hari, maka akan
membutuhkan air 1,2.1012 liter/hari, sedangkan air yang ikut sirkulasi sebesar 1,427.1015 liter/hari.
Jadi masih ada kelebihan air yang dimanfaatkan oleh tumbuhan dan hewan lainnya yang tidak
akan mengganggu kondisi air yang sedang mengalir di sungai, air bawah tanah, danau, dan
keberadaan laut. Dalam sirkulasi hidrologi, air melalui berbagai tempat. Terutama di daratan baik
yang melalui permukaan atau bawah tanah. Berdasarkan hitungan di atas jumlah air sangat
memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia, hewan ataupun tumbuhan. Namun memang tiap
daerah berbeda-beda kualitas dan kauntitasnya, ada kekurangan, kecukupan dan kelebihan, tetapi
secara total masih sangat mencukupi. Penduduk pegunungan tidak perlu menuju laut untuk
memenuhi kebutuhan airnya, cukup menanti hujan atau aliran permukaan atau mengambil di
pancuran atau di telaga. Pendudukan perkotaan yang datar, cukup mengambil air dari air bawah
tanah atau menjernihkan dari air permukaan. Semua kebutuhan air tercukupi baik dari segi jumlah
maupun tempatnya.
d. Resource Life
Air merupakan kebutuhan mutlak setiap makluk hidup. Tanpa ada air mustahil ada
kehidupan. Setelah bumi terbentuk, kemudian mendingin mengkerut, mulai terbentuk air yang
mengisi keriput-keriput bumi. Titik air baru terbentuk sebagai aktifitas gunung berapi. Air saat itu
masih tawar dan belum ada kehidupan. Kemudian karena adanya panas matahari, panas bumi
dan sifat air mulailah terbentuk penguapan, awan, hujan, air tanah, sungai danau, dan laut,
sehingga sempurnalah siklus hidrologi. Kehidupan pertama kali terbentuk dari adanya petir dari
pertemuan dua awan, yang mengenai permukaan air tawar, sinar ultra violet, panas dan sinar
radiasi (Hendro Darmodjo, 1984/1985, 4).

Saat itu mulailah terbentuk unsur-unsur kehidupan dan akhirnya terbentuk mahkluk
sederhana di dasar air tawar. Kemudian secara evolusi terjadilah makhluk seperti sekarang ini.
Sampai sekarang air merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari suatu makhluk hidup atau
kehidupan. Suatu mikroorganisme, bijian kurang dapat berkembang atau tidak aktif dalam kondisi
kering tidak ada air, ketika air ada bijian mulai tumbuh, mikroorganisme mulai aktif. Bahkan
pada litosfer yang kering kerontang, hampir dapat dipastikan kehidupan di sana berjalan lamban,
kurang beraktifitas, lambat berkembang, namun begitu ada air semua kehidupan menunjukkan
jati dirinya sebagai makhluk hidup.

e. Resource Energy
Siklus hidrologi memungkin air hujan jatuh di pegunungan atau dataran tinggi. Oleh karena
gravitasi air mengalir menuju tempat yang rendah. Perbedaan ketinggian daratan yang dilalui
air akan mengakibatkan kekuatan air untuk mengalir lebih kuat, semakin tinggi menuju ke rendah
semakin kuat kekuatan air. Kekuatan air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Pada kekuatan yang cukup oleh penduduk dimanfaatkan untuk memutar kincir, menumbuk,
sedangkan pada kekuatan yang besar dapat digunakan untuk memutar turbin penghasil listrik
yang dapat dinikmati di rumah kita saat ini.

f. Obyek Wisata
Kabut di pegunungan, air terjun, awan yang tebal, hujan gerimis, danau, aliran sungai, sungai
bawah tanah, stalaktit, stalakmit, mata air, sumur artesis, gelombang laut, semuanya merupakan
bagian dari siklus hidrologi. Keadaan itu semua terbentuk oleh adanya siklus hidrologi ribuan
tahun, dan sekarang keindahannya dapat dijadikan obyek wisata yang menarik. Dapat
dibayangkan bila air tidak mengalir mengikuti siklus hidrologi, semua keadaan tersebut di atas
tidak akan ada.
Manfaat lain adanya siklus hidrologi diantaranya :
• Sebagai sarana transportasi aliran sungai, lautan, danau
• Untuk menjadi kelembaban atmosfer maupun litosfer
• Membentuk musim
• Mempengaruhi iklim, pergerakan udara/angin
• Menyebarkan berbagai mikroorganisme, biji-bijian, dsb.

2.6 DAMPAK KEGIATAN MANUSIA TERHADAP SIKLUS HIDROLOGI


Daur air di bumi dengan campur tangan manusia mampu membawa efek negatif
terhadap lingkungan.
a. Penebangan Hutan
Penebangan hutan secara berlebihan yang mengakibatkan pengaruh terhadap
resapan air ke dalam tanah. Hutan yang gundul tidak akan dapat menyerap air
sehingga ketika hujan turun air akan mengalir langsung ke laut. Karena tidak ada
resapan yang terjadi karena hutan gundul, akibatnya lapisan atas tanah dan humus
terkikis oleh air yang mengalir. Aliran permukaan menjadi energi yang dapat
menggerus partikel tanah di permukaan dan mengangkutnya ke tempat lain sebagai
bagian dari proses erosi.

b. Pembangunan Permukiman
Pembangunan pemukiman yang tidak memperhatikan aspek lahan serapan air,
akibatnya lahan yang seharusnya menjadi tempat serapan air menjadi tertutupi
pemukiman, dimana dipastikan sebagian besar halaman pemukiman di tutup oleh
jalanan, semen/beton.

c. Mayoritas Manusia yang Mempengaruhi Proses Siklus Air Di Darat


Penyimpanan air di waduk, pertambangan air tanah, irigasi, urbanisasi,
pembakaran, deforestasi, pemanfaatan lahan basah. Penurunan tahunan di limpasan
sesuai dengan menurunkan permukaan laut, kalau bukan karena pengalihan
manusia dari limpasan, permukaan laut akan naik lebih cepat dari sebenarnya.

d. Pembukaan Lahan
Untuk keuntungan dalam hal bisnis, ekonomi, dan sosialisasi masyarakat hutan-
hutan banyak di tebangi dan lahan-lahan baru yang telah terbuka di alihfungsikan
menjadi lahan industri, perumahan, atau lahan pertanian. Akibatnya daerah resapan
air menjadi berkurang.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di lingkungan sekitar Laboratorium Kebun Botani
Kampus FKIP UNSRI Inderalaya. Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 26
Januari 2023 pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Dalam pelaksanaan praktikum ini, digunakan beberapa alat-alat sebagai berikut :
1. 1 buah box transparan atau akuarium ukuran kurang lebih 30 cm (bisa
diganti kotak plastik yang transparan)
2. 2 buah mangkuk kecil

3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Tanah dan pasir secukupnya (sekitar 100 g)
2. Metilen blue 1%
3. Air hangat
4. Plastik wrapping
5. Pecahan es batu atau es batu dalam kantung kecil

3.3 Langkah Kerja


1. Masukkan mangkuk kecil dalam posisi terbalik di dalam box transparan
2. Tuangkan tanah dan pasir ke dalam box dengan cara menyebarkan di
sekitar mangkuk.
3. Tuangkan air panas sampai sedikit dibawah permukaan mangkuk terbalik
tadi. Hati-hati jangan sampai terkena kulit
4. Teteskan metilen blue satu atau dua tetes sebagai pewarna
5. Letakkan mangkuk satunya diatas mangkuk terbalik, dengan posisi
menghadap ke atas.
6. Tutup box atau wadah transparan tersebut dengan plastik wrapping.
7. Letakkan potongan es batu diatas plastik tutup tadi.
8. Tunggu sekitar 10-15 menit sampai terlihat titik air jatuh ke dalam
mangkuk.
9. Jelaskan peristiwa tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Alat dan Bahan Fungsinya
Box transaparan Sebagai bumi
Plastik wrap Sebagai atmosfer
Pasir dan tanah Sebagai dasar di lautan
Air hangat Air yang mengalami penguapan
Metilen blue 1% Mengubah air agar seperti lautan
2 buah mangkuk Penampung air yang jatuh
Es batu Sebagai uap air yang membentuk awan

Hasil : Selama waktu 15 menit hasil yang didapatkan yaitu terjadinya siklus air.
Peristiwa yang terjadi yaitu terjadi penguapan dari air yang hangat sehingga terbentuk
titik-titik air dipermukaan plastik. Kemudian air es yang diibaratkan uap air yang
membentuk awan semakin mencair dan cairan tersebut tidak kuat ditampung plastic
warp sehingga menyebabkan beberapa titik air jatuh kebawah.

4.2 Pembahasan
Sama seperti proses fotosintesis pada siklus karbon, matahari juga berperan
penting dalam siklus hidrologi. Matahari merupakan sumber energi yang
mendorong siklus air, memanaskan air dalam samudra dan laut. Akibat
pemanasan ini, air menguap sebagai uap air ke udara. 90 % air yang menguap
berasal dari lautan. Es dan salju juga dapat menyublim dan langsung menjadi uap
air. Selain itu semua, juga terjadi evapotranspirasi air terjadi dari tanaman dan
menguap dari tanah yang menambah jumlah air yang memasuki atmosfer.
Setelah air tadi menjadi uap air, Arus udara naik mengambil uap air agar
bergerak naik sampai ke atmosfir. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udaranya
akan semakin rendah. Nantinya suhu dingin di atmosfer menyebabkan uap air
mengembun menjadi awan. Untuk kasus tertentu, uap air berkondensasi di
permukaan bumi dan membentuk kabut. Arus udara (angin) membawa uap air
bergerak di seluruh dunia. Banyak proses meteorologi terjadi pada bagian ini.
Partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan air jatuh dari langit sebagai presipitasi.
Beberapa presipitasi jatuh sebagai salju atau hail, sleet, dan dapat terakumulasi
sebagai es dan gletser, yang dapat menyimpan air beku untuk ribuan tahun.
Snowpack (salju padat) dapat mencair dan meleleh, dan air mencair mengalir di
atas tanah sebagai snowmelt (salju yang mencair). Sebagian besar air jatuh ke
permukaan dan kembali ke laut atau ke tanah sebagai hujan, dimana air mengalir
di atas tanah sebagai limpasan permukaan.
Sebagian dari limpasan masuk sungai, got, kali, lembah, dan lain-lain. Semua
aliran itu bergerak menuju lautan. sebagian limpasan menjadi air tanah disimpan
sebagai air tawar di danau. Tidak semua limpasan mengalir ke sungai, banyak
yang meresap ke dalam tanah sebagai infiltrasi. Infiltrat air jauh ke dalam tanah
dan mengisi ulang akuifer, yang merupakan toko air tawar untuk jangka waktu
yang lama. Sebagian infiltrasi tetap dekat dengan permukaan tanah dan bisa
merembes kembali ke permukaan badan air (dan laut) sebagai debit air tanah.
Beberapa tanah menemukan bukaan di permukaan tanah dan keluar sebagai mata
air air tawar. Seiring waktu, air kembali ke laut, di mana siklus hidrologi kita
mulai.
Berdasarkan hasil praktikum diatas, maka dapat dibahas hal-hal yang
berkenaan dengan model siklus air yaitu :
Pada alat dan bahan yang digunakan tentunya memiliki fungsi masing-masing,
Untuk alat pertama yang digunakan box transparan yang dapat dikatakan
fungsinya sama seperti bumi. Alat kedua plastik wrap fungsinya sama seperti
atmosfer atau lapisan bumi. Ketiga pasir dan tanah fungsinya sama seperti dasar
yang ada di lautan. Keempat air hangat fungsinya sama seperti air yang
mengalami penguapan. Kelima metilen blue fungsinya yaitu mengubah air agar
seperti lautan. Keenam mangkuk fungsinya yaitu sebagai penampung air yang
jatuh, air yang jatuh disini sama dengan air hujan. Terakhir es batu yang
berfungsi sebagai uap air yang dapat membentuk awan. Selanjutnya diperoleh
hasil selama waktu 15 menit hasil yang didapatkan yaitu terjadinya siklus air.
Peristiwa yang terjadi yaitu terjadi penguapan dari air yang hangat sehingga
terbentuk titik-titik air dipermukaan plastik. Kemudian air es yang diibaratkan
uap air yang membentuk awan semakin mencair dan cairan tersebut tidak kuat
ditampung plastic warp sehingga menyebabkan beberapa titik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup yang
lain juga sangat membutuhkan air. Air secara terus-menerus mengubah posisinya
dari satu ke bagian lain dari siklus air. Juga kami dapat mengetahui proses siklus
air yang terjadi di muka bumi, yaitu melalui kondensasi, presipitasi, evavorasi,
transpirasi, infiltrasi disertai dengan perlokasi dan run off yang terus bergantian.
Kemudian ketersediaan air dimuka bumi relative tetap sehingga siklus air dapat
dikatakan berjalan dengan baik. Namun yang menjadi masalah adalah pada proses
infiltrasi, perlokasi, dan run off ada faktor ekternal yaitu kondisi lingkungan yang
tercemar yang memengaruhi ketersediaan air bersih. Adapun upaya yang dapat
dilakukan untuk menjaga kelestarian air khususnya air layak konsumsi adalah
dengan menghemat penggunaan air, merawat, menanam, dan menjaga kelestarian
tumbuhan terutama hutan, membuat daerah resapan dan penampungan air, serta
yang paling penting yaitu tidak mencemari lingkungan dalam bentuk apapun.

5.2 Saran
Pada pelaksanaan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses siklus air
berlangsung. Hendaknya harus berhati-hati dalam penggunaan alat serta bahan
yang digunakan. Untuk memperoleh hasil yang otimal maka membutuhkan
kerjasama di dalam kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Siklus Hidrologi. http://referensi.dosen.narotama.ac.id Diunduh pada
tanggal 30 Januari 2023.

Anonim.2011. Siklus Air atau Siklus Hidrologi di Bumi. http://www.adipedia.com.


Diunduh pada tanggal 30 Januari 2023.

Anonim.2011. Siklus Hidrologi atau Siklus Air. http://id.shvoong.com. Diunduh pada


tanggal 30 Januari 2023.

Azizah, Nurlela. (2012). Siklus Fosfor, Siklus Fosfat dalam Biogeokimia. [Online].
Tersedia.: http://kamusq.com/2012/10/siklus-fosfor-Siklus-fosfat- dalam.html

Azizah, Nurlela. (2012). Siklus Karbon, Siklus Carbon dalam Biogeokimia. [Online].
Tersedia: http://www.kamusq.com/2012/10/siklus-karbon-Siklus-carbon-
dalam.htm (30 Januari 2023)

Gafatar, S. (2012). Proses Terjadinya Siklus Air. [Online]. Tersedia:


http://sbr.gafatar.org/proses-terjadinya-siklus-air-sc-16-18/ (30 Januari 2023).

Handika. (2013). Siklus Siklus sulfur (S). [Online]. Tersedia:


http://handikap60.blogspot.com/2013/04/siklus-Siklus-sulfur-s.htm (Diakses pada
30 Januari 2023).

Harini, Y. (2013). Siklus Air. [Online]. Tersedia:


http://yusliharini.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html (Diakses
30 Januari 2023).

Pamungkas, Abdee. (2012). Pengertian dan Macam-Macam Siklus Biogeokimia.


[Online].Tersedia: http://www.diwarta.com/pengertian-dan-macam-macam-
Siklus-biogeokimia/555/ (Diakses 30 Januari 2023).

Refdino, A. (2013). Pengertian Siklus Hidrologi dan Macam-macam Siklus Hidrologi.


[Online]. Tersedia: http://assharrefdino.blogspot.com/2013/11/pengertian-siklus-
hidrologi (Diakses 30 Januari 2023).

Setiawan, A. (2013). Siklus Air. [Online]. Tersedia:


http://geograph88.blogspot.com/2013/05/siklus-air.html (Diakses 30 Januari
2023).
Zahiruddin. (2013). Pengertian dan Proses Siklus Air atau Water Cycle. [Online].
Tersedia : http://srtabright.blogspot.com/2013/02/pengertian-dan-proses-siklus-
air-atau water-cycle.html (30 Januari 2023).

Konsep Siklus Air: Macam, Manfaat, hingga Cara Menjaga-Nya!. (2022). Retrieved 31
January 2023, from https://www.gramedia.com/literasi/konsep-siklus-air/
LAMPIRAN
1. Alat dan bahan

2. Proses pelaksaan praktikum


3. Anggota kelompok 2 yang bertugas

4. Hasil percobaan yang telah dilakukan


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
EKONOMI AIR TANAH DAN EROSI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 INDRALAYA :

ANGGELA (06091182126007)
DEA TRISANDINI (06091282126039)
HASLINDA (06091082126044)
KEZIA ARDIAN ANJALI (06091282126051)
LISNA NEPRIANI (06091282126046)
PUTRI AYU NUR ROHMAH (06091282126054)
TRI SEPTIANA (06091182126002)

DOSEN PENGAMPU :

Drs. KHOIRON NAZIP, M.Pd


Drs. DIDI JAYA SANTRI, M.Si
NIKE ANGGRAINI, S.Pd., M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan dengan
judul “Ekonomi Air Tanah dan Erosi” tepat pada waktunya guna memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan.

Kelancaran penulisan dan penyusunan Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini tidak
terlepas dari bantuan pihak lain, yang ikut mengarahkan sekaligus mendukung proses pembuatan
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini hingga selesai. Oleh karena itu, kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang mendalam terkhusus kepada :
1. Kepada Drs. Khoiron Nazip, M.Pd., Drs. Didi Jaya Santri, M.Si., Nike Anggraini, S.Pd.,
M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan yang telah
membantu dan memberikan pengarahan seputar pelaksanaan praktikum serta pembuatan
dan penyusunan laporan.
2. Kepada orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung segala kegiatan yang
kelompok 2 lakukan dalam pelaksanaan praktikum serta pembuatan laporan ini sehingga
terselesaikan dengan baik.
3. Dan seluruh anggota kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan praktikum
dan penyusunan laporan ini hingga selesai.

Demikian Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini kami buat dengan sepenuh hati. Kami
menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat ketidaksempurnaan, untuk itu kami
mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari Bapak/ibu dosen maupun
pembaca. Kami berharap semoga ini dapat bermanfaat dan memotivasi kita semua.

Indralaya, 30 Januari 2023

Kelompok 2 Indralaya
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan salah satu faktor sumber daya alam yang terpenting bagi
kehidupan manusia. Manusia bertahan hidup dan mencukupi segala kebutuhan hidupnya
dengan mengelola tanah. Fungsi utama tanah sebagai sumber daya alam ada dua, yaitu
sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai matriks tempat akar dan tumbuhan
berjangkar dan air tanah tersimpan dan tempat unsur-unsur hara dan air yang
ditambahkan. Fungsi tanah tersebut dapat menurun atau hilang, yang menyebabkan
kerusakan tanah atau yang sering disebut dengan degradasi tanah. Hilangnya fungsi tanah
yang pertama dapat terus-menerus diperbaharui dengan pemupukan, tetapi hilangnya
fungsi kedua tidak mudah diperbaharui oleh karena diperlukan waktu yang sangat
panjang, puluhan bahkan ratusan tahun, untuk pembentukan tanah.
Penurunan kualitas tanah atau degradasi tanah salah satunya dapat terjadi karena
erosi yang terjadi pada tanah tersebut. Erosi atau pengikisan tanah mengakibatkan
kemampuan lahan menurun karena semakin menipisnya lapisan permukaan atas tanah (top
soil) akibat pencucian oleh air, yang merupakan lapisan tersubur. Erosi pada tanah dapat
terjadi secara alami dan masih bisa ditoleransi yang sering disebut dengan erosi
terbolehkan. Dikatakan erosi terbolehkan atau masih boleh ditoleransi karena pengikisan
yang terjadi pada tanah masuh seimbang dengan pembentukan tanah yang terjadi. Yang
menjadi masalah besar adalah erosi yang terjadi akibat aktivitas manusia dalam tata guna
lahan yang buruk dan pengelolaan yang tidak terkoordinir dengan baik, sehingga tanpa kita
sadari setiap hari sedikit demi sedikit terjadi erosi yang berakibat fatal bagi manusia itu
sendiri. Erosi ini sering juga dikatakan erosi dipercepat karena pengikisan yang terjadi lebih
besar daripada pembentukan tanah.
Erosi tanah melalui tiga tahap, yaitu tahap pelepasan partikel tunggal dari massa
tanah (detachment) dan tahap pengangkutan oleh media yang erosive (transportasion). Pada
kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup lagi untuk mengangkut partikel, maka
akan terjadi tahap yang ketiga yaitu pengendapan
Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah. Pada saat
butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah dapat terlepas.
Pada lahan datar partikel-partikel tanah tersebar lebih-kurang merata ke segala arah, namun
untuk lahan miring terjadi dominasi ke arah bawah searah lereng. Partikel-partikel tanah
yang terlepas tersebut akan menyumbat poripori tanah, sehingga akan menurunkan
kapasitas dan laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air dipermukaaan tanah, yang
kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan ini menyediakan energi untuk
mengangkut partikel-partikel yang terlepas, baik oleh percikan air hujan maupun oleh
adanya aliran permukaan itu sendiri. Pada saat energi atau aliran permukaan menurun dan
tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah yang terlepas maka partikel tanah tersebut
akan diendapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya erosi pada tanah dapat dilihat dari
curah hujan, tipe sedimen, tipe batuan, kemiringan dan panjang lereng, tutupan vegetasi
lahan dan tata guna lahan oleh manusia. Umumnya wilayah dengan curah hujan dan
frekuensi yang tinggi sangat rentan dengan erosi seperti di Indonesia yang memiliki iklim
dengan curah hujan yang tinggi.
Faktor topografi umumnya dinyatakan kedalam kemiringan lereng dan panjang
lereng. Secara umum erosi akan meningkat dengan meningkatnya 4 kemiringan dan
panjang lereng. Kemiringan dan panjang lereng merupakan faktor yang memiliki pengaruh
besar terhadap erosi. Pada umumnya erosi tanah banyak terjadi di lahan miring daripada di
lahan datar. Kemiringan lereng mempengaruhi kecepatan limpasan air. Semakin curam
suatu lereng maka kecepatan aliran semakin besar, sehingga semakin singkat kesempatan
air untuk menyerap kedalam tanah. Panjang lereng mempengaruhi besarnya limpasan
permukaan. Semakin panjang suatu lereng maka semakin besar limpasan sehingga akan
mengakibatkan erosi yang besar.
Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan.
Vegetasi merupakan bagian hidup yang terususun dari tetumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-
contoh vegetasi.
Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan
biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran
vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi
tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Kerusakan
hutan memberikan pengaruh terhadap fungsi ekologis, seperti sistem perakaran pada pohon
hutan akan terganggu, tumbuhan penutup lantai hutan tidak dapat meningkatkan stabilitas
tanah, sehingga tidak mampu mengurangi kecepatan aliran air yang menyebabkan erosi dan
banjir.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada praktikum ini meliputi :
1. Bagaimana konsep ekonomi air tanah yang bersiklus?
2. Bagaimana proses erosi dan hubungannya dengan penutupan vegetasi?
3. Bagaimana pengaruh kemiringan tanah terhadap proses erosi dan hubungannya
dengan penutupan vegetasi?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka laporan praktikum ini ditulis dengan tujuan sebagai
berikut :
1. Mengetahui konsep ekonomi air tanah yang bersiklus.
2. Mengetahui proses erosi dan hubungannya dengan penutupan vegetasi.
3. Mengetahui pengaruh kemiringan tanah terhadap proses erosi dan hubungannya
dengan penutupan vegetasi.

1.4 Manfaat
Dari praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu memahami mengenai konsep
ekonomi air tanah yang bersiklus, memahami proses erosi dan hubungannya dengan
penutupan vegetasi, serta memahami pengaruh kemiringan tanah terhadap proses erosi
dan hubungannya dengan penutupan vegetasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut istilah ilmu geologi, erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau
lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme
hidup. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya merupakan
sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang
tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga
mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan
terhadap erosi (Widayati, 2014).
Menurut Suripin “erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan
tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi ini dapat menyebabkan
merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup. Permukaan
kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara
di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang
masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang
ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian” (Suripin, 2002).
Asdak menjelaskan bahwa “dua penyebab erosi yang utama terjadi secara alami dan aktivitas
manusia. Erosi alami terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi untuk
mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena faktor alami biasanya masih
memberikan media sebagai tempat tumbuh tanaman. Sedangkan erosi yang terjadi karena kegiatan
manusia, biasanya disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat praktek
bercocok tanam yang tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah maupun dari kegiatan
pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah seperti pembuatan jalan di tempat dengan
kemiringan lereng besar” (Asdak, 2010).
Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan tanah. Suatu
vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan
menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Bagian vegetasi yang ada
diatas permukaan tanah, seperti daun dan batang, menyerap energi perusak hujan, sehingga
mengurangi dampaknya terhadap tanah. Sedangkan bagian vegetasi yang ada didalam tanah, yang
terdiri atas sistem perakaran akan meningkatkan kekuatan mekanik tanah (Styczen dan Morgan,
1995 dalam Arsyad S, 2010). Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah
terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir hujan.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan di lingkungan sekitar Laboratorium Kebun Botani
Kampus FKIP UNSRI Inderalaya. Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Januari
2023 pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Dalam pelaksanaan praktikum ini, digunakan beberapa alat-alat sebagai berikut :
1. Botol Bekas Air Mineral ukuran 1,5 5 buah
2. Pot siram tanaman kecil (bisa 1 buah
diganti bekas cup air mineral atau
lainnya yang sudah di lubangi di
bawahnya)
3. Baskom penampung 1 buah
4. Gelas Kimia 250 ml 1 buah
5. Tali plastik 1 buah
6. Cutter 1 buah
7. Paku 1 buah

3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Tanah kebun
2. Rumput axonopus
3. Air Ledeng

3.3 Langkah Kerja


1. Belah botol air mineral menjadi dua bagian sama besar secara memanjang. Bagian
bawah dilubangi dengan paku panas.
2. Isi botol tersebut dengan tanah kebun, tanah liat, atau pasir secukupnya hingga 0,5
cm dari permukaan. Tidak perlu terlalu padat. Setiap kelompok menyiapkan 5
botol percobaan.
3. Untuk kelompok 2 percobaan menggunakan media tanah kebun.
4. Buat penutupan tanah pada masing-masing kelompok sbb: 0%, 25%, 50%, 75%,
100% dengan menggunakan rumput axonopus.
5. Letakkan botol percobaan dengan sudut kemiringan sekitar 10 derajat, diatas
baskom plastic rendah dengan posisi bagian belakang (pantat botol) lebih tinggi
dari mulut botol.
6. Tempatkan plastik mineral kecil di ujung botol sedemikian rupa. Upayakan tidak
jatuh.
7. Dengan perlahan siram setting percobaan satu persatu dengan air ledeng,
menggunakan cup mineral bekas (200 ml) sebanyak 5 kali secara merata pada
masing-masing setting percobaan. Volume Air yang disiramkan (Va = 1000 mL).

8. Ukur dengan menggunakan gelas ukur volume air yang tertampung masing-
masing di cup air mineral (Vb) dan di dalam baskom penampung (Vc). Catat
datanya.
9. Foto dan amati dengan jelas kekeruhan air yang tertampung dari masing-masing
wadah.
10. Lakukan perhitungan jumlah air yang terserap tanah Dengan rumus sbb:
Vd = Va – (Vb + Vc).
11. Lakukan langkah 5 s.d. 9 dengan sudut kemiringan 20 dan 30 derajat.
12. Bandingkan hasil perhitungan kelompok tanah kebun, tanah liat, dan pasir.
13. Buat pembahasan dan kesimpulan dari data kelas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Kemiringan Vegetasi Volume Air Volume Air Jumlah Air
Tanah (%) Tertampung di Tertampung di Terserap di
Cup (Vb) (ml) Baskom Tanah (Vd)
(Vc)(ml) (ml)
10º 0 260 500 240
25 200 520 280
50 75 675 250
75 50 600 350
100 5 725 270
20º 0 400 260 340
25 410 255 435
50 300 200 500
75 250 300 450
100 125 350 525
30º 0 790 200 10
25 760 225 15
50 460 300 240
75 450 300 250
100 200 510 290

4.2 Analisis Data


❖ Percobaan 1 dengan kemiringan tanah 10º
Vegetasi 0% Vegetasi 25%
Va = 1000 mL (200 mL x 5) Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb = 260 mL Vb = 200 mL
Vc = 500 mL Vc = 520 mL
Vd = Va – (Vb + Vc) Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (260 mL + 500 mL) Vd = 1000 mL – (200 mL + 520 mL)
Vd = 1000 mL – 760 mL Vd = 1000 mL – 720 mL
Vd = 240 mL Vd = 280 mL

Vegetasi 50% Vegetasi 75%


Va = 1000 mL (200 mL x 5) Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb = 75 mL Vb = 50 mL
Vc = 675 mL Vc = 600 mL
Vd = Va – (Vb + Vc) Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (75 mL + 675 mL) Vd = 1000 mL – (50 mL + 600 mL)
Vd = 1000 mL – 750 mL Vd = 1000 mL – 650 mL
Vd = 250 mL Vd = 350 mL

Vegetasi 100%
Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb = 5 mL
Vc = 725 mL
Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (5 mL + 725 mL)
Vd = 1000 mL – 730 mL
Vd = 270 mL

❖ Percobaan 2 dengan kemiringan tanah 20º


Vegetasi 0% Vegetasi 25%
Va = 1000 mL (200 mL x 5) Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb = 400 mL Vb = 410 mL
Vc = 260 mL Vc = 255 mL
Vd = Va – (Vb + Vc) Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (400 mL + 260 mL) Vd = 1000 mL – (410 mL + 255 mL)
Vd = 1000 mL – 660 mL Vd = 1000 mL – 665 mL
Vd = 340 mL Vd = 435 mL
Vegetasi 50% Vegetasi 75%
Va = 1000 mL (200 mL x 5) Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb = 300 mL Vb = 250 mL
Vc = 200 mL Vc = 300 mL
Vd = Va – (Vb + Vc) Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (300 mL + 200 mL) Vd = 1000 mL – (250 mL + 300 mL)
Vd = 1000 mL – 500 mL Vd = 1000 mL – 550 mL
Vd = 500 mL Vd = 450 mL

Vegetasi 100%
Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb = 125 mL
Vc = 350 mL
Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (125 mL + 350 mL)
Vd = 1000 mL – 475 mL
Vd = 525 mL

❖ Percobaan 3 dengan kemiringan tanah 30º


Vegetasi 0% Vegetasi 25%
Va = 1000 mL (200 mL x 5) Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb total = 900 mL Vb total = 840 mL
Pada vegetasi 0% terdapat volume Pada vegetasi 25% terdapat volume
tanah yang terbawa sebanyak 110 mL tanah yang terbawa sebanyak 80 mL
maka : maka
Vb = 900 mL – 110 mL Vb = 840 mL – 80 mL
Vb = 790 mL Vb = 760 mL
Vc = 200 mL Vc = 225 mL
Vd = Va – (Vb + Vc) Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (790 mL + 200 mL) Vd = 1000 mL – (760 mL + 225 mL)
Vd = 1000 mL – 990 mL Vd = 1000 mL – 985 mL
Vd = 10 mL Vd = 15 mL

Vegetasi 50% Vegetasi 75%


Va = 1000 mL (200 mL x 5) Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb total = 530 mL Vb = 450 mL
Pada vegetasi 50% terdapat volume Vc = 300 mL
tanah yang terbawa sebanyak 70 mL Vd = Va – (Vb + Vc)
maka : Vd = 1000 mL – (450 mL + 300 mL)
Vb = 530 mL – 70 mL Vd = 1000 mL – 750 mL
Vb = 460 mL Vd = 250 mL
Vc = 300 mL
Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (460 mL + 300 mL)
Vd = 1000 mL – 760 mL
Vd = 240 mL

Vegetasi 100%
Va = 1000 mL (200 mL x 5)
Vb = 200 mL
Vc = 510 mL
Vd = Va – (Vb + Vc)
Vd = 1000 mL – (200 mL + 510 mL)
Vd = 1000 mL – 710 mL
Vd = 290 mL
4.3 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil analisis data
sebagai berikut :
Percobaan pertama dengan kemiringan tanah 10º untuk vegetasi 0 % yaitu 240 mL.
Percobaan pertama dengan kemiringan tanah 10º untuk vegetasi 25% yaitu 280 mL.
Percobaan pertama dengan kemiringan tanah 10º untuk vegetasi 50% yaitu 250 mL.
Percobaan pertama dengan kemiringan tanah 10º untuk vegetasi 75% yaitu 350 mL.
Percobaan pertama dengan kemiringan tanah 10º untuk vegetasi 100% yaitu 270 mL.
Menurut Harjadi dan Farida “topografi adalah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap erosi, salah satunya kelerengan. Pembagian kelas lereng yang dikemukaan
oleh tim New Zealand untuk keperluan pemetaan inventarisasi sumber daya lahan
hutan di Indonesia dimaksudkan untuk memberikan kriteria pemanfaatan kelas lereng
dalam rangka mengoptimalkan penggunaan lahan. Kelas lereng tidak berpengaruh
langsung terhadap nilai T (batas nilai erosi) yang diperhitungkan, karena nilai T lebih
banyak dipengaruhi oleh jenis tanah dan penggunaan lahan yang ada pada saat itu”
(Harjadi dan Farida, 1996).
Percobaan kedua dengan kemiringan tanah 20º untuk vegetasi 0% yaitu 340 mL.
Percobaan kedua dengan kemiringan tanah 20º untuk vegetasi 25% yaitu 435 mL.
Percobaan kedua dengan kemiringan tanah 20º untuk vegetasi 50% yaitu 500 mL.
Percobaan kedua dengan kemiringan tanah 20º untuk vegetasi 75% yaitu 450 mL.
Percobaan kedua dengan kemiringan tanah 20º untuk vegetasi 100% yaitu 525 mL.
Lebih lanjut Triwanto menerangkan bahwa “faktor topografi yang paling dominan
pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang dan kecuraman lereng.
Komponen ini akan mempengaruhi kecepatan dan volume air permukaan sampai
dimana air aliran permukaan masuk ke dalam saluran-saluran (sungai), atau aliran telah
berkurang akibat perubahan kelerengan (datar) sehingga kecepatan dan volume
dipencarkan ke berbagai arah” (Triwanto, 2012).
Percobaan terakhir dengan kemiringan tanah 30º untuk vegetasi 0% yaitu 10 mL.
Percobaan terakhir dengan kemiringan tanah 30º untuk vegetasi 25% yaitu 5 mL.
Percobaan terakhir dengan kemiringan tanah 30º untuk vegetasi 50% yaitu 240 mL.
Percobaan terakhir dengan kemiringan tanah 30º untuk vegetasi 75% yaitu 250 mL.
Percobaan terakhir dengan kemiringan tanah 30º untuk vegetasi 100% yaitu 290 mL.
Sukmana dan Soewardjo menjelaskan bahwa “dalam meninjau pengaruh vegetasi
terhadap mudah tidaknya tanah tererosi, harus dilihat dahulu apakah vegetasi penutup
tanah tersebut mempunyai struktur tajuk yang berlapis sehingga dapan menurunkan
kecepatan tefrminal air hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan” (Sukmana
dan Soewardjo, 1978). Pada percobaan diatas vegetasi yang digunakan berupa rumput
axonopus.
Menurut Arsyad “topografi adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap erosi,
salah satunya kelerengan. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang
tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi
terhadap erosi. Bagian vegetasi yang ada diatas permukaan tanah seperti daun dan
batang, menyerap energi perusak hujan, sehingga mengurangi dampaknya terhadap
tanah. Sedangkan bagian vegetasi yang ada di dalam tanah, yang terdiri dari perakaran
akan meningkatkan kekuatan mekanik tanah.”
Menurut Harjadi dan Farida “topografi adalah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap erosi, salah satunya kelerengan. Pembagian kelas lereng yang dikemukaan
oleh tim New Zealand untuk keperluan pemetaan inventarisasi sumber daya lahan
hutan di Indonesia dimaksudkan untuk memberikan kriteria pemanfaatan kelas lereng
dalam rangka mengoptimalkan penggunaan lahan. Kelas lereng tidak berpengaruh
langsung terhadap nilai T (batas nilai erosi) yang diperhitungkan, karena nilai T lebih
banyak dipengaruhi oleh jenis tanah dan penggunaan lahan yang ada pada saat itu”
(Harjadi dan Farida, 1996).
Untuk tanah yang kami gunakan pada saat percobaan adalah tanah kebun, Utomo
menuturkan bahwa “tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat
menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah
akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air,
menyimpan dan menyediakan unsur hara tanaman.
Menurut Suripin “secara fisik, tanah terdiri dari partikel-partikel mineral dan
organik dengan berbagai ukuran, partikel-pertikel tersusun dalam bentuk materi dan
pori-porinya kurang lebih 50% sebagian terisi oleh air dan sebagian lagi terisi oleh
udara. Secara esensial, semua penggunaan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah”
(Suripin, 2002).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut.
1. Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah
atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
2. Topografi adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap erosi, salah satunya
kelerengan
3. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan
kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman
4. Dalam meninjau pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya tanah tererosi, harus
dilihat dahulu apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai struktur tajuk yang
berlapis sehingga dapan menurunkan kecepatan tefrminal air hujan dan memperkecil
diameter tetesan air hujan.

5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya harus dilakukan dengan baik lagi, dengan menggunakan
alat dan bahan yang lebih detail lagi. Praktikum harus dilakukan dengan semangat dan
kerjasama yang penuh karena dengan begitu hasil yang akan diperoleh akan lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Widayati, Sri. 2014. Pengertian Erosi dan Dampaknya. Diakses melalui
https://ww.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-erosi-macam-macam-erosi.html. Pada
Jumat, 27 Januari 2023 : 21.00.

Arsyad, U. 2010. Analisis Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng
di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, UNHAS. Makasar.
LAMPIRAN
1. Alat dan Bahan

2. Penyiapan Alat dan Bahan Peraga


3. Percobaan alat peraga
4. Hasil air yang terperangkap
5. Kelompok 2 yang bertugas
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
EVAPOTRANPIRASI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 INDRALAYA :

ANGGELA (06091182126007)
DEA TRISANDINI (06091282126039)
HASLINDA (06091082126044)
KEZIA ARDIAN ANJALI (06091282126051)
LISNA NEPRIANI (06091282126046)
PUTRI AYU NUR ROHMAH (06091282126054)
TRI SEPTIANA (06091182126002)

DOSEN PENGAMPU :

Drs. KHOIRON NAZIP, M.Pd


Drs. DIDI JAYA SANTRI, M.Si
NIKE ANGGRAINI, S.Pd., M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ekologi
Tumbuhan dengan judul “Evapotranspirasi” tepat pada waktunya guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan.

Kelancaran penulisan dan penyusunan Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini


tidak terlepas dari bantuan pihak lain, yang ikut mengarahkan sekaligus mendukung proses
pembuatan Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini hingga selesai. Oleh karena itu, kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam terkhusus kepada :

1. Kepada Drs. Khoiron Nazip, M.Pd., Drs. Didi Jaya Santri, M.Si., Nike Anggraini,
S.Pd., M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan
yang telah membantu dan memberikan pengarahan seputar pelaksanaan praktikum
serta pembuatan dan penyusunan laporan.
2. Kepada orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung segala kegiatan yang
kelompok 2 lakukan dalam pelaksanaan praktikum serta pembuatan laporan ini
sehingga terselesaikan dengan baik.
3. Dan seluruh anggota kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan
praktikum dan penyusunan laporan ini hingga selesai.

Demikian Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini kami buat dengan sepenuh hati.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat ketidaksempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari Bapak/ibu dosen
maupun pembaca. Kami berharap semoga ini dapat bermanfaat dan memotivasi kita semua.

Indralaya, 26 Januari 2023

Kelompok 2 Indralaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penguapan air dapat dibedakan ke dalam penguapan internal dan penguapan
eksternal. Penguapan eksternal terjadi pada permukaan tanah (evaporasi) dan terjadi pada
tanaman (transpirasi), sedangkan penguapan internal terjadi dalam pori-pori tanah.
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air
cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun
(transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah.
Transpirasi pada dasarnya merupakan proses di mana air menguap dari tanaman melalui
daun ke atmosfer. Sistem perakaran tanaman mengadopsi air dalam jumlah yang berbeda-
beda dan ditransmisikan melalui tumbuhan dan melalui mulut daun. Air bersama
beberapa nutrisi lain diserap oleh akar dan ditransportasikan ke seluruh tanaman. Proses
penguapan terjadi dalam daun, yang disebut ruang intercellular, dan pertukaran uap ke
atmosfer dikontrol oleh celah stomata (stomatal aperture). Hampir semua air yang diserap
oleh akar keluar melalui proses transpirasi dan hanya sebahagian kecil saja yang
digunakan dalam tanaman. Air yang masuk ke dalam tanah sebahagian dimanfaatkan
tanaman untuk membentuk bahan organik dalam proses fotosintesa, sebagian diluapkan
melalui proses transpirasi.
Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan badan-badan air
(abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya air dari tanaman (biotik) akibat
proses respirasi dan fotosintesis. Kombinasi dua proses yang saling terpisah di mana
kehilangan air dari permukaan tanah melalui proses evaporasi dan kehilangan air dari
tanaman melalui proses transpirasi disebut sebagai evapotranspirasi (ET).
Evapotranspirasi ialah gabungan penguapan oleh semua permukaan dan transpirasi
tumbuhan penguapan oleh tumbuhan dapat berupa penguapan biasa secara fisika
(evaporasi).Kalau penguapan tersebut berasal dari air yang melengket pada organ
tumbuhan dan dapat pula berupa transpirasi, kalau berasal dari proses fisiologis.
Penyediaan energi luar untuk evaporasi permukaan organ-organ yang prinsipnya oleh
perubahan energi radiasi menjadi energi panas, jenis vegetasi alam, dan keadaan tanah.
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah,
air dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor
iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah
antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan
kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke
atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses
intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang
tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi,
sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk
vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (Soewarno, 2005).
Usman (2004) menyatakan bahwa evapotransiprasi dalam bidang pertanian dapat
disebut sebagai ET. ET merupakan kebutuhan air pada tanaman. Kebutuhan air pada
tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi
kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET)dari tanaman yang sehat, tumbuh pada
sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempun¬yai kendala (kendala
lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi
lingkungan tumbuh tertentu (Usman, 2004).

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada praktikum ini meliputi:
1. Bagaimana proses evapotranspirasi pada lapangan terbuka
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi evapotranspirasi

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka laporan praktikum ini ditulis dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Memahami proses evapotranspirasi pada ekosistem khususnya pada lapangan terbuka
2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi evapotranspirasi

1.4 Manfaat
Dari kegiatan praktikum ini, diharapkan bagi mahasiswa agar dapat memahami proses
evapotranspirasi pada ekosistem khususnya pada lapangan terbuka dan mengetahui
faktor-faktor yang memengaruhi evapotranspirasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Permahaman yang lebih baik tentang proses dalam suatu DAS, dapat
membantu para analisis tentang apa yang harus dilakukan dengan data yang ada untuk
proses pengalihragaman data masukan menjadi hasil (output) yang diharapkan .
Dalam perumusan suatu model cara yang umum dilakukan untuk memahami sistem
adalah identifikasi dan klarifikasi sistem, pendekatan masalah, perlakuan terhadap
suatu parameter sistem dan penelaahan lebih jauh perilaku parameter dan variabel
yang terkait (Brotowiryatmo,1993).
Air merupakan sumber daya yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup khususnya manusia dan bumi menjadi planet yang memliki kehidupan
yang ada dalam tata surya, apabila terdapat air. serta dapat dianalisis tiap
permasalahannya (Kodoartie dan Sjarief, 2010)
Permasalahan dalam menganalisis hampir selalu ditemukan, misalkan pada
daerah aliran sungai (DAS), semakin banyaknya wilayah terbangun DAS maka akan
mempengaruhi kualitas karakteristik hidrologi karena proses peresapan air permukaan
menjadi air tanah terganggu, ini berakibat pada tingginya aliran permukaan dan
tingginya aliran sungai yang menyebabkan terjadinya banjir, selain itu juga akan
mempengaruhi debit aliran sungai pada musim kemarau dan kualitas air sungai akan
menurun, oleh karena itu perlu dibangun suatu modifikasi seperti bangunan bendung
(Suarna, 2008)
Menurut (Priyonugroho, 2014), irigasi adalah salah satu cara bagaimana
ketersediaan, pengaturan, dan pembangunan yang diperlukan air irigasi untuk
menunjang keperluan pertanian yang meliputi, irigasi rawa, irigasi pompa, irigasi
permukaan irigasi air bawah tanah, serta irigasi tambak. Sehingga kebutuhan air
irigasi dapat terpenuhi dengan baik. Dengan adanya jaringan irigasi, saluran atau
bangunan infrastruktur dapat mendistribusikan air yang berasal dari bendung,
bendungan, embung ke lahan pertanian, dengan adanya saluran irigasi ini kebutuhan
akan sawah atau lading akan terjamin (Soewarno, 2000)
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ET (kebutuhan air
tanaman ) antara lain : radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan
angin. Dengan adanya beberapa faktor tersebut bahwa pengelolaan sistem irigasi
dapat berhasil jika didukung dengan irigator (juru pintu) sebagai pengatur air secara
tepat jumlahnya dan waktunya. Perangkat lunak dan keras sebagai faktor
pendukungnya yang dimaksud adalah peraturan perundangundangan dan bangunan air
sebagai pengatur dan pengukurnya, dan aktivitas (adanya kegiatan pengelolaan
disaluran irigasi dan dilahan pertanian) untuk kebutuhan irigasi (Nurrochmad, 1998)
Secara umum total dari ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan kurang lebih sekitar
25% yakni untuk air baku untuk rumah tangga, untuk perkotaan, dan industri, serta
penyediaan kebutuhan air irigasi (Kirmanto, 2012)
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberpa faktor antara lain, klimatologi,
kondisi tanah,koefisien tanaman, pasokan air, pola tanam, efisiensi irgasi, luas
wilayah irigasi, sistem golongan, serta jadwal tanam. Dalam menetukan nilai atau
hasil untuk memperoleh data, ada beberapa metode yang digunakan salah satunya
metode “Penman Modifikasi” (Triadmodjo, 2008)
Selain itu yang menyebabkan lebih besarnya laju evapotranspirasi sangat
dipengaruhi oleh faktor yang bersifat fisiologi pada tanaman pada tanaman dan unsur
tanah serta ada beberapa faktor penting seperti 1. Faktor iklim yang mencakup : suhu,
kelembapan, dan kecepatan angin, 2. Faktor Tanaman : jenis tanaman, derajat
penutupannya, struktur tanaman, dan stadia perkembangannya hingga masak, 3.
Faktor Tanah : kondisi tanah, aerasi tanah, dan kecepatan aliran tanah menuju akar
tanaman. (Linsey dan Franzini., 1985)

2.2 Landasan Teori


a. Siklus Hidrologi
Kodoati dan Rustam (2008) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah
pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses di atmosfir,
tanah dan badan-badan airyang tidak terputus melalui proses kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar
matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan
secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi
dalambentuk air, es,atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang
kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda:
• Evaporasi / transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di
tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu
akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
• Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah
melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air
tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
• Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori
tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah
dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung
satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh
air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

b. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari
permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh
adanya pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain,
besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air
berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari
permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer
melalui vegetasi) ( Kodoati dan Rustam, 2008).
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu
lahan bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses
dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya
uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer
(vapor removal). Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti
danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah.
Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap
air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor
removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun
dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hamper
semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan
ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman
(Allen et al. 2008).
Transpirasi merupakan peristiwa penguapan air dari tumbuhan melalui
pori-poridaun, sedangkan evapotranspirasi (evaporasi-transpirasi) itu sendiri
merupakan peristiwamenguapnya permukaan air dari daun atau tajuk tanaman
dari hasil metabolisme maupunyang tidak berasal dari kegiatan tersebut
(Anonim, 2012).
Evaporasi adalah difusi molekul cairan kedua, molekul dibebaskan
melaluievaporasi dalam bentuk gas. Bentuk gas dari air disebut uap air. Air
sebagian besar secarakonstan dievaporasikan dari sel tumbuhan yang sama
halnya dengan evaporasi (Latikan,2004).
Evaporasi terjadi pada berbagai jenis seperti permukaan danau, sungai,
lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Pada transpirasi, eva
pokorasi terjaditerutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui
stomata uap air akan lepas keatmosfer, hamper semua air yang di
ambiltanaman dari media tanam (tanah) akan ditranpirasikan, dan hanya
sebagian kecil yang di manfaatkan tanaman (Allend, 1998).
Udara tanah terdiri dari pertama-tama atas nitrogen dan oksigen mirip
seperti yangterdapat di atmosfer maupun berbeda dalam hal susunan udara
tanah yang mengalami turunnaik sangat besar. Pada saat akar-akar tanaman
yang bernafas mengeluarkan karbon dioksida.Bila perubahan udara yang tidak
mengambil tempat udara atmosfer, konsentrasi karbondioksida dapat
mencapai kadar yang tinggi pada saat ia menjadi beracun kebanyakan
tanamanyang di tanam, meskipu tanaman-tanaman menurunkan sebagian
besar CO2 untukfotosintesis dari udara tanah(Lewis, 1971).
Transpirasi yang melalui kutikula lebih sedikit dibandingkan dengan
stomatakarena pada kutikula terjadi difusiuap air dengan
langsungmengakibatkan uap air danterdapat lapisan penghalang pada kutikula
seperti kutin, lilin dan yang lain akanmemperlambat proses hilangnya air dari
permukaan daun tersebut (Kimbal, 1994).
Latikan (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi diantaranya adalah:
1. Ketersediaan air
• Evaporasi tanah
Air dievaporasikan pada permukaan tanah pada laju yang sama
dengan permukaan air bebas selama tanah basah dan tidak
dinaungi tanaman.
• Air tanah utk tanaman
• Kontribusi evaporasi tanah terhadap total evapotranspirasi
menurun sejalan dengan meningkatnya penutupan tanaman.
2. Faktor tanaman
Tahanan dalam tanaman : diatur oleh tahanan stomata dan tahanan
stomata dipengaruhi oleh suhu daun, cahaya,potensi air dan perbedaan
tekanan uap
a. Pengaruh penutupan tanaman:
• tanaman yang ditanam dalam barisan biasanya tidak
menutupi permukaan tanah sepenuhnya
• Sebelum tanaman menutup permukaan tanah
sepenuhnya,arah barisan tanaman dapat mempengaruhi
evapotranspirasi
• Banyaknya bagian permukaan tanah yang tertutup
tanaman menentukan perbandingan antara evaporasi
langsung dari tanah dan transpirasi dari tanaman
• tinggi tanaman: makin tinggi tanaman makin kuat
pengaruh angin yang memberikan energi bagi tarikan
air
b. Pengaruh morfologi tanaman
• Jenis daun : daun lebar lebih banyak mentranspirasikan
air daripada daun jarum
• Ukuran daun: daun yang lebih lebar lebih banyak
mentranspirasikan air daripada daun berukuran sempit
Daun dapat juga dilapisi dengan lilin, bulu halus, duri
• Daun memiliki berbagai warna
3. Kondisi meteorologis
Kondisi cuaca sangat menentukan laju evapotranspirasi dan
sebaliknya evapotranspirasi mempengaruhi iklim. Jumlah terbesar dari
energi yang digunakan pada evapotranspirasi disediakan hamper
seluruhnya dari dua sumber: energi radiasi dan energi dari udara yang
lebih panas daripada permukaan tanaman.
Radiasi netto adalah sumber energi utama untuk
evapotranspirasi, karena itu radiasi netto berbanding lurus dengan laju
evapotranspirasi. Adveksi panas terasa adalah perpindahan energy
dalam arah horizontal. Waktu tanah basah hamper semua energi dari
radiasi neto digunakan untuk panas laten, jika tanah menjadi kering
hanya sedikit radiasi netto untuk panas laten, mulailah terbentuk panas
terasa. Jika panas terasa ini bertiup diatas permukaan basah maka akan
terjadi evapotranspirasi (Usman, 2004)
Angin memindahkan uap air ke udara yang lebih kering
sehingga laju penguapan menjadi cepat. Angin juga menjadi alat
memindahkan panas terasa dari daerah kering ke daerah lembab/basah.
Kelembaban udara. Kalau udara jenuh (penuhuap) evaporasi tidak
akan terjadi. Laju evaporasi akan meningkat jika ada perbedaan
kelembaban yang besar antara permukaan tanaman dan
udara (Fontenot,2004).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan


Praktikum dilakukan dilingkungan sekitar Laboratorium Kebun Botani
Kampus FKIP UNSRI Indralaya. Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 26
januari 2023 pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB.

3.2 Alat dan bahan


a. Alat
Dalam pelaksanaan praktikum ini, digunakan beberapa alat alat yaitu sebagai
berikut :
1) Cawan petri ukuran sedang 5 buah
2) Neraca Ohauss
3) Thermometer
4) Lux meter

b. Bahan
Adapun bahan bahan yang digunakan dalam melaksanakan praktikum kali ini
yaitu :
1) Air ledeng
2) Tumbuhan air kecil (Salvinia)

3.3 Langkah kerja


1) Timbang cawan petri kosong, catat
2) Isikan air sampai kurang lebih 0,5 cm dari permukaan. Timbang kembali
secara hati-hati. Upayakan jangan ada air yang tumpah.
3) Masukkan tanaman air dengan komposisi 0% (tanpa tanaman), 25%, 50%
75% dan 100% dari luasan permuakaan air di caran petri secara perlahan.
Timbang kembali.
4) Dedahkan setting percobaan di tempat panas dan tempat teduh (bagi kelompok
kelas menjadi dua grup besar) selama 1 jam. Catat waktu, suhu udara dan
intensitas cahaya pada masingmasing tempat.
5) Timbang lagi semua setting percobaan setelah satu jam. UPAYAKAN
JANGAN ADA AIR YANG TUMPAH.
6) Masukkan data kelas dalam tabel, bahas dan simpulkan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil percobaan

Jenis pengukuran Cawan ke- Hasil pengukuran (gr)


Cawan petri kososng 1 106
2 103,3
3 102,4
4 105,8
5 102,4
Cawan petri yang telah di isi 1 158
air 2 165,8
3 153,5
4 157,7
5 146,9
Cawan petri yang telah di isi 1 (komposisi tanaman 0%) 158
air dan tanaman 2 (komposisi tanaman 25%) 212,8
3 (komposisi tanaman 50%) 211
4 (komposisi tanaman 75%) 225,2
5 (komposisi tanaman 100%) 247,4
Cawan setelah didedahkan 1 153,2
di tempat panas 2 197,5
3 204,1
4 219
5 240,5

4.2 Analisis data


• Waktu praktikum : 15:00 – 16:00 WIB
• Intensitas cahaya : 487
• Suhu udara : 33°C
Selisih antara massa cawan petri sebelum dan sesudah didedahkan pada tempat panas
a. Cawan 1 = massa sebelum didedahkan – massa setelah didedahkan
= 158 – 153,2
= 4,8
b. Cawan 2 = massa sebelum didedahkan – massa setelah didedahkan
= 212,8 – 197,5
= 15,3
c. Cawan 3 = massa sebelum didedahkan – massa setelah didedahkan
= 211 – 204,1
= 6,9
d. Cawan 4 = massa sebelum didedahkan – massa setelah didedahkan
= 225,2 – 219
= 6,2
e. Cawan 5 = massa sebelum didedahkan – massa setelah didedahkan
= 247,4 – 240,5
= 6,9

4.3 Pembahasan
Evapotranspirasi merupakan peubah yang sangat berkaitan dengan produksi
tanaman. Pengamatan evapotranspirasi harian dapat digunakan sebagai peringatan
dini terhadap kekurangan air. Defisit evapotranspirasi merupakan selisih antara
evapotrans-pirasi potensial dengan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial
terjadi pada kondisi air tersedia maksimum atau kapasitas lapang, evapotrans-pirasi
aktual terjadi pada kondisi air tersedia dibawah kapasitas lapang. Jika kekurangan air
dapat diatasi sedini mungkin maka penurunan produksi dapat dihindari.
Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting bagi tanaman. Metabolisme
tanaman berlangsung jika evapotranspirasi terjadi.
Evapotranspirasi adalah proses gerakan air dari sistem tanah ke tanaman
kemudian ke atmosfir (transpirasi) dan gerakan air dari sistem tanah ke permukaan
tanah kemudian ke atmosfir (evaporasi).
Peubah-peubah dari sistem atmosfir digunakan untuk menduga
evapotranspirasi potensial. Pada kondisi defisit air, penurunan produksi berbanding
lurus dengan penurunan evapotranspirasi.Produksi maksimum merupakan produksi
tanaman pada kondisi lingkungan yang optimum. Evapotranspirasi maksimum terjadi
pada ketersediaan air optimum. Produksi aktual dan evapotranspirasi aktual terjadi
pada kondisi defisit air.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya
evapotranspirasi, maka evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi
potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih dipengaruhi oleh
faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi
tanaman dan unsur tanah. Uraian tentang pengaruh faktor lingkungan terhadap
evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh faktor- faktor tersebut pada
PET.
Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari
dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum besarnya PET akan
meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban, dan kecepatan angin
bertambah besar.Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses
fotosíntesis. Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui
sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas
(daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap
vegetasi yang bersangkutan. Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara
langsung berkaitan dengan intensitas dan lama waktu radiasi matahari. Namun
demikian perlu dikemukakan bahwa suhu yang akan mempengaruhi PET adalah suhu
daun dan bukan suhu udara disekitar daun. Pengaruh angin terhadap PET adalah
melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang keluar dari pori-pori daun. Semakin
besar kecepatan angin, semakin besar pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi.
Dibandingkan dengan pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap laju
ET adalah lebih kecil.
Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk
berlangsungnya ET. Ketika stomata daun terbuka, laju transpirasi ditentukan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi, demikian seterusnya sampai
stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini tampak bahwa pengaruh fisiologi
tanaman terhadap ET adalah dominan. Namur demikian proses terbuka dan
tertutupnya stomata ditentukan oleh faktor iklim terutama lama waktu penyinaran
(suhu udara). Suhu udara dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan menutupnya
stomata. Sementara kelembaban disekitarnya membantu memperpanjang lama waktu
stomata tersebut terbuka. Hal inilah yang menyebabkan proses ET terjadi terutama
pada siang hari dan berkurang secara drastis pada malam hari.Kelembaban tanah juga
mempunyai peran untuk mempengaruhi terjadinya kekurangan suplai air. Dengan kata
lain evapotranspirasi potensial berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah berkisar
antara titik wilting point dan field capacity.
Pada cawan pertama, selisih massa sebelum didedahkan sampai massa setelah
didedahkan yaitu 4,8. Pada cawan kedua, selisih massa sebelum didedahkan sampai
massa setelah didedahkan yaitu 15,3. Pada cawan ketiga, selisih massa sebelum
didedahkan sampai massa setelah didedahkan yaitu 6,9. Pada cawan keempat, selisih
massa sebelum didedahkan sampai massa setelah didedahkan yaitu 6,2. Pada cawan
terakhir yaitu cawan kelima selisih massa sebelum didedahkan sampai massa setelah
didedahkan yaitu 6,9. Waktu pada saat cawan didedahkan di tempat panas yaitu satu
jam, dimulai mulai pukul 15.00-16.00 WIB. Artinya pada kelima cawan tersebut
mengalami perubahan yaitu beratnya semakin berkurang karena beberapa faktor yakni
intensitas cahaya, kecepatan angin dan lain-lain, evaporasi pada air relative tinggi
terjadi pada tempat terang dibanding pada tempat gelap yang tidak terpapar sinar
matahari. Pengukuran suhu tempat pengamatan dilakukan dengan menggunaka
thermometer, maka suhu pada tempat terang adalah 33°C. Untuk pengukuran
intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan luxmeter, maka intensitas cahaya di
tempat yang terang atau di tempat yang terbuka adalah 487. Hal ini terbukti bahwa
evaporasi relatif tinggi terjadi pada pengamatan diluar ruangan atau tempat yang
terbuka.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa faktor
yakni intensitas cahaya, kecepatan angin dan lain-lain, evaporasi pada air relative
tinggi terjadi pada tempat terang dibanding pada tempat gelap yang tidak terpapar
sinar matahari.

5.2 Saran
Pada saat perhitungan harus lebih teliti karena, dengan perhitungan yang tepat
dan teliti maka akan memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu, bekerjasama pada
saat melakukan praktikum agar praktikum tersebut selesai tepat waktu dan untuk
penggunaan alat-alat harus diperhatikan lagi dengan teliti dan menggunakannya
dengan penuh hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, R. G. 1998. “Crop Evapotranspiration: Guidelines For Computing Crop


Requirements.” Irrigation and Drainage Paper No. 56, FAO, Rome, Italy.

Edi hariadi. 2014. “Evapotranspirasi”. Agroteknologi4. Dapat diakses melalui :


http://edihariadibagus.blogspot.com/2014/06/laporan-praktikum-acara-1_21.html
pada tanggal 29 januari 2023.

Fontenot, R.L. 2004. “An evaluation of reference evapotranspiration models in Louisiana.”


MSc thesis, Louisiana State Univ., Baton Rouge, La.

Kodoatie, RJ dan Sjarief, R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi.
Yogyakarta

Rudiansyah. 2019. “Evapotranspirasi”. Universitas Almuslimm Bireuen : Aceh. Dapat


diakses melalui : https://www.academia.edu/38914113/Tugas_Evapotranspirasi_rudi
diakses pada 29 januari 2023

Usman, 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta. Bumi
Aksara. 101 hal.
LAMPIRAN

• Alat dan bahan

• Proses pengukuran
• Proses pendedahan di tempat panas dan pengukuran faktor lingkungan

Anda mungkin juga menyukai