EVAPOTRANSPIRASI
EVAPOTRANSPIRASI
EVAPOTRANPIRASI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 INDRALAYA :
ANGGELA (06091182126007)
DEA TRISANDINI (06091282126039)
HASLINDA (06091082126044)
KEZIA ARDIAN ANJALI (06091282126051)
LISNA NEPRIANI (06091282126046)
PUTRI AYU NUR ROHMAH (06091282126054)
TRI SEPTIANA (06091182126002)
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ekologi
Tumbuhan dengan judul “Evapotranspirasi” tepat pada waktunya guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan.
1. Kepada Drs. Khoiron Nazip, M.Pd., Drs. Didi Jaya Santri, M.Si., Nike Anggraini,
S.Pd., M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan
yang telah membantu dan memberikan pengarahan seputar pelaksanaan praktikum
serta pembuatan dan penyusunan laporan.
2. Kepada orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung segala kegiatan yang
kelompok 2 lakukan dalam pelaksanaan praktikum serta pembuatan laporan ini
sehingga terselesaikan dengan baik.
3. Dan seluruh anggota kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan
praktikum dan penyusunan laporan ini hingga selesai.
Demikian Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini kami buat dengan sepenuh hati.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat ketidaksempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari Bapak/ibu dosen
maupun pembaca. Kami berharap semoga ini dapat bermanfaat dan memotivasi kita semua.
Kelompok 2 Indralaya
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka laporan praktikum ini ditulis dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Memahami proses evapotranspirasi pada ekosistem khususnya pada lapangan terbuka
2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi evapotranspirasi
1.4 Manfaat
Dari kegiatan praktikum ini, diharapkan bagi mahasiswa agar dapat memahami proses
evapotranspirasi pada ekosistem khususnya pada lapangan terbuka dan mengetahui
faktor-faktor yang memengaruhi evapotranspirasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari
permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh
adanya pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain,
besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air
berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari
permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer
melalui vegetasi) ( Kodoati dan Rustam, 2008).
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu
lahan bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses
dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya
uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer
(vapor removal). Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti
danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah.
Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap
air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor
removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun
dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hamper
semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan
ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman
(Allen et al. 2008).
Transpirasi merupakan peristiwa penguapan air dari tumbuhan melalui
pori-poridaun, sedangkan evapotranspirasi (evaporasi-transpirasi) itu sendiri
merupakan peristiwamenguapnya permukaan air dari daun atau tajuk tanaman
dari hasil metabolisme maupunyang tidak berasal dari kegiatan tersebut
(Anonim, 2012).
Evaporasi adalah difusi molekul cairan kedua, molekul dibebaskan
melaluievaporasi dalam bentuk gas. Bentuk gas dari air disebut uap air. Air
sebagian besar secarakonstan dievaporasikan dari sel tumbuhan yang sama
halnya dengan evaporasi (Latikan,2004).
Evaporasi terjadi pada berbagai jenis seperti permukaan danau, sungai,
lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Pada transpirasi, eva
pokorasi terjaditerutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui
stomata uap air akan lepas keatmosfer, hamper semua air yang di
ambiltanaman dari media tanam (tanah) akan ditranpirasikan, dan hanya
sebagian kecil yang di manfaatkan tanaman (Allend, 1998).
Udara tanah terdiri dari pertama-tama atas nitrogen dan oksigen mirip
seperti yangterdapat di atmosfer maupun berbeda dalam hal susunan udara
tanah yang mengalami turunnaik sangat besar. Pada saat akar-akar tanaman
yang bernafas mengeluarkan karbon dioksida.Bila perubahan udara yang tidak
mengambil tempat udara atmosfer, konsentrasi karbondioksida dapat
mencapai kadar yang tinggi pada saat ia menjadi beracun kebanyakan
tanamanyang di tanam, meskipu tanaman-tanaman menurunkan sebagian
besar CO2 untukfotosintesis dari udara tanah(Lewis, 1971).
Transpirasi yang melalui kutikula lebih sedikit dibandingkan dengan
stomatakarena pada kutikula terjadi difusiuap air dengan
langsungmengakibatkan uap air danterdapat lapisan penghalang pada kutikula
seperti kutin, lilin dan yang lain akanmemperlambat proses hilangnya air dari
permukaan daun tersebut (Kimbal, 1994).
Latikan (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi diantaranya adalah:
1. Ketersediaan air
• Evaporasi tanah
Air dievaporasikan pada permukaan tanah pada laju yang sama
dengan permukaan air bebas selama tanah basah dan tidak
dinaungi tanaman.
• Air tanah utk tanaman
• Kontribusi evaporasi tanah terhadap total evapotranspirasi
menurun sejalan dengan meningkatnya penutupan tanaman.
2. Faktor tanaman
Tahanan dalam tanaman : diatur oleh tahanan stomata dan tahanan
stomata dipengaruhi oleh suhu daun, cahaya,potensi air dan perbedaan
tekanan uap
a. Pengaruh penutupan tanaman:
• tanaman yang ditanam dalam barisan biasanya tidak
menutupi permukaan tanah sepenuhnya
• Sebelum tanaman menutup permukaan tanah
sepenuhnya,arah barisan tanaman dapat mempengaruhi
evapotranspirasi
• Banyaknya bagian permukaan tanah yang tertutup
tanaman menentukan perbandingan antara evaporasi
langsung dari tanah dan transpirasi dari tanaman
• tinggi tanaman: makin tinggi tanaman makin kuat
pengaruh angin yang memberikan energi bagi tarikan
air
b. Pengaruh morfologi tanaman
• Jenis daun : daun lebar lebih banyak mentranspirasikan
air daripada daun jarum
• Ukuran daun: daun yang lebih lebar lebih banyak
mentranspirasikan air daripada daun berukuran sempit
Daun dapat juga dilapisi dengan lilin, bulu halus, duri
• Daun memiliki berbagai warna
3. Kondisi meteorologis
Kondisi cuaca sangat menentukan laju evapotranspirasi dan
sebaliknya evapotranspirasi mempengaruhi iklim. Jumlah terbesar dari
energi yang digunakan pada evapotranspirasi disediakan hamper
seluruhnya dari dua sumber: energi radiasi dan energi dari udara yang
lebih panas daripada permukaan tanaman.
Radiasi netto adalah sumber energi utama untuk
evapotranspirasi, karena itu radiasi netto berbanding lurus dengan laju
evapotranspirasi. Adveksi panas terasa adalah perpindahan energy
dalam arah horizontal. Waktu tanah basah hamper semua energi dari
radiasi neto digunakan untuk panas laten, jika tanah menjadi kering
hanya sedikit radiasi netto untuk panas laten, mulailah terbentuk panas
terasa. Jika panas terasa ini bertiup diatas permukaan basah maka akan
terjadi evapotranspirasi (Usman, 2004)
Angin memindahkan uap air ke udara yang lebih kering
sehingga laju penguapan menjadi cepat. Angin juga menjadi alat
memindahkan panas terasa dari daerah kering ke daerah lembab/basah.
Kelembaban udara. Kalau udara jenuh (penuhuap) evaporasi tidak
akan terjadi. Laju evaporasi akan meningkat jika ada perbedaan
kelembaban yang besar antara permukaan tanaman dan
udara (Fontenot,2004).
BAB III
METODE PERCOBAAN
b. Bahan
Adapun bahan bahan yang digunakan dalam melaksanakan praktikum kali ini
yaitu :
1) Air ledeng
2) Tumbuhan air kecil (Salvinia)
4.3 Pembahasan
Evapotranspirasi merupakan peubah yang sangat berkaitan dengan produksi
tanaman. Pengamatan evapotranspirasi harian dapat digunakan sebagai peringatan
dini terhadap kekurangan air. Defisit evapotranspirasi merupakan selisih antara
evapotrans-pirasi potensial dengan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial
terjadi pada kondisi air tersedia maksimum atau kapasitas lapang, evapotrans-pirasi
aktual terjadi pada kondisi air tersedia dibawah kapasitas lapang. Jika kekurangan air
dapat diatasi sedini mungkin maka penurunan produksi dapat dihindari.
Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting bagi tanaman. Metabolisme
tanaman berlangsung jika evapotranspirasi terjadi.
Evapotranspirasi adalah proses gerakan air dari sistem tanah ke tanaman
kemudian ke atmosfir (transpirasi) dan gerakan air dari sistem tanah ke permukaan
tanah kemudian ke atmosfir (evaporasi).
Peubah-peubah dari sistem atmosfir digunakan untuk menduga
evapotranspirasi potensial. Pada kondisi defisit air, penurunan produksi berbanding
lurus dengan penurunan evapotranspirasi.Produksi maksimum merupakan produksi
tanaman pada kondisi lingkungan yang optimum. Evapotranspirasi maksimum terjadi
pada ketersediaan air optimum. Produksi aktual dan evapotranspirasi aktual terjadi
pada kondisi defisit air.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya
evapotranspirasi, maka evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi
potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih dipengaruhi oleh
faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi
tanaman dan unsur tanah. Uraian tentang pengaruh faktor lingkungan terhadap
evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh faktor- faktor tersebut pada
PET.
Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari
dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum besarnya PET akan
meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban, dan kecepatan angin
bertambah besar.Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses
fotosíntesis. Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui
sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas
(daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap
vegetasi yang bersangkutan. Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara
langsung berkaitan dengan intensitas dan lama waktu radiasi matahari. Namun
demikian perlu dikemukakan bahwa suhu yang akan mempengaruhi PET adalah suhu
daun dan bukan suhu udara disekitar daun. Pengaruh angin terhadap PET adalah
melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang keluar dari pori-pori daun. Semakin
besar kecepatan angin, semakin besar pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi.
Dibandingkan dengan pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap laju
ET adalah lebih kecil.
Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk
berlangsungnya ET. Ketika stomata daun terbuka, laju transpirasi ditentukan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi, demikian seterusnya sampai
stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini tampak bahwa pengaruh fisiologi
tanaman terhadap ET adalah dominan. Namur demikian proses terbuka dan
tertutupnya stomata ditentukan oleh faktor iklim terutama lama waktu penyinaran
(suhu udara). Suhu udara dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan menutupnya
stomata. Sementara kelembaban disekitarnya membantu memperpanjang lama waktu
stomata tersebut terbuka. Hal inilah yang menyebabkan proses ET terjadi terutama
pada siang hari dan berkurang secara drastis pada malam hari.Kelembaban tanah juga
mempunyai peran untuk mempengaruhi terjadinya kekurangan suplai air. Dengan kata
lain evapotranspirasi potensial berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah berkisar
antara titik wilting point dan field capacity.
Pada cawan pertama, selisih massa sebelum didedahkan sampai massa setelah
didedahkan yaitu 4,8. Pada cawan kedua, selisih massa sebelum didedahkan sampai
massa setelah didedahkan yaitu 15,3. Pada cawan ketiga, selisih massa sebelum
didedahkan sampai massa setelah didedahkan yaitu 6,9. Pada cawan keempat, selisih
massa sebelum didedahkan sampai massa setelah didedahkan yaitu 6,2. Pada cawan
terakhir yaitu cawan kelima selisih massa sebelum didedahkan sampai massa setelah
didedahkan yaitu 6,9. Waktu pada saat cawan didedahkan di tempat panas yaitu satu
jam, dimulai mulai pukul 15.00-16.00 WIB. Artinya pada kelima cawan tersebut
mengalami perubahan yaitu beratnya semakin berkurang karena beberapa faktor yakni
intensitas cahaya, kecepatan angin dan lain-lain, evaporasi pada air relative tinggi
terjadi pada tempat terang dibanding pada tempat gelap yang tidak terpapar sinar
matahari. Pengukuran suhu tempat pengamatan dilakukan dengan menggunaka
thermometer, maka suhu pada tempat terang adalah 33°C. Untuk pengukuran
intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan luxmeter, maka intensitas cahaya di
tempat yang terang atau di tempat yang terbuka adalah 487. Hal ini terbukti bahwa
evaporasi relatif tinggi terjadi pada pengamatan diluar ruangan atau tempat yang
terbuka.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa faktor
yakni intensitas cahaya, kecepatan angin dan lain-lain, evaporasi pada air relative
tinggi terjadi pada tempat terang dibanding pada tempat gelap yang tidak terpapar
sinar matahari.
5.2 Saran
Pada saat perhitungan harus lebih teliti karena, dengan perhitungan yang tepat
dan teliti maka akan memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu, bekerjasama pada
saat melakukan praktikum agar praktikum tersebut selesai tepat waktu dan untuk
penggunaan alat-alat harus diperhatikan lagi dengan teliti dan menggunakannya
dengan penuh hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie, RJ dan Sjarief, R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi.
Yogyakarta
Usman, 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta. Bumi
Aksara. 101 hal.
LAMPIRAN
• Proses pengukuran
• Proses pendedahan di tempat panas dan pengukuran faktor lingkungan