Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TYPOID

Disusun Oleh :
Putri Balqis
NIM : PO71202230069

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023 – 2024
I. Konsep Dasar Medis
A. Pengertian
Demam typoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi.Demam typoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi atau Salmonella Paratyphi A,B,dan C.
Penularan demam typoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi ( Mustofa et al.,2020 )
Demam Typoid ( typhus abdominalis ) merupakan penyakit infeksi akut pada usus
halus yang disebabkan oleh Salmonella typhosa dan hanya terdapat pada manusia
(Simangunsong et al.,2021)
Demam typoid adalah suatu infeksi sistematik yang disebabkan oleh bakteri S
typhi. Bakteri lain yang dapat menyebabkan demam typoid adalah Salmonella
enterica serovar paratyphi A,B,dan C penyakit ini disebut demam paratifoid
(Saputra,2021).

B. Etiologi
Demam typoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi.Demam typoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi atau Salmonella Paratyphi A,B,dan C.
Penularan demam typoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi ( Mustofa et al.,2020 )
Infeksi demam typoid biasanya terjadi di musim kemarau dan pada permulaan
musim hujan didaerah endemik.Jumlah bakteri typoid yang dapat menjadi infeksius
adalah jika 103-106 organisme masuk atau tertelan secara oral oleh manusia. Demam
typoid dapat menular melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh feses
(Saputra,2021)
C. Penularan Demam Typoid
Penularan demam typoid dapat terjadi dari menelan makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri typoid dan dapat juga karena adanya kontak langsung jari
tangan yang sudah terkontaminasi oleh tinja yang mengandung bakteri typoid,sekret
saluran nafas atau dengan pus dari penderita yang sudah terinfeksi bakteri tersebut.
Proses terkontaminasinya makanan atau minuman dipengaruhi juga oleh faktor lain
berupa pengolahan bahan makanan yang tidak bersih dan perilaku dari kebersihan
perorangan yang kurang baik sehingga banyaknya bakteri yang ditemukan pada
tangan (Saputra,2021)
D. Patofisiologi
Penyebab demam typoid adalah bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi.Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri basil gram negatif ananerob
fakultatif. Bakteri Salmonella akan masuk kedalam tubuh melalui oral bersama
dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi.Sebagian bakteri akan
dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung.Sebagian bakteri Salmonella yang
lolos akan segera menuju ke usus halus tepatnya di ileum dan jejunum untuk
berkembang biak.Bila sistem imun humoral mukosa (IgA) tidak lagi baik dalam
merespon,maka bakteri akan menginvasi kedalam sel epitel usus halus (terutama sel
M) dan ke lamina propia.Di lamina propia bakteri akan difagositosis oleh makrofag.
Bakteri yang lolos dapat berkembang biak didalam makrofag dan masuk ke sirkulasi
darah (bakterimia I).
Bakterimia I dianggap sebagai sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi selama 7-
14 hari Bakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus yang bernama plak
payer.Setelah menginvasi plak payer,bakteri dapat melakukan translokasi kedalam
folikel limfoid intestin dan aliran limfe mesenterika dan beberapa bakteri melewati
sistem retikuloendotelial di hati dan limpa.Pada fase ini bakteri juga melewati organ
hati dan limpa.Di hati dan limpa,bakteri meninggalkan makrofag yang selanjutnya
berkembang biak di sinusoid hati.Setelah dari hati,bakteri akan masuk ke sirkulasi
darah untuk kedua kalinya (bakterimia II).
Saat bakterimia II,makrofag mengalami hiperaktivasi dan saat makrofag
memfagositosis bakteri,maka terjadi pelepasan mediator inflamasi salah satunya
adalah sitokin.Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan munculnya
demam,malaise,myalgia,sakit kepala,dan gejala toksemia.Plak payer dapat
mengalami hyperplasia pada minggu pertama dan dapat terus berlanjut hingga terjadi
nekrosis diminggu kedua.Lama kelamaan dapat timbul ulserasi yang pada akhirnya
dapat terbentuk ulkus diminggu ketiga.Terbentuknya ulkus ini dapat menyebabkan
perdarahan dan perforasi (Levani & Prastya,2020).
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama dari demam typoid yang sering dijumpai adalah demam.
Gejala demam pada demam typoid akan meningkat secara perlahan dari menjelang
sore dan mencapai puncak pada malam hari dan akan mengalami penurunan pada
siang hari.Demam akan terus meningkat hingga 39-40 0C dan demam akan menetap
pada minggu kedua infeksi.Masa inkubasi dari bakteri typoid yaitu sekitar 7-14
hari.Gejala infeksi pada demam typoid tidak spesifik dan seperti infeksi
lainnya,gejalanya berupa sakit kepala,nyeri perut,nausea,myalgia,arthralgia,demam
serta konstipasi (Saputra,2021)
F. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosa demam typoid sangat berkaitan dengan pemahaman
patogenesis infeksi Salmonella typhi pada keadaan akut,kronis,dan fase
penyembuhan. Pemeriksaan laboratorium yang dipilih harus disesuaikan.
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa demam typoid dibagi menjadi pemeriksaan
baku emas (gold standard) dan pemeriksaan pendukung (Nurmansyah &
Normaidah,2020 ).
1. Kultur Bakteri
Ketika berhadapan dengan infeksi mikroorganisme,maka pemeriksaan kultur
selalu dijadikan sebagai gold standar.Pemeriksaan kultur dapat mendeteksi
keberadaan mikroba dengan baik,memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
baik,dapat membedakan mikroba penyebab demam typoid atau demam enterik
yang sama-sama disebabkan oleh mikroba genus Salmonella.Bakteri hasil kultur
dapat dijadikan isolat untuk keperluan lain seperti tes resistensi terhadap
antibiotik untuk penentuan resistensi antibiotik bakteri isolat,karakterisasi genetik
dari bakteri dengan teknik molekuler,dan studi epidemiologi.
2. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi pada infeksi digunakan sebagai pemeriksaan penunjang
pada diagnosa demam typod.Walaupun bukan gold standar,namun pemeriksaan
ini memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Pemeriksaan yang sering
dan masih digunakan adalah tes widal. Prinsip tes widal adalah mengukur
antibodi terhadap antigen Salmonella typhi O dan H (Ley,et al.,2010).
Pemeriksaan widal dapat menentukan apakah infeksi akut atau kronis dengan
peningkatan titer antibodi terhadap antigen O dan H,namun masih memerlukan
pemeriksaan lain sebagai penentu diagnosa demam typoid.
3. Pemeriksaan Molekuler
4. Pemeriksaan Penujang Lain
Pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa kebanyakan penderita demam typoid
mengalami keadaan leukositosis dan eosinopenia.Walaupun tidak spesifik sebagai
penanda adanya infeksi Salmonella typhi,namun pemeriksaan penunjang dapat
dijadikan sebagai parameter pendukung penentu diagnose.Pemeriksaan kimia
darah juga didapati adanya peningktan AST dan ALT hingga 2-3 kali lipat nilai
normal.

G. Komplikasi
1. Perdarahan Usus
2. Perforasi Usus
3. Peritonitis

H. Penatalaksanaan
Tatalaksan demam typoid tanpa komplikasi adalah berupa pemberian antibiotik
golongan fluoroquinolone,diantaranya adalah ciprofloxacin,ofloxacin,pefloxacin.
Pemberian antibiotik golongan fluoroquinolone pada demam typoid cukup
efektif,karena isolat dari bakteri Salmonella typhi tidak resisten terhadap
golongan fluoroquinolone. Terapi pada demam typoid tidak hanya berupa
pemberian antibiotik,namun juga dapat berupa terapi suportif dan istirahat (bed
rest).Terapi suportif pada demam typoid dapat berupa pemberian cairan dengan
tujuan untuk mengkoreksi adanya ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Sedangkan pemberian antipiretik pada demam typoid bertujuan untuk
menurunkan suhu dari demam hingga suhu normal,antipiretik yang biasa
digunakan pada demam typoid adalah paracetamol 500 mg yang dapat diberikan 3
kali dalam sehari. Pemberian nutrisi yang adekuat juga dapat menjadi terapi yang
tepat pada demam typoid,pemberian nutrisi melalui TPN,pemberian makanan
dapat berupa makanan yang lembut dan mudah untuk dicerna pasien
(Saputra,2021).
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1) Data biografi meliputi : nama,alamat,umur,tanggal masuk,rumah sakit,diagnosa
medis,catatan keluarga,keluarga yang dapat dihubungi.
2) Keluhan utama demam tinggi lebih dari 1 minggu,gangguan kesadaran : apatis
sampai somnolen,dan gangguan saluran pencernaan seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan,mulut bau,konstipasi atau diare,tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir,anoreksia dan muntah.
3) Riwayat kesehatan sekarang mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan
utama pasien,sehingga dapat ditegakan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.
4) Riwayat kesehatan dahulu apakah klien sudah pernah sakit dan dirawat dengan
penyakit yang sama.
5) Riwayat kesehatan keluarga apakah ada dalam keluarga klien yang sakit seperti
klien.
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi & metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami diare oleh karena tirah baring lama.Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan,hanya warna urine menjadi kuning
kecoklatan.Klien dengan demam typoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus,sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan aktivitas
Klien akan terganggu karena harus tirah baring total,agar tidak terjadi
kompliksi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang dewasa terhadap keadaan penyakitnya.
e) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman,perabaan,perasaan,pendengaran dan penglihatan umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak dapat suatu waham pada klien
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien dirawat dirumah
sakit klien harus bed rest total
h) Pola penanggulan stress
Biasanya orang dewasa akan tampak cemas (Aru,2015).
7) Data Fokus
8) Klasifikasi Data
9) Analisa Data
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal (D.0130)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan,ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien (D0019)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (penekanan intra
abdoment) (D.0077)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
5. Gngguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur (D.0055)
6. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D0023)
7. Ansietas (kecemasan) pada orang tua berhubungan dengan kurangnya terpapar
informasi (D.0080)

C. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan SLKI-SIKI


(SDKI) SLKI SIKI
1. D.0130 Setelah Observasi
Hipertermia berhubungan dilakukan 1. identifikasi penyebab
dengan proses penyakit intervensi hipertemia
ditandai dengan suhu tubuh keperawatan 2. monitor suhu tubuh
diatas nilai normal. diharapkan 3. monitor warna dan suhu
Ditandai dengan : termogulasi kulit
- suhu tubuh diatas nilai membaik dengan
normal kriteria hasil : Teraupetik
- kejang - menggigil 4. longgarkan atau lepaskan
- takikardi membaik pakaian
- takipnea - kejang menurun 5. berikan cairan oral
- kulit terasa hangat - takikardi 6. lakukan kompres dingin
membaik 7. sesuaikan suhu
- takipnea lingkungan dengan
membaik kebutuhan pasien
- suhu tubuh
membaik Edukasi
- suhu kulit 8. anjurkan tirah baring
membaik
- tekanan darah Kolabirasi
membaik
- ventilasi 9. pemberian cairan
membaik elektrolit
10. kolaborasikan pemberian
antipiretik
2. D.0019 Setelah Observasi
Defisit nutrisi b.d dilakukan 1. identifikasi status nutrisi
penurunan intake intervensi 2. identifikasi alergi dan
makanan,ketidakmampuan keperawatan intoleransi makanan
mengabsorbsi nutrient. diharapkan 3. identifikasi makanan yang
Dibuktikan dengan : status nutrisi disukai
- berat badan menurun pasien membaik 4. identifikasi kebutuhan
minimal 10% dibawah dengan kriteria kalori dan nutrisi
rentang ideal kriteria hasil : 5. monitor asupan makanan
- cepat kenyang setelah - porsi makanan 6. monitor berat badan
makan yang dihabiskan
- kram / nyeri abdomen meningkat Terapeutik
- nafsu makan menurun - diare menurun 7. berikan makanan secara
- bising usus hiperaktif - frekuensi menarik dan suhu yang
- otot pengunyah lemah makan sesuai
- otot menelan lemah membaik 8. berikan makanan tinggi
- membrane mukosa pucat - nafsu makan kalori dan protein
membaik
- bising usus Edukasi
membaik 9. anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
10.kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
jika perlu
11. kolaborasi pemberian
obat antimetik jika perlu
3. D.0077 Setelah Observasi
Nyeri akut b.d agen dilakukan 1. identifikasi
pencedera biologis intervensi lokasi,karakteristik,durasi,
(penekanan intra keperawatan frekuensi,kualitas,
abdoment).Ditandai diharapkan intensitas nyeri
dengan : tingkat nyeri 2. identifikasi skala nyeri
- mengeluh nyeri menurun dengan 3. identifikasi respon nyeri
- tampak meringis kriteria hasil : non verbal
- gelisah 1. keluhan nyeri 4. identifikasi faktor yang
- frekuensi nadi menurun memperberat dan
meningkat 2. meringis memperingan nyeri
- sulit tidur menurun
3. gelisah Teraupetik
menurun 5. berikan teknik non
4. kesulitan tidur farmakologi untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
5. frekuensi nadi 6. kontrol lingkungan yang
membaik memperberat rasa nyeri
7. fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
8. jelaskan
penyebab,periode dan
pemicu nyeri
9. jelaskan strategi
meredakan nyeri
10. ajarkan teknik non
farmakologis
4. D.0056 Setelah Observasi
Intoleransi aktivitas b.d dilakukan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring,kelemahan. intervensi 2. identifikasi kemampuan
Dibuktikan dengan : keperawatan berpartisipasi dalam
Mengeluh lelah diharapkan aktivitas tertentu
- frekuensi jantung toleransi
- sianosis aktivitas Teraupetik
- mengeluh lelah meningkat 3. latihan gerak pasif dan
- merasa tidak nyaman dengan kriteria aktif
setelah beraktivitas hasil : 4. libatkan keluarga dalam
1. kemudahan aktivitas
dalam
melakukan Kolaborasi
aktivitas 5. anjurkan melakukan
sehari-hari aktivitas secara bertahap
meningkat
2. kekuatan
tubuh bagian
atas dan
bawah
meningkat
3. keluhan lelah
membaik
4. dispneu saat
aktivitas
menurun
5. D.0055 Setelah Observasi
Gangguan pola tidur b.d dilakukan 1. identifikasi pola aktivitas
kurangnya kontrol tidur intervensi dan tidur
Ditandai dengan : keperawatan 2. identifikasi penyebab
- mengeluh sulit tidur diharapkan pola susah tidur
- mengeluh sering tidur membaik
terjaga dengan kriteria Terapeutik
- mengeluh tidak puas hasil : 3. lakukan prosedur untuk
tidur 1. keluhan sulit meningkatkan
- mengeluh pola tidur tidur menurun kenyamanan (posisi tidur)
berubah 2. mengeluh
- mengeluh istirahat sering terjaga Edukasi
tidak cukup menurun 4. jelaskan pentingnya tidur
3. mengeluh selama sakit
tidak puas 5. anjurkan pasien untuk
tidur menurun tidur tepat waktu
4. melaporkan
pola tidur Kolaborasi
membaik 6. kolaborasi pemberian obat
5. melaporkan tidur agar tidak terjaga
istirahat
cukup
6. Hipovolemi b.d kehilangan Setelah Observasi
cairan aktif. dilakukan 1. periksa tanda dan gejala
Dibuktikan dengan : intervensi hypovolemia (misal
- frekuensi nadi keperawatan frekuensi nadi
meningkat diharapkan meningkat,nadi teraba
- nadi teraba lemah status cairan lemah,tekanan darah
- tekanan darah menurun pasien membaik menurun,tekanan nadi
- tekanan nadi menyempit dengan kriteria menyempit,turgor kulit
- turgor kulit menurun hasil : menurun,membrane
- membran mukosa 1. turgor kulit mukosa kering,volume
kering membaik urin menurun,haus,lemah)
- volume urin menurun 2. frekuensi nadi 2. monitor intake dan output
- hematokrit meningkat membaik cairan
3. membrane
mukosa Terapeutik
membaik 3. hitung kebutuhan cairan
4. intake cairan 4. berikan asupan cairan oral
membaik
5. output urine Edukasi
meningkat 5. anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
6. anjurkan menghindari
posisi mendadak

Kolaborasi
7. kolaborasi pemberian
cairan isotonis (Nacl.RL)
8. kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid
20ml/kg bb untuk anak
7. D.0080 Setelah Observasi
Ansietas (kecemasan)pada dilakukan 1. identifikasi penyebab
orang tua b.d kurangnya intervensi ansietas
terpapar informasi. keperawatan 2. monitor tanda-tanda
Ditandai dengan : diharapkan ansietas
- merasa bingung ansietas
- merasa khawatir dengan menurun dengan Terapeutik
akibat dari kondisi yang kriteria hasil : 3. ciptakan suasana
dihadapi 1. perilaku terapeutik untuk
- sulit berkosentrasi gelisah menimbulkan kepercayaan
- tampak gelisah menurun 4. temani pasien atau
- tampak tegang 2. verbalisasi keluarga untuk
- suara bergetar khawatir mengurangi kecemasan
- tekanan darah meningkat akibat kondisi 5. gunakan pendekatan yang
yang dihadapi tenang dan meyakinkan
menurun
3. perilaku Edukasi
tegang cukup 6. latihan teknik relaksasi
menurun 7. informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis,pengobatan dan
prognosis
8. anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang
dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang
lain.Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada
pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan,sebagaimana
digambarkan dalam rencana yang sudah dibuat (Patrisia et al.,2020)

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang
diharapkan.Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan
dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.Dalam melakukan evaluasi,perawat
seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon
terhadap intervensi keperawatan,kemampuan menggambarkan kesimpulan
tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil (Patrisia et al.,2020)
DAFTAR PUSTAKA

Levani, Y ., & Prastya, A. D. (2020). Demam Tifoid : Manifestasi


Klinis,Pilihan Terapi Dan Pandangan Dalam Islam. Al-Iqra Medical
Journal : Jurnal Berkala Ilmiah
Kedokteran,3(1),10-16.https://doi.org/10.26618/aimj.v3i1.4038

Mustofa, F.L., Rafie, R., & Salsabilla, G. (2020). Karakteristik Pasien


Demam Tifoid pada Anak dan Remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 12(2), 625-633. https:// doi.org/10.35816/jiskh.vl2i2.372

Nurmansyah, D., & Normaidah. (2020). Review : Patogenesis Dan


Diagnosa Laboratorium Demam Tifoid. Klinikal Sains : Jurnal Analis
Kesehatan, 8(2),51-61. https://doi.org/10.36341/klinikal_sains.v8i2.1409

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro,
B., Hutapea, A. D., Khusniyah, Z., & Sihombing., R. M. (2020). Asuhan
Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita
Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_pada_Kebu
tuhan_Dasar/VeMNEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Saputra, D. A. (2021). Terapi pada Demam Tifoid Tanpa Komplikasi.


Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(1), 213-222.
https://doi.org/10.37287/jppp.v3i1.392

Simangunsong, M.S., Syaiful,& Sinuraya, E. (2021). Studi Kasus Kompres


Hangat Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Demam
Thypoid Di Rumah Sakit Tk li Putri Hijau Medan. Mahesa: Malahayati
Health Student Journal, 1(3), 297-306.
https://doi.org/1016/j.ajodo.2021.07.002

Tim Pokja SDKI DOO PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SDKI DPP PNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan

Tim Pokja SLKI DPP PNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai