LP PPOK - Balqis
LP PPOK - Balqis
Disusun Oleh :
Putri Balqis
PO71202230069
PENDAHULUAN PPOK
B. Etiologi
Faktor resiko PPOK digolongkan menjadi paparan lingkungan dan faktor host.
Paparan dengan rokok merupakan penyebab terbesar dari PPOK, baik perokok aktif
maupun pasif. Paparan lingkungan lain yang merupakan faktor resiko PPOK adalah
debu pekerjaan, polusi dalam dan luar ruangan yang secara langsung terhirup dan
masuk ke saluran pernafasan. Faktor lain yang berasalh dari diri sendiri adalah
defisiensi antitrypsin alfa, yaitu berupa enzim pelingdung bagi paru saat terkena
trauma (Nies, 2018).
C. Patofisiologi
PPOK dicirikan dengan adanya hambatan aliran udara kronis yang tidak
sepenuhnya reversibel, serta adanya respon inflamasi yang tidak normal di paru.
Perubahan patologis pada paru pasien PPOK ditemukan pada saluran udara proksimal
dan perifer, parenkim paru dan pembuluh darah pernapasan. Pada pasien PPOK,
respon perlindungan normal terhadap zat asing yang masuk ke dalam paru mengalami
amplifikasi dan menyebabkan kerusakan jaringan. Secara umum, perubahan
inflamatif dan struktural yang terjadi meningkat seiring dengan memburuknya
kondisi penyakit dan bersifat persisten bahkan setelah pasien berhenti terpapar zat
asing. Beberapa mekanisme yang terlibat dalam memperburuk respon inflamasi pada
pasien PPOK diantaranya: respon imun bawaan dan respon imun adaptif, sel dan
mediator inflamasi, ketidakseimbangan protease dan antiprotease, serta stres
oksidatif. Seluruh mekanisme tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.
Sistem imunitas inflamasi bawaan menyediakan perlindungan primer terhadap
zat asing. Garis pertahanan pertama dari sistem ini terdiri dari mucociliary clearance
apparatus dan makrofag yang bertugas untuk membersihkan benda asing dari saluran
pernapasan. Pada pasien PPOK, kedua hal ini mengalami gangguan serius. Garis
pertahanan kedua ialah eksudasi plasma dan sirkulasi sel ke dalam saluran udara
besar dan kecil, serta alveoli. Proses ini dikendalikan oleh kemokines pro-inflamasi
serta sitokin, yang mana dihasilkan oleh sel-sel inflamasi. PPOK dicirikan dengan
adanya peningkatan jumlah neutrofil, makrofag, limfosit T (CD8 > CD4), dan selsel
dendritik di berbagai bagian dalam paru. Sel dendritik merupakan major antigen-
presenting cells (MHC) yang menghubungkan respon imun bawaan dan respon imun
adaptif Selain mekanisme di atas, adanya stress oksidatif juga berperan dalam
patogenesis PPOK. Stres oksidatif dapat menyebabkan stimulasi produksi mukus
serta inaktivasi antiprotease, yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan
proteaseantiprotease. Stres oksidatif juga dapat menimbulkan amplifikasi inflamasi
dengan mengaktifkan berbagai jalur interselular. Perubahan-perubahan patologis yang
terjadi menyebabkan abnormalitas fisiologis, diantaranya: hipersekresi mukus,
disfungsi silia, gangguan aliran udara, abnormalitas pertukaran udara, hipertensi
pulmoner, dan efek sistemik.
Dilihat dari sudut pandang fisiologi, volume paru dibedakan menjadi volume
dinamis dan statis. Kedua sub-kelas tersebut dinilai dengan derajat inspirasi dan
ekspirasi yang berbeda. Volume/kapasitas statis paru dibagi menjadi empat volume
standar (tidal/TV, komplementer/ IRV, suplementer/ERV, dan volume residual/RV)
dan empat kapasitas standar (inspirasi, residual fungsional, vital, dan kapasitas total
paru) sedangkan, volume dinamis paru kebanyakan berasal dari kapasitas vital.
Volume/kapasitas paru digambarkan melalui jejak spirometer pada Gambar 2.[23]
Pada PPOK, keseluruhan volume/ kapasitas paru mengalami gangguan akibat
perubahan patologis yang terjadi.[24] Oleh karena itu volume dinamis paru dinilai
bersifat esensial dalam diagnosis dan follow-up PPOK, dan volume udara statis
bersifat sama penting baik untuk evaluasi obstruktivitas maupun penilaian kerusakan
restriktif pernapasan.
Adanya hambatan aliran udara merupakan prinsip kerusakan fisiologis dari
PPOK. Faktor intrinsik yang menyebabkan kondisi ini diantaranya: inflamasi dinding
bronkus termasuk inflamasi/edema mukosa, perubahan bentuk/fibrosis dinding
bronkus, dan peningkatan sekresi mukosa.[25] Faktor ekstrinsik meliputi: hilangnya
elastisitas jaringan penunjang dan adanya kompresi ekspirasi. Faktor lainnya seperti
disfungsi otot-otot pernapasan dapat memperparah kondisi hambatan aliran udara
pada pasien. hiperinflasi juga dapat terjadi pada pasien PPOK, menyebabkan
peningkatan kapasitas residu fungsional akibat adanya udara yang terperangkap
(Satryasa et al., 2018).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Rosyid et al (2020) Tanda dan gejala PPOK antara lain :
1. Sesak Nafas
2. Batuk dengan produksi sputum
3. Dada terasa berat
4. Wheezing
5. Tampak lelah
6. Penurunan Berat Badan
7. Anoreksia
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Thorax
2. Kultur sputum
3. Laboratorium darah lengkap
4. Elektrokardiografi
5. Pemeriksaan Fall Paru
F. Komplikasi
1. Hipoksemia
2. Asidosis respiratori
3. Gagal jantung
4. Cardiac Distritmia
5. Infeksi Respiratori
G. Penatalaksanaan
Terapi non-farmakologi pada pasien ini berupa coughing eKxcercise. Pasien
diintruksikan untuk tarik napas melalui hidung, kaki dan tangan dideplesikan,
mengatur diafragma untuk inspirasi dan kemudian tahan pernapasan untuk beberapa
detik, kontraksikan otot diafragma untuk menghasilkan batuk 2 kali (batuk pertama
untuk melepaskan dahak, batuk kedua untuk mengeluarkan dahak dari paru).
Secara umum, pemberian obatan- obatan pada PPOK ialah bronkodilator,
antimuskarinik, anti inflamasi, mukolitik, antitusif, antibiotik, kombinasi long acting
beta agonis dan kortikosteroid inhalasi.18 Pada pasien ini diberikan salbutamol
(golongan bronkodilator) tablet 2 mg 3x1 dan ambroxol (golongan mukolitik) 30 mg
3x1 (Hulaima et al., 2019).
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan.
Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien OMSK pengkajian meliputi :
1. Anamnesa
a. Identitas diri pasien dan penanggung jawab
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
b. Keluhan utama
Termasuk dalam keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk
berdarah, produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada.
1) Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri
2) Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien. Apakah
panas, berdenyut / menusuk
3) Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa terasa
sakit menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
4) Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien
berdasarkan skala nyeri
5) Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada waktu
malam hari atau pagi hari.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya pasien PPOK mnegalami sesak nafas, batuk disertai sputum, dada terasa
berat, nyeri dada, terdapat suara tambahan wheezing pasien juga sering mengeluh
kelelahan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama ataupun penyakit
pernafasan lain.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi
hidup sehat Klien PPOK apakah akan mengalami perubahan pada status
kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Dikaji tentang frekuensi makan, porsi makan, riwayat alergi terhadap suatu jenis
makanan tertentu dan jenis minuman, jumlah minuman, adakah pantangan.
c. Pola eliminasi Perubahan
BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami kesulitan waktu BAB di kaenakan
imobilisasi, feses warna kuning.
d. Pola istirahat dan tidur
Waktu tidur, lamanya tidur setiap hari, apakah ada kesulitan dalam tidur. Pada
klien PPOK sering sesak dan hal ini mungkin akan mengganggu istirahat tidur
klien
e. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas pada klien yang mengalami gangguan mengakibatkan kebutuhan pasien
perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengalami gangguan percaya diri sebab tubuhnya perubahan pasien takut
cacat / tidak dapat bekerja lagi.
g. Pola hubungan peran
Terjadi hubungan peran interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna sehingga
menarik diri.
h. Pola penggulangan stress
Penting ditanyakan apakah membuat pasien menjadi depresi / kepikiran mengenai
kondisinya.
i. Pola reproduksi seksual
Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami perubahan pola seksual dan
reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak mengalami gangguan pola
reproduksi seksual.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Terjadi kecemasan/stress untuk pertahanan klien meminta mendekatakan diri pada
Allah SWT
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan) (D.0005)
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003)
4. Gangguan Pola Tidur b.d kurang control tidur, sesak nafas (D.0055)
5. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme. (D0019)
6. Intoleran aktivitas b.d tirah baring, kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (D.0056)
C. Intervensi
Edukasi
10. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari
11. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian obat
2. D0005 Setelah dilakukan Observasi
intervensi
Pola nafas tidak efektif keperawatan 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
b.d. Kelemahan otot diharapkan pola nafas kedalaman, usaha nafas)
pernafasan Dibuktikan membaik dengan
dengan : 2. Monitor bunyi nafas
kriteria hasil :
tambahan (Gurgling, mengi,
1. Kapasitas vital
1. Penggunaan otot bantu wheezing, ronki)
membaik
pernapasan
2. Tekanan ekpirasi 3. Auskultasi bunyi nafas
2. Fase ekspirasi meningkat
memanjang 3. Tekanan inspirasi 4. Monitor saturasi oksigen
meningkat
3. Dispnea 4. Dyspnea menurun
5. Penggunaan otot Teraupetik
4. Pola nafas abnormal bantu nafas
(takipnea, bradipnea, menurun 5. Posisikan semi fowler
hipoventilasi) 6. Frekuensi nafas 6. Lakukan fisioterapi dada
5. Pernafaan cuping membaik
hidung 7. Berikan oksigen, jika perlu
6. Tekanan ekspirasi
menurun Kolaborasi
7. Tekanan inspirasi 8. Kolaborasi pemberian
menurun bronkodilator
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat
tidur agar tidak terjaga
5. D.0019 Setelah dilakukan Observasi
intervensi
Defisit nutrisi b.d keperawatan
peningkatan kebutuhan diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
□etabolism. Dibuktikan nutrisi membaik
dengan : dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi makanan yang
1. Berat badan disukai
1. Nafsu makan menurut membaik
3. Identifikasi kebutuhan kalori
2. Indeks masa tubuh
2. Berat badan menurun dan jenis makanan
membaik (IMT)
3. Bising usus hiperaktif 3. Frekuensi makan 4. Monitor asupan makanan
membaik
4. Membrane mukosa 4. Nafsu makan 5. Monitor mual & muntah
pucat membaik
5. Membrane mukosa 6. Monitor berat badan
5. Sariawan membaik
Teraupetik
7. Lakukan oral hygiene
sebelum makan
8. Berikan makanan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
9. Berikan makanan yang tinggi
protein dan tinggi kalori
Edukasi
10. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
11. Kolaborasikan pemberian
medikasi sebelum makan
D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas perawat dalam
membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga untuk mencapai hasil
yang diharapkan dari pasien (Pangkey et al., 2021).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada
dokumentasi ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana tentang
kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan
yang dialami oleh pasien dengan melibatkan pasien dan tenaga Kesehatan lainnya
(Pangkeyetal.,2021).
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA
Hulaima, I. S., Utami, N., Sibuea, S., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Lampung, U.,
Anatomi, B., Anatomi, P., Kedokteran, F., Lampung, U., Ilmu, B., Masyarakat, K.,
Kedokteran, F., & Lampung, U. (2019). Penatalaksanaan Osteoartritis , Hipertensi dan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis ( PPOK ) dengan Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
Management Osteoarthritis , Hypertension and Chronic Obstructive Pulmonary Disease
( COPD ) with Family Physician Principles. Jurnal Agromedicine, 6(2), 455–463.
Nies, M. A. (2018). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga (Edisi pert). ELSEVIER.
Pangkey, B. C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-Dasar Dokumentasi
Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
https://www.google.co.id/books/edition/Proses_Keperawatan_Berbasis_KKNI_Kerangk/2U
XbDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Rosyid, A. N., Marhana, I. A., & Hasan, H. (2020). Kedokteran Respirasi 2020. Airlangga
University Press.
Rumampuk, E., & Thalib, A. H. (2020). Efektifitas terapi nebulizer terhadap bersihan jalan napas
tidak efektif pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Jurnal Mitrasehar, 10(2),
250–259.
Satryasa, A. B. S., Suryantari, S. A. A., Pratama, G. M. C. T., Hartawan, I. G. N. R. M., &
Muliarta, I. M. (2018). Potensi Pranayama Dalam Meditasi Raja Yoga Sebagai Modalitas
Pencegahan Serta Terapi Komplementer Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis (Ppok).
Essential: Essence of Scientific Medical Journal, 16(1), 21–29. www.pubmed.com
Sulistiowati, S., Sitorus, R., & Herawati, T. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada, 5(1), 30–
38. http://repository.ump.ac.id/1077/5/ENDAH RETNO HAPSARI BAB II.pdf
Susanto, A. D. (2021). Problems of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) Among
Workers. Jurnal Respirologi Indonesia, 41(1), 64–73. https://doi.org/10.36497/jri.v41i1.148
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan