Anda di halaman 1dari 15

ETNOMETODOLOGI KOMUNIKASI PERANTAU DENGAN

MASYARAKAT LOKAL DI GARUT

ETHNOMETODOLOGY COMMUNICATION BETWEEN MIGRANT


AND LOCAL COMMUNITIES

Astri Fitria Angeline


Program Studi S-1 Public Relations,Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Garut
Astrifitritriaa@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya peningkatan perantau yang datang ke


Kabupaten Garut dari tahun ke tahun dan peningkatan tersebut hampir 15% setiap tahunnya,
terlihat dari data yang diperoleh sejak tahun 2015 tercatat 369 orang sampai pada tahun 2018
menjadi 587 orang. Peningkatan tersebut didasari oleh banyaknya perantau yang bekerja,
berdagang dan melanjutkan sekolah di Garut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menemukan pemahaman serta menjelaskan lebih dalam mengenai pola percakapan, bentuk
interaksi, serta hambatan komunikasi yang dilakukan perantau ketika berkomunikasi dengan
masyarakat lokal yang ada di Garut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif, dan menggunakan
paradigma konstruktivisme. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi partisipan, wawancara mendalam, studi kepustakaan, dokumentasi, dan
gabungan/triangulasi. Peneliti mengambil enam informan sebagai sumber informasi dengan
menggunakan pursposif sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etnometodologi
komunikasi perantau dengan masyarakat lokal yang ada di Garut lebih dominan menggunakan
pola percakapan dua arah karena dipengaruhi faktor pengalaman belajar berkomunikasi
sendiri ataupun diajarkan orang lain dan kesan positif yang dihadapi. Bentuk interaksi yang
digunakan yaitu bentuk antarpribadi karena dianggap lebih efektif, lebih nyaman, dan terdapat
toleransi di dalamnya, meskipun ada pula yang menggunakan bentuk interaksi kelompok
karena dipengaruhi oleh faktor situasi lingkungan dan pengaruh kondisi sekitar. Sedangkan,
hambatan komunikasi yang dihadapi yaitu hambatan bahasa yang digunakan, faktor fisik dari
perantau, hambatan penyampaian kalimat saat berkomunikasi, dan hambatan sosial budaya
yang berbeda. Maka dari itu para perantau belum sepenuhnya bisa menerima kondisi
kehidupan sosial daerah perantauannya, akan tetapi mereka sudah ada kesadaran akan
perbedaan budaya dan kebiasaan sehingga perantau sudah berkeinginan untuk memperbaiki
kesulitan dan meminimalisir hambatan yang biasa dihadapi;

Kata Kunci: Etnometodologi; Komunikasi; Perantau; Masyarakat Lokal.


ABTRACT

Astri Fitria Angeline. 24077115116. The title of this research is ”Ethnometodology


Communication Between Migrant and Local Communities” (Descriptive Qualitative Study
of Ethnometodology Communication Between Migrant and Local Communities in Garut).

The research is This research is motivated by an increase in the number of migrants who
come to Garut Regency from year to year and this increase is almost 15% every years, seen
from data obtained since 2015 recorded 369 people until 2018 to 587 people. The increase is
based on the number of migrants who work, trade and continue their schooling in Garut. The
purpose of this study is to find out the understanding and explaining more deeply about the
patterns of conversation, forms of interaction, as well as communication barriers carried out
by migrants when communicating with local communities who in Garut. The research method
in this research used a descriptive qualitative method with an qualitative approach, and using
the constructivist paradigm. While the data collection techniques in this study used participant
observation, in-depth interviews, literature study, documentation, and joint / triangulation.
The researcher took six informants as a source of information using purposif sampling. The
results showed that the ethnometodology communication between migrant and local
communities in Garut, more dominant using two-way communication pattern because its
influenced by the factors of learning experiences communicating alone or taught by others
and positive impression faced. From of interaction used is interpersonal forms because they
are considered to be more effective, more comfortable, and there is tolerance in it, although
some use a form of group interaction because it is influenced by environmental factors and
the influenced of ambient conditions. While, communication barriers faced namely the
language barrier that is used, physical factors migrants, obstacle in the delivery of the
sentence, and different socio-cultural barriers. Therefore, the migrants were not fully able to
accept the conditions of social life in their overseas areas, but they were already aware of
cultural differences and habits so that migrants had a desire to correct difficulties and
minimize common obstacles encountered;

Keywords: Ethnomethodology; Communications; Migrant; Local Communities.


PENDAHULUAN sosial menunjukkan bahwa manusia memiliki
naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya.
Dewasa ini komunkasi menjadi prioritas
Menurut pengamatan pra penelitian yang
utama dalam kehidupan sosial, dengan
dilakukan peneliti, pada kenyataanya
menggunakan komunikasi berbagai informasi
kesulitan yang dialami perantau khususnya di
bisa didapatkan oleh siapa saja. Komunikasi
Garut, bukan dilihat dari jarak tempat tinggal
lintas budaya merupakan salah satu aktivitas
asal mereka dengan daerah perantauan yang
yang dilakukan perantau untuk bisa
kini ditempatinya, tetapi mereka menemukan
melakukan komunikasi, serta bisa
berbagai hambatan serta kesulitan dalam
mendekatkan diri dengan lingkungan di
melakukan interaksi dengan lingkungan
sekitar tempat tinggal ataupun di lingkungan
disekitarnya terutama dalam bahasa yang
tempat kerja yang mayoritas pekerjanya
digunakan dan kebiasaan sehari-hari
adalah masyarat lokal. Pekerjaan menuntut
masyarakat di lingkungan tempat
seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih
perantauannya. Hambatan yang seringkali
mandiri, ketika seseorang dituntut untuk bisa
muncul dalam komunikasi yang dilakukan
hidup jauh dari daerah asal dan keluarga yang
adalah hambatan berbahasa serta hambatan
ditinggalkan di daerah asal. Perpindahan
sosial yang muncul diantara dua budaya yang
penduduk dari satu pulau ke pulau lain atau
berbeda sehingga memunculkan spekulasi
lebih dikenal dengan migrasi. Migrasi
gagalnya suatu komunikasi. Akan tetapi, di
merupakan aktivitas yang dilakukan para
sisi lain hambatan dalam berbahasa dan
perantau di berbagai wilayah terutama yang
hambatan sosial yang biasa terjadi pada
dilakukan para perantau yang ada di Garut,
komunikasi yang dilakukan perantau tidak
dengan berbagai latar belakang yang
menjadi suatu penghalang bagi perantau–
mempengaruhi migrasi tersebut, seperti
perantau lain yang datang ke Garut yang
tuntutan pekerjaan ataupun untuk melanjutkan
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan
sekolah.
perantau di Garut. Asumsi tersebut dapat
Sebagai makhluk sosial yang diberikan
dibuktikan dari data yang dimiliki dinas
karunia yang sempurna, manusia akan selalu
daerah di Kabupaten Garut.
berkeinginan untuk berkomunikasi dengan
Berdasarkan data yang diperoleh tercatat
cara berbicara, tukar-menukar gagasan untuk
pada tahun 2015 sampai dengan Tahun 2018
mengirim dan menerima informasi, berbagai
ada peningkatan dengan rata-rata 15% dari
pengalaman, bekerjasama dengan orang lain
tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2015
untuk memenuhi suatu kebutuhan, dan lain
hanya 369 orang dengan mayoritas perantau
sebagainya. Berbagai keinginan tersebut
tersebut migrasi karena bekerja. Dilansir dari
hanya dapat terpenuhi melalui komunikasi
laman website pemerintah Kabupaten Garut
dengan orang lain dalam sistem tertentu.
jumlah penduduk yang ada di Garut hingga
Karena adanya aktivitas dalam kehidupan
tahun 2018 tercatat sebanyak 2.228.711 orang
1
yang terdiri dari 1.136.803 berjenis kelamin dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya,
laki-laki, dan sisanya sebanyak 1.091.908 karena dilatar belakangi oleh faktor bahasa
berjenis kelamin perempuan. Jumlah dan hambatan fisik (dari intonasi
penduduk tersebut hasil pencatatan Data penyampaian pesan) yang kurang dimengerti
Konsolidasi Bersih Dinas Kependudukan dan oleh masyarakat lokal, begitupun sebaliknya
Catatan Sipil Kabupaten Garut yang meskipun sering kali bahasa Indonesia
terkumpul dari 42 Kecamatan yang ada di disisipkan dalam komunikasi yang
Kabupaten Garut. Maka dari itu, jumlah dilakukan.(Hasil observasi Peneliti, 2018)
perantau yang ada di Kabupaten Garut pada Realitas yang dibangun terkait dengan
tahun 2018 terakhir hampi 0.1% dari jumlah komunikasi perantau dengan masyarakat lokal
penduduk Kabupaten Garut. Jumlah tersebut di Kabupaten Garut ini dalam pengamatan
sangat mempengaruhi menurunnya angka empiris dilapangan menggambarkan, aspek
pekerja ahli pada bidang tertentu yang berasal realitas perantau yang seringkali mengartikan
dari masyarakat pribumi. Akan tetapi, di sisi pemaknaan majemuk atau bersifat tidak
lain sistem ekonomi meningkat di sebagian dalam arti yang sebenarnya dalam komunikasi
wilayah karena banyak rumah-rumah yang ditafsirkan para perantau terhadap
penduduk yang disewakan (rumah kos) kalimat yang ucapkan masyarakat lokal di
sebagai tempat tinggal perantau, selain itu lingkungannya tersebut. Dalam hal ini
pula wawasan pengtahuan dalam bidang komunikasi perantau dengan masyarakat lokal
kebudayaan dapat bertambah dan tersalurkan yang bersifat majemuk memunculkan suatu
dengan baik melalui komunikasi yang implikasi bersifat multidimensi. Implikasi
dilakukan perantau dengan masyarakat lokal atau akibat dari kemajemukan tersebut
yang berada di lingkungan tempat tinggalnya. menyangkut adanya perbedaan agama, suku
Berdasarkan observasi awal peneliti dari bangsa, kebudayaan, kelas sosial, dan lain-
hasil wawancara dengan Dito Hasta Krisandi lain. Kemajemukan daerah asal misalnya
salah satu perantau asal kota Semarang yang sering kali berkaitan dengan etnisitas baik di
bekerja di PT. Indonesia Power UPJP lingkungan tempat tinggal ataupun
Kamojang Garut. Mengatakan bahwa lingkungan pekerjaan. Akan tetapi hal
komunikasi yang dilakukan dengan tersebut dapat ditangani dengan cara
lingkungan barunya sering kali menemukan komunikasi yang dilakukan dengan bantuan
hambatan meskipun pada saat lain bisa merasa pihak ketiga.
nyaman dan menerima komunikasi yang Penelitian ini mengambil sebuah
dilakukan. Disisi lain, peneliti mengamati permasalahan pada perantau yang ada di
perantau yang bernama Irdo Nanto Rossi, Kabupaten Garut, dimana para perantau yang
yang merupakan Kepala Seksi Pidana Umum datang ke Garut dari tahun ke tahun
Kejaksaan Negeri Kabupaten Garut yang mengalami peningkatan 15% setiap tahunnya.
cenderung melakukan komunikasi satu arah Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui
2
bagaimana cara perantau melakukan kehidupan sosial yang tidak pasti, perilaku
komunikasi terhadap lingkungan yang begitu yang tidak disadari, dan kemampuan yang
berbeda dengan kebiasaan mereka dibutuhkan lingkungan yang teratur.
sebelumnya, dimana kebiasaan, budaya, serta Penelitian sejenis yang telah dilakukan
lingkungan yang berbeda itu mereka hadapi oleh Zazuli dengan penelitiannya yang
hingga saat ini. Teori yang digunakan terkait berjudul “Interaksi Mahasiswa Perantau
dengan komunikasi perantau dengan dengan Mahasiswa Lokal Aceh” dari skripsi
masyarakat lokal di Kabupaten Garut adalah komunikasi pada tahun 2015. Penelitian
etnometodologi komunikasi, maka dalam hal tersebut dilatar belakangi oleh banyaknya
ini peneliti tertarik untuk melakukan sebuah miss communications yang biasa terjadi di
penelitian terkait dengan komunikasi yang kalangan mahasiswa perantau ketika
dilakukan perantau melalui teori berinteraksi dengan mahasiswa lokal Aceh.
etnometodologi dalam pola komunikasi, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bentuk komunikasi, serta hambatan seberapa jauh hubungan interaksi mahasiswa
komunikasi yang dilakukan perantau dengan perantau dengan mahasiswa lokal Aceh, serta
masyarakat lokal Garut dengan tujuan sasaran menganalisa bentuk dan hambatan apa saja
informan perantau dari luar provinsi Jawa yang terjadi dalam berinteraksi. Hasil
Barat serta mayoritas perantau tersebut adalah penelitian terdahulu ini menunjukkan bahwa
bekerja. keadaan interaksi yang terjadi pada
Pendekatan etnometodologi memiliki mahasiswa perantau dengan mahasiswa lokal
pengaruh yang besar terhadap lingkungan Aceh sudah berjalan dengan baik dalam
sekitar, karena etnometodologi merupakan berbagai bantuan serta sesuai dengan nilai dan
suatu teori yang memusatkan perhatian pada norma yang berlaku.
aktivitas sehari-hari, dengan berpandangan Alasan pemilihan tekait dengan judul
bahwa kegiatan yang dikerjakan individu etnometodologi komunikasi perantau dengan
dilakukan sehari-hari dan relatif tanpa masyarakat lokal karena peneliti melihat
berpikir. Hal ini menjadi fokus utama pada realitas sosial yang terjadi saat ini khususnya
Etnometodologi tidak terstruktur, namun di Kabupaten Garut ada penggabungan dua
memfokuskan bagaimana individu budaya yang berbeda. Permasalahan tersebut
membangun kesadaran dan pemahaman akan menimbulkan sosioculture yang tergeser oleh
struktur. Etnometodologi komunikasi ini tetap perantau atas masyarakat lokal di lingkungan
fokus tentang interaksi sosial dalam dua tempat tinggal perantau, sehingga
perspektif utama, yaitu tentang analisis meningkatnya jumlah perantau di Garut dari
percakapan (conversation analysis) dan latar tahun ke tahun. Selain itu, meskipun
kelembagaan (institutional settings) yang komunikasi sudah menjadi hal yang erat
menjadi acuan dalam konsep teori ini, hal kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
tersebut dilatar belakangi oleh dasar asumsi manusia, akan tetapi tidak sedikit orang
3
melakukan miss communications terutama sehari–hari mereka serta cara mereka
dengan lingkungan yang tidak biasa ditemui. menyelesaikan kehidupan sehari-harinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Subjek bagi etnometodologi bukan warga
mengetahui serta memahami berbagaimacam suku primitive. Mereka adalah orang-orang
cara berkomunikasi perantau yang berada di dari berbagai situasi di dalam masyarakat.
lingkup masyarakat lokal di Garut, dengan (Ritzer & Goodman, 2010, p. 235)
kultur budaya yang berbeda dengan daerah
Komunikasi
asal. Penelitian ini bertujuan untuk
Komunikasi merupakan suatu proses
menemukan pemahaman serta menjelaskan
dinamik transaksional yang mempengaruhi
lebih dalam mengenai pola percakapan,
perilaku sumber dan penerimanya yang
bentuk interaksi, serta hambatan komunikasi
dengan sengaja menyandi (to code) perilaku
yang dilakukan perantau ketika
mereka untuk menghasilkan pesan yang
berkomunikasi dengan masyarakat lokal yang
mereka salurkan lewat suatu saluran (channel)
ada di Garut.
guna merangsang atau memperoleh sikap dan
perilaku tertentu. Komunikasi akan lengkap
TINJAUAN PUSTAKA
ketika penerima pesan bisa mempersepsikan
Etnometodologi dan menyerap perilaku yang disandi,
Etnometodologi didefinisikan sebagai memberikan makna dan pengaruhnya. Dalam
suatu kajian mengenai pengetahuan, aneka hal ini harus dimasukkan semua sumber
ragam prosedur dan pertimbangan yang dapat stimulasi dan kontekstual yang berperan
dimengerti oleh anggota masyarakat, mereka sebagai isyarat–isyarat kepada sumber dan
bisa mencari jalan dan bisa bertindak dalam penerima tentang kualitas dan kredibilitas
keadaan dimana mereka bisa menemukan pesan. Porter & Samovar (dalam Mulyana &
dirinya sendiri. Secara terminologi, Jalaludin, 2009, p. 14)
Etnometodologi diterjemahkan sebagai Kata komunikasi atau communication
sebuah metode pengorganisasian masyarakat (dalam bahasa inggris) berasal dari bahasa
dengan melihat beberapa aspek kebutuhan, latin yaitu communis secara spesifik memiliki
diantaranya yaitu pencerahan dan artinya “sama”, atau communico,
pemberdayaan. Jadi, etnometodologi menurut communication, serta communicare yang
Heritage adalah studi tentang bagaimana berarti “membuat sama” (to make common).
individu menciptakan dan memahami Istilah pertama (communis) adalah istilah
kehiduan sehari-hari dengan menggunakan yang paling sering didengar sebagai asal usul
metodenya untuk mencapai kehidupan sehari- dari kata komunikasi, yang merupakan akar
hari. Maka dari itu etnometodologi sebagai dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.
suatu studi tentang bagaimana orang-orang Komunikasi menyarankan bahwa suatu
menciptakan dan memahami kehidupan pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut

4
secara sama agar komunikasi dapat dilakukan penghidupan, ilmu, dan sebagainya di negeri
sesuai dengan tujuan. lain; (2) orang asing atau pengembara. Dalam
hal ini perantau dapat dikatakan sebagai kata
Migrasi benda dari rantau, yaitu orang yang merantau.
Migrasi merupakan istilah dari suatu Dapat disimpulkan bahwa perantau adalah
situasi seseorang atau sekelompok orang seseorang yang pergi dari tempat tinggal asal
yang melakukan perpindahan melalui batas– mereka sebelumnya dan bisa dikatakan
batas wilayahnya atau batas internasional sebagai orang asing ditempat perantauannya,
untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan berbagai tujuan baik itu mengembara,
dari wilayah sebelumnya. Migrasi dapat mencari ilmu, dan lain sebagainya. (KBBI,
dilakukan secara permanen ataupun dalam 2019)
jangka waktu tertentu sesuai dengan
Masyarakat Lokal
kebutuhan dan tujuan orang tersebut
Masyarakat Lokal adalah masyarakat yang
melakukan migrasi. Migrasi
bertempat tinggal di suatu daerah sejak dahulu
dilatarbelakangi oleh dua faktor yang saling
dan secara turun–temurun mereks tinggal di
mempengaruhi, yaitu faktor pendorong
tempat yang sama. Maka dari itu
(internal) dan faktor penarik (eksternal).
masyarakatlokal merupakan suatu kelompok
Faktor pendorong biasanya ditentukan oleh
masyarakat yang menjalankan tata kehidupan
kondisi wilayah asal, seperti prospek
sehari–hari berdasarkan kebiasaan yang
kehidupan, ekonomi yang tidak berjalan
sudah diterimanya sebagai nilai–nilai dari
dengan baik, diskriminasi pada etnis dan
perilaku umum, tetapi tidak sepenuhnya
agama, penindasan, dan lain sebagainya.
bergantung pada sumber daya pesisir dan
Sedangkan faktor penarik biasanya
pulau–pulau kecil tertentu. (Undang-undang,
ditentukan oleh kondisi–kondisi wilayah
2007)
tujuan yang biasanya memiliki atau
menjanjikan situasi dan kondisi yang
METODE PENELITIAN
sebaliknya dari situsi dan kondisi yang
dialami saat itu. (Ghazali, Pudjiastuti, & Penelitian ini menggunakan pendekatan
Sunardi, 2015, p. 14) kualitatif, dengan menjelaskan dan
mengintepretasikan etnometodologi
Perantau
komunikasi yang dilakukan oleh perantau
Perantau dapat didefinisikan sebagai
pada saat melakukan interaksi dengan
seseorang yang tinggal di luar daerah asal
masyarakat lokal di Garut. Paradigma yang
dengan jangka waktu yang bervariatif.
Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma konstuktivisme. Paradigma ini
Indonesia, perantau (kata benda) memiliki dua
makna yaitu (1) orang yang mencari merupakan paradigma antitesis dari paham

5
yang meletakkan pengamatan dan objektivitas yang berasal dari sumber tertulis serta
terhadap penentuan suatu realitas atau ilmu terpercaya, dan dalam hal ini peneliti
pengetahuan. menggunakan sumber kepustakaan untuk
Pendekatan yang digunakan dalam menambah literatur pengetahuan dalam studi
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, kepustakaan yang dilakukan dalam penelitian
pendekatan ini memungkinkan peneliti ini.
menginterpretasikan dan menjelaskan suatu Penelitian dilaksanakan pada bulan April –
fenomena secara holistic dengan Juni 2015. Informasi yang telah diperoleh ini
menggunakan kata – kata, tanpa harus akan dikumpulkan menjadi satu, kemudian
bergantung pada sebuah angka. Pemilihan baru dilakukannya proses analisis data yang
lokasi didasarkan atas tujuan penelitian ingin dimulai dengan menelaah seluruh data yang
memaparkan mengenai pola percakapan, tersedia dari beberapa sumber yang
bentuk interaksi, serta hambatan komunikasi dikumpulkan. Setelah dibaca, dipelajari, dan
perantau yang tinggal di Garut. Dalam ditelaah, maka langkah berikutnya adalah
penelitian ini, peneliti mengambil 6 (enam) mengadakan reduksi data. Reduksi data ini
informan dengan menggunakan teknik sendiri diawali dengan pengamatan maupun
purposive sampling. Teknik purposive wawancara yang terkumpul didalam temuan
sampling adalah pengambilan informan data kemudian digolongkannya, lalu peneliti
dengan menggunakan teknik pengambilan menyajikan data dengan mengarahkan serta
sampel sumber data dengan pertimbangan membuang yang tidak diperlukan, kemudian
tertentu dan dianggap memenuhi kriteria yang berada pada tahap penginterpretasian data
telah ditentukan oleh peneliti. yang diperoleh dan barulah peneliti
Teknik pengumpulan data yang digunakan melakukan penarikan kesimpulan penelitian
adalah observasi partisipan, wawancara tersebut.
mendalam, studi kepustakaan, dokumentasi,
triangulasi narasumber yang dianggap HASIL PENELITIAN DAN
kompeten. Dalam penelitian ini yang lebih PEMBAHASAN
menonjolkan adalah teknik observasi, hal ini
Secara garis besar komunikasi merupakan
bertujuan untuk lebih cermat mengamati
suatu proses sosial berupa lambang, ide, dan
segala macam aktivitas yang mereka lakukan
gagasan yang memiliki arti dan makna dan
selama berada di Garut. Adapun teknik
dibutuhkan setiap makhluk sosial untuk
wawancara yang digunakan hanya sebagai
mencapai tujuan dan menerima feedback atas
pembanding atau sebagai pisau bedah untuk
komunikasi yang dilakukan. Komunikasi
melihat kebenaran yang ada antara apa yang
dikatakan efektif apabila adanya umpan balik
diamati dengan apa yang dikatakan langsung
atas komunikasi tersebut dan memberikan
oleh perantau tersebut. Studi kepustakaan dan
pengaruh terhadap orang-orang yang
dokumentasi merupakan bahan tambahan
6
melakukan komunikasi seperti pengaruh lokal terbentuk oleh 2 macam elemen yaitu
pemikiran dan perilaku. Sedangkan, untuk pola percakapan satu arah, dan pola
etnometodologi komunikasi sendiri percakapan dua arah.
merupakan suatu teori sosial yang digunakan Seperti halnya pada informan pertama
untuk meneliti suatu objek terhadap yaitu Irdo yang mana dirinya menyatakan
lingkungan dari segi komunikasinya. bahwa ia lebih suka melakukan percakapan
Etnometodologi komunikasi berjalan di secara berkelanjutan antara dirinya sebagai
lingkungan perantau yang ada di Garut komunikator dan masyarakat lokal sebagai
dengan masyarakat lokal merupakan suatu komunikan atapun sebaliknya ketika ia
kegiatan yang dijadikan metode penunjang berusaha untuk belajar komunikasi serta
dalam proses pendekatan para perantau membiasakan berbudaya seperti masyarakat
terhadap lingkungan masyarakat lokal Garut. lokal Garut maka pada saat itu ia lakukan
dengan menjadi komunikan yang baik dalam
POLA PERCAKAPAN memperhatikan berbagai aspek yang
Pola percakapan merupakan suatu bagian dibicaran dan dilakukan masyarakat lokal
dari asumsi atas terjadinya suatu komunikasi yang berperan sebagai komunikatornya.
seseorang dengan lingkungannya. Pola dapat Artinya disini bahwa alur pada pola
diartikan sebagai suatu proses yang dirancang percakapan yang dilakukan Irdo merupakan
dan didalamnya saling berhubungan satu pola percakapan dua arah dimana dalam alur
sama lain, guna mempermudah pemikiran tersebut adanya feedback satu sama lain
yang diungkapkan secara logis dan sistematis. anatara perantau dan masyarakat lokal yang
Sedangkan, percakapan sendiri dapat dapat menimbulkan rasa saling memahami
diartikan sebagai suatu unsur yang terdapat diantara perantau dan masyarakat lokal.
dalam komunikasi baik melalui pelantara Begitupun dengan beberapa informan lain
(media penyampai) berupa orang atau alat, sebagai perantau dirinya ketika melakukan
ataupun tidak menggunakan pelantara. komunikasi dengan masyarakat lokal di Garut
Berdasarkan hasil penelitian yang ia cenderung menggunakan komunikasi dua
diperoleh dari hasil wawancara dengan para arah (Two Ways Communications) dengan
informan dalam penelitian ini, dimana para dilatarbelakangi oleh faktor pengalamannya
informan tersebut merupakan perantau yang untuk belajar secara personal baik melalui
tinggal di Garut dan berasal dari berbagai media lain ataupun dengan bantuan orang
wilayah di luar pulau jawa, pada pola terdekat yang dianggap bisa membantunya
percakapan yang dibahas dalam penelitian ini agar percakapan yang dilakukan dapat sesuai
penulis menginterpretasikan bahwa dengan isi dan tujuan percakapan tersebut.
etnometodologi komunikasi mengenai pola Adapun elemen pola percakapan secara
percakapan pada perantau dengan masyarakat satu arah (One Ways Communications) yang
biasa dialami para perantau ketika melakukan
7
komunikasi dengan masyarakat lokal Garut BENTUK INTERAKSI
ini, dimana hal tersebut dilatarbelakangi oleh
Bentuk interaksi merupakan salah satu
faktor ketidakpahaman informan yang
faktor yang terdapat dalam komunikasi,
merupakan perantau atas bahasa yang
bentuk interaksi biasanya dilihat dari situasi
digunakan masyarakat lokal dan dengan
ketika seseorang melakukan interaksi dan
begitu mereka sekedar menjadi pendengar dan
dilihat dari seberapa banyak jumlah orang
pengamat terlebih dahulu ketika ada orang
yang melakukan interaksi tersebut, karena
disekelilingnya yang sedang berkomunikasi.
pada dasarnya dalam diri manusia tentunya
Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan
terdapat beberapa kebutuhan yang berbeda-
Vina dan beberapa informan lain yang
beda, selain itu respon yang biasa dibentuk
menyebutkan bahwa mereka seringkali
dalam suatu interaksipun dapat diungkapkan
menggunakan alur pola percakapan satu arah
secara verbal dan nonverbal sesuai dengan
karena didasari oleh kurang baiknya
keiinginan dan keputusan.
komunikasi pada diri mereka sekalipun
Hal yang paling diperhatikan ketika
bahasa Indonesia yang digunakan.
informan akan melalukan suatu interaksi
Kemudian dalam elemen pola percakapan
dengan masyarakat lokal adalah dilihat dari
yang menggunakan alur multi arah meskipun
aspek bahasa yang biasa mereka gunakan dan
jarang digunakan oleh para perantau
bahsa yang biasa digunakan masyarakat lokal
khususnya informan yang ada dalam
pada umumnya, selain itu situasi dan kondisi
penelitian ini akan tetapi terlihat dari
pada saat mereka melakukan interaksipun
ungkapan yang diutarakan oleh Adrian bahwa
menjadi salah satu yang sering diperhatikan
alur pola percakapan ini digunakan oleh
ketika para informan ketika akan melakukan
beberapa orang ketika melakukan komunikasi
interaksi, karena tidak setiap interaksi pada
dalam suatu forum tertentu, atas bantuan
pengalaman baik bisa sama pada situasi dan
orang-orang yang sedang melakukan
kondisi yang berbeda.
komunikasi tersebut maka alur pola
Pada bentuk interaksi secara garis besar
percakapan multi arah pun bisa digunakan.
dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti
Meskipun pada teorinya pola percakapan
terhadap para perantau sebagai informan
terbagi atas tiga macam, akan tetapi pada
dalam penelitian ini, peneliti memandang
kenyataan yang terjadi dilapangan dalam
bahwa para informan tersebut lebih terarik
penelitian ini para informan yang merupakan
menggunakan bentuk interaksi secara pribadi
perantau yang tinggal di Garut mereka
karena dengan begitu mereka menganggap
menyebutkan bahwa lebih dominan
bahwa bentuk interaksi secara pribadi lebih
berkomunikasi dengan dua pola percakapan
memudahkan mereka untuk bisa membuka
yang digunakan.
diri terhadap orang baru yang ada disekitar

8
mereka terutama dengan menggunakan berbagai masukan dari berbagai orang hal
bentuk interaksi antarpribadi. tersebut pula bisa dijadikan sebagai suatu
Bentuk interaksi antarpribadi merupakan situasi dimana mereka bisa belajar atas
bentuk interaksi secara langsung antara satu kebiasaan baru yang mereka harus terima
orang komunikator dengan satu orang untuk bisa bertahan hidup di wilayah orang
komunikan atau hanya melibatkan dua orang lain dan bisa lebih mengenal banyak orang
saja dimana mereka bisa langsung saling untuk menambah relasi di tempat perantauan,
bertukar pikiran secara efektif serta bisa saling meskipun seringkali mereka menghadapi
memahami satu sama lain atas pesan yang kesulitan ketika berinteraksi secara kelompok
disampaikan sehingga tujuan dari interaksi karena tidak begitu efektif, maka selain
tersebut dapat tersampaikan. Hal tersebut berkomunikasi secara kelompok merekapun
sependapat dengan para informan terkait seringkali dalam satu situasi tersebut
penelitian ini yaitu perantau terutama yang berkomunikasi dengan diri sendiri atau lebih
diungkapkan oleh informan Dito, Vina, dan dikenal dengan bentuk interaksi intrapribadi
Adrian, yang lebih suka menggunakan bentuk ketika mereka ketidakpahaman atas apa yang
interaksi antarpribadi. disampaikan oleh masyarakat lokal.
Tiga dari enam informan menyatakan Pada teori yang sebenarnya mengenai
bahwa keefektifan suatu interaksi dimulai dari bentuk interaksi seharusnya terbagi atas tiga
pemahaman satu sama lain yang saling elemen yaitu bentuk interaksi pribadi yang
berinteraksi dimana hal tersebut didapat dari dibagi atas bentuk interaksi antarpribadi serta
orang yang berada dalam lingkungan terdekat bentuk interaksi intrapribadi, bentuk interaksi
serta dalam situasi yang tidak terlalu banyak kelompok, dan bentuk interaksi massa. Akan
orang. Selain itu dua informan tersebut tetapi pada kenyataan yang terjadi dilapangan
mengungkapkan alasan dari ketertarikannya ketika peneliti melakukan wawancara dan
menggunakan bentuk interaksi antarpribadi observasi lapangan terhadap para informan
karena komunikasi mereka sangat kurang baik dalam penelitian ini, peneliti hanya
terhadap berbagai bahasa terutama untuk menemukan dua elemen dalam bentuk
membuka diri dengan orang baru. interaksi yang biasa digunakan perantau
Kemudian tiga informan lain yaitu Irdo, ketika berkomunikasi dengan masyarakat
Saprija, dan Cepi mengungkapkan bahwa lokal dengan menggunakan bahasa secara
mereka sangat suka berkomunikasi dengan verbal.
siapa saja terutama dengan lingkungan baru Bentuk interaksi secara massa sejauh ini
yang mereka anggap bisa memperkaya belum pernah digunakan para informan dalam
pengetahuan dan budaya, maka mereka lebih penelitian ini ketika berinteraksi dengan
suka berkomunikasi dengan berkelompok masyarakat lokal Garut, hal ini disebabkan
agar mereka bisa dengan mudah berbagi karena berbagai faktor yang
berbagai pengalaman serta bisa memperoleh melatarbelakanginya seperti tidak adanya
9
kepentingan untuk melakukan interaksi secara bahasa daerah masih kuat melekat pada diri
massa karena bukan ranahnya, sekalipun masyarakat lokal.
mereka harus melakukan maka hal tersebut Seperti halnya yang dihadapi para perantau
tidak akan lepas dari bantuan orang lain yang sebagai informan penelian ini mereka
lebih berpengalaman ataupun bahkan menghadapi berbagai hambatan komunikasi
masyarakat lokal yang lebih dekat dengan ketika melakukan interaksi dengan
para informan masyarakat lokal di wilayah perantauannya
yang merupakan lingkungan baru dan tentu
HAMBATAN KOMUNIKASI saja sangat berbeda dengan kebiasaan yang
Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu biasa dilakukan di wilayah asal mereka
hambatan dalam kehidupannya terutama sebelumnya. Dari hasil penelitian mengenai
dalam setiap komunikasi yang dihadapinya. etnometodologi komunikasi antara perantau
Beragam faktor yang mempengaruhi dengan masyarakat lokal di Garut terutama
hambatan terutama dalam melakukan pada hambatan komunikasi yang paling utama
komunikasi bisa dihadapi setiap waktunya, adalah hambatan pada bahasa, dimana
bahkan satu orang yang sedang melakukan masyarakat lokal Garut ini masih kental
komunikasi bisa menghadapi beberapa dengan budaya menggunakan bahasa sunda
hambatan dengan berbagai latar belakang yang tidak bisa terlepas sedangkan di sisi lain
hambatan yang berbeda-beda. para perantau yang merupakan informan
Hambatan komunikasi bisa diartikan penelitian ini mereka baru pertama kali ke
sebagai suatu kesulitan yang dihadapi tanah sunda yang secaraotomatis sangat tidak
seseorang dalam melakukan komunikasi baik bisa menggunakan bahasa sunda.
dalam diri komunikator sebagai penyampai Selain menghadapi hambatan dalam segi
pesan, hambatan dalam penyampaian pesan bahasa, para informan penelitian pun
dari lingkungan, ataupun dalam diri mengungkapkan hambatan-hambatan lain
komunikan sebagai penerima pesan tersebut yang dihadapi ketika berkomunikasi dengan
karena banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat lokal diantaranya hambatan pada
hambatan dalam komunikasi yang dapat fisik yang kurang bisa diterima masyarakat
menjadikan kesalahpahaman dalam lokal yang membuat berkurangnya
komunikasi yang dilakukan sehingga, pesan kepercayaan masyarakat lokal untuk
yang diterima tidak sesuai harapan yang melakukan komunikasi dan menyulutkan rasa
disampaikan. Keberagaman hambatan percaya diri perantau tersebut terhadap
komunikasi yang biasa dihadapi para perantau masyarakat lokal terutama saat berkomunikasi
sebagai informan dalam penelitian, dominan karena mereka lebih fokus terhadap
menghadapi hambatan pada bahasa yang penampilan yang ditunjukkan perantau
mereka terima dari masyarakat lokal dimana daripada apa yang disampaikan. Selain itu, hal
lain yang menjadi hambatan komunikasi yang
10
dihadapi yaitu dari cara bicara dan menambah relasi diantara perantau
penyampaian yang biasa disampaikan denganmasyarakat lokal ataupun sebaliknya.
masyarakat lokal sangan bertolak belakang Selain itu, peneliti menemukan keselarasan
dengan yang biasa mereka lakukan baik dalam antara penelitian yang dilakukan dengan
segi intonasi, segi dialek penyampaian, dan asumsi teori etnometodologi yang
dalam segi durasi kalimat perkalimat yang dikemukakan oleh Philip Jones yaitu
disampaikan membuat mereka menghadapi mengenai kehidupan sosial yang dilakukan
kesulitan ketika berkomunikasi. perantau setelah melakukan penelitian dengan
Hambatan dalam etnometodologi elemen komunikasi yang dilakukan, maka
komunikasi perantau dengan masyarakat lokal dalam hal ini peneliti dapat menemukan
adalah dari bahasa dan kebiasaan yang bahwa kehidupan sosial yang rentan dijalani
dihadapi yang membuat mereka terkadang di daerah perantauan belum sepenuhnya bisa
merasa tidak nyaman atas komunikasi yang diterima perantau dikarenakan masih sulitnya
dilakukan dan menjadikan berbagai miss untuk membuka diri terhadap lingkungan
communications dan ketika hal tersebut sekitar terutama ketika menghadapi bahasa
dihadapi beberapa informan lebih memilih yang tidak mereka pahami.
untuk pergi meninggalkan pembicaraan Mengenai kesadaran secara praktis peneliti
dengan alasan tidak nyaman karena tidak bisa menemukan sebagian besar informan sudah
mengatasi hambatan tersebut, tapi pada sisi menyadari akan perbedaan yang dihadapi baik
lain tidak sedikit dari mereka yang lebih dalam segi budaya ataupun dalam segi
memilih diam dan mendengarkan saja kedudukan yang disadari bahwasannya
meskipun tidak seutuhnya komunikasi mereka hanyalah pendatang yang harus
tersebut bisa diterima dengan baik dan bisa mengikuti nilai-nilai sosial serta kebiasaan
dimengerti karena mereka yang lebih memilih yang tertanam serta yang utama adanya
diam dan mendengarkan menganggap bahwa kesadaran dalam sikap berkomunikasi antara
hal tersebut merupakan suatu tantangan yang lingkungan di daerah asal dengan lingkungan
harus dihadapi dan mau tidak mau mereka sekitar tempat perantauan.
harus menyadari bahwasannya mereka Serta adanya keinginan untuk
sebagai perantau harus bisa menerima memperbaiki komunikasi agar terciptanya
perbedaan dalam hidup untuk bisa bertahan suatu jalinan yang baik diantara perantau dan
hidup di tempat yang dianggap sangat masyarakat lokal guna menambah relasi
bertolak belakang dengan kebiasaan perantau di tempat perantauannya dengan bisa
sebelumnya. Selain itu hal tersebut bisa berkomunikasi terhadap berbagai tingkatan
dijadikan sebagai suatu ajang untuk mereka masyarakat lokal, selain itu adanya keinginan
bisa belajar dan menambah pengetahuan baru untuk meminimalisir setiap kesulitan yang
ketika menghadapi kebiasaan dan orang baru menjadikan hambatan dalam komunikasi
agar bisa terjalin hubungan baik dan yang dihadapi perantau.
11
SIMPULAN mereka cari bisa tersampaikan. Kedua ketika
berada pada lingkungan masyarakat lokal
Pola percakapan pada etnometodologi yang situasinya formal mereka cenderung
komunikasi yang digunakan perantau untuk menggunakan bentuk interaksi kelompok
berinteraksi dengan masyarakat lokal dapat dengan bahasa non-verbal melalui isyarat
disimpulkan dari pengadopsian pengalaman bahasa tubuh dan raut wajah. Hal tersebut
dan kesan pertama mereka ketika datang ke menjadi suatu kebiasaan yang mereka lakukan
Garut pengadopsian tersebut di dapat dari dalam kesehariannya baik dalam lingkungan
respon yang diterima pada perantau yang formal ataupun dalam lingkungan non-formal
didasari atas keterbukaan diri perantau itu di tempat perantauannya.
sendiri. Atas keterbukaan diri tersebut, maka Hambatan etnometodologi dalam ranah
sebagian besar perantau menggunakan komunikasi yang biasa dihadapi para perantau
komunikasi dua arah dengan dilatarbelakangi sebagai informan dalam penelitian ini ketika
oleh adanya dorongan pada diri mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal.
bisa lebih mendekatkan diri kepada Pertama kesulitan dalam bahasa yang
masyarakat lokal dengan cara belajar sendiri digunakan dalam artian ketika berinteraksi
melalui berbagai media ataupun diajarkan dengan perantau, masyarakat lokal sebagian
oleh masyarakat lokal yang dianggap mampu besar masih menggunakan bahasa sunda.
membantu komunikasi perantau tersebut Kedua dari penampilan fisik perantau yang
menjadi lebih baik dimata masyarakat lokal. mengurangi kepercayaan masyarakat lokal
Serta ada pula dari mereka yang terhadap perantau. Dan yang ketiga perbedaan
menggunakan pola percakapan satu arah penyampaian interaksi dan nilai-nilai
karena kurangnya keterbukaan diri atas komunikasi yang sangat bertolak belakang
ketidakpahaman percakapan yang dihadapi dengan perantau mengakibatkan mereka
dan tidak adanya motivasi untuk lebih dekat malas untuk berkomunikasi dengan
dengan masyarakat lokal. masyarakat lokal. Serta faktor penunjang
Bentuk interaksi pada etnometodologi budaya yang berbeda pun dapat menjadi
komunikasi yang digunakan perantau untuk hambatan bagi mereka ketika berkomunikasi
berkomunikasi dengan masyarakat lokal dapat dengan masyarakat lokal
disimpulkan dari terbentuknya rasa nyaman
atas kebiasaan berkomunikasi. Seperti yang
DAFTAR PUSTAKA
pertama bentuk interaksi pribadi lebih
dominan dilakukan perantau, karena dengan Cangara, Hafied. (2011). Pengantar Ilmu
melakukan hal tersebut dianggap bisa Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
mengefektifkan interaksi terutama ketika Grafindo Persada.
menggunakan bahasa verbal dalam situasi Coulon, A. (2004). L'Ethnometodologie.
nonformal agar maksud dari tujuan yang Jakarta: KKSK.
12
Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2010). Teori
Teori dan Praktek. Bandung: PT. Sosiologi Modern.
Remaja Rosdakarya.
West, R., & Turner, L. H. (2007). Pengantar
Ghazali, Z., Pudjiastuti, T. N., & Sunardi. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
(2015). Migrasi sebagai Dampak Humanika.
Perubahan Politik dan Ekonomi di
Wilayah Eks Uni Soviet. Jakarta: Wiryanto. (2001). Teori Komunikasi Massa.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Heritage, J. (2015). Etnometodologi. In A. a. Zimmerman. (2015). In G. Ritzer,


Ginddens, Social Theory Today : Etnometodologi Dalam Ilmu Sosial.
Panduan Sistematis, Tradisi, dan Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Tren Terdepan Teori
KBBI. (2019, Februari 1). Kamus Besar
Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahasa Indonesia. Retrieved Februari
Mulyana, D. (2013). Ilmu Komunikasi Suatu 1, 2019, from
Pengantar edisi revisi. Bandung: PT. https://kbbi.web.id/perantau
Remaja Rosdakarya.
Susanty, Y. (2019, Februari 26). Retrieved
Mulyana, D. (2013). Metode Penelitian from
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja https://yenipsa08.uns.ac.id/2010/11/26/
Rosdakarya. etnometodologi-dalam-penelitian-
kualitatif/
Martin, J., & Nakayama, T. (2007).
Intercuktural Communication. In R. Undang-undang. (2019, Februari 5). Pasal 1
West, & L. Turner, Pengantar Teori Angka 34 Nomor 27 tahun 2007.
Komunikasi. Jakarta: Salemba Retrieved from
Humanika. https://www.atrbpn.go.id/Publikasi/Per
aturan-Perundangan/Undang-
Philip, J. (2016). In R. Ahmadi, Metodologi Undang/undang-undang-nomor-27-
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: tahun-2007-1848
AR-Ruzz Media.

Porter, R., & Samovar, L. (2009).


Inercultural Communication. In D.
Mulyana, & J. Rakhmat, Komunikasi
Antarbudaya (p. 14). Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Ritzer, G. (2015). Etnometodologi Dalam


Ilmu Sosial. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.

13

Anda mungkin juga menyukai