Anda di halaman 1dari 37

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. I 36 TAHUN DENGAN


SKIZORENIA AFEKTIF DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Jiwa Holistik Islam


Program Studi Profesi Ners

Dosen Pembimbing:
Ns.Shella Febrita Puteri Utomo, S.Kep.,M.Kep

Oleh
NURRAMADHAN SUHARJA
102019046

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2023
ISOLASI SOSIAL

A. Definisi Isolasi Sosial


Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan dipersepsikan
disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan mengancam. Kondisi isolasi sosial
seseorang merupakan ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat
menimbulkan klien mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan (Sukaesti. 2018).
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan seseorang mengalami penurunan untuk melakukan
interaksi dengan orang lain, karena pasien merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, serta tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain atau orang disekitarnya (Kemenkes,
2019).
B. Etiologi Isosali Sosial
1. Predisposisi
Predisposisi adalah ada juga faktor presipitasi yang menjadi penyebab antara lain
adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien
mengalami kecemasan (Arisandy, 2017).
a. Aspek Biologis
Sebagian besar faktor predisposisi pada klien yang diberikan terapi latihan ketrampilan
sosial adalah adanya riwayat genetik yaitu sebanyak 66,7%. Faktor genetik memiliki peran
terjadinya gangguan jiwa pada klien yang menderita skizofrenia
b. Aspek Psikologis
Faktor predisposisi pada aspek psikologis sebagian besar akibat adanya riwayat
kegagalan/kehilangan (77,8%). Pengalaman kehilangan dan kegagalan akan mempengaruhi
respon individu dalam mengatasi stresornya
c. Aspek sosial budaya
Dimana pada klien kelolaan didapatkan aspek sosial budaya sebagian besar adalah
pendidikan menengah dan sosial ekonomi rendah masingmasing
2. Presipitasi
Merupakan faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami isolasi sosial: menarik diri
adalah adanya tahap pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik,
adanya gangguan komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang
salah yang dianut dalam keluarga serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari
keluarga yang menyebabkan klien menderita gangguan jiwa (Arisandy, 2017).
3. Rentang Respon Isolasi Sosial

Respon Adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersaman Ketergantungan Narsisisme
Saling ketergantungan

C. Patofisiologis Isolasi Sosial


Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bias dialami klien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan (Dermawan
dan Rusdi, 2013)
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangan hubungan
dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam
aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.Klien semakin
tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitive antara lain
pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga
berakibat lanjut menjadi halusinasi (Azizah & Wardani, 2017).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi social : menarik diri (Dermawan
dan Rusdi, 2013) seperti:
1. Gejala Subyektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang atau singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak
2. Gejala Objektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
b. yang terdekat
a. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
b. Kontak mata kurang
c. Kurang spontan
d. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
e. Ekpresi wajah kurang berseri
f. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
g. Mengisolasi diri
h. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
i. Memasukan makanan dan minuman terganggu
j. Retensi urine dan feses
k. Aktifitas menurun
l. Kurang energi (tenaga)
m. Rendah diri
n. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur

E. Pohon Masalah
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinas

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

F. Penatalaksanaan Isolasi Sosial


Menurut Yusuf (2015) Penatalakasanaan pada pasien skizofrenia dapat diberikan dengan
pemberian terapi yang diberikan secara komperehensif sesuai dengan tanda gejala dan penyebab
terjadinya penyakit. Pengalaman terapis akan menentukan pilihan alternatif yang tepat, dan sering
merupakan kombinasi antara satu terapi dengan lainya. Beberapa alternatif terapi yang dapat diberikan
antara lain dengan pendekatan farmakologi psikososial, rehabilitasi dan program intervensi keluarga.
(Henry, 2020)
1. Terapi Farmakologi
Pada pendekatan farmakologis, penderita skizofrenia biasanya diberikan obat anti psikotik.
Antipsikotik juga dikenal sebagai penenang mayor atau neuroleptic. Pengobatan antipsikotik
membantu mengendalikan perilaku skizofrenia yang mencolok dan mengurangi kebutuhan
untuk perawatan rumah sakit jangka panjang apabila dikonsumsi pada saat pemeliharaan atau
secara teratur setelah episode akut. Prinsip pemberian farmakoterapi pada skiofrenia adalah
“start low, go slow” dimulai dengan dosis rendah ditingkatkan sampai dosis noptimal
kemudian diturunkan perlahan untuk pemeliharaan. Berikut adalah sediaan antipsikotik yang
sering diberikan. Pemberian antipsikotik dilakukan melalui 3 tahapan dosis, initial, optimal
dan maintenance.
Dosis optimal dipertahankan sampai 1-2 tahun.
Dosis maintenance diturunkan perlahan sampai mencapai dosis terkecil yang mampu
 Haloperidol (Haldol, Lodomer dll), Sediaan : tablet (0,5mg-1,5mg2mg5mg), injeksi
(ampul, 1cc-5mg, im/iv), tetes/oral solution (30ml, dosis : 1 cc-2mg). injeksi long
acting (50mg/cc/4 minggu). • Dosis initial : 5 mg/hari, 2x sehari. • Dosis optimal : 5-
15mg/hari, 2-3x hari.
 Chlorpromazine (Largactil, Cepezet) • Sediaan : tablet (25mg, 100mg), injeksi
(50mg/2ml, im). • Dosis initial : 100-150mg/hari, sehari 1-2x • Dosis optimal : 150-
600mg/hari, sehari 2-3x.
 Trifluoperazine (Stelazine) • Sediaan : tablet (1mg, 5mg). • Dosis initial : 5mg, dosis
optimal : 10-15 mg/hari, 2-3x sehari.
2. Terapi psikososial
Salah satu dampak yang terjadi pada penderita skiofrenia adalah menjalin hubungan sosial
yang sulit. Hal ini dikarenakan skizofrenia merusak fungsi sosial penderitanya. Untuk
mengatasi hal tersebut, penderita diberikan terapi psikososial yang bertujuan agar dapat
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, mampu merawat diri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain.
3. Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit jiwa yang dikhususkan
untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, diantaranya terapi okupasional yang meliputi
kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis, menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya
program rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan
4. Program intervensi keluarga
Intervensi keluarga mempunyai banyak variasi namun pada umumnya intervensi yang
dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan sehari-hari, mendidik anggota keluarga
tentang skizofrenia, mengajarkan bagaimana cara berhubungan dengan cara yang tidak terlalu
frontal terhadap anggota keluarga yang menderita skiofrenia, meningkatkan komunikasi dalam
keluarga, dan memacu pemecahan masalah dan keterampilan koping yang baik.
Intervensi SAK
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Pasien Setelah...pertemuan SP1
sosial mampu: Pasien mampu:  Identifikasi penyebab
 Menyadari  Membina hubungan saling - Siapa yang satu rumah
penyebab isos percaya dengan pasien?
 berinteraksi  menyadari penyebab - Siapa yang dekat dengan
dengan orang isos, keuntungan dan pasien?
lain kerugian berinteraksi - Siapa yang tidak dekat dan
dengan orang lain apa sebabnya?
 melakukan interaksi  Tanyakan keuntungan dan kerugian
dengan orang lain berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap - Tanyakan pendapat pasien
tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain
- Tanyakan apa yang
menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
- Diskusikan keuntungan bila pasien
memiliki banyak temandan bergaul
akrab dengan mereka
- Diskusikan kerugian bila pasien
hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain.
- jelaskan pengaruh isos
terhadap kesehatan fisik
pasien
 Latih berkanalan
- Jelaskan keada pasien cara
berinteraksi dengan orang lain
- berikan contoh cara berinterkasi
dengan orang lain
- Beri kesempatan pasien
mempraktekan cara berinterkasi
dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan perawat
- Mulailah bantu pasien berinteraksi
dengan satu orang teman/
anggota keluarga
- Bila pasien sudah menunjukan
kemajuan tingkatkan jumlah
interkasi
- beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan
pasien
- Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain,
mungkin pasien mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya,
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
beri dorongan terus menerus agar
pasien tetap semangat
meningkatkan interkasinya.
 masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
SP2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
 Latih berhubungan social secara
bertahap, mengobrol dengan 1
orang
 Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
SP3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 & 2)
 latih cara berkenalan dengan 2
orang atau lebih
 Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
Keluarga Setelah … pertemuan, SP1
mampu: keluarga mampu  Identifikasi masalah yang dirasakan
 Merawat pasien menjelaskan tentang: keluarga dalam merawat pasien
dengan isos di  masalah isos dan  jelaskan tentang isos
rumah dampaknya pada  jelaskan tentang cara merawat
pasien pasien isos
 penyebab isos  latih (simulasi) keluarga dalam merawat
 sikap keluarga untuk pasien HDR
membantu pasien  RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
mengatasi isos merawat pasien
 pengobatan yang
berkelanjutan dan
mencegah putus
obat
 tempat rujukan dan
fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien
SP2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
 Latih keluarga langsung ke pasien
 Menyusun RTL keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP3
 Evaluasi kemampuan keluarga (SP1
& 2)
 Evaluasi kemampuan pasien
 Menyusun RTL keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
 RTL keluarga: Follow Up dan
rujukan
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
SP4
 Evaluasi kemampuan keluarga (SP1,
2, & 3)
 Evaluasi kemampuan pasien
 RTL keluarga: Follow Up dan
rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Dwi & Chandra. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia Dengan Masalah Harga
Diri Rendah Kronik (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
[online] http://eprints.umpo.ac.id/6116/
Wahyunngsih, E. (2018). Asuhan Keperawatan Skizofrenia Pada Ny. T Dan Ny. Y Dengan
Fokus Studi Harga Diri Rendah Di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Karya Tulis
Ilmiah. [online] http://repository.poltekkessmg.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=15832&keywords=
Maslahah. J. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Sdr. “S” Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan Pada Skizofrenia Tak Terinci Di Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia
Daerah Istimewa Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. [online]
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/52578739/KTI_JULIA_MARATUL_MASLAHAH_1913
1010
Chyntia, H. (2016). Asuhan Keperawatan Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Isolasi
Sosial Pada Sdr. S Di Bangsal Kresnarsj Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Direja, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Laia, D. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. Y Dengan Masalah Isolasi
Sosial di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatra.
FORMAT PENGKAJIAN STATUS MENTAL
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

RUANG RAWAT : Anggrek TANGGAL DIRAWAT : 12 Juli 2018


1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. I (L) Tanggal Pengkajian : 27 September 2023
Umur : 36 Tahun RM No. : 101186
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Status Marital : Janda
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Tn. T
Umur : 30 Tahun
Hubungan dengan klien: Adik pasien

2. ALASAN MASUK
KU:
- Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain, sering menyendiri.
- Pasien terlihat sering tidur dan meringkuk seperti bayi, enggan untuk berbicara
SMRS:
2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien bicara dan ketawa sendiri, menngis, bicara
kasar, merusak barang di rumah, sering mondar-mandir, pasien kurang tidur

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu :  ya tidak


(tahun: 2021)

2. Pengobatan sebelumnya Berhasil kurang berhasil  tidak berhasil


Alasan: pasien belum pernah melakukan pengobatan
3. Faktor predisposisi dan presipitasi
a. Predisposisi
Neurobiologis Psikologis Sosial Budaya
Belum pernah melakukan Pernah bercerai 1 tahun yang
pengobatan dari tahun 2021 lalu karena dijanjikan oleh
rekan kerjanya akan dinikahi
dan sampai saat ini belum
dinikahi
Pasien di PHK karena
ketahuan selingkuh dengan
rekan kerja
b. Presipitasi
Biologis (traumatic) Psikologis Social Budaya, Agama
Pasien mengatakan Pasien merasa dikucilkan
keluarganya jarang oleh masyarakat karena
mengajaknya mengobrol. takut pada dirinya
Sehingga pasien sering
sendirian, dan melamun di
rumah.

Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ya  tidak


Hubungan dengan klien : …………………………
Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
a. Kehilangan : pasien bercerai dengan suaminya
b. Kegagalan : pasien gagal dinikahi oleh rekan kerjanya
c. Trauma selama tumbuh kembang
1) Masa bayi
2) Masa Kanak — Kanak
3) Masa Remaja
4) Masa Dewasa Awal
5) Masa dewasa tua
6) Lansia
Penjelasan : tidak ada
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
7) Riwayat Penyakit Fisik di masa lalu:

6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital : TD : 124/85 mmHg N : 86x/menit S : 36,8○C P : 19x/menit
b. Ukuran : TB :155 cm BB : 48 kg

c. Keluhan Fisik :  ya tidak

Jelaskan : pasien mengeluh pusing dan mual


d. Pemeriksaan Fisik
Tuliskan data fokus dan efek samping obat yang berhubungan dengan sistem tubuh
1) Sistem integumen :
Warna kulit sawo matang, kebersihan kulit bersih, kulit kepala bersih, rambut rontok
terlihat lepek, turgor kulit elastis tidak kering tidak ada lesi/ dekubitu
2) Sistem kardiovaskuler :
Konjungtiva terlihat merah muda, tidak anemis. Tidak terdapat peningkatan JVP, tidak
terlihat kebiruan pada bagian dada/jantung, tidak terdapat kardiomegali, saat di perkusi
pada daerah lapang jantung terdengar suara dullness, saat dipalpasi tidak terdapat pulsasi
di 4 area katup jantung, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lub dub. Akral pasien hangat.
CRT < 2 detik
3) Sistem pernapasan :
Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada penggunaan
otot bantu napas tambahan, bentuk dada simetris, irama napas reguler, pengembangan
dada seimbang, vocal fremitus seimbang kanan kiri. Terdapat nyeri tekan di area dada.
Terdengar suara resonan di area dada, terdengar bunyi vesikuler di sekitar area paru, saat
di auskultasi tidak terdengar wheezing (-/-) RR 20x/menit
4) Sistem gastrointestinal:
Abdomen datar lembut, suara perkusi area lambung tympani, tidak terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan pada hepar, tidak terdapat asites, pasien tidak merasa
kembung dan mual, bising usus 10 kali/menit.
5) Sistem urogenital:
Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada rasa nyeri, tidak
terjadi inkontensia urine.
6) Sistem reproduksi :
Tidak ada gangguan pada area genital
7) Sistem persarafan :
a. N1 (Olfaktorius): pasien dapat membedakan bau kopi.
b. N2 (Optikus): pasien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm
tanpa mengguanakan alat bantu.
c. N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke segala arah,
respon pupil miosis (mengecil)
d. N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang diusapkan
pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar,halus, tajam, dan
tumpul pada area wajah. Reflek mengedip (+).
e. N7 (Fasialis): wajah simetris, tidak ada kelumpuhan di muka
f. N8 (Auditorius): kemempuan mendengar (+) namun harus dengan suara dan
intonasi yang jelas dan agak keras agar dapat mendengar dengan baik.
g. N9 dan N10 (Glosofaringeus): klien dapat menelan dengan baik saatminum
h. N11 (Asesorius): klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan normal.
Kekuatan otot sternokleidomastoideus dan trapezius (+).
i. N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah denganbebas.
8) Sistem muskuloskeletal :
Ektremitas atas: ROM kedua tangan kiri dan kanan dapat digerakan denganbebas ke
segala arah. Dapat melakukan fleksi dan ekstensi pada persendiantidak ada nyeri pada
area tangan. Kekuatan otot kanan dan kiri: 5/5 Ektremitas bawah: akral hangat, tidak ada
edema, ROM kedua kaki dapat bergerak ke segala arah. Terdapat kelemahan pada kaki
dengan kekuatan otot kaki kanan dan kiri: 5/5
9) Sistem endokrin :
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening
10) Sistem penginderaan:
sesuai, tidak ada gangguan dalam sistem penginderaan
Jelaskan, segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem tubuh klien termasuk perilaku :

7. Bagan Pola aktivititas kehidupan sehari-sehari sebelum di RS dan selam di rawat.


No ADL Sebelum di RS Selama dirawat
1. Nutrisi (makan& 3xsehari makan dan 3xsehari makan
minum) minum sendiri habis sendiri habis setengah
porsi dan minum 1-4
gelas besar/hari
2. Eliminasi (BAB 1x sehari BAB ke 1x sehari BAB ke
& BAK) toilet, sendiri toilet, sendiri
3-5x/hari BAK 3-5x/hari
3. Istirahat tidur 8jam/hari 8jam/hari
4. Aktivitas Mengurung diri di Mengurung diri di
kamar kamar
5. Personal hygene Mandi 2x sehari Mandi 1x sehari
sendiri sendiri
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
3. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri:
a. Gambaran Diri :
Pasien merasa tidak puas dengan wajahnya karena merasa tidak cantik
b. Identitas :
Pasien menyadari bahwa dirinya seorang perempuan dan puas dengan tsatusnya
sebagai perempuan
c. Peran :
Pasien seorang ibu dan mempunyai 5 anak dan pasien merasa puas menjadi seorang
ibu
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit jiwa ingin menjadi ibu yang lebih
baik dan megatakan ingin bekerja lagi
e. Harga diri :
Pasien mengatakan malu dan tidak percaya diri dengan wajahnya
2. Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti:
Anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Pasien jarang mengikuti kegiatan masyarakat dan sering berdiam diri di rumah
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa tidak percaya diri
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien beragama Islam
b. Kegiatan ibadah:
Pasien mengatakan tidak pernah salat tidak pernah berdoa
Masalah Keperawatan : risiko distress spiritual

9. Pengkajian Status Mental


Berikan tanda Checklist √ pada kotak yang sesuai dengan jenis kondisi klien
1. Penampilan :
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai
Berpakaian tidak seperti biasanya √ Sesuai

Jelaskan: penampilan pasien sesuai


Masalah Keperawatan : tidak ada
2. Cara bicara :
Cepat Gelisah Apatis
Keras Inkoheren √ tidak mampu memulai
pembicaraan
√ Lambat Membisu Sesuai
Jelaskan:
Interaksi selama wawancara pasien kooperatif, menyendiri tidak ada kontak mata berbicara suara
kecil, tidak mampu memulai pembicaraan dan berbicara lambat.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial

3. Aktivitas Motorik :
√ Lesu Tegang Gelisah
Agitasi Apatis Grimasen
Tremor Kompulsif Sesuai
Jelaskan :
Pasien terlihat lesu pada saat diajak berbicara karena tidak mau beraktivitas dan ingin tidur terus
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

4. Suasana hati:
√ Sedih Ketakutan √ Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan Sesuai
Jelaskan :
Pasien terlihat sedih dan merasa putus asa karena rindu keluarganya dan ingin segera pulang
Masalah Keperawatan : harga diri rendah

5. Afek
Datar √ Tumpul Labil Sesuai
Tidak Sesuai
Jelaskan:
Pasien hanya berinteraksi pada stimulu yang kuat
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
6. Interaksi selama wawancara :
Bermusuhan Tidak kooperatif mudah tersinggung
√ Kontak mata Defensive Curiga
kurang
Seduktif Berhati-hati Kooperatif
Jelaskan:
Pasien terlihat menunduk pada saat sedang berbicara
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

7. Persepsi
√ Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Olfakori (penciuman)
√ Visual Gustatori Ilusi
(penglihatan) (pengecapan)
Sesuai
Jelaskan: pasien mengatakan mendengan suara bisikan laki-laki yang mengajaknya shalat,
istigfar dan taubat pasien juga mengatakan melihat bayangan laki-laki
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori halusinasi

8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan Inkoheresn
asosiasi
Flight of idea √ Blocking Perseverasi Neologisme
Irelevansi Verbigerasi Word salad Sesuai
Jelaskan :
Pada saat sedang berbicara pasien terkadang suka diam dengan tiba-tiba dan melanjutkan
pembicaraan saat ditanya kembali
Masalah Keperawatan :Isolasi sosial
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham: √ Sesuai
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Siar pikir Sisip pikir Kontrol pikir
Jelaskan :
Isi pikir pasien sesuai
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

10. Tingkat Kesadaran


Bingung Sedasi Stuppor √ Allert
Disorientasi Disorientasi Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan :
Tingkat kesadaran nornal
Masalah Keperawatan : tidak ada
11. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi Sesuai
Jelaskan :
Pasien tidak mampu mengingat kejadian di masa lalu
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana √ mampu berkonsentrasi
Jelaskan :
Pasien mampu berkonsentrasi saat ditanya sekarang jam berapa, berhitung, sekarang lagi dimana
Masalah Keperawatan : tidak ada

13. Kemampuan penilaian


Gangguan penilaian ringan Gangguan penilaian bermakna
√ Tidak ada gangguan
Jelaskan:
Pasien tidak memiliki gangguan

Masalah Keperawatan : tidak ada


14. Daya tilik diri (Insight)
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
√ Mengetahui sakit yang dideritanya
Jelaskan:
Pasien tidak menghiraukan lagi penyakitnya
Masalah Keperawatan : tidak ada

10. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Makan
√ Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :
Pasien dibantu untuk meyiapkan makanan
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

b. BAB / BAK

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :
Pasien diantar ke toilet
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
c. Mandi
√ Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Pasien bisa mandi sendiri
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
d. Berpakaian / berhias

√ Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :
Pasien sudah mampu berpakaian sendiri dan sesuai
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
e. Istirahat dan tidur
Tidur siang , lama……………… ……s/d
√ Tidur malam, lama 8 jam
Kegiatan sebelum/sesudah tidur
Jelaskan:
Pasien tidur malam selama 8 jam, tidak ada gangguan pada saat pasien tidur
Masalah Keperawatan :Isolasi sosial
f. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Pasien sudah mampu meminum obat sendiri
Masalah Keperawatan:Isolasi sosial
g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan √ Ya Tidak
Perawatan pendukung Ya Tidak
Jelaskan :
Pasien sudah dapat menjaga kesehatannya karena bimbingan dari perawat
Masalah Keperawatan :
Isolasi sosial
h. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak √
Mencuci pakaian Ya Tidak √
Pengaturan keuangan Ya Tidak

Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
Isolasi sosial
i. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya √ Tidak
Tranportasi Ya Tidak

Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
Isolasi sosial

11. Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/ berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif √ Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya:………………………………….. Lainnya:……………
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
12. Masalah Psikososial
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
……………..……………………………………

√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik


Pasien merasa dikucilkan oleh masyarakat karena takut pada dirinya
Masalah dengan pendidikan, spesifik
……………………………………......................………
√ Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Pasien di PHK dari pekerjaanya karena ketahuan selingkuh dengan rekan kerjanya
√ Masalah dengan perumahan, spesifik
Pasien mengatakan keluarganya jarang mengajaknya mengobrol. Sehingga pasien
sering sendirian, dan melamun di rumah.
Masalah ekonomi, spesifik
……………..……………………………………………………….
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
………………………………………………… ………..

13. Pengetahuan Kurang Tentang


√ Penyakit jiwa system pendukung
Faktor presipitasi penyakit fisik
Koping obat-obatan
Lainnya : …………………….

14. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik :
Skizofrenia Afektif
Terapi Medik :

Nama obat Dosis Rute Indikasi


Haloperidol 2 x 2 mg Oral Obat psikotropik untuk mengatasi skizofrenia
Risperidone 2 x 2 mg Oral Obat untuk mengatasi gejala penyakit
parkinson
.

15. ANALISA DATA


N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS: Faktor predisposisi dan Isolasi Sosial
- Pasien mengatakan presipitasi
tidak mau bergaul
dengan orang lain, Stress psikologis
sering menyendiri.
- Pasien mengatakan Meningkatkan aktivitas pada
tidak ingin bergaul koneksi saraf di amigdala
dengan orang lain
DO: Amigdala mengaktifkan sistem
- Menyendiri saraf
- Pembicaraan sesuai
- Kontak mata Mengirim sinyal ke rangsangan
kurang otak
- Afel tumpul
- Suara kecil Koping individu tidak efektif
- Tidak mampu
memulai Perubahan perilaku psikososial
pembicaraan
- Pasien tampak lesu Marah-marah, bicara sendiri,
- Pasien terlihat tidur merusak barang
seperti janin
Menarik diri dari sosial
Mengurung diri di kamar dan
tidak ingin bergaul dengan orang
lain

Isolasi Sosial

16. Diagnosa Keperawatan


Isolasi Sosial berhubungan dengan perubahan status mental
17. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien : Ny. I Dx Medis : Skizofrenia Afektif
No. Medrek : 101186 Ruang : Nuri
Dx. Perencanaan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
27/09/ ISOS Tujuan umum: Setelah 1 kali SP1 1. Untuk mengetahui penyebab isos yang
2023 (Isolasi 1. Menyadari pertemuan pasien 1. Identifikasi penyebab terjadi pada klien, misalnya dari faktor
Sosial) penyebab ISOS mampu : a. Siapa yang satu rumah predisposisi yaitu riwayat gangguan jiwa
Tujuan Khusus: 1. Membina hubungan dengan pasien? sebelumnya, klien yang telah lama
Berinteraksi dengan saling percaya b. Siapa yang dekat dengan mengalami gangguan jiwa cenderung
orang lain 2. Menyadari penyebab pasien? mempunyai perilaku menarik diri dan
isos, keuntungan dan c. Siapa yang tidak dekat komunikasi terbatas hal ini merupakan
kerugian berinteraksi dan apa sebabnya? respon maladaptif dari klien. Semakin
dengan orang lain 2. Tanyakan keuntungan dan lama klien yang mengalami kekambuhan
3. Melakukan kerugian berinteraksi dengan klien banyak mendapatkan stressor dari
interaPksi dengan orang lain berbagai aspek kehidupan. Stuart (2013)
orang lain secara a. Tanyakan pendapat menyatakan jumlah stressor yang dialami
bertahap pasien tentang kebiasaan seseorang pada kurun waktu tertentu akan
berinteraksi dengan orang semakin memperburuk akibat yang
lain. diterima individu tersebut. (Sukaesti,
b. Tanyakan apa yang 2018).
menyebabkan pasien 2. Keuntungan jika dapat berinteraksi akan
tidak ingin berinteraksi mempunyai teman banyak, dan
dengan orang lain. kerugiannya apabila tidak berinteraksi
c. Diskusikan keuntungan tidak akan mempunyai teman banyak.
bila pasien memiliki Sehingga dapat dievaluasi bahwa pasien
banyak teman dan mau berbicara sedikit demi sedikit.
bergaul akrab dengan (Larasati, 2020)
mereka. Isolasi sosial merupakan salah satu
d. Diskusikan kerugian bila masalah psikososial yang penting untuk
pasien hanya mengurung segera ditangani. Isolasi sosial dapat
diri dan tidak bergaul menyebabkan gangguan pada fisik seperti
dengan orang lain. pada kesehatan jantung, merusak self
e. Jelaskan pengaruh isos esteem, depresi dan bahkan bisa
terhadap kesehatan fisik menyebabkan bunuh diri. (Utami &
pasien. Milkhatun, 2020)
3. Latih berkenalan 3. Melatih pasien dengan cara
a. Jelaskan kepada pasien berkomunikasi dasar nonverbal / sikap
cara berinteraksi dengan tubuh, seperti: kontak mata, duduk tegak,
orang lain. tersenyum, dan jabat tangan, melatih
b. Berikan contoh cara komunikasi verbal: mengucapkan salam
berinterkasi dengan orang (selamat pagi, selamat siang, dan selamat
lain. malam) dan memperkenalkan diri
c. Beri kesempatan pasien (memperkenalkan nama lengkap, nama
mempraktekan cara panggilan, asal, dan hobi), melatih
berinteraksi dengan orang komunikasi dalam menjawab pertanyaan
lain yang dilakukan terkait dengan kegiatan sehari-hari yang
dihadapan perawat. dilakukan pasien, dan melatih
d. Mulailah bantu pasien berkomunikasi untuk bertanya dengan
berinteraksi dengan satu cara terapis mempraktekkan terlebih
orang teman atau anggota dahulu kemudian dilanjutkan pasien yang
keluarga. akan mempraktekkan setelah diberi
e. Bila pasien sudah contoh oleh terapis. (Larasati, 2020)
menunjukan kemajuan 4. Agar pasien dapat berlatih untuk
tingkatkan jumlah berinteraksi setiap hari.
interaksi.
f. Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang
telah dilakukan pasien.
g. Siap mendengarkan
ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi
dengan orang lain,
mungkin pasien
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus menerus
agar pasien tetap
semangat meningkatkan
interaksinya.
4. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

Setelah 2 kali SP2 1. Untuk mengetahui apakah pasien masih


pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan yang lalu ingat terkait pembahasan pada pertemuan
mampu : (SP1) sebelumnya dan mengingatkan kembali
1. Membina hubungan 2. Latih berhubungan social kepada pasien.
saling percaya secara bertahap, mengobrol 2. Mengobrol dengan satu orang yang
2. Menyadari penyebab dengan 1 orang meliputi mengkaji kemampuan dalam
isos, keuntungan dan 3. Masukan dalam jadwal membina hubungan dengan orang lain,
kerugian berinteraksi kegiatan pasien mendorong dan membantu pasien
dengan orang lain berinteraksi dengan orang lain secara
3. Melakukan interaksi bertahap, memberi penguat positif atas
dengan orang lain keberhasilan yang dicapai. (Larasati,
secara bertahap 2020)
Agar pasien dapat berlatih untuk
berinteraksi setiap hari
Setelah 3 kali SP3 1. Untuk mengetahui perkembangan klien
pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan yang lalu 2. Untuk meningkatkan perkembangan klien
mampu : (SP1 & 2) dalam berinteraksi, yang meliputi
1. Membina hubungan 2. Latih cara berkenalan dengan mengkaji kemampuan dalam membina
saling percaya 2 orang atau lebih hubungan dengan orang lain, mendorong
2. Menyadari penyebab 3. Masukan dalam jadwal dan membantu pasien berinteraksi dengan
isos, keuntungan dan kegiatan pasien orang lain secara bertahap, memberi
kerugian berinteraksi penguat positif atas keberhasilan yang
dengan orang lain dicapai. (Larasati, 2020)
3. Melakukan interaksi 3. Supaya klien dapat terus berlatih dan
dengan orang lain mengembangkan potensi dirinya sehingga
secara bertahap tidak sulit berinteraksi.
18. Formulis Catatan Perkembangan
Nama Klien : Ny. I Dx Medis : Skizofrenia Afektif
No. Medrek : 101186 Ruang : Nuri
No Tanggal & Nama& Nama&
Evaluasi
. Jam Implementasi paraf Paraf

27 September Implementasi Tindakan Nurram S : pasien sudah mampu berinteraksi


2023 Keperawatan pada klien Isolasi adhan dengan yang lain tetapi masih merasa takut Nurramad
dan trauma akibat pembullyan han
Sosial
1. Mengidentifikasi penyebab
 Siapa yang satu rumah O : pasien masih suka menyendiri dan
menangis
dengan pasien
 Siapa yang dekat dengan
pasien A : masalah belum teratasi

 Siapa yang tidak dekat dan


apa sebabnya P : lanjutkan intervensi SP2
R : pasien mengaku tinggal bersama 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Latih berhubungan social secara
kelima anaknya terkadang adiknya
bertahap, mengobrol dengan 1 orang
juga sering berkunjung 3. Masukan dalam jadwal kegiatan
2. Menanyakan keuntungan dan pasien
kerugian berinteraksi dengan
orang lain
 Menanyakan pendapat pasien
tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang
lain
 Diskusikan keuntungan bila
pasien memiliki banyak
teman dan bergaul akrab
dengan mereka
 Diskusikan kerugian bila
pasien hanya mengurung diri
dan tidak bergaul akrab
dengan mereka
 Jelaskan pengaruh isos
terhadap kesehatan fisik
pasien
R : pasien
1. Melatih berkanalan
 Menjelaskan keada pasien
cara berinteraksi dengan
orang lain
 Memberikan contoh cara
berinterkasi dengan orang
lain
 Memberi kesempatan pasien
mempraktekan cara
berinterkasi dengan orang
lain yang dilakukan
dihadapan perawat
 Mulai bantu pasien
berinteraksi dengan satu
orang teman/ anggota
keluarga
 Bila pasien sudah
menunjukan kemajuan
tingkatkan jumlah interkasi
 Memberi pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang telah
dilakukan pasien
 Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang
lain, mungkin pasien
mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya, beri
dorongan terus menerus agar
pasien tetap semangat
meningkatkan interkasinya.
R : pasien mampu mengikuti instruksi
dari perawat dan tampak pasien
mampu berinteraksi dengan yang
lainnya
2. Memasukan dalam jadwal
kegiatan pasien
R : pasien mengikuti sesuai jadwal
kegiatan

Implementasi Tindakan
Keperawatan pada klien Isolasi
Sosial
1. Mengidentifikasi masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
R : perasaan keluarga ketika merawat
pasien sedih dan sudah bisa menerima
keadaan pasien
2. Menjelaskan tentang isos
R : keluarga pasien terlihat mengerti
dan mampu menjelaskan kembali
3. Menjelaskan tentang cara
merawat pasien isos
R : keluarga pasien terlihat mengerti
dan mampu menjelaskan kembali

Anda mungkin juga menyukai