Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PSIKOSOSIAL


TN. R DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ANSIETAS
DI LAPAS NARKOTIKA IIA JELEKONG BANDUNG

Ditujukan untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Jiwa Holistik Islami


Dosen pembimbing : Shella Febrita Puteri Utomo, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh:
Zein Al Syurfah
402023149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG


2023

A. Konsep Ansietas
1. Definisi Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi yang berbahaya.
Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada rasa
takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui
masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020).
Kecemasan adalah pengalaman subjektif dari ketegangan mental yang
mengganggu sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan untuk menghadapi
masalah atau adanya rasa tidak aman. Perasaan tidak menyenangkan umumnya
menimbulkan gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung
meningkat, dll) dan gejala psikologis seperti panik, tegang, bingung, tidak dapat
berkonsentrasi, dll (Pardede, Simanjuntak, & Manalu 2020).
2. Etiologi Ansietas
Menurut (Stuart & Suddent, 2014) ansietas dapat diekspresikan secara langsung
melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dan dikembangkan untuk
menjelaskan ansietas yaitu :
a. Factor Predisposisi
1) Faktor psikoanalitik Ansietas merupakan konflik emosional antara dua unsur
kepribadian dari seseorang yaitu pikiran, ego dan super ego. Konsep
melambangkan dorongan insting atau perasaan naluriah primitif, sedangkan
super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma
norma budaya seseorang. Ego atau fungsi diri berfungsi memediasi
kebutuhan dari dua unsur yang bertentangan tersebut.
2) Faktor interpersonal Ansietas terjadi karena adanya perasaan takut dari
individu tersebut akibat ditolak oleh hubungan interpersonal. Ini juga dengan
trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu dengan
harga diri rendah lebih mudah mengalami kecemasan yang parah.
3) Faktor Perilaku Ansietas merupakan produk depresi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
4) Kajian Biologis Penelitian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor spesifik untuk obat yang memiliki efek penenang, obat ini dapat
meningkatkan efek penghambatan terhadap neuroregulatory inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan ansietas. Ansietas dapat menyertai
ketidaknyamanan fisik dan dapat mengurangi kemampuan individu untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
b. Factor Presipitasi
Stessor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pemicu dapat dibagi menjadi dua kategori :
1) Ancaman terhadap integritas fisik termasuk cacat fisik atau menurunnya
kemampuan menjalankan fungsi kehidupan sehari hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.
3. Gejala Klinis Ansietas
Keluhan yang sering ditemukan pada seseorang yang mengalami ansietas antara
lain sebagai berikut (Stuart, 2016) :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah
tesinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pada pola tidur dan muncul mimpi yang menegangkan.
e. Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, dan sakit kepala.
4. Rentang Respon Ansietas

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


a) Respon adaptif ketika individu dapat mengatur dan menerima kecemasan yang
dialami maka individu akan mendapatkan hasil yang positif. Kecemasan ini
dapat menjadikan motivasi bagi individu untuk memecahkan masalah, dan
merupakan sarana untuk memperoleh sebuah hasil yang tinggi. Individu sering
menggunakan strategi adaptif untuk mengontrol kecemasan dengan berbicara
kepada orang lain, menangis, tidur dan menggunakan teknik relaksasi.
b) Respon maladaptif jika individu tidak dapat mengatur ansietas yang dialaminya
maka individu akan menggunakan mekanisme koping yang disfungsi. Koping
maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk bicara tidak jelas, perilaku agresif,
konsumsi alkohol, berjudi.
Rentang respon tingkat kecemasan menurut Yusuf, PK, & Nihayati (2015) dalam
Dwi Krismuna (2020), yaitu :

a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan adanya ketegangan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menyebabkan seseorang menjadi waspada serta meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas akan menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting
dan mengesampingkan hal lain, sehingga seseorang akan mengalami perhatian
yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Berat
Mengurangi lahan persepsi seseorang. Ada kecenderungan untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.
Semua perilaku yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut akan memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
suatu area lain.
d. Tingkat Panik
Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak mampu
melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik dapat meningkatkan
aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain,
persepsi menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional.

5. Proses Terjadinya Ansietas


Beck, Amey & Greenberg (Freeman & Di Tomasso dalam Wolman & Stricker,
1994) dalam (Canisti, 2013) mengemukakan bahwa dari sudut pandang kognitif
(cognitive model), terdapat lima kemungkinan faktor predisposisi atau faktor yang
secara potensial dapat menyebabkan individu mengalami kecemasan, diantaranya :
1. Generative inheritability (pewarisan genetik)
Faktor hereditas mempengaruhi mudah tidaknya saraf otonom menerima
rangsang. Dengan kata lain, seseorang dengan sejarah keluarga atau keturunan
yang memiliki gangguan dalam kecemasan bila dihadapkan pada situasi yang
mencemaskan.
2. Physical disease states (penyakit fisik)
Pandangan kognitif mengatakan bahwa faktor penyebab penyakit fisik dapat
membuat individu mengalami kecemasan.
3. Phychological trauma/mental trauma (trauma mental)
Individu akan lebih mudah cemas ketika ia dihadapkan pada situasi yang serupa
dengan pengalaman terdahulu yang menimbulkan trauma, dimana situasi
tersebut seperti skema yang telah dipelajari.
4. Absence of coping mechanisms (tidak adanya mekanisme penyesuaian diri)
Individu yang mengalami kecemasan akan sering menunjukkan defisit dalam
respon penyesuaian diri terhadap kecemasan itu sendiri. Mereka merasa tidak
berdaya untuk menemukan strategi dalam mengatasi kecemasannya tersebut.
Akibatnya individu tersebut membiarkan diri mereka berada dalam situasi yang
secara potensial yang dapat membuat mereka cemas.
5. Irrational thoughts, assumptions and cognitive processing errors.
(pikiran-pikiran irasional, asumsi dan kesalahan proses kognisi)
Pada individu yang memiliki gangguan kecemasan, keyakinan yang tidak
realistik atau keyakinan semu mengenai suatu ancaman atau bahaya dianggap
dipicu oleh situasi-situasi tertentu yang mirip dengan situasi ketika keyakinan
semu tersebut dipelajari. Jika skema keyakinan semu tersebut teraktifkan, maka
skema ini akan mendorong pikiran, tingkah laku dan emosi orang tersebut untuk
masuk dalam keadaan cemas.

6. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)


Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebutHars (Hamilton
Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan skala pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan.
Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4.
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh
Max Hamilton. Scala HARS dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item,
meliputi :
a. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah tergaggu dan lesu.
c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang lain, bila tinggal sendiri
dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur, sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobby,
sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatic : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak
stabil dan gertakan otot.
h. Gejala sensorik : perasaan di tusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat serta merasa lemah
i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras dan
detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
nafas panjang dan merasa nafas pendek.
k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas
perut.
l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,
ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegative : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-
14 dengan hasil:

1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

2. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

3. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.

4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.

7. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu
sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau
meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan
ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan,
tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan
orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme koping
untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi.
Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis,
yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan
untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
8. Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
FORMAT PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA HOLISTIC ISLAMI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2023

NAMA KLINIK/ PUSKESMAS : LAPAS NARKOTIKA KELAS IIA BANDUNG


I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. R ( L) Tanggal Pengkajian : 10-10-2023
Umur : 24 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Status Marital : Belum Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : -
Umur : -
Hubungan dengan klien: -

2. HARAPAN DAN PERSEPSI KLIEN/ KELUARGA

2.1 Keluhan Utama dan alasan pergi ke Puskesmas/ Klinik ataupun tidak pergi

Klien mengatakan saat ini ia sedang merasakan gelisah karena selalu kepikiran
nenek dan adik nya yang berada dirumah serta klien merasa tidak tenang karena ia
belum melaksanakan sidang vonis karena diundur-undur terus dan juga klien
mengatakan yang paling ia cemaskan adalah jika pada saat sidang vonis ia harus
berada di lapas dalam waktu yang lama

2.2 Persepsi keluarga terhadap masalahnya


Klien mengatakan keluarga selalu mensupport keadaannya walaupun sekarang ia
sedang berada di LAPAS untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang ia
lakukan

2.3 Harapan klien sehubungan dengan masalah

Klien mengatakan ia berharap setelah ia keluar dari LAPAS bisa menjadi orang
yang lebih baik lagi dan dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang-orang
sekitarnya dan kejadian yang klien alami saat ini tidak akan terulang kembali

3. PENGKAJIAN SOSIAL
3.1 Pendidikan dan Pekerjaan
Pendidikan terakhir klien SMP dan bekerja sebagai pelukis tato dan klien
mengatakan sangat menyukai pekerjaannya
3.2 Konsep diri:
a. Gambaran Diri :
Bagian tubuh yang disukai oleh klien adalah tangan dan tidak ada bagian tubuh
yang klien tidak suka
b. Identitas :
Klien mengatakan menyadari jika ia adalah seorang laki-laki dan merasa puas
menjadi laki-laki
c. Peran Diri:
Klien mengatakan dirumah ia memiliki peran sebagai tulang punggung
keluarga karena ia satu rumah hanya dengan nenek yang sudah tidak bisa
bekerja dan kaka kedua yang sedang mengalami sakit dan klien juga
mengatakan selalu memikirkan nenek dan kaka nya dirumah karena takut tidak
ada yang memberinya uang karena ia sedang berada di lapas saat ini hingga
waktu yang belum ia ketahui dan jika hasil vonis klien sudah keluar klien
berencana untuk melakukan kegiatan menjahit agar mendapatka uang sehingga
klien dapat memberikan nenek dan kaka nya uang
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin segera melaksanakan sidang vonis agar klien
mengetahui berapa lama ia akan berada di lapas ini serta ingin segera pulang
untuk berkumpul kembali bersama nenek dan kaka nya dirumah dan klien
mengatakan tidak akan mengulang kesalahan nya lagi dan akan berubah
menjadi orang yang lebih baik lagi
e. Harga diri :
Klien mengakui bahwa perbuatannya itu salah dan menyesali perbuatan yang ia
lakukan dan klien mengatakan ingin belajar menjadi orang yang lebih baik lagi
3.3 Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang paling berarti saat ini adalah nenek nya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat :
Sebelum masuk lapas klien mengatakan aktif mengikuti kegiatan yang ada di
masyarakat seperti selalu menjadi panitia di acara 17 agustusan
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatatakan tidak mengalami kesulitan dalam mengenal atau
berkomunikasi dengan orang-orang yang berada dilapas dan mampu beradaptasi
dengan orang-orang yang baru ia kenali
3.4 Gaya Hidup
Klien mengatakan gaya hidup sehari-hari ia bekerja sebagai pelukis tato di Ciparay
dan setiap hari nya pasti ada saja yang meminta untuk dilukis kan tato setelah
bekerja dari siang hingga malam, klien sering nongkrong dengan teman-teman nya
dan sering pula mengkonsumsi minuman keras dan klien mengatakan jarang
bahkan hampir tidak melaksanakan sholat 5 waktu
3.5 Mekanisme Koping
Klien mengatakan jika ia sedang merasa gelisah dan cemas klien selalu bercerita
pada teman satu kamar nya jika kecemasan nya muncul pada siang hari tetapi jika
kecemasannya muncul pada malam hari disaat temannya sudah tidur klien hanya
bisa diam

4. PENGKAJIAN KELUARGA
4.1 Genogram
Keterangan :

= Perempuan = Laki – Laki

= Meninggal = Ikatan Pernikahan

= Klien = Orang yang tinggal satu


rumah

Klien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, ibu klien sudah meninggal 4 tahun
lalu dan ayahnya tidak tau dimana keberadaanya setelah ibunya meninggal, klien
tinggal Bersama nenek dan kaka ke 2 nya dan kaka pertama nya sudah menikah
dan tinggal terpisah dengan klien

4.2 Pola Asuh


Klien mengatakan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua nya cukup keras, jika
klien melakukan kesalahan klien pernah di pukul oleh ayahnya

5. PENGKAJIAN FISIK
a. Tanda Vital : TD : 110/70 N : S : 36,9 oC R : 24x/menit
b. Ukuran : TB 155 cm BB : 45 kg
c. Keluhan utama/penyakit saat ini :
Klien mengatakan tidak ada keluhan penyakit saat ini
d. Kebiasaan-kebiasaan saat ini:

▪ Merokok (apakah merokok, berapa banyak sehari?)


Klien mengatakan setiap hari merokok tetapi tidak banyak karena untuk satu
batang rokok untuk rame-rame bergantian

▪ Minuman Keras

Sebelum masuk lapas klien mengkonsumsi minum keras tetapi jika ada yang
mengajaknya saja

▪ Pola Tidur (jam tidur, kesulitan saat akan tidur/bangun terlalu pagi, apakah merasa

segar setelah bangun)


Klien mengatakan mengalami kesulitan pada saat akan tidur karena selalu khawatir
kepada nenek dan kaka nya dirumah serta khawatir jika hasil sidang vonis ia akan
lama berada di dalam lapas
e. Riwayat Penyakit dahulu (riwayat sebelum dirawat, kapan terjadi, pengobatan yang
dijalani)
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit berat seperti TBC,DM,
Hipertensi dll
6. PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan memeluk agama islam dan jika akan masuk ruangan selalu
mengucapkan assalamualaikum serta jika akan memulai kegiatan ia mengucapkan
bismillah dan klien menyadari bahwa keadaan yang ia alami sekarang merupakan
teguran dari Allah SWT dan ia harus berubah menjadi orang yang lebih baik lagi
dari sebelumnya
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan semenjak masuk ke dalam lapas alhamdulillah ia menjadi lebih
dekat kepada Allah SWT, selalu mengerjakan sholat 5 waktu yang sebelumnya jika
pada saat dirumah ia jarang melakukan sholat 5 waktu tetapi klien mengatakan
selama dirumah dan dilapas belum pernah mengerjakan sholat ataupun puasa
sunnah, klien mengatakan sedang belajar membaca Al-Quran

7. PENGKAJAIAN SEKSUAL
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit menular seksual dan klien
belum menikah
8. PENGETAHUAN dan ASPEK MEDIS
1. Pengetahuan tentang Penyakit yang dideritanya :

Klien tidak sedang mengalami keluhan penyakit fisik saat ini

2. Pengetahuan tentang Cara merawat dan mengobati Penyakitnya : -

3. Persepsi klien tentang penyakit yang dideritanya : -

II. ANALISA DATA

No Data-Data Etiologi Masalah

1 DS:

- Klien mengatakan saat ini Stressor


ia sedang merasakan
Rasa bersalah dan rasa
gelisah karena selalu
takut
kepikiran nenek dan adik
nya yang berada dirumah
- Klien merasa tidak tenang Isyarat di kirim ke otak-
karena ia belum otak mengirimkan ke
melaksanakan sidang hipotalamus
vonis karena diundur-
Ansietas
undur terus
- Klien mengatakan yang Menstimulasi sistem saraf
paling ia cemaskan adalah otonom dan Endokrin
jika pada saat sidang vonis
ia harus berada di lapas
Mengaktifkan
dalam waktu yang lama
neurotransmiter
- Klien mengatakan
mengalami kesulitan pada
saat akan tidur karena
Cemas
selalu khawatir kepada
nenek dan kaka nya
dirumah
- Klien juga mengatakan
selalu memikirkan nenek
dan kaka nya dirumah
karena takut tidak ada
yang memberinya uang
karena ia sedang berada di
lapas saat ini hingga waktu
yang belum ia ketahui

DO :

- Klien terlihat tegang


- Kontak mata klien kurang
(saat berbicara, mata klien
tidak fokus dan melihat
keatas dan samping)

III. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas
IV. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana Asuhan Tindakan Keperawatan Klien dengan Gangguan Psikososial : Ansietas

Nama Klien : Tn. R

Tanggal Diagnosa Perencanaan


Tujuan Tindakan Keperawatan Strategi Pelaksanaan Rasional
Selasa/ Kecemasan Pasien mampu: 1. Mendiskusikan ansietas: SP1: asesmen ansietas dan latihan 1. Membangun dan memelihara
1. Mengenal ansietas penyebab, proses terjadi, relaksasi:
10-10- komunikasi interpersonal yang baik
2. Mengatasi ansietas tanda dan gejala, akibat 1 Bina hubungan saling percaya
2023 melalui tehnik a) Mengucapkan salam terapeutik, juga membutuhkan rasa
relaksasi 2. Melatih teknik relaksasi memperkenalkan diri, panggil kebersamaan dan percaya dalam
3. Memperagakan dan fisik, pengendalian pikiran pasien sesuai nama panggilan
berhubungan.
menggunakan & emosi yang disukai
tehnik relaksasi b) Menjelaskan tujuan interaksi: 2. Persetujuan yang diberikan oleh
untuk mengatasi melatih pengendalian ansietas pasien atau keluarga
ansietas agar proses penyembuhan lebih
terdekatnya setelah mendapatkan
cepat
2 Membuat kontrak (inform consent) penjelasan secara lengkap
dua kali pertemuan latihan mengenai tindakan yang akan
pengendalian ansietas dilakukan terhadap pasien
3 Bantu pasien mengenal ansietas:
a) Bantu pasien untuk (Mukhlis, 2022).
mengidentifikasi dan 3. Untuk mengetahui sejauh mana
menguraikan perasaannya. pasien mengenal ansietas yang
b) Bantu pasien mengenal penyebab
ansietas dimilikinya sehingga perawat dapat
c) Bantu klien menyadari perilaku melakukan tindakan sesuai tingkat
akibat ansietas
ansietas yang dimiliki pasien.
4 Latih teknik relaksasi:
a) Tarik napas dalam 4. Teknik relaksasi nafas dalam dan
b) Mengerutkan dan mengendurkan hipnotis 5 jari bekerja dengan
otot-otot
merangsang sistem saraf otonom.
Rangsangan in membuat perasaan
rileks dan tenang, sehingga tubuh
akan mengeluarkan hormon
endorphin. Mekanisme ini lah yang
membuat ansietas berkurang
(Febrtrina & Malfasari, 2020).
Kamis / Kecemasan SP2: evaluasi asesmen ansietas, Pada penelitian ini peneliti membagi
12-10- manfaat teknik relaksasi dan latihan sabjek menjadi dua kelompok yaitu
hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)
2023 intervensi dan kontrol. Pada kelompok
dan kegiatan spiritual
1) Pertahankan rasa percaya pasien intervensi dilakukan terapi relaksasi
a) Mengucapkan salam dan nafas dalam dan hipnosis 5 jari
memberi motivasi
sekaligus, sedangkan pada kelompok
b) Asesmen ulang ansietas dan
kemampuan melakukan teknik kontrol diberikan pendidikan
relaksasi kesehatan mengenai ansietas dengan
2) Membuat kontrak ulang: latihan
menggunakan media booklet. Pre test
pengendalian ansietas
dilakukan pada kelompok intervensi
3) Latihan hipnotis diri sendiri (lima maupun kelompok kontrol sebelum
jari) dan kegiatan spiritual dilakukan intervensi. Setelah
dilakukan intervensi selama 3 hari
kemudian dilakukan post test.Tingkat
ansietas dinilai dengan menggunakan
alat ukur DASS 21. Hipnosis
merupakan upaya pemberdayaan
energi jiwa untuk tujuan tertentu.
Pemberian hipnosis 5 jari yang di
gabungkan dengan relaksasi nafas
dalam dapat membuat kondisi tubuh
dan jiwa menjadi tenang. Hipnotis 5
jari merupakan tindakan mandiri yang
dapat dilakukan oleh perawat. Pasien
melakukan hipnosis pada dirinya
sendiri dengan cara menggali dan
mensyukuri keadaan saat ini,
membayangkan orang- orang terdekat
yang dicintai, meningkatkan
kepercaayan diri dengan
membayangkan perasaaan ketika
dipuji orang lain serta memikirkan
pengalaman yang menyenangkan
seperti membayangkan jalan-jalan
ketempat yang disukai. Melalui
metode ini ansietas menjadi terkontrol
(Febrtrin. R, 2020).

V. Formulir Catatan Perkembangan


Nama & Nama &
No Dx. Tgl & Jam Implementasi Evaluasi
Paraf Paraf
1 10/10/2023 SP1: assessment ansietas dan latihan S:
11.00 WIB relaksasi: Zein - Klien mengatakan saat ini ia sedang Zein
1. Membina hubungan saling percaya Al Syurfah merasakan gelisah karena selalu Al Syurfah
a) Mengucapkan salam terapeutik, kepikiran nenek dan adik nya yang
memperkenalkan diri, panggil berada dirumah
pasien sesuai nama panggilan yang - Klien mengatakan setelah melakukan
Teknik nafas dalam serta mengerut dan
disukai
mengendurkan otot-otot badannya dan
b) Menjelaskan tujuan interaksi: pikirannya sedikit menjadi rileks
melatih pengendalian ansietas agar O:
proses penyembuhan lebih cepat - Klien kooperatif dan dapat
Hasil : mengungkapkan penyebab juga efek
Klien menjawab salam dan ansietas
memperkenalkan dirinya , klien - Klien dapat mengikuti teknik relaksasi
memahami tujuan pengendalian yang diajarkan, pasien tampak lebih
ansietas dan klien mengatakan ingin rileks
cemas nya berkurang tetapi tidak tahu A:
caranya Klien memahami tentang Teknik relaksasi
2. Membuat kontrak (inform consent) dua untuk mengatasi kecemasan
kali pertemuan latihan pengendalian
ansietas P : Lanjutkan SP 2
Hasil :
Klien bersedia untuk pertemuan
selanjutnya
3. Membantu pasien mengenal ansietas:
a) membantu pasien untuk
mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya.
b) membantu pasien mengenal
penyebab ansietas
c) membantu klien menyadari perilaku
akibat ansietas
Hasil :
Klien mengatakan saat ini ia sedang
merasakan gelisah karena selalu
kepikiran nenek dan adik nya yang
berada dirumah dan klien mengatakan
jika sedang cemas kepalanya juga
sakit,Klien kooperatif dan dapat
mengungkapkan penyebab juga efek
ansietas
4. Melatih teknik relaksasi:
a) Tarik napas dalam
b) Mengerutkan dan mengendurkan
otot-otot
Hasil :
Klien dapat mengikuti teknik relaksasi
yang diajarkan, pasien tampak lebih
rileks dan Klien mengatakan setelah
melakukan Teknik nafas dalam serta
mengerut dan mengendurkan otot-otot
badannya dan pikirannya sedikit
menjadi rileks

1 12/10/2023 SP2: evaluasi asesmen ansietas, Zein S: Zein


11.00 WIB manfaat teknik relaksasi dan kegiatan Al Syurfah - Klien mengatakan jika cemasnya Al Syurfah
spiritual muncul ia melakukan Teknik relaksasi
1. Mempertahankan rasa percaya pasien - Klien mengatakan sangat menyukai
a) Mengucapkan salam dan memberi Teknik seft ini karena diantara Teknik
motivasi nafas dalam, dan seft, seft yang
b) Melakukan assesment ulang mengurangi kecemasan lebih banyak
ansietas dan kemampuan O:
melakukan teknik relaksasi - Klien membaca asmaul husna sebelum
Hasil : ngobrol-ngobrol dengan perawat
Klien menjawab salam perawat dan - Klien memahami cara melakukan
mendengarkan dengan kooperatif SEFT
motivasi yang disampaikan klien A:
dan klien mengatakan jika Klien memahami Teknik untuk mengatasi
cemasnya muncul ia melakukan kecemasan (Teknik relaksasi dan SEFT)
Teknik relaksasi P:
2. Membuat kontrak ulang: latihan Memantau klien dalam mengatasi
pengendalian ansietas kecemasan nya
Hasil :
Klien bersedia ngobrol kembali dan
setuju melakukan latihan pengendalian
ansietas
3. kegiatan spiritual
Hasil :
klien membaca asmaul husna sebelum
ngobrol-ngobrol dengan perawat
4. Mengajarkan SEFT (Spiritual
Emotional Freedom Technique)
Hasil :
Klien memahami cara melakukan SEFT
dan klien mengatakan sangat menyukai
Teknik seft ini karena diantara Teknik
nafas dalam dan seft, seft yang
mengurangi kecemasan lebih banyak

Anda mungkin juga menyukai