Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN


(Studi Kasus: Bendungan Meninting, Kabupaten Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat)

ANALYSIS OF FLOODING CAUSE OF THE DAM FAILURE


(Case Study on Meninting Dam, at West Lombok District in
Province of West Nusa Tenggara)

Oleh:
GHINA ROHADATUL AISY
F1A 016 051

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN


(Studi Kasus: Bendungan Meninting, Kabupaten Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat)
ANALYSIS OF FLOODING CAUSE OF THE DAM FAILURE
(Case Study on Meninting Dam, at West Lombok District in Province of West
Nusa Tenggara)

Oleh:
GHINA ROHADATUL AISY
F1A 016 051

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing:

Pembimbing Utama

Atas Pracoyo, ST., MT., Ph.D. Tanggal, Agustus 2020


NIP. 19710717 199803 1 005

Pembimbing Pendamping

M. Bagus Budianto, ST., MT. Tanggal, Agustus 2020


NIP. 1970206 199803 1 006
ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN


(Studi Kasus: Bendungan Meninting, Kabupaten Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat)
ANALYSIS OF FLOODING CAUSE OF THE DAM FAILURE
(Case Study on Meninting Dam, at West Lombok District in Province of West
Nusa Tenggara)

Oleh:
GHINA ROHADATUL AISY
F1A 016 051
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal, 24 Agustus 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

I. Penguji I

Yusron Saadi, ST., M.Sc (Eng)., Ph.D. Tanggal, 28 Agustus 2020


NIP. 19961020 199403 1 003
II. Penguji II

Tri Sulistyowati, ST., MT. Tanggal, 28 Agustus 2020


NIP. 19730202 199802 2 001
III. Penguji III

Ir. Ismail Hoesain M., MT. Tanggal, 28 Agustus 2020


NIP. 19650717 199403 1 001
ANALISIS BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN
(Studi Kasus: Bendungan Meninting, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat)
Ghina Rohadatul Aisy1, Atas Pracoyo2, M. Bagus Budianto2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

INTISARI

Bendungan merupakan konstruksi bangunan air sebagai alternatif untuk mengatasi masalah
penyediaan kebutuhan air irigasi ke lahan-lahan persawahan, kekeringan, pengendalian banjir,
pariwisata, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), kebutuhan air minum, dan lain-lain. Bendungan
yang baru saja dibangun, tetap memiliki potensi mengalami keruntuhan, dikarenakan penyebab
keruntuhan bendungan yang beraneka ragam. Adapun software yang digunakan untuk mencapai
tujuan dari penelitian ini adalah software HEC-RAS 5.0.7. Penelitian ini akan difokuskan pada salah
satu penyebab keruntuhan bendungan yaitu piping. Simulasi akan dilakukan dengan 5 skenario waktu
yang berbeda, yaitu selama 0,5 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Dari hasil penelitian, didapatkan
debit puncak banjir pada kelima skenario keruntuhan dengan variasi waktu yang berbeda mengalami
perbedaan. Debit puncak banjir terbesar dihasilkan oleh skenario dengan waktu keruntuhan 0,5 jam,
debit puncak banjir adalah 2754,045 m /dt. Pada penelusuran genangan, terdapat 11 desa/kelurahan
di bagian hilir yang terkena dampak keruntuhan Bendungan Meninting.

Kata kunci: Keruntuhan bendungan, Bendungan Meninting, piping, genangan banjir, HEC-RAS
5.0.7

ABSTRACK

Dam is a construction built as an alternative for supplying irrigation water to rice fields, overcoming
drought, flood control, tourism, Hydroelectric Power Plant (PLTA), fulfilling drinking water needs,
and others. A dam which is just constructed still has the potential to collapse. This is due to the
various causes of a dam collapse. The software used to achieve the objectives of this research was
HEC-RAS 5.0.7. This research focused on one of the causes of dam collapses, namely piping. The
simulation was carried out with 5 different time scenarios; for 0.5 hours, 1 hour, 2 hours, 3 hours
and 4 hours. The results showed that the peak flood discharges in the five dam collapse scenarios
with different time variations were different. The largest peak flood discharge was generated by a
scenario with a collapse time of 0.5 hours, with a peak flood discharge of 2754.045 m3/s. In the
inundation tracing, there were 11 villages/urban villages downstream which were affected by the
collapse of the Meninting Dam.

Keywords: Dam break, Meninting Dam, piping, flood inundation, HEC-RAS 5.0.7
1. PENDAHULUAN bukaan yang terbentuk pada proses
Bendungan merupakan konstruksi bangunan runtuhnya tubuh bendungan sehingga
air sebagai alternatif untuk mengatasi masalah berdampak pada kekuatan bendungan dalam
penyediaan kebutuhan air irigasi ke lahan-lahan menahan tampungan dan menyebakan
persawahan, kekeringan, pengendalian banjir, bencana banjir pada daerah hilir (Budiyasa,
pariwisata, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga 2015).
Air), kebutuhan air minum, dan lain-lain. Air Menurut Department of Natural Resources
hujan, air sungai dan air danau akan ditahan dan Colorado dalam Guidelines for Dam Break
ditampung dalam bendungan yang kemudian Analysis, keruntuhan bendungan sering
nantinya akan membentuk sebuah waduk. disebabkan oleh dua hal, yaitu:
Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, 1. Overtopping, disebabkan oleh aliran air yang
pembangunan bendungan akan terus dilakukan, melalui puncak bendungan sehingga
sehingga berbagai macam permasalahan menyebabkan longsor pada bendungan dan
kebutuhan air irigasi sebagai sumber daya air kerusakan pondasi akibat gerusan dari aliran
dapat selalu terpenuhi. Nusa Tenggara Barat air yang melewati puncak bendungan ke arah
sebagai salah satu wilayah dengan kebutuhan hilir.
air irigasi yang tinggi, mempunyai 74 2. Piping, disebabkan karena adanya aliran
bendungan yang tersebar di seluruh wilayahnya dalam tubuh bendungan atau sering disebut
(BWS, 2019). Salah satu bendungan yang saat erosi internal. Kecepatan rembesan air mampu
ini dalam proses pengerjaan adalah Bendungan menyebabkan erosi dari belakang (hulu)
Meninting Bendungan ini merupakan Proyek secara perlahan yang berujung pada erosi dan
Strategis Nasional (PSN) pemerintah yang baru keruntuhan pada bagian hilir.
saja mulai dikerjakan pada September 2019 lalu Menurut Usman (2001) penyebab keruntuhan
dan direncanakan akan selesai pada tahun 2022. dan kerusakan bendungan yang paling utama dan
Bendungan Meninting dibangun di wilayah sering ditemukan antara lain: erosi akibat
padat penduduk dengan kondisi area yang mengalirnya air melalui lubanglubang/pondasi
sempit sehingga diperlukan pembebasan lahan (piping), peluapan (overtopping), kerusakan
dengan ratusan bidang tanah warga yang akan akibat retakan (crack), longsoran (slide).
digunakan untuk kepentingan pembangunan
bendungan. Desa terdekat yang mengalami Dari sekian banyak penyebab keruntuhan
dampak terbesar adalah Desa Bukit Tinggi bendungan, piping merupakan salah satu
Kecamatan Gunung Sari dan Desa Dasan Geria penyebab keruntuhan yang paling sering terjadi.
Kecamatan Lingsar. Analisis penelusuran banjir dan simulasi
keruntuhan bendungan akibat piping dapat
Oleh karena itu, dengan posisi Bendungan dilakukan dengan bantuan program dari Institute
Meninting yang sangat dekat dengan wilayah for Water Resources (IWR) yaitu HEC-RAS .
padat penduduk, dilakukan analisis keruntuhan Untuk menjalankan programnya, data masukan
bendungan. Hal ini merupakan suatu analisis yang digunakan antara lain berupa data dimensi,
yang menarik untuk dikaji sehingga dampak data debit Probable Maximum Flood (PMF) dan
apa saja yang akan ditimbulkan dari data geometri hulu dan hilir bendungan (Ofanata,
keruntuhan bendungan dalam aspek teknis 2018).
dapat diketahui. Analisis keruntuhan
bendungan dilakukan dengan bantuan program
HEC-RAS 5.0.7 yang dibuat oleh Hydraulic 2. METODOLOGI PENELITIAN
Engineering Center salah satu divisi di dalam 2.1 Lokasi Penelitian
Institute for Water Resources (IWR), dibawah Lokasi penelitian berada di Bendungan
US Army Corps of Engineers (USACE). Meninting yang terletak di Desa Bukit
Tinggi, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten
Keruntuhan bendungan biasanya diawali Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
dengan rekahan (breach). Rekahan adalah Barat. Bendungan Meninting secara
geografis berada pada titik koordinat a. Data Dimensi
8°31'11" LS dan 116°9'10" BT. Elevasi puncak bendungan : 202,00 m
Bendungan ini dibangun diatas lahan Lebar puncak bendungan : 15 m
seluas +90 Ha yang terdiri dari 4,95 Ha Elevasi puncak spillway : 196,00 m
kawasan hutan dan 85,5 Ha non kawasan Tinggi Bendungan : 79,00 m
hutan. Desa terdekat yang berada di sekitar Lebar spillway : 35 m
Bendungan Meninting adalah Desa Dasan Kemiringan lereng hulu : 1H:3,00 V
Griya dan Desa Gegerung. Kemiringan lereng hilir : 1H:2,30 V

2.2 Metode Penelitian b. Data Waduk


Dalam tugas akhir ini akan digunakan
metode penelitian berupa metode analisis studi
kasus. Penelitian akan berlandaskan pada
teori-teori dan dilakukan dengan analisis data-
data yang berkaitan dengan penelitian dengan
menggunakan bantuan software sehingga
diharapkan akan didapatkan hasil akhir
mengenai wilayah tergenang akibat simulasi Gambar 2.1 Kurva karakteristik tampungan
keruntuhan Bendungan Meninting. Software Bendungan Meninting
yang akan digunakan dalam pengolahan
simulasi keruntuhan bendungan adalah 2. Data debit rancangan, PMF (Probable
software HECRAS versi terbaru yaitu HEC- Maximum Flood)
RAS 5.0.7, dengan memfokuskan pada salah Tabel 2.1 Debit rancangan PMF
satu penyebab keruntuhan bendungan yaitu t 𝑄 t 𝑄
piping. Simulasi akan dilakukan dengan 5 ( jam) (m3/dt) ( jam) (m3/dt)
skenario waktu yang berbeda agar 0:00 0.000 25:00 8.640
mendapatkan perbandingan yang lebih akurat. 1:00 12.331 26:00 7.148
Analisis aliran unsteady akan digunakan dalam 2:00 78.062 27:00 5.913
simulasi keruntuhan dengan menggunakan 3:00 308.960 28:00 4.892
pemodelan 1 dimensi untuk aliran sungai dan 4:00 907.877 29:00 4.047
2 dimensi untuk genangan banjir. Hasilnya 5:00 782.619 30:00 3.348
akan dijabarkan untuk dijadikan pembanding 6:00 537.150 31:00 2.770
terhadap analisis keruntuhan bendungan. 7:00 371.625 32:00 2.292
Metode masukan yang digunakan berupa 8:00 278.473 33:00 1.896
debit, data teknis bendungan, potongan 9:00 215.794 34:00 1.568
melintang sungai dan geometri dari data 10:00 167.642 35:00 1.298
DEMNAS (Digital Elevation Model 11:00 130.542 36:00 1.073
Indonesia). 12:00 102.746 37:00 0.888
13:00 84.060 38:00 0.735
2.3 Data Penelitian 14:00 69.542 39:00 0.608
1. Data Teknis Bendungan Meninting. 15:00 57.532 40:00 0.503
Data mengenai kondisi teknis Bendungan 16:00 47.596 41:00 0.416
Meninting didapat dari Balai Wilayah 17:00 39.376 42:00 0.344
Sungai Nusa Tenggara I berupa Laporan 18:00 32.576 43:00 0.285
Rencana Bendungan Meninting. Data yang 19:00 26.950 44:00 0.236
didapat akan digunakan sebagai bahan 20:00 22.295 45:00 0.195
masukan dalam software HEC-RAS pada saat 21:00 18.445 46:00 0.161
melakukan simulasi pemodelan Bendungan 22:00 15.259 47:00 0.133
Meninting, 23:00 12.624 48:00 0.110
Dari data tersebut, didapatkan puncak debit 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
banjir terjadi pada jam ke-4 sebesar 907,88 𝑚
3.1. Parameter Keruntuhan Bendungan
/𝑑𝑡. Untuk lebih jelasnya, puncak debit banjir
Meninting
dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini:
Penentuan parameter keruntuhan
bendungan yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan perkiraan oleh US. Army Corp of
Engineer (USACE) dan kemungkinan
karakteristik keruntuhan bendungan yang
bersumber dari penelitian Froehlich. Nilai lebar
rata-rata rekahan adalah (0.5-5.0) HD dengan
HD adalah tinggi bendungan. Waktu keruntuhan
Gambar 2.2 Hidrograf debit rancangan PMF antara 0,5 jam sampai dengan 4,0 jam, sehinnga
dalam analisis keruntuhan Bendungan
3. Data geometri hulu dan hilir bendungan Meninting ditetapkan variasi variable waktu
Didapatkan dengan DEM (Digital Elevation adalah 0,5 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam.
Model) yang bersumber dari data satelit Kemiringan sisi rekahan untuk keruntuhan
DEMNAS. Data ini akan digunakan sebagai akibat piping sebesar 0,7H:1,0V dengan asumsi
data masukan saat menggunakan software rekahan terjadi dari atas puncak bendungan
HECRAS, untuk memodelkan penampang hingga permukaan tanah dasar.
melintang Sungai Meninting yang termasuk Nilai parameter rekahan yang akan
dalam wilayah penelitian. digunakan dalam simulasi dengan HEC-RAS
dapat dilihat pada tabel di bawah berikut:
Tabel 3.1 Nilai parameter rekahan

Gambar 2.3 Data DEM (Digital Elevation


Model) 3.2. Simulasi tanpa keruntuhan
4. Data Peta Rupa Bumi Indonesia, Sebelum melakukan simulasi terjadinya
Sebagai bahan acuan untuk meninjau luasan keruntuhan perlu dilakukan simulasi tanpa
genangan yang terjadi akibat keruntuhan adanya keruntuhan, dengan tujuan untuk
Bendungan Meninting mengetahui stabilitas sistem aliran pada
pemodelan HEC-RAS sudah stabil atau belum
dalam melakukan perhitungan hidraulis.
Simulasi ini dilakukan dengan anggapan
bendungan tetap tanpa mengalami keruntuhan.

Gambar 2.4 Peta Rupa Bumi Indonesia

Gambar 3.1 Grafik hidrograf inflow dan


outflow pada Bendungan Meninting
Penjelasan hasil simulasi banjir tanpa Hidrograf banjir dengan variasi waktu rekahan
keruntuhan pada bendungan meninting 0,5 jam dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
adalah sebagai berikut:
1. Debit puncak inflow terjadi pada jam
ke4 sebesar 907,88 m /dt
2. Debit puncak outflow terjadi pada jam
ke-6 sebesar 574,45 m /dt
3. Terdapat selisih antara debit puncak
inflow dengan debit puncak outflow
sebesar 333,43 m /dt Gambar 3.2 Grafik hidrograf banjir akibat
4. Selisih perbedaan waktu debit puncak
piping dengan waktu keruntuhan 0,5 jam
inflow dengan outflow sebesar 2 jam, Pada tampang melintang sungai setelah
selisih waktu ini merupakan waktu yang Bendungan Meninting, didapatkan elevasi muka
dibutuhkan debit inflow untuk masuk air maksimum pada ketinggian +165,853 m.
kedalam tampungan (stroge area) pada Kemudian penurunan yang signifikan terjadi
Bendungan Meninting, kemudian keluar pada jam ke-16 dengan ketinggian +162,341
sebagai debit outflow sampai pada batas akhir simulasi yaitu jam ke-
5. Hasil simulasi keadaan banjir 23 menit ke-59 dengan ketinggian +161,724.
meperlihatkan bahwa debit puncak
3.3.2. Skenario 2
outflow mengalami penurunan pada jam
tertentu dari debit inflow, hal ini Simulasi ini dilakukan dengan
dikarenakan debit yang mengalir dari menggunakan waktu keruntuhan selama 1 jam.
waduk pada saat melewati Bendungan Dari hasil simulasi, didapatkan puncak aliran
Meninting terbatasi oleh dimensi banjir terjadi pada jam ke-4 menit ke-10 sebesar
pelimpah sehingga sebagian debitnya 2211,728 m /dt , dengan kecepatan aliran
tertahan oleh Bendungan Meninting adalah 3,824 𝑚/𝑑𝑡. Sedangkan debit terkecil
terjadi pada jam ke-23 menit ke-49 sampai akhir
3.3.Simulasi dengan keruntuhan simulasi sebesar 10,99 m /dt , dengan
Setelah simulasi tanpa keruntuhan bendungan kecepatan aliran adalah 0.141 m/dt. Hidrograf
telah stabil, maka simulasi dengan keruntuhan banjir dengan variasi waktu rekahan 1 jam dapat
bendungan dapat dilakukan dilihat pada gambar dibawah ini.
3.3.1. Skenario 1
Simulasi ini dilakukan dengan
menggunakan waktu keruntuhan selama 0.5
jam, waktu keruntuhan ini merupakan perkiran
waktu minimum yang digunakan dalam
simulasi keruntuhan bendungan menurut
lembaga USACE 1990 tentang kemungkinan
Gambar 3.3 Grafik hidrograf banjir akibat
karateristik keruntuhan bendungan. Hasil
piping dengan waktu keruntuhan 1 jam
simulasi, didapatkan puncak aliran banjir
terjadi pada jam ke-4 menit ke-5 sebesar Pada tampang melintang sungai setelah
2754,045 m /dt , dengan kecepatan aliran Bendungan Meninting, didapatkan elevasi muka
adalah 10.931 m/dt. Sedangkan debit terkecil air maksimum pada ketinggian +165,863 m.
terjadi pada jam ke-23 menit ke-50 sampai Kemudian penurunan elevasi muka air terjadi
akhir simulasi sebesar 11.027 m /dt, dengan pada jam ke-16 dengan ketinggian adalah
kecepatan aliran adalah 0.4 m/dt. +162,999 m sampai pada batas akhir simulasi
yaitu jam ke-23 menit ke-59 dengan ketinggian
+161.518 m.
3.3.3. Skenario 3
Simulasi ini dilakukan dengan
menggunakan waktu keruntuhan selama 2 jam.
Dari hasil simulasi, didapatkan puncak aliran
banjir terjadi pada jam ke-4 menit ke-17
sebesar 1794,055 m /dt , dengan kecepatan
aliran adalah 6,707 m/dt. Sedangkan debit Gambar 3.5 Grafik hidrograf banjir akibat
terkecil terjadi pada jam ke-23 menit ke-50 piping dengan waktu keruntuhan 3 jam
sampai akhir simulasi sebesar 10,953 m /dt,
dengan kecepatan aliran adalah 0,294 m/dt. Pada tampang melintang sungai setelah
Hidrograf banjir dengan variasi waktu rekahan Bendungan Meninting, didapatkan elevasi muka
2 jam dapat dilihat pada gambar dibawah ini. air maksimum pada ketinggian +165,281 m.
Kemudian penurunan elevasi muka air terjadi
pada jam ke-16 dengan ketinggian adalah
+162,369 m sampai pada batas akhir simulasi
yaitu jam ke-23 menit ke-59 dengan ketinggian
+161,436 m.
3.3.5 Skenario 5
Simulasi ini dilakukan dengan
Gambar 3.4 Grafik hidrograf banjir akibat menggunakan waktu keruntuhan selama 4 jam,
piping dengan waktu keruntuhan 2 jam waktu keruntuhan ini merupakan perkiran waktu
Pada tampang melintang sungai setelah maksimum yang digunakan dalam simulasi
Bendungan Meninting, didapatkan elevasi keruntuhan bendungan dengan tipe timbunana
muka air maksimum pada ketinggian +165,596 tanah/batu menurut lembaga USACE 1990 pada
m. Kemudian penurunan elevasi muka air tabel 2.3 tentang kemungkinan karateristik
terjadi pada jam ke-16 dengan ketinggian bendungan.
adalah +162,269 m sampai pada batas akhir Dari hasil simulasi, didapatkan puncak
simulasi yaitu jam ke-23 menit ke-59 dengan aliran banjir terjadi pada jam ke-4 menit ke-31
ketinggian +161.596 m. sebesar 1450,842 𝑚 /𝑑𝑡, dengan kecepatan
3.3.4. Skenario 4 aliran adalah 5,204 m/dt. Sedangkan debit
terkecil terjadi pada jam ke-23 menit ke-51
Simulasi ini dilakukan dengan sampai akhir simulasi sebesar 10,881 𝑚 /𝑑𝑡,
menggunakan waktu keruntuhan selama 3 jam. dengan kecepatan aliran adalah 0,254 m/dt.
Dari hasil simulasi, didapatkan puncak aliran Hidrograf banjir dengan variasi waktu rekahan 4
banjir terjadi pada jam ke-4 menit ke-25 jam dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
sebesar 1579,093 m /dt , dengan kecepatan
aliran adalah 6,420 m/dt. Sedangkan debit
terkecil terjadi pada jam ke-23 menit ke-52
sampai akhir simulasi sebesar 10,917 m /dt,
dengan kecepatan aliran adalah 0,293 m/dt.
Hidrograf banjir dengan variasi waktu rekahan
3 jam dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.6 Grafik hidrograf banjir akibat


piping dengan waktu keruntuhan 4 jam
Pada tampang melintang sungai setelah dibandingkan puncak banjir pada skenario
Bendungan Meninting, didapatkan elevasi keruntuhan 2, 3, 4, dan 5 yang cenderung
muka air maksimum pada ketinggian +165,368 berdekatan dalam peningkatan puncak banjir.
m. Kemudian penurunan elevasi muka air
Semakin besar waktu keruntuhan
terjadi pada jam ke-16 dengan ketinggian
dengan debit puncak banjir yang tinggi, maka
adalah +162,554 m sampai pada batas akhir
semakin lama pula durasi waktu banjir yang
simulasi yaitu jam ke-23 menit ke-59 dengan
terjadi. Selain itu dapat dikatakan bahwa,
ketinggian +161,897 m.
semakin besar variasi waktu keruntuhan yang
3.4 Perbandingan Hasil Simulasi digunakan. maka semakin lama waktu capai
Setelah melakukan simulasi puncak (time to peak) terjadi, dengan variasi sisi
tanpa keruntuhan dan simulasi keruntuhan naik (rising limb) yang bertambah secara
dengan 5 variasi waktu yang berbeda maka perlahan. Untuk sisi turun (recession limb),
didapatkan perbandingan hidrograf banjir skenario terakhir dengan variasi waktu
sebagai berikut. keruntuhan 4jam, terlihat lebih pelan. Debit
banjir menuju jam terakhir terhitung mengalami
penurunan debit secara stabil. Untuk lebih
jelasnya, hasil simulasi banjir dapat dilihat pada
tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Waktu puncak dan debit puncak banjir
dengan variasi waktu keruntuhan

Gambar 3.7 Grafik hidrograf puncak banjir


pada simulasi keruntuhan bendungan akibat
piping dengan variasi waktu keruntuhan

Untuk lebih jelasnya, hasil debit puncak


banjir untuk setiap skenario dengan variasi 3.5. Penelusuran Pola Aliran Banjir
waktu keruntuhan yang berbeda akan Skenario keruntuhan yang menghasilkan
ditampilkan pada grafik berikut. debit terbesar adalah skenario 1 dengan
parameter keruntuhan berupa waktu keruntuhan
selama 0.5 jam, lebar dasar rekahan 110 m,
elevasi dasar rekahan +170m, dan kemiringan
rekahan 1H:0.7V, sehingga penelusuran pola
banjir akibat piping akan meninjau pada hasil
skenario 1. Simulasi area terdampak banjir
diprioritaskan pada bagian hilir sungai yang
merupakan daerah permukiman padat penduduk
dan lebih rawan terkena dampak banjir jika
Gambar 3.8 Grafik simulasi keruntuhan Bendungan Meninting mengalami keruntuhan.
bendungan akibat piping dengan variasi waktu Sehingga nantinya diharapkan sistem peringatan
keruntuhan debit puncak banjir pada dini pada lokasi permukiman dalam kasus
keruntuhan bendungan dapat diutamakan.
Dari grafik perbandingan debit diatas
Penentuan lokasi simulasi aliran banjir
didapatkan bahwa simulasi keruntuhan skenario
dilakukan dengan bantuan Google Earth.
1 menghasilkan debit puncak banjir tertinggi
Dari hasil simulasi HEC-RAS 5.0.7,
sebesar 2758,045 𝑚 /𝑑𝑡 pada jam ke-4 menit ke- didapatkan pola aliran banjir pada bagian hilir
5, dengan perbandingan selisih puncak banjir sungai belum mulai banjir pada saat waktu
yang lumayan jauh terjadinya keruntuhan bendungan.
Penelusuran banjir di area terdampak dapat 4. KESIMPULAN DAN SARAN
dilihat pada Gambar 3.9
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Debit puncak panjir pada kelima skenario
keruntuhan dengan variasi waktu yang
berbeda mengalami perbedaan, dengan
penentuan awal rekahan adalah pada jam
ke4. Pada skenario 1 dengan waktu
keruntuhan 0,5 jam, debit puncak banjir
Gambar 3.9 Penelusuran pola genangan banjir adalah 2754,045 𝑚 /𝑑𝑡. Pada skenario 2
dengan waktu keruntuhan 1 jam, debit
Area terdampak dengan waktu
kedatangan genangan banjir yang paling cepat puncak banjir adalah 2211,728 𝑚 /𝑑𝑡. Pada
terdapat pada Desa Penimbung, yang skenario 3 dengan waktu keruntuhan 2 jam,
merupakan daerah dengan lokasi terdekat debit puncak banjir adalah 1794,055 𝑚 /𝑑𝑡.
dengan Bendungan Meninting, jarak Desa Pada skenario 4 dengan waktu keruntuhan 3
Penimbung dengan Bendungan adalah 3,21 km. jam, debit puncak banjir adalah 1579,093 𝑚
Sedangkan untuk desa dengan kedatangan /𝑑𝑡. Pada skenario 5 dengan waktu
genangan banjir paling lama, terdapat pada keruntuhan 4 jam, debit puncak banjir
Bintaro dengan jarak dari bendungan adalah adalah 1450,842 𝑚 /𝑑𝑡. Hal ini
13,56 km. menunjukkan bahwa, semakin besar waktu
keruntuhan maka debit puncak banjir yang
Untuk area dengan luasan banjir paling dihasilkan adalah semakin kecil.
besar terdapat pada Desa Jati Sela dan Desa 2. Kecepatan aliran dengan waktu tercepat
Ampenan Utara, hal ini dikarenakan elevasi terdapat pada skenario 1 dengan kecepatan
permukaan pada kedua desa tersebut lebih aliran adalah 10,931 m/dt dan memiliki
rendah dibandingkan dengan desa tinjauan durasi banjir selama 2 jam.
banjir lainnya. Hal ini akan menyebabkan 3. Terdapat 11 desa/kelurahan di bagian hilir
genangan banjir akan mengenang lebih lama yang terkena dampak keruntuhan
pada dataran yang memiliki cekungan lebih luas Bendungan Meninting dengan waktu tiba
dan dalam. Pada Desa Ampenan Utara luas banjir yang berbeda-beda. Desa Penimbung
genangan banjir adalah 1,68 𝑘𝑚 dan luasan memiliki waktu tiba banjir pada jam ke-
genangan banjir terbesar kedua yaitu seluas 0:52. Desa Dasan Geria pada jam ke-0:57,
1,02 𝑘𝑚 terdapat pada Desa Jati Sela. Untuk Desa Dopang pada jam ke1:06, Desa Kekeri
luasan genangan terkecil terdapat pada Desa pada jam ke-1:15, Desa Ranjok pada jam ke-
Dasan geria, dengan luas genangan hanya 1:38, Desa Midang pada jam ke-1:22, Desa
275,563 𝑚 . Untuk lebih jelasnya, area yang Sesela pada jam ke4:43, Desa Jati Sela pada
terdampak dengan waktu tiba banjir dapat jam ke-4:56, Desa Meninting pada jam ke-
dilihat pada tabel 3.3 dibawah. 4:48, Desa Ampenan Utara pada jam ke-
5:29, Desa Bintaro pada jam ke-6:34.
4. Luasan genangan banjir terbesar terdapat
pada Desa Ampenan Utara Kecamatan
Gunung Sari, dengan luas genangan banjir
adalah 1,68 𝑘𝑚 . Sedangkan luasan banjir
terkecil terdapat pada Desa Midang,
Kecamatan Lingsar, dengan luas genangan
adalah 275,563 𝑚 .
Tabel 3.3. Hasil analisis penelusuran pola 5.
aliran banjir pada wilayah terdampak
4.2. Saran Center. Davis.
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan Brunner, G.W. (2014). Using HEC-RAS for
adalah sebagai berikut. Dam Break Studies. USACE, Institute
for Water Resources, Hidrologic
1. Sebaiknya mempertimbangkan pengaruh Engineering Center. Davis.
sedimen sehingga diperoleh hasil yang
lebih jelas dalam simulasi pendekatakan Budiyasa, I.W. (2015). Simulasi 1-D Banjir
keruntuhan bendungan, akibat Keruntuhan Bendungan Benel di
2. Menambah variasi parameter keruntuhan, Kabupaten Jembrana. Tesis. Magister
seperti lebar rekahan dan kemiringan Pengelolaan Bencana Alam. Fakultas
rekahan, Teknik. Universitas Gadjah Mada.
3. Melakukan simulasi keruntuhan Yogyakarta.
Bendungan Meninting menggunakan data
topografi yang jelas dan terukur, Chow, V.T. (1988). Hidraulika Saluran
4. Memperluas area genangan untuk Terbuka. Terjemahan oleh Nensi
mengetahui sebaran banjir yang lebih luas, Kosalina. Penerbit Erlangga. Jakarta.
5. Perlu penelitian lanjutan dengan data yang
lebih terukur dan sesuai dengan data Costa, J. E. (1985). Floods from Dam Failures.
lapangan yang akan ditinjau, United States Departement of the
6. Mencoba simulasi keruntuhan bendungan Interior, Denver. Colorado.
menggunakan software yang berbeda
seperti Zhong Xing HY21, HEC-GEORAS, Froehlich, D.C. (2008). Embankment Dam
BOSS BAMBRK. Breach Parameters and Their
Uncertainties. Journal of Hydraulic
Engineering. American Society of Civil
DAFTAR PUSTAKA Enginers. New York.
Afrianto, Y., Marfai, M. A., & Hadi, M. P.
Harto, S. (2009). Hidrologi Teori Masalah dan
(2015). Pemodelan Bahaya Banjir
Penyelesaian. Nafiri Offset. Yogyakarta.
dan Analisis Risiko Banjir. Studi
Kasus: Kerusakan Tanggul Kanal
Http://tides.big.go.id/DEMNAS/DEMNAS.php
Banjir Barat Jakarta tahun 2013.
(akses 16 Februari 2020)
Majalah Geografi Indonesia.
Hydrologic Engineering Center. (2002). HEC-
American Association of State Dam Saftey
RAS River Analysis System Version 5.0.7
Officials. (1984). Case Study:
(Application Guide). US Army Corps of
Malpasset Dam (France, 1959).
Engineers.
Washington, D.C.

Azdan, M. D., & Samekto, C. R. (2008). Ikromi, A. I. (2018). Analisis Hidrodinamik


Kritisnya Kondisi Bendungan di Keruntuhan Bendungan Cipanas
Indonesia. Surabaya. (Hyrodynamic Analysis of Cipanas Dam
Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I. Brech.. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil.
(2019). Pembangunan Bendungan Fakultas Teknik. Universitas Islam
Meninting. Lombok Barat. Indonesia. Yogyakarta.

Brunner, G.W. (2010). HEC-RAS River Istiarto. (2014). Modul Pelatihan Simulasi
Analysis System, Hydraulic Reference Aliran 1-Dimensi dengan Bantuan Paket
Manual. USACE, Institute for Water Program Hidrodinamika HEC-RAS.
Resources, Hidrologic Engineering Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Istiarto. (2014). Modul Pelatihan Simulasi Riyanto, A.B. (2017). Teori Keruntuhan
Aliran 1-Dimensi dengan Bantuan Bendungan (DAMBRK BREACH).
Paket Program Hidrodinamika HEC- Fakultas Teknik Sipil. Universitas
RAS (Jenjang Lanjut Dam Breach Parahyangan. Bandung.
Analysis). Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta. Salukh, F.I. (2004). Analisis Penelusuran Banjir
Akibat Keruntuhan Bendungan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Perumahan Rakyat. (2009).
Keruntuhan Bendungan Situ Gintung. Somantri, L. (2008). Pemanfaatan Teknik
Banten. Penginderaan Jauh Untuk
Mengidentifikasi Kerentanan Dan Risiko
Kingpaiboon, S., Satomura, M., & Horikawa, Banjir. Jurnal Geografi. Universitas
M. (2002). Study On Precipitable Pendidikan Indonesia. Bandung.
Water Vapor Change (obtained from
GPS) and Humidity. Japan. State of Colorado. (2010). Guidelines for Dam
Break Analysis. Department of Natural
Masrevaniah, Aniek. (2010). Konstruksi Resources, Division of Water Resources,
Bendungan Urugan 1. IKIP Malang. Dam Safety Branch. Colorado.
Malang.
Triatmodjo, B. (2008). Hidrologi Terapan. Beta
Ndun, J.C.R. (2014). Simulasi 1-D Banjir Offset. Yogyakarta.
akibat Keruntuhan Bendungan
dengan Program HEC-RAS 4.1.0 Usman, A.R. (2001). Buletin Komite Nasional
Studi Kasus Embung Tambakboyo, Indonesia untuk Bendungan Besar.
Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Jakarta.
Tesis. Magister Teknik Pengelolaan
Bencana Alam. Jurusan Teknik Sipil Widiantoro, H. (2017). Penelusuran Banjir
dan Lingkungan. Universitas Gajah Akibat Keruntuhan Bendungan
Mada. Yogyakarta. Kadumalik Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Teknik Sipil dan
Nugroho, J. (2013). Analisis Wilayah Lingkungan. Fakultas Teknik.
Tergenang dan Perilaku Banjir pada Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Simulasi Kegagalan Bendungan
Ciawi. Jurnal Teknik Sipil. Fakultas Wijayanti, P. (2013). Analisa Keruntuhan
Teknik. Institut Teknologi Bandung. Bendungan Pacal. Jurnal Teknik Sipil.
Bandung. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Ofanata, Y. (2018). Analisis Aliran Akibat
Keruntuhan Bendungan Gonggang
dengan Aplikasi HEC-RAS 4.1.0.
Skripsi. Jurusan Teknik Sipil.
Fakultas Teknik. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.

Rachmadan, L.C. (2014). Analisa


Keruntuhan Bendungan Alam Way
Ela dengan Menggunakan Program
Zhong Xing HY21. Jurnal Teknik
Pengairan. Fakultas Teknik.
Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai