Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA

PEMERIKSAAN FISIK PADA KONDISI


KEGAWAT DARURATAN
MAKALAH

KELOMPOK 7

1. AMANDA TRI LESTARI (2206111)


2. IIS ISTIANAH (2206099)

KELAS : D3KP2D

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 2023/2024

POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan perlindungan-Nya yang telah
memberikan kekuatan lahir maupun batin sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam proses penyusunan ini tidak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, kami menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang akan membangun kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata.

Indramayu, 16 September 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHLUAN.............................................................................................................................4

• LATAR BELAKANG..........................................................................................................4

• TUJUAN...............................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................5

2.1 PENGERTIAN.......................................................................................................................5

2.2 PENGKAJIAN PRIMER.....................................................................................................5

2.3 PENGKAJIAN SEKUNDER...............................................................................................6

BAB III...........................................................................................................................................8

JURNAL.........................................................................................................................................8

BAB IV..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

• SIMPULAN........................................................................................................................12

• SARAN...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHLUAN

• LATAR BELAKANG
Pemeriksaan fisik kegawat daruratan adalah bagian penting dari penilaian pasien yang datang
dengan kondisi medis yang mengancam nyawa. Tujuan dari pemeriksaan fisik ini adalah untuk
menilai tanda-tanda vital, mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala yang mengkhawatirkan, dan
membuat keputusan cepat untuk mengelola pasien secara efektif. Berikut adalah langkah-
langkah umum yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik kegawat daruratan:

Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer
dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam
hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan pengkajian primer
meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control
servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D:
Disability, mengecek status neurologis; E: Exposure, enviromental control, buka baju
penderita tapi cegah hipotermia (Holder, 2002).
Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan atau ketrampilan yang
bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai
permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau
terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan
yang tidak dapat dikendalikan. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat
sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan
menentukan keberhasilan Asuhan Keperawatan pada system kegawatdaruratan pada pasien
dewasa. Dengan Pengkajian yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Aspek - aspek yang dapat dilihat dari mutu pelayanan keperawatan yang dapat dilihat adalah
kepedulian, lingkungan fisik, cepat tanggap, kemudahan bertransaksi, kemudahan memperoleh
informasi, kemudahan mengakses, prosedur dan harga (Joewono, 2003).

• TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses pengkajian primer dalam kegawat daruratan
2. Untuk mengetahui proses pengkajian sekunder dalam kegawat daruratan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik kegawat daruratan adalah bagian penting dari penilaian pasien yang datang
dengan kondisi medis yang mengancam nyawa. Tujuan dari pemeriksaan fisik ini adalah untuk
menilai tanda-tanda vital, mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala yang mengkhawatirkan, dan
membuat keputusan cepat untuk mengelola pasien secara efektif. Berikut adalah langkah-
langkah umum yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik kegawat daruratan:

2.2 PENGKAJIAN PRIMER


Pengkajian/Survei Primer (ABCDE)
Pengkajian Primer merupakan tindakan yang bertujuan untuk
mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam penderita.
Pengkajian ini dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas dalam
tempo yang singkat (kurang dari 10 detik dan difokuskan pada Airway,
Breathing, Circulation, Disability and Exposure (ABCDE)). Tahap ini
harus dilakukan secara efektif dan efisien. Tahapan pengkajian primer
yang dilakukan sebagai berikut.

A: Airway, mengecek jalan napas dengan tujuan menjaga jalan napas


disertai kontrol servikal.
B: Breathing, mengecek pernapasan dengan tujuan agar diperolehnya
oksigenasi yang adekuat.
C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
D: Disability, mengecek status neurologis atau ada tidaknya bagian
tubuh yang mengalami disfungsi.
E: Exposure, mengecek lingkungan korban dengan membuka bagian-
bagian pakaian yang mengikat dan menghambat upaya.

• PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Adanya sumbatan /obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan
• Chin lift/ jaw trust
• Suction/ hisap
• Guedel airway
• Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi)cpada posisi
netral
b. Breathing

5
Kelemahan menelan / batuk/ melindungi jalan napas timbulnya pernapasan yang sulit
dan tidak teratur , suara nafas terdengan ronchi/ aspirasi, whezing, sonor, stidor/
ngorok, ekspansing dinding dada.
c. circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut.
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama
sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS, adapun cara yang cukup jelas dan
cepat adalah :
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri :P
Tidak ada respon :U
e. eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin
ada, jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in line
harus di kerjakan.

2.3 PENGKAJIAN SEKUNDER


1. PENGKAJIAN SEKUNDER

Pengkajia sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik, anamnesis dapat


menggunakan format AMPLE (Alergi, medikasi, post illnes, last meal, dan event/
environment yang berhubungan dengan kerjadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala
hingga kaki dan dapat pula di tambahkam pemeriksaan diagnosik.

Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu sebagai


berikut:
S : Sign and symptom.
Tanda dan gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu ada jejas pada thoraks,
nueri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi, pembengkakan lokal dan
krepitasi pada saat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,
dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, penurunan tekanan darah.
A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat obatan
ataupun kebutuhan akan makan/ minum.
M :Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovasculer medications especially). Pengobatan
yang di berikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak
menimbulkan reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai dengan riwayat
pengobatan klien.

6
P : previous medical/surgical history
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
L : Last meal ( Time )
Waktu klien terakhir makan atau minum
E : Events / environmment surrounding the injury, ie, Exactly. What happened

Pengkajian sekunder dapat di lakukan dengan cara mengkaji data dasar klien yang
kemudian digolongkan dalam SAMPLE.
Pengkajian sekunder meliputi :
a) Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
golongan darah, hubungan klien dengan keluarga.
b) Riwayat kesehatan : tingkat kesadaran Glasgow Coma Scale (GCS) (< 15), muntah, dispnea
atau takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka pada kepala, akumulasi pada
saluran nafas kejang.
c) Riwayat penyakit dahulu : haruslah diketahui dengan baik yang berhubungan dengan system
persyarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga
terutama yang mempunyai penyakit keturunan atau menular.
d) Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subjektif. Data
- data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien. 3. Pemeriksaan Fisik head
to toe 4. Pengkajian tersier seperti pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan laboratorium.

7
BAB III
JURNAL

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK OLEH PERAWAT RUMAH SAKIT


ADVENT BANDAR LAMPUNG
THE IMPLEMENTATION OF PHYSICAL EXAMINATION BY NURSES IN
BANDAR LAMPUNG ADVENTIST HOSPITAL

Novita Verayanti Manalu


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia Email:
verayantimanalu@unai.edu
ABSTRAK
Pendahuluan: Perawat masa kini dituntut untuk dapat mengaplikasikan
metode pendekatan pemecahan masalah dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Pengkajian merupakan tahap yang paling utama
dalam proses keperawatan, dimana pada tahap ini perawat melakukkan
pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara/anammesis, catatan
kesehatan lain dan pemeriksaan fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kualitas pemeriksaan fisik oleh perawat diruang rawat inap
medikal bedah dewasa di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung. Metode:
Deskriptif dengan melakukan observasi yang menggunakan checklist blangko
yang berisi 69 butir pelaksanaan pemeriksaan fisik yang di adaptasi dari
prosedur pemeriksaan fisik menurut Estes (2006). Populasi dalam penelitian
ini adalah perawat di ruang rawat inap medikal bedah dewasa Rumah Sakit
Advent Bandar Lampung yang berjumlah 46 orang dipilih secara purposive
sampling. Pengukuran dilakukan dengan menghitung persentase. Hasil: Hasil
pelaksanaan pemeriksaan fisik oleh perawat diruang medikal bedah dewasa
Rumah Sakit Advent Bandar Lampung secara keseluruhan adalah 47,29%
dengan kategori rendah. Aspek yang paling sering dilaksanakan adalah aspek
pra-prosedur dengan nilai 68,2%, yang dikategorikan sedang. Sedangkan
aspek yang kurang dilakukan adalah intra- prosedur(43.3%) dikategorikan
kurang. Diskusi: Kualitas pemeriksaan fisik oleh perawat diruang medikal
bedah dewasa di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung termasuk dalam
kategori rendah dengan interpretasi bahwa perawat kurang melakukan
pemeriksaan fisik dengan benar yang mengakibatkan pengidentifikasian
masalah kurang dan proses asuhan keperawatan tidak maksimal.

Kata kunci: kualitas pemeriksaan fisik.

8
ABSTRACT
Introduction: Nurses today are required to be able to apply the methods of
approach to problem solving in providing nursing care to clients. Assessment
is the most important stage of the nursing process, which at this stage nurse
doing analysis of data obtained from the interviews/anamnesis , other health
records and the results of a physical examination . The purpose of this study
was to determine the quality of a physical examination by a nurse in inpatient
adult medical-surgical department in Bandar Lampung Adventist Hospital.
Result: The results of the implementation of a physical examination in a
medical-surgical wards by nurses in Bandar Lampung Adventist Hospital
overall was 47.29% with the low category. The aspect most often
implemented is the aspect of the pre-procedure with a value of 68.2%, which
is average. While aspects less to do is intra-procedure (43.3%) were
categorized less. Methode: Descriptive by observation that use blank checklist
containing 69 statements of the implementation of the physical examination
was adopted from the physical examination procedures by Estes (2006 ). The
population in this study were nurses in inpatient adult medical-surgical
Bandar Lampung Adventist Hospital totaling 46 people selected by purposive
sampling . Measurement is done by calculating the percentage. Discussion:
Quality physical examination rendered by nurses in an adult medical- surgical
wards in Bandar Lampung Adventist Hospital is in the low category with the
interpretation that the nurses less doing right physical examination resulting
in unidentified problems and lack of nursing care was not optimal.

Keywords : quality of physical examination

PENDAHULUAN

Perawat dalam melaksanakan tugas profesinya dituntut untuk memiliki


kemampuan intelektual, interpersonal, dan kemampuan teknis agar dapat
melayani pasien secara efisien. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki
oleh seorang perawat adalah keterampilan untuk melakukan pemeriksaan
fisik untuk memperoleh data tentang keadaan kesehatan pasien. Pemeriksaan
fisik merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat rencana asuhan
keperawatan.

Hidayat (2004:98) mengemukakan bahwa pemeriksaan fisik adalah sebuah


proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan
tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis.
Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakan

9
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada
anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan
seperti test neurologi. Oleh sebab tiu perawat dituntut untuk memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan proses kerepawatan
yang termasuk proses pengumpulan data dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan oleh perawat.

Menurut WHO (2006) yang dikutip oleh Ely (2008) pemeriksaan fisik
merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan proses yang sistematis untuk pengumpulan data dalam mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan

klien. Pada Negara-negara yang sudah maju seperti Australia pasien


mengharapkan perawat memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai untuk mengetahui kondisi penyakit dan mampu mengatasi keluhan
yang dialami klien. Namun pengkajian fisik yang akurat masih jarang
dilakukan oleh para klinikus. Salah satu pengkajian fisik yang dilakukan
kurang sesuai dengan prosedur adalah pengkajian fisik system pencernaan.
Hal ini menyebabkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
kurang tepat.

Rahmat (2003) melaporkan tentang penelitian di Negara-negara berkembang


dan Amerika Serikat, bahwa pemeriksaan fisik yang akurat jarang dilakukan
kepada pasien- pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Hal ini dapat
menimbulkan diagnosis yang tidak tepat dan pasien harus tinggal di Rumah
Sakit lebih lama.

Karyadi (2007) seorang mahasiswa program studi DIII Keperawatan Sekolah


Tinggi Ilmu Keperawatan Cirebon meneliti tentang pemeriksaan fisik yang
dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian menunjukkan penhkajian yang
dilakukan oleh para perawat kurang akurat. Dalam penelitian tersebut
dilaporkan bahwa tindakan perawat saat melakukan pengkajian fisik kurang
sesuai dengan prosedur yang ada. Hal ini menyebabkan pengumpulan data
tidak akurat dan proses perawatan tidak maksimal.

Para perawat professional sudah selayaknya melakukan pemeriksaan fisik


dengan benar oleh karena telah mendapat mata kuliah pemeriksaan fisik saat
berada dibangku kuliah. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis
terhadap 10 perawat di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung menunjukkan

10
bahwa sangat jarang yang melakukan pemeriksaan fisik sesuai prosedur.
Namun observasi yang penulis lakukan tidak berdasarkan prosedur ilmiah.
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,


dimana Instrumen yang digunakan adalah checklist berupa blangko obervasi
pelaksanaan pemeriksaan fisik. Menurut Rospond (2009) prosedur
pemeriksaan fisik meliputi pra-prosedur, intra-prosedur, dan pasca prosedur.
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap medikal
bedah dewasa Rumah Sakit Advent Bandar Lampung yang berjumlah 46
orang. Nilai rata- rata atau mean kemudian diurutkan dari nilai tertinggi ke
nilai yang terendah dan diinterpretasikan kedalam kategori persentase
pelaksanaan sesuai tabel 1.

Tabel 1. Interpretasi Pelaksanaan Pengkajian Fisik Pasien

Nilai Kategori Interpretasi

0 – 60 Rendah Pelaksanan kurang 61-


80 Sedang Penatalaksanaan baik 81-
100 Tinggi Pelaksanan sangat
baik

HASIL PENELITIAN

Hanya sebagian dari perawat (47,29%) yang melakukan pemeriksaan


fisik pasien, ini dikategorikan rendah. Aspek yang paling sering dilaksanakan
adalah aspek pra-prosedur (68,2%) dimana menurut skala presentase
termasuk kategori sedang. Aspek yang kurang dilaksanakan yaitu intra-
prosedur

(43,3%) menurut skala persentase termasuk kategori rendah. Sedangkan


aspek pasca-prosedurpun dikategorikan rendah (58,2%). Dan yang selalu
dilakukan oleh perawat dalam pengkajian fisik pasien adalah mengumpulkan
data riwayat kesehatan dan mendokumentasikan data yang sudah didapat
(100%), sedangkan hal membuat janji/kontrak sebelum melakukan
pemeriksaan fisik adalah yang hampir tidak dilaksanakan (13%) lihat tabel 4

11
BAB IV
PENUTUP

• SIMPULAN
Keperawatan kegawatdaruratan adalah pelayanan profesional yang diberikan pada
pasien dengan kebutuhan urgent dan kritis atau rangkaian kegiatan praktek keperawatan
kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan
keperawatan diruang gawat darurat. Keperawatan kriis dan kegawatdaruratan meliputi :
pertolongan pertama, penanganan transportasi yang diberikan kepada orang yang
mengalami kondisi darurat akibat ruda paksa, sebab medik atau perjalanan penyakit
dimulai dari tempat ditemukannya korban tersebut sampai pengobatan definiktif dilakukan
ditempat rujukan.

• SARAN
Sebagai seorang calon perawat yang nantinya akan bekerja disesuatu insttusi rumah sakit
tentunya kita akan dapat mengetahui mengenai persepektif keperawatan kritis dan
kegawatdaruratan, dan ruang lingkup kritis dan kegawatdaruratan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran, karena manusia tidak ada yang sempurna, agar penulis dapat belajar lagi
dalam penulisan makalah yang lebih baik. Atas kritik dan saran penulis ucapkan terimakasih

DAFTAR PUSTAKA
http://muhajir99.wordpress.com/2012/08/09/pengkajian-keperawatan-kritis-abcde-
ample/di akses pada tanggal 22 desember 2013

http://sibawellbercerita.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-gawat-darurat-
pada_14.html di akses pada tanggal 22 desember 2013

http://askarnh.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-gawat-darurat. Html di akses


pada tanggal 22 desember 2013

12

Anda mungkin juga menyukai