1. Pendahuluan
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada
Bab VIII tentang Gizi, pada pasal 141 ayat I menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi
masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Dalam
rangka mencapai tujuan program gizi yaitu meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat. Sumber Daya Manusia adalah aset yang besar
bagi bangsa Indonesia jika seluruh warganya telah menjadi Manusia Indonesia Prima
antara lain ditandai dengan warganya yang sehat, cerdas dan produktif. Untuk mewujudkan
warga yang sehat cerdas dan produktif diperlukan status gizi yang optimal dengan cara
melakukan perbaikan gizi secara terus menerus melalui berbagai pendekatan yang semakin
inovatif. Oleh karena itu pemerintah melalui sektor terkait lebih serius memberikan
perhatian pada peningkatan status gizi masyarakat secara menyeluruh.
2. Latar Belakang
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan
kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI
(Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakuakn secara bertahap baik bentuk maupun
jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan alat pencernaan bayi dalam menerima
MP-ASI (Depkes, 2004).
Pencapaian tumbuh kembang yang optimal pada bayi, di dalam global strategy for
infant and young ghil feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang
harus di perhatikan yaitu: memberikan air susu ibu kepada bayi segera setelah lahir, kedua
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara ekslusif sejak lahir
sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-
ASI) sejak bayi berusia 6 sampai usia 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI
sampai anaka berusia 24 bulan atau lebih (Depkes, 2006). Meski demikian dalam
pelaksaannya menunjukan banyaknya pelanggaran, banyak bayi yang tidak diberikan ASI
ekslusif yaitu memberi bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI.
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016, di Indonesia persentase bayi baru lahir
yang mendapat IMD pada tahun 2016 sebesar 51,9% yang terdiri dari 42,7% mendapatkan
IMD dalam satu jam atau lebih, Persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat ASI
eksklusif sebesar 54,0%, sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai
usia enam bulan adalah sebesar 29,5%. Angka Jawa Barat Menunjukan 48,4% ASI
Ekslusif pada bayi umur 0-5 bulan, di Puskesmas Jatinunggal sendiri pada tahun 2017
sebesar 83,2% untuk cakupan ASI Ekslusif.
Dengan alasan yang telah dipaparkan di sebelumnya maka untuk mencegah
terjadinya pemberian MP-ASI dini dan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang MP-
ASI tersebut perlu di susun Kerangka Acuan Kegiatan Sosialisasi PMBA dan Promosi ASI
Ekslusif dan IMD di Kelas Ibu, Pedoman ini digunakan untuk menilai keberhasilan
program, perencanaan dan menetapkan kebijakan dalam rangka penanggulangan
peningkatan kasis pemberian MP-ASI dini.
3. Tujuan
A. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif, IMD, dan
PMBA kepada balita ketika cukup umur.
B. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai waktu dan jenis PMBA yang tepat
sesuai umur.
b. Membantu menurunkan angka kejadian pemberian MP-ASI dini
6. Jadwal Kegiatan