Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI SD

TENTANG
TEORI HUMANISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI SD

DOSEN PENGAMPU :
Drs ABDURRAHMAN, S.Pd., M. Pd

OLEH:
KELOMPOK 4

Aulia Ramadhani (226910597)


Norma Natasyaa (226910522)
Sakinatunnafsi (226910556)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Teori Humanistik Perkembangan Peserta Didik di sd dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak
Drs.ABDURRAHMAN, S.Pd., M.Pd selaku Dosen mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik.di SD.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, 10 Oktober 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Teori Humanistik..................................................................................................3
B. Teori Kognitif.......................................................................................................5
C. Teori Ekologi........................................................................................................7
D. Teori Etologi.........................................................................................................9
BAB III PENUTUP..........................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pemahaman terhadap berbagai teori perkembangan manusia, seperti
teori humanistik, kognitif, ekologi, dan etologi, adalah agar kita dapat menghargai
kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu. Setiap teori
memberikan wawasan yang berbeda tentang peran individu dan lingkungan dalam
proses perkembangan, dan memahami interaksi antara faktor-faktor ini dapat
membantu kita dalam berbagai konteks, seperti pendidikan, perawatan anak,
psikoterapi, dan pemahaman perilaku manusia secara umum.
Sebagai seorang pendidik, orang tua, atau profesional yang bekerja dengan
individu dalam berbagai tahap perkembangan, pengetahuan tentang teori-teori ini
dapat membantu Anda merancang pendekatan yang sesuai untuk mendukung
perkembangan anak-anak atau individu lainnya. Misalnya, dalam konteks
pendidikan, pemahaman tentang teori kognitif dapat membantu guru merancang
kurikulum dan metode pengajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif
siswa. Selain itu, dalam konteks klinis, pemahaman tentang teori humanistik dan
teori etologi dapat membantu terapis dalam memberikan perawatan yang sesuai dan
mendukung pertumbuhan individu.
Teori ekologi juga dapat membantu kita memahami bagaimana lingkungan
sosial dan konteks tempat individu hidup dapat mempengaruhi perkembangan
mereka dan membantu kita merancang intervensi yang tepat
Dalam keseluruhan, pemahaman tentang teori-teori perkembangan manusia
membantu kita menghargai keragaman individu, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan, dan merancang pendekatan yang sesuai untuk
mendukung perkembangan yang sehat dan optimal

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai teori humanistik?
2. Bagaimana penjelasan mengenai teori kognitif?
3. Bagaimana penjelasan mengenai teori ekologi?
4. Bagaimana penjelasan mengenai teori etologi?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori humanistik
2. Untuk mengetahui teori kognitif
3. Untuk mengetahui teori ekologi
4. Untuk mengetahui teori etologi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Humanistik


Teori Humanistik menekankan pada pengertian dan pengalaman manusia
sebagai individu yang unik. Teori ini berfokus pada pemahaman terhadap potensi
dan kebutuhan manusia serta peningkatan diri. Tokoh terkenal dalam teori ini adalah
Abraham Maslow dan Carl Rogers. Maslow mengembangkan Hierarki Kebutuhan,
yang menjelaskan bahwa manusia memiliki kebutuhan hierarkis yang harus
dipenuhi, mulai dari kebutuhan fisiologis hingga kebutuhan aktualisasi diri. Rogers,
di sisi lain, mengemukakan konsep Penghormatan Tertinggi, di mana individu dilihat
sebagai makhluk yang memiliki dorongan untuk berkembang dan tumbuh.
Dalam pandangan holistik, seseorang lebih dari sekedar kumpulan dorongan,
instink, dan pengalaman yang dipelajari. Tiga tokoh terkemuka Psikologi humanistik
adalah Charlotte Buhler (1893–1974), Abraham Maslow (1908–1970), dan Carl
Rogers (1902–1987)
1. Charlotte Buhler (1893–1974):
Charlotte Buhler adalah seorang psikolog dan psikoterapis Amerika yang
menjadi salah satu tokoh penting dalam pengembangan Psikologi Humanistik. Dia
menggagas konsep "teori keperluan" yang menggabungkan aspek-aspek biologis,
psikologis, dan sosial dari perkembangan manusia. Buhler menekankan pentingnya
kehidupan psikologis individu dalam menghadapi tantangan perkembangan dan
mengembangkan pemahaman tentang peran kehidupan sepanjang umur dalam
perkembangan manusia.
2. Abraham Maslow (1908–1970):
Abraham Maslow adalah seorang psikolog Amerika yang dikenal karena
Hierarki Kebutuhan yang dikembangkannya. Hierarki Kebutuhan Maslow
menyatakan bahwa manusia memiliki serangkaian kebutuhan hierarkis yang harus
dipenuhi, dimulai dari kebutuhan fisiologis dasar seperti makanan dan tempat
tinggal, hingga kebutuhan aktualisasi diri yang lebih tinggi seperti pengembangan
pribadi dan mencapai potensi maksimal. Maslow juga mengemukakan konsep

6
"self-actualization" yang mengacu pada proses individu mencapai potensi
penuhnya dan menjadi dirinya yang terbaik.
3. Carl Rogers (1902–1987):
Carl Rogers adalah seorang psikolog dan terapis Amerika yang dikenal karena
konsep terapi klien-pusat yang dikembangkannya. Pendekatan Rogers dalam terapi
menempatkan klien sebagai pusat perhatian dan mengedepankan empat prinsip
utama: penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard), empati (empathy),
keaslian (genuineness), dan pemahaman yang mendalam. Rogers meyakini bahwa
manusia memiliki dorongan batiniah untuk tumbuh dan berkembang, dan terapi
yang dilakukan dalam suasana penerimaan dan dukungan dapat membantu individu
mencapai pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Berikut adalah batas teori humanistik :
1. Teori Charlotte Buhler terhadap perkembangan:
Charlotte Buhler mengembangkan teori keperluan yang menekankan pentingnya
aspek biologis, psikologis, dan sosial dalam perkembangan manusia. Buhler
berpendapat bahwa individu mengalami serangkaian tahap perkembangan
sepanjang hidup mereka, di mana kebutuhan dan tuntutan yang mereka hadapi
berubah seiring waktu. Dia juga menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam
mempengaruhi perkembangan individu, baik melalui interaksi dan hubungan
interpersonal, maupun melalui peran yang dimainkan oleh institusi sosial.
2. Teori Abraham Maslow tentang hierarki kebutuhan:
Abraham Maslow mengembangkan Hierarki Kebutuhan, yang merupakan
konsep sentral dalam psikologi humanistik. Menurut Maslow, manusia memiliki
serangkaian kebutuhan yang diorganisasikan secara hierarkis. Hierarki tersebut
terdiri dari lima tingkatan kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Maslow berpendapat bahwa individu harus memenuhi kebutuhan
pada tingkatan yang lebih rendah sebelum mereka dapat mencapai kebutuhan pada
tingkatan yang lebih tinggi dalam hierarki.
3. Teori Carl Rogers tentang pertumbuhan personal:
Carl Rogers mengembangkan pendekatan terapi klien-pusat yang menekankan
pentingnya empat prinsip utama: penerimaan tanpa syarat, empati, keaslian, dan

7
pemahaman yang mendalam. Rogers berpendapat bahwa individu memiliki
dorongan batiniah untuk tumbuh dan berkembang, dan terapi yang dilakukan dalam
suasana penerimaan dan dukungan dapat membantu individu mencapai
pertumbuhan dan aktualisasi diri. Ia juga menyoroti pentingnya self-concept
(konsep diri) yang positif dan kohesif dalam perkembangan individu.
4. Peran teori-teori tersebut terhadap perkembangan:
Teori-teori ini berkontribusi dalam memahami dan menjelaskan proses
perkembangan manusia. Mereka menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan,
pertumbuhan pribadi, dan interaksi dengan lingkungan dalam membentuk
perkembangan individu. Teori-teori ini memberikan kerangka kerja untuk
memahami bagaimana kebutuhan manusia berkaitan dengan pengalaman, dorongan
batiniah, dan interaksi sosial dalam membentuk perkembangan dan pertumbuhan
individu. Mereka juga menyoroti pentingnya lingkungan yang mendukung,
penerimaan, dan pemahaman dalam memfasilitasi perkembangan optimal individu

B. Teori Kognitif
Teori Kognitif berfokus pada pemahaman tentang bagaimana manusia
memperoleh, memproses, dan menggunakan informasi. Teori ini menekankan peran
pikiran, persepsi, pemahaman, dan pemecahan masalah dalam pengembangan
manusia. Salah satu tokoh utama dalam teori ini adalah Jean Piaget, yang
mengembangkan teori perkembangan kognitif anak-anak. Piaget menyatakan bahwa
anak-anak mengalami empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda, yaitu tahap
sensorimotor, tahap praoperasional, tahap konkret operasional, dan tahap operasional
formal.
1. Piaget dan Perkembangan Kognitif:
Jean Piaget adalah seorang psikolog perkembangan terkenal yang
mengemukakan teori perkembangan kognitif. Menurut Piaget, anak-anak mengalami
empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda, yaitu tahap sensorimotor,
praoperasional, konkret operasional, dan formal operasional.
1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): Pada tahap ini, anak-anak menggali dunia
melalui indera mereka dan bereaksi terhadap rangsangan fisik. Mereka mulai
mengembangkan konsep objek tetap dan memahami hubungan sebab-akibat.

8
2) Tahap Praoperasional (2-7 tahun): Anak-anak mulai menggunakan simbol-
simbol dan bahasa untuk mewakili dunia di sekitar mereka. Mereka juga
memiliki pemahaman yang terbatas tentang perspektif orang lain dan
cenderung terjebak dalam pemikiran egosentris.
3) Tahap Konkret Operasional (7-11 tahun): Anak-anak mulai mengembangkan
kemampuan untuk berpikir secara logis dan melakukan operasi mental pada
objek konkret. Mereka dapat memahami prinsip-prinsip seperti konservasi,
seriasi, dan kausalitas.
4) Tahap Formal Operasional (11 tahun ke atas): Pada tahap ini, individu
memperoleh kemampuan berpikir abstrak, berpikir tentang kemungkinan dan
hipotesis, serta menggunakan pemikiran deduktif.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif terjadi melalui proses asimilasi
(menyelaraskan informasi baru dengan skema yang sudah ada) dan akomodasi
(mengubah skema yang ada untuk mengakomodasi informasi baru).
2. Lev Vygotsky:
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog dan ahli teori sosial-kultural yang
mengemukakan teori perkembangan kognitif sosial. Teori Vygotsky menekankan
peran penting lingkungan sosial dalam membentuk perkembangan kognitif anak.
Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan
lingkungan sosial dan melalui pemahaman bersama dengan orang dewasa atau teman
sebaya. Dia memperkenalkan konsep zona perkembangan aktual dan zona
perkembangan proksimal.
1) Zona Perkembangan Aktual: Merupakan kemampuan individu untuk
melakukan tugas-tugas secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
2) Zona Perkembangan Proksimal: Merupakan rentang tugas yang dapat
diselesaikan individu dengan bantuan orang lain. Dalam zona perkembangan
proksimal, anak-anak dapat menyelesaikan tugas yang sulit dengan
bimbingan atau dukungan dari orang dewasa atau teman sebaya.
Menurut Vygotsky, interaksi sosial dan dukungan dari orang-orang di sekitar
anak, seperti orang tua dan guru, sangat penting dalam membantu anak mencapai
potensi kognitifnya yang optimal.

9
3. Peran Terhadap Perkembangan:
Baik Piaget maupun Vygotsky percaya bahwa perkembangan kognitif anak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan interaksi sosial. Perusahaan tumbuh
dan belajar di lingkungan yang memadai dan menerima dukungan sosial dapat
membantu anak-anak mengembangkan keterampilan kognitif dan berpikir abstrak.
Orang tua, guru, dan anggota keluarga lainnya memainkan peran penting dalam
memberikan stimulasi kognitif dan dukungan sosial kepada anak-anak. Mereka dapat
memberikan pengalaman nyata, memberikan panduan, dan memfasilitasi interaksi
sosial yang mendukung perkembangan kognitif.
Selain itu, pendidikan formal dan interaksi dengan teman sebaya juga memiliki
peran yang signifikan dalam perkembangan kognitif anak. Melalui interaksi dengan
teman sebaya, anak-anak dapat memperoleh pemahaman sosial dan belajar melalui
kolaborasi dan diskusi.
Dengan demikian, baik Piaget maupun Vygotsky mengakui bahwa
perkembangan kognitif anakdipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan dan
orang-orang di sekitarnya. Lingkungan yang mendukung, stimulasi kognitif yang
memadai, dan interaksi sosial yang positif dapat berkontribusi pada perkembangan
kognitif yang optimal.

C. Teori Ekologi
Teori Ekologi (Ecological Systems Theory) dikembangkan oleh Urie
Bronfenbrenner. Teori ini menekankan pentingnya memahami pengaruh lingkungan
sosial dalam perkembangan manusia. Bronfenbrenner mengidentifikasi lima sistem
yang saling berinteraksi dalam pengaruh perkembangan individu, yaitu mikrosistem
(lingkungan langsung), mesosistem (hubungan antara mikrosistem), eksosistem
(konteks yang tidak langsung mempengaruhi individu), makrosistem (nilai dan
budaya sosial), dan kronosistem (perubahan waktu dalam lingkungan). Teori ekologi
menekankan pentingnya memahami hubungan kompleks antara individu dan
lingkungannya dalam konteks perkembangan manusia.
1. Pokok Teori Ekologi:
Teori ekologi perkembangan manusia, yang dikemukakan oleh Urie
Bronfenbrenner, adalah sebuah kerangka kerja yang membahas bagaimana

10
lingkungan sosial dan konteks tempat individu hidup berinteraksi dan mempengaruhi
perkembangan mereka. Teori ini menganggap bahwa perkembangan manusia terjadi
melalui interaksi yang kompleks antara individu dan lingkungan mereka.
Menurut teori ini, ada beberapa tingkatan lingkungan yang saling terkait dan
mempengaruhi perkembangan individu. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah:
1) Mikrosistem: Ini adalah lingkungan langsung tempat individu berinteraksi
secara langsung, seperti keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Mikrosistem
memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan individu.
2) Mezosistem: Ini mengacu pada hubungan antara dua atau lebih mikrosistem
di mana individu terlibat. Misalnya, hubungan antara keluarga dan sekolah
anak. Perubahan atau peristiwa di satu mikrosistem dapat mempengaruhi
individu di mikrosistem lainnya.
3) Eksosistem: Eksosistem mencakup lingkungan yang tidak langsung
mempengaruhi individu, seperti tempat kerja orang tua atau kebijakan
pemerintah. Lingkungan ini dapat mempengaruhi individu melalui
pengaruhnya terhadap mikrosistem di mana individu terlibat.
4) Makrosistem: Ini adalah tingkatan terluas dari teori ekologi dan mencakup
nilai-nilai budaya, norma, dan sistem sosial yang mempengaruhi
perkembangan individu. Misalnya, agama, kebijakan sosial, dan struktur
sosial.
5) Kronosistem: Ini mengacu pada dimensi waktu dalam teori ekologi.
Perubahan dalam lingkungan seiring waktu, seperti transisi keluarga,
perubahan kebijakan, atau peristiwa sejarah, dapat mempengaruhi
perkembangan individu.
2. Peran Terhadap Perkembangan:
Teori ekologi perkembangan manusia menekankan pentingnya lingkungan
dalam mempengaruhi perkembangan individu. Lingkungan yang mendukung,
responsif, dan menyediakan kesempatan bagi individu untuk belajar dan tumbuh
dianggap memiliki peran yang positif dalam perkembangan.
Peran lingkungan dalam perkembangan individu dapat dilihat dalam beberapa
cara:

11
1) Lingkungan yang mendukung perkembangan fisik: Faktor-faktor seperti
akses terhadap makanan yang sehat, perawatan medis yang memadai, dan
lingkungan yang aman dapat berkontribusi pada perkembangan fisik yang
optimal.
2) Lingkungan yang merangsang perkembangan kognitif: Lingkungan yang
kaya dengan rangsangan kognitif, seperti mainan yang menantang, buku, dan
interaksi dengan orang dewasa yang merangsang, dapat membantu anak
mengembangkan keterampilan kognitif dan kemampuan berpikir.
3) Lingkungan yang mendukung perkembangan sosial dan emosional: Interaksi
dengan anggota keluarga, teman sebaya, dan komunitas yang positif dapat
membantu individu mengembangkan keterampilan sosial dan emosional
yang sehat. Dukungan emosional yang diberikan oleh lingkungan juga
penting dalam membantu individu mengatasi tantangan dan
mengembangkan kemandirian.
4) Lingkungan yang mendukung perkembangan moral: Nilai-nilai, norma, dan
etika yang diajarkan oleh lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan
moral individu. Lingkungan yang memberikan contoh yang positif dan
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan moral dapat
membantu individu mengembangkan pemahaman tentang apa yang benar
dan salah.
Dalam teori ekologi perkembangan manusia, penting untuk memperhatikan
hubungan dan interaksi antara individu dan lingkungannya. Lingkungan yang
menyediakan dukungan, kesempatan, dan rangsangan yang sesuai secara individual
dapat berperan penting dalam membentuk perkembangan individu secara positif.

D. Teori Etologi
Teori Etologi merupakan studi tentang perilaku hewan dalam konteks
lingkungan alaminya. Teori ini menekankan pada studi perilaku alami hewan,
termasuk insting, kecenderungan genetik, dan pengaruh lingkungan terhadap
perilaku dan perkembangan. Konsep penting dalam teori ini adalah imprinting, di
mana hewan muda membentuk ikatan dengan induknya atau objek lain pada periode
sensitif tertentu. Contoh tokoh dalam teori etologi adalah Konrad Lorenz dan Niko

12
Tinbergen, yang melakukan penelitian tentang perilaku hewan dan kontribusinya
terhadap pemahaman perilaku manusia.
1. Teori Etologi dan Lorenz Imprinting:
Teori etologi adalah sebuah bidang studi yang mempelajari perilaku hewan
dalam konteks alaminya. Kontributor terkenal dalam teori etologi adalah Konrad
Lorenz, yang terkenal dengan penemuan dan penelitiannya tentang fenomena
imprinting.
Imprinting adalah suatu bentuk belajar pada hewan di mana mereka membentuk
ikatan emosional yang kuat dengan objek tertentu pada masa kritis atau periode
sensitif dalam hidup mereka. Lorenz melakukan penelitian dengan anak bebek dan
menunjukkan bahwa bebek akan membentuk ikatan yang kuat dengan objek pertama
yang mereka lihat setelah menetas, biasanya induknya. Imprinting ini penting karena
mempengaruhi perilaku sosial dan orientasi objek pada masa dewasa.
2. Teori Bonding dan Attachment:
Teori bonding dan attachment berkaitan erat dengan pembentukan ikatan
emosional antara individu, terutama antara bayi dan orang dewasa yang merawatnya.
Teori ini menekankan pentingnya ikatan emosional yang aman dan responsif dalam
perkembangan individu.
Teori bonding mengacu pada ikatan emosional yang terbentuk antara bayi dan
orang tua dalam beberapa jam atau hari setelah kelahiran. Proses bonding ini penting
untuk membentuk hubungan yang aman dan saling percaya antara bayi dan orang
tua.
Teori attachment, yang dikemukakan oleh John Bowlby, mengacu pada
pembentukan ikatan emosional jangka panjang antara bayi dan orang dewasa yang
merawatnya. Bowlby mengidentifikasi beberapa tahap perkembangan attachment,
mulai dari fase pre-attachment pada bulan-bulan awal kehidupan, hingga fase
multiple attachment saat anak mulai membentuk hubungan dengan orang lain di luar
orang tua utama.
3. Hinden Periode Perkembangan Sensitif:
Konsep periode perkembangan sensitif dikemukakan oleh ahli biologi etologi,
Nikolaas Tinbergen. Periode perkembangan sensitif adalah periode waktu tertentu

13
dalam hidup individu ketika mereka sangat rentan dan responsif terhadap pengaruh
lingkungan tertentu.
Pada periode ini, individu lebih mungkin untuk memperoleh dan mengasimilasi
keterampilan atau perilaku tertentu. Jika pengalaman yang diperlukan tidak diberikan
selama periode ini, individu mungkin kesulitan untuk mengembangkan keterampilan
atau perilaku tersebut di kemudian hari.
Contoh periode perkembangan sensitif adalah periode sensitif dalam
perkembangan bahasa pada anak-anak. Selama periode ini, anak-anak memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk menyerap dan mempelajari bahasa dengan cepat.
Jika anak tidak terpapar bahasa selama periode sensitif ini, kemampuan bahasa
mereka dapat terhambat secara signifikan.
4. Peran Terhadap Perkembangan:
Teori etologi, termasuk teori imprinting, teori bonding dan attachment, serta
konsep periode perkembangan sensitif, menekankan peran lingkungan dalam
perkembangan individu.
Peran lingkungan dalam teori etologi terlihat dalam pengaruh imprinting. Masa
kritis atau periode sensitif di mana imprinting terjadi dapat membentuk dengan kuat
perilaku sosial dan orientasi objek individu di masa dewasa. Lingkungan yang
menyediakan objek atau stimuli yang tepat selama periode ini dapat mempengaruhi
perkembangan individu.
Teori bonding dan attachment menekankan pentingnya ikatan emosional yang
aman dan responsif antara bayi dan orang dewasa yang merawatnya. Lingkungan
yang memberikan perawatan yang konsisten, perhatian, dan responsif dapat
membantu membentuk ikatan yang kuat dan perkembangan yang sehat.
Konsep periode perkembangan sensitif menyoroti pentingnya memberikan
pengalaman dan stimulus yang tepat kepada individu selama periode sensitif.
Lingkungan yang memfasilitasi eksplorasi, stimulasi, dan pembelajaran yang sesuai
dengan tahap perkembangan individu dapat berperan penting dalam perkembangan
keterampilan dan perilaku yang optimal.
Dalam semua teori tersebut, peran lingkungan yang mendukung, responsif, dan
memberikan stimulasi yang tepat sangat penting dalammembantu individu mencapai
perkembangan yang optimal. Lingkungan yang menciptakan keamanan, dukungan

14
emosional, stimulasi kognitif, dan kesempatan interaksi sosial yang sehat dapat
berkontribusi pada perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang baik
pada individu.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Humanistik menekankan pada pengertian dan pengalaman manusia sebagai
individu yang unik, fokus pada pemahaman terhadap potensi dan kebutuhan manusia,
serta peningkatan diri. Tokoh terkenal dalam teori ini adalah Abraham Maslow, Carl
Rogers, dan Charlotte Buhler. Mereka memberikan pandangan holistik tentang
perkembangan manusia.
Teori Kognitif berfokus pada pemahaman tentang bagaimana manusia memproses
dan menggunakan informasi. Jean Piaget dan Lev Vygotsky adalah tokoh terkenal
dalam teori ini, yang menekankan peran pikiran, persepsi, dan pemahaman dalam
perkembangan kognitif anak.
Teori Ekologi, dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner, menekankan pentingnya
memahami pengaruh lingkungan sosial dalam perkembangan manusia. Teori ini
mengidentifikasi lima sistem interaksi yang mempengaruhi perkembangan individu:
mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.
Teori Etologi, yang mempelajari perilaku hewan dalam konteks lingkungan
alaminya, menekankan konsep imprinting, bonding, attachment, dan periode
perkembangan sensitif. Teori ini menyoroti pengaruh lingkungan pada pembentukan
ikatan emosional dan perkembangan individu.
Dalam semua teori tersebut, peran lingkungan yang mendukung, responsif, dan
memberikan stimulasi yang tepat sangat penting dalam membantu individu mencapai
perkembangan yang optimal, baik dalam aspek fisik, kognitif, sosial, atau emosional

B. Saran
Penulis banyak berharap kepada pembaca untuk memberikan saran atau
kritikann konstruktif kepada penulis demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini Semoga makalah ini berguna bagi saya terutama dan bagi para pembacanya.
demikian, wallahua’lam
.

16
DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin, A. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar dan


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. TA’DIB, Vol. XVI, No. 01, Edisi
Juni, 115.

Nugroho, Puspo. 2015. Pandangan Kognitifisme Dan Aplikasinya Dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini. ThufuLA: Jurnal
Inovasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Vol. 3 | No. 2 | Juli-Desember

Purnama, Sigit “Elementsof Child-Friendly Environment: The Effort to Provide


an Ant-I Violence Learning Environment”, Indonesian Journal of Islamic
Early Childhood Education, Vol. 1 No. 1, December 2016

Rita Eka Izzaty dkk, (2007), Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri
Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai