Anda di halaman 1dari 27

Teori-2

DASAR PERHITUNGAN KEHILANGAN TEKANAN DAN PANAS

DI DALAM SIMULATOR PIPA

4.1. Profil Tekanan

Profil tekanan dapat dicari menggunakan persamaan Beggs-Brill (3.24).

Pemakaian dalam pipa salur profil tekanan ditulis dengan persamaan yang

dinyatakan dalam fungsi E(P,T) sebagai berikut :

..........(4.1)

Secara rinci penurunan profil tekanan dan temperatur akan dijelaskan pada

sub bab selanjutnya pada penurunan Tekanan dan temperatur secara simultan dari

manipulasi matematik Newton Raphson.

4.2. Profil Temperatur

(1) Q (2)

P1 P2
T1 m T2
h1 h2

8)
Gambar 4.1. Penampang Pipa Alir

52
53

Untuk menghitung tekanan, temperatur dan enthalpi diujung grid keluar

(2) seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1 menggunakan persamaan dasar

perpindahan panas dan prinsip kesetimbangan energi, Dengan anggapan tidak ada

kerja terhadap fluida (W = 0), tidak terjadi perubahan tekanan dalam grid

perhitungan sehingga kecepatan fluida dianggap konstan (v 1 = v2) dan tidak terjadi

perubahan massa.

Persamaan dasar perpindahan panas :

q = Ep + Ek + W + Q..........................................................................(4.11)

mCp(T1 – T2) = mg(Z1 – Z2) + ½m(v12 – v22) + W + Q.......................(4.12)

Karena tidak ada kerja yang dilakukan (W = 0), dan tidak terjadi perubahan

tekanan sehingga kecepatan fluida konstan (v 1 = v2) sehingga persamaan 4.12

dapat ditulis sebagai berikut :

mCp(T1 – T2) = mg(Z1 – Z2) + Q.......................................................(4.13)

Pada satu satuan massa maka persamaan 4.13 ditulis sebagai berikut :

Cp(T1 – T2) = g(Z1 – Z2) + Q ..............................................................(4.14)

Profil temperatur pada ujung grid keluar dapat diketahui dengan persamaan :

T2 = T1 – Q/Cp – g(Z1 – Z2)/Cp ........................................................(4.15)

Enthalpi pada ujung grid keluar (h2) dihitung dengan menggunakan prinsip

persamaan energi sebagai berikut :

h1 + (V12/2) + gZ1 = W + Q + h2 +(V22/2) + gZ2 ................................(4.16)

Karena tidak ada kerja yang dilakukan terhadap fluida maka W = 0, maka

persamaa (4.16) menjadi :

h1 + (V12/2) + gZ1 = Q + h2 +(V22/2) + gZ2 ........................................(4.17)


54

Dari persamaa (4.17) maka dapat dihitung enthalpi pada ujung grid (h 2) dengan

persamaan :

h2 = h1 + {(V12 – V22)/ 2} + g (Z1 – Z2) – Q .......................................(4.18)

keterangan V2 = (m s2)/ A

s2 = spesifik volume pada P2

Jika kehilangan tekanan (P) sangat kecil, maka s2  s1, sehingga V1 = V2

Bila pipa adalah horisontal, maka Z 1 = Z2, sehingga enthropi pada ujung grig

keluar (h2) dapat dihitung dengan persamaan :

h2 = h1 – Q ..........................................................................................(4.19)

4.3. Penurunan Kehilangan Tekanan dan Temperatur Berdasarkan

Metode Newton Raphson

Penurunan tekanan dan temperatur secara simultan diperoleh dari

manipulasi matematik Newton Raphson yang memerlukan profil tekanan dari

Metode Beggs-Brill persamaan (3.54) dan persamaan Profil temperatur (4.15).

dan

Kedua persamaan diatas merupakan persamaan non linier, dapat

diselesaikan dengan menggunakan metoda Newton Rapson secara simultan


55

dengan dua variabel P dan T. Misalkan kedua persamaan , memiliki hubungan

terhadap P dan T sebagai berikut :

E (P,T) = f (P,T).

G (P,T) = f (P,T).

Jika (Pk, Tk) memenuhi ke dua persamaan diatas yang dinyatakan dalam

E(Pk,Tk) dan G(Pk,Tk) dan (Pk+1,Tk+1) merupakan pendekatan yang lebih baik dari

pendekatan sebelumnya dalam menentukan akar-akar persamaan yang merupakan

variabel dari fungsi E(Pk+1,Tk+1) dan G(Pk+1,Tk+1).

Tranformasi dari (Pk,Tk) untuk memperoleh harga (Pk+1,Tk+1) dengan menggunakan

tranformasi linier :

......................................(4.20)

......................................(4.21)

Akar persamaannya yang dinyatakan akar dalam P k+1 dan Tk+1 hanya dapat

dipenuhi jika fungsi yang mengandung kedua akar tersebut berharga nol :

persamaan (4.20) dan (4.21) menjadi :

.......(4.22)

........(4.23)
56

persamaan diatas dinyatakan dalam matrik :

Keterangan :

D = Determinan

............(4.24)

maka :

Dengan demikian hasil penurunan tekanan dan temperatur secara simultan pada

ujung grid aliran keluar, dinyatakan dalam persamaan :

.........................(4.25)

...............(4.26)
57

........................(4.27)

................(4.28)

4.4. Simulator Pipa

Simulator pipa (pipesim) digunakan untuk perhitungan tekanan,

temperatur, fraksi uap di pipa salur permukaan. Data masukan untuk simulator

pipesim berupa data sumur pada kondisi wellhead, data tersebut adalah :

1. Data produksi pada berbagai tekanan kepala sumur (kurva output), yang

meliputi laju alir massa fluida, (uap, air dan total), entalpi dan fraksi uap

pada berbagai tekanan kepala sumur.

2. Temperatur, Merupakan temperatur aliran di kepala sumur sebagai akibat

dari perpindahan panas yang dibawa oleh fluida (cairan).

3. Entalpi, pada simulator ini digunakan asumsi bahwa tidak terjadi

perubahan entalpi, sehingga entalpi di reservoar sama dengan entalpi

campuran di permukaan (proses isentalpi).

4. Kualitas uap, sebagai akibat dari perubahan temperatur di permukaan

sehingga dalam perjalanan aliran menuju kepala sumur terjadi

pertambahan massa cairan dan pengurangan massa uap di kepala sumur.

Simulator ini (pipesim), berperan memberikan data berupa parameter yang

diperlukan untuk mengetahui perilaku aliran fluida di pipa alir permukaan.

Dengan simulator ini dapat dihitung kehilangan tekanan di pipa alir permukaan
58

(baik untuk aliran dua fasa, maupun aliran fluida satu fasa), dan pengaruhnya

terhadap penurunan temperatur, penurunan kualitas uap (dryness), penurunan

enthalpi masukan, laju alir dan ukuran pipa tertentu. Dengan simulator ini juga

dapat dihitung daya (MW) yang dapat dibangkitkan.

4.5. Bagan Alir Simulator

Bagan alir simulator pipesim dapat dilihat pada Gambar 4.2. Sedangkan

contoh program pada lampiran A. Secara garis besar bagan alir simulator dapat

dinyatakan sebagai berikut :

1. Data dari sumur (pada kondisi kepala sumur) : tekanan, temperatur,

dryness, entalpi dan massa total

Data temperatur sekitar

Data pipa alir dua fasa meliputi :

Panjang pipa, jari-jari dalam pipa, jari-jari luar pipa, jari-jari luar isolasi,

tebal isolasi, kekasaran pipa, konduktivitas pipa, konduktivitas isolasi, ini

dilayani oleh subrutin INPDAT 1, sedangkan parameter yang akan

dioptimasikan pada INPDAT 2.

2. Dengan menggunakan subrutin SUBPIPA, dimasukkan tekanan dan

temperatur dinyatakan sebagai Po dan To dan berdasarkan data lainnya

pada point 1, dihitung penurunan tekanan dan temperatur secara simultan,

sehingga menjadi P2 dan T2 sebagai hasil keluaran subrutin SUBPIPA.

3. Dengan menggunakan subrutin SUBSEP, pada keadaan didalam separator,

pada kondisi keluaran uap. diperoleh :


59

a. Massa uap = dryness input separator x massa total masuk separator.

b. Entalpi

c. Dryness

d. Tekanan dan temperatur pada aliran masuk, didalam dan diluar

separator tetap.

4. Dengan menggunakan subrutin SUBPIPA (menggunakan alat pembuang

kondensat), P2 dan T2 dari hasil keluaran diubah menjadi Po dan To

kemudian data masukan dari point 3, dihitung secara simultan penurunan

tekanan dan temparatur hingga mencapai turbin dengan melalui alat

pembuang kondensat untuk manaikkan dryness dan entalpi fluida.

5. Berdasarkan subrutin SUBTURBIN fluida yang masuk turbin diubah

menjadi daya.

6. Berdasarkan subrutin OUTPRINT, dikeluarkan data untuk mengetahui

perilaku aliran fluida dua fasa , seperti :

a. kecepatan rata-rata fluida didalam pipa alir dua fasa.

b. temperatur pada ujung pipa keluar dua fasa.

c. Kehilangan tekanan pada pipa dua fasa.

d. Panas yang dilepas oleh pipa alir dua fasa.

e. Daya yang ditimbulkan.


60

Mulai

Data Inp : Po,To,M,X,h,Ta


Data Pipa : L,r1,r2, hins,rhg, k1,k2,,
D,Di,Do

Call Sub
Pipa

MV = X2M
h=hg
X=1

Po = P2, To = T2
61

Call Sub
Pipa

Turbin
Mega Watt

Out put MW

End

7)
Gambar 4.2. Skema Bagan Alir Simulator

4.6. Uji Validitas

Uji validitas simulator dilakukan dengan cara membandingkan kehilangan

tekanan hasil perhitungan (simulator) dengan menggunakan Metode Beggs &

Brill dengan data pengukuran tekanan dari lapangan.

4.6.1 Data Hasil Pengukuran

Data yang digunakan untuk uji validitas simulator adalah data hasil

pengukuran yang dilakukan di lapangan panasbumi Wairakei, New Zealand yaitu

dari sumur WK 207 hingga separator.

4.6.1.1 Data Route Pipa


62

Pipa terbentang dari sumur sampai separator sepanjang 1010.90 meter

dengan melewati topografi permukaan tanah yang tidak horisontal. Data panjang,

diameter dalam dan inklinasi pipa secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV-1

dan Gambar 4.3.

4.6.1.2 Data Hasil Pengukuran Tekanan

Pengukuran tekanan dilakukan di wellhead, station pengukuran dan

separator. Ada 6 station pengukuran dimana lokasi masing-masing station sebagai

berikut:

Station 1 : 15 m dari 7A1

Station 2 : 15.1 m dari 7c

Station 3 : 40.21 m dari 7A3

Station 4 : 73.7 m dari 7 A3

Station 5 : 11 m dari 7A8

Station 6 : 30 m dari 7 r

Data hasil pengukuran tekanan setelah di rata-rata diberikan pada tabel IV-2 .

Tabel IV-1 Data Panjang, Diameter Dalam dan Inklinasi Jaringan Pipa

Panjang ID Pipa Kemiringan


No Segmen Pipa
(m) (m) (derajat)
1 Kepala Sumur – Permukaan Tanah 3 0.248 90
2 Permukaan Tanah – BV 18.7 0.248 0
3 BV – 7A1 1.3 0.438 0
4 7A1 – ST1 15 0.438 0.08
5 ST1 – 7b 61.15 0.438 0.08
6 7b – 7A2 53 0.438 2.49
7 7A2 – ST2 15.1 0.438 0
63

8 ST2 – 7c 2.05 0.438 0


9 7c – 73A 17.3 0.438 8.02
10 7A3 – ST3 40.21 0.438 8.09
11 ST3 – ST4 33.49 0.438 8.09
12 ST4 – 7d 17.2 0.438 8.09
13 7d – 7A4 90 0.438 -0.48
14 7A4 – 7e 75.2 0.438 -0.26
15 7e – 7R1 17.65 0.438 0
16 7R1 – 7f 17.7 0.438 0
17 7f – 7A5 75.05 0.438 -0.25
18 7A5 – 7g 20.05 0.438 -0.51
19 7g – 7A6 17 0.438 -1.99
20 7A6 – 7h 63.2 0.438 -0.68
21 7 h – 7j 18 0.438 0
22 7j – 7k 67.2 0.438 0
23 7k–7m 40 0.438 0
24 7 m – 7A8 38 0.438 -10.35
25 7A8 – ST5 11 0.438 -10.61
26 ST5 – 7n 48.2 0.438 -10.61
27 7n–7p 18 0.438 0
28 7 p – 7A9 14.2 0.438 -9.66
29 7 A9 – 7q 14.25 0.438 -5.71
30 7q – D87r 18 0.438 0
31 7r – ST6 30 0.438 -5.81
32 ST6 – 7A10 28 0.438 -5.81
33 7A10 – Separator 12.7 0.337 0

1010.9

Tabel IV-2 Data Hasil Pengukuran Tekanan dari Kepala Sumur ke Separator

P (Bara) DP (bara)

WHP 9.64 -
64

ST –1 8.97 0.67
ST –2 8.78 0.19
ST –3 8.67 0.11
ST – 4 8.57 0.1
ST – 5 8.36 0.21
ST – 6 8.3 0.06
Separator 8.33 -0.03
WHP 9.64 1.31
Separator
8.33
65

Gambar 4.3. Jaringan Pipa dari Kepala Sumur ke Separator 10)

4.6.1.3 Data Pipa

A. Diameter Dalam Pipa

Wellhead –BV (Branchiline Valve) = 250 NPS  0.248 m ID

BV – 7A10 = 450 NPS  0.438 m ID

7A10 – Separator = 350 NPS  0.337 m ID

B. Kekasaran Pipa (Roughness)

Kekasaran relatif pipa = 4.57 X 10-5

4.6.1.4. Data Output Sumur WK 207

Data output sumur ada pada tabel berikut:


66

Tabel IV-3 Data Output Sumur 10)


WHP LAJU MASA TOTAL ENTALPI

(bg) (Ton/jam) (KJ/Kg)

7.2 196 1138

8.5 169 1134

10.0 143 1134

12.2 103 1132

Pada saat pengukuran tekanan dilaksanakan, sumur dioperasikan pada

tekanan kepala sumur 9.64 bara, dengan demikian:

- Laju masa total = 166.7 ton/jam = 46.3 kg/detik

- Entalpi Fluida = 1134 KJ/kg

4.6.2. Perhitungan Simulator

Kehilangan tekanan dengan rute jaringan pipa seperti pada Gambar 4.3.

dihitung dengan simulator pipesim. Pada rute tersebut terdapat valve, belokan

(bends) dan perubahan diameter pipa, untuk menghitung kehilangan tekanannya

digunakan persamaan dari E.S.D.U.

Persamaan umum kehilangan tekanan dua fasa pada fitting jaringan pipa

(ESDU):

PTP = 2LO . PLO ................................................................................(4.29)

dimana 2LO adalah faktor pengali dua fasa dan PLO adalah kehilangan tekanan

satu fasa untuk fasa cair yang mengalir pada laju alir massa yang sama dengan

laju alir massa pada campuran dua fasanya.


67

Flow

Static Pressure

PTP

Distance

Gambar 4.4. Deskripsi Kehilangan Tekanan Dua Fasa


Pada Fitting Jaringan Pipa 10)

Harga 2LO dan PLO berbeda-beda untuk masing-masing kategori, yaitu :

1. Kehilangan tekanan karena adanya valve persamaan untuk 2LO dan PLO

adalah :

......................................................................................(4.30)

dengan harga Ck dan 2LO diberikan pada tabel V-A

2. Kehilangan tekanan karena adanya belokan (bends) dirumuskan oleh

Chisholm :

.......................................................(4.31)

dimana : dan koefisien kehilangan tekanan satu fasa pada

Gambar 4.4 untuk belokan 900 pada aliran turbulent. Untuk belokan dengan
68

sudut yang lain Chisholm juga merekomendasikan menggunakan persamaan

diatas dan untuk belokan 1800 (“U” Bends) koefisien kehilangan tekanan satu

fasa harus dikalikan dua.

(catatan : R/D adalah radius ratio yaitu perbandingan antara jari-jari belokan

dengan jari-jari pipa)

3. Kehilangan tekanan karena adanya perubahan diameter pipa seperti pada

Gambar 4.5, dirumuskan oleh Simpson (1983) dengan persamaan :

Area ratio  = (D1/D2)2 ......................................................................(4.32)

....................................................................(4.33)

............................................................(4.34)

D1 D2 Q

`````

D2

Gambar 4.5. Perubahan Diameter Pipa 10)


69

4.6.2.1. Prosedur Perhitungan

Perhitungan kehilangan tekanan dihitung tiap bagian dengan prosedur

sebagai berikut :

1. Pada program simulator data-data yang dimasukkan adalah :

 tekanan, temperatur, enthalpy, laju alir massa, kualitas uap (dryness

faktor), panjang bagian pipa yang akan dihitung dan sudut inklinasi

(kemiringan) pipa.

Setelah program di-run dari pipesim kita mendapat data-data output sebagai

berikut :

 kualitas uap, enthalpy, tekanan, temperatur, kecepatan fasa cair dan jenis

pola aliran fluidanya.

Kemudian data-data output ini akan menjadi masukan untuk bagian pipa

berikutnya.

2. Untuk bagian pipa yang terdapat valve, belokan atau perubahan diameter pipa

maka perhitungannya adalah data output dari pipesim kita gunakan sebagai

masukan untuk perhitungan kehilangan tekanan karena adanya valve, belokan

dan perubahan diameter pipa menggunakan persamaan 4.29 sampai dengan

4.34.

4.6.2.2. Hasil Perhitungan

Jaringan pipa dari kepala sumur ke separator dibagi dalam 33

bagian/segmen dengan panjang, diameter dan sudut kemiringan pipa yang

berbeda-beda.
70

1. Segmen pertama dari kepala sumur – permukaan tanah data-datanya sebagai

berikut :

 panjang pipa : 3 m

 ID pipa : 0.248 m

 kemiringan : 900

Data output sumur :

 laju massa total : 166.7 ton/jam = 46.3 kg/detik

 Entalpi fluida : 1134 kJ/kg

 Tekanan kepala sumur : 9.64 bar abs

Data pipa :

 kekasaran relatif pipa : 4.57 x 10-5

Data-data diatas kita masukkan ke dalam simulator pipesim kemudian kita

run, outputnya adalah sebagai berikut :

 kualitas uap (x) : 0.1863

 tekanan (P) : 9.5618 bar

 temperatur (T) : 178.2870C

 kecepatan fasa cair : 4.7895 m/s

 enthalpy : 1132.212 kJ/kg

 pola aliran distributed

Pada segmen pertama ini tidak terdapat belokan, valve ataupun perubahan

diameter pipa sehingga data-data output diatas adalah data masukan untuk

segmen berikutnya.
71

2. Segmen kedua dari permukaan tanah – BV (Branchline Valve) data-datanya

sebagai berikut :

 panjang pipa :18.7 m

 ID pipa : 0.248 m

 kemiringan : 00

Data masukan dari segmen pertama :

 kualitas uap (x) : 0.1863

 tekanan (P) : 9.5618 bar

 temperatur (T) : 178.2870C

 enthalpy : 1132.212 kJ/kg

Data-data diatas kita masukkan ke dalam simulator pipesim, setelah di-run

outputnya sebagai berikut :

 kualitas uap (x) : 0.182441

 tekanan (P) : 9.23475 bar

 temperatur (T) : 178.2610C

 enthalpy : 1124.24 kJ/kg

 kecepatan fasa cair : 4.77413 m/s

 pola aliran distributed

Pada segmen ini terdapat valve maka data output diatas kita jadikan sebagai

data masukan untuk menghitung kehilangan tekanan karena adanya valve

tersebut.

Kehilangan tekanan karena valve, data-data masukannya :


72

 tekanan (P) : 9.23475 bar

 @ P = 9.23475 bar, L = 890.38 kg/m3 G = 4.7710 kg/m3

Perhitungan kita anggap jenis valvenya adalah gate valve dengan D= 25.4 mm

dan Ck = 0.8 :

= [ 1 + 0.182441 (2.395-1) ] [ 1 + 0.182441 (77.932 – 1) ]

= (1.2544) (15.0324)

= 18.8574

PTP = PLO x 2LO

= 412.812 x 18.8574 = 7784.5589 N/m2

= 0.07785 bar

Jadi Pout segmen kedua = 9.23475 - PTP = 9.1569 bar

3. Segmen ketiga dari BV – 7A1 data-datanya sebagai berikut :

 panjang pipa : 1.3 m

 ID pipa : 0.438 m

 kemiringan : 00

Data masukan dari segmen sebelumnya :


73

 kualitas uap (x) : 0.182441

 tekanan (P) : 9.1569 bar

 temperatur (T) : 178.2610C

 enthalpy : 1124.24 kJ/kg

Dari segmen dua menuju segmen tiga terjadi perubahan diamater pipa, maka

perhitungannya kita gunakan persamaan 4.32 sampai 4.34.

 = (D1/D2)2 D1 = 0.248 m (segmen 2), D2 = 0.438 m (segmen 3)

 = (0.248 / 0.438)2 = 0.321

@ P = 9.1569 bar L = 890.76 kg/m3 G = 4.7328 kg/m3

= [ 1 + ( 2.398 – 1 ) ] [ 1 + 0.18244 (78.4833 –1 ) ]

= [ 2.398 ] [ 15.133 ] = 36.289

PTP = PLO x 2LO

= 224.887 x 36.289 = 8160.906 N/m2 = 0.08161 bar

P input simulator pipesim untuk segmen tiga = 9.1569 – 0.08161 = 9.07529 bar

Setelah di run output segmen 3 adalah sebagai berikut :

 kualitas uap (x) : 0.182432


74

 tekanan (P) : 9.07432 bar

 temperatur (T) : 178.2570C

 enthalpy : 1124.24 kJ/kg

 kecepatan fasa cair : 1.5125 m/s

 pola aliran segregated

4. Segmen keempat dari 7A1 – ST1 data-datanya sebagai berikut :

 panjang pipa : 15 m

 ID pipa : 0.438 m

 kemiringan : 0.080

Data masukan dari segmen sebelumnya :

 kualitas uap (x) : 0.182432

 tekanan (P) : 9.07432 bar

 temperatur (T) : 178.2570C

 enthalpy : 1124.24 kJ/kg

Setelah di-run dalam simulator pipesim outputnya adalah :

 kualitas uap (x) : 0.182306

 tekanan (P) : 9.06296 bar

 temperatur (T) : 178.2260C

 enthalpy : 1123.83 kJ/kg

 kecepatan fasa cair : 1.5127 m/s

 pola aliran segregated

5. Segmen kelima dari ST1 – 7b data-datanya sebagai berikut :


75

 panjang pipa : 61.15 m

 ID pipa : 0.438 m

 kemiringan : 0.080

data masukan dari segmen sebelumnya :

 kualitas uap (x) : 0.182306

 tekanan (P) : 9.06296 bar

 temperatur (T) : 178.2260C

 enthalpy : 1123.83 kJ/kg

Setelah di-run dalam simulator pipesim outputnya adalah :

 kualitas uap (x) : 0.1818

 tekanan (P) : 9.01661 bar

 temperatur (T) : 178.1270C

 enthalpy : 1122.43 kJ/kg

 kecepatan fasa cair : 1.51298 m/s

 pola aliran segregated

Pada segmen ini terdapat belokan, perhitungan kehilangan tekanan karena adanya

belokan menggunakan Persamaan 5.31. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

@ P = 9.01661 bar, L = 891.44 kg/m3, G = 4.6638 kg/m3

f = 153.5 x 10-6 kg/m.s

G = 307.437 kg/m2.s ;

Harga R/D kita asumsikan = 2


76

Dari gambar V-B untuk R/D =2 dan Re = 8.772 x 10 5 maka harga


Ck = 0.174

PTP = PLO x 2LO = 9.22443 x 124.97047

= 1153 N/m2 = 0.01153 bar

P output untuk segmen kelima adalah : 9.01661 – 0.01153 = 9.00508 bar

Untuk segmen-segmen selanjutnya hingga separator dapat dilihat pada Tabel IV-4

dan Tabel IV-5 serta Gambar 4.6 untuk perbandingan hasil pengukuran di

lapangan dan simulator.

Tabel IV-4 Hasil Perhitungan Kehilangan Tekanan dari Kepala Sumur hingga
Separator

ID Pipa Kemiringan
No Segmen Pipa Panjang (m) (m) (derajat) P (bara) DP (bara)
Kepala Sumur - - - 9,64000 -
1 Kepala Sumur – 3 0.248 90
Permukaan Tanah 9,56180 0,07820
2 Permukaan Tanah – BV 18,7 0.248 0 9,15690 0,40490
3 BV – 7A1 1,3 0.438 0 9,07432 0,08258
4 7A1 – ST1 15 0.438 0.08 9,06296 0,01136
5 ST1 – 7b 61,15 0.438 0.08 9,00508 0,05788
6 7b – 7A2 53 0.438 2.49 8,93943 0,06565
7 7A2 – ST2 15,1 0.438 0 8,91665 0,02278
8 ST2 – 7c 2,05 0.438 0 8,91513 0,00152
77

9 7c – 7A3 17,3 0.438 8.02 8,85815 0,05698


10 7A3 – ST3 40,21 0.438 8.09 8,72429 0,13386
11 ST3 – ST4 33,49 0.438 8.09 8,61248 0,11181
12 ST4 – 7d 17,2 0.438 8.09 8,54306 0,06942
13 7d – 7A4 90 0.438 -0.48 8,48553 0,05753
14 7A4 – 7e 75,2 0.438 -0.26 8,42247 0,06306
15 7e – 7R1 17,65 0.438 0 8,40962 0,01285
16 7R1 – 7f 17,7 0.438 0 8,38476 0,02486
17 7f – 7A5 75,05 0.438 -0.25 8,33364 0,05112
18 7A5 – 7g 20,05 0.438 -0.51 8,30896 0,02468
19 7g – 7A6 17 0.438 -1.99 8,30264 0,00632
20 7A6 – 7h 63,2 0.438 -0.68 8,25261 0,05003
21 7 h – 7j 18 0.438 0 8,22741 0,02521
22 7j – 7k 67,2 0.438 0 8,16632 0,06109
23 7k–7m 40 0.438 0 8,12503 0,04129
24 7 m – 7A8 38 0.438 -10.35 8,14531 -0,02028
25 7A8 – ST5 11 0.438 -10.61 8,15131 -0,00600
26 ST5 – 7n 48,2 0.438 -10.61 8,16535 -0,01404
27 7n–7p 18 0.438 0 8,13998 0,02537
28 7 p – 7A9 14,2 0.438 -9.66 8,14687 -0,00689
29 7 A9 – 7q 14,25 0.438 -5.71 8,13662 0,01025
30 7q – 7r 18 0.438 0 8,11120 0,02543
31 7r – ST6 30 0.438 -5.81 8,11563 -0,00443
32 ST6 – 7A10 28 0.438 -5.81 8,11972 -0,00409
33 7A10 – Separator 12,7 0.337 0 8,10853 0,01119
Separator - - - 8,10853 -
Total 1010,9 - - - 1,53147

Tabel IV-5 Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Hasil Perhitungan

Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan


% kesalahan
Lokasi P (bara) DP (bara) P (bara) DP (bara)
Kepala sumur 9,64 - 9,64 -
ST-1 8,97 0,67 9,06296 0,57704 1,03634%
ST-2 8,78 0,19 8,91665 0,14631 1,55638%
ST-3 8,67 0,11 8,72429 0,19236 0,62618%
ST-4 8,57 0,1 8,61248 0,11181 0,08601%
ST-5 8,36 0,21 8,15131 0,46117 2,49629%
ST-6 8,3 0,06 8,11563 0,03568 2,22133%
Separator 8,33 -0,03 8,10853 0,0071 2,65870%
Total 1,31 1,53147
78

Gambar 4.6. Grafik Hasil Pengukuran dan Hasil Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai