MAKALAH Mini New
MAKALAH Mini New
Oleh:
dr. Aryoga Samudra Asmara
dr. Nunki Aprillita
dr. Denny Efendi
dr. Ubaidillah Afiff
dr. Hakam Maulayana
Pendamping:
dr. Hadi Purnomo, M.MKes
PUSKESMAS CONDONG
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internsip Indonesia 2017
Penyusun :
dr. Aryoga Samudra Asmara
dr. Nunki Aprillita
dr. Denny Efendi
dr. Ubaidillah Afiff
dr. Hakam Maulayana
Pendamping
Halaman Judul..................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................................. ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
Daftar Tabel......................................................................................................................... iv
Daftar Gambar..................................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 3
BAB 5 DISKUSI........................................................................................................... 24
PENDAHULUAN
1
2
melakukan pemeriksaan jentik berkala dan ditemukan bahwa masih banyak desa-desa yang
memiliki angka bebas jentik yang rendah. Pada September 2015, Desa Sumbersecang
merupakan desa dengan angka bebas jentik paling rendah yaitu 34%, disusul Ranuwurung
(64%), Condong (72%), Kaliacar (81%), Mojolegi (91%), dan Jurangjeru (100%). Pada
Februari 2017, angka bebas jentik paling rendah ditemukan di desa Ranuwurung (59%),
disusul Jurangjero (68%), Mojolegi (70%), Sumbersecang (77%), Kaliacar (86%), dan
Condong (88%).
Berdasarkan data tersebut di atas melatarbelakangi kami untuk membuat project dengan
judul “Pembentukan Pemantik Mandiri (Pemantau Jentik Di Rumah Sendiri) Di Desa
Mojolegi Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo Tahun 2017”.
B. Sebagai masukan untuk puskesmas Condong mengenai program satu rumah satu
pemantau jentik dan menjadi bahan evaluasi
1.4.2 Manfaat akademik
A. Sebagai acuan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
A. Sebagai informasi mengenai bahaya demam berdarah dan pentingnya pemantauan
jentik di rumah sendiri
B. Memacu masyarakat untuk ikut bergerak dalam program gerakan satu rumah satu
juru pemantau jentik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah
4
5
Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B
Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4
(Depkes RI, 2010b).
imun non-spesifik dan spesifik tubuh akan berusaha menghalanginya. Aktivitas komplemen
pada infeksi virus dengue diketahui meningkat seperti C3a dan C5a mediator-mediator ini
menyebabkan terjadinya kenaikan permeabilitas kapiler celah endotel melebar lagi. Akibat
kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke extravaskuler dan
menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma seperti hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
efusi pleura, asites, penebalan dinding vesica fellea dan syok hipovolemik. Kenaikan
permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun
dan tanda syok lainnya merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi pada DBD (Depkes
RI, 2010b).
ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan
timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24–48 jam.
Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung
trombosit dibawah 100.000/mm3
C. Fase pemulihan,bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48–72 jam setelahnya. Keadaan
umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan
dieresis membaik.
Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk kurang lebih dari 9-10 hari :
1. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir.
2. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm
3. Telur ini ditempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan
4. Telur itu akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang dari 2 hari setelah
terendam air
5. Jentik kecil yang menetas dari telur itu akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5-
1 cm
6. Jentik Aedes aegyptiakan selalu bergerak aktif dalam air, geraknya berulangulang dari
bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun, kembali
kebawah dan seterusnya.
7. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air biasanya berada
di sekitar dinding tempat penampungan air.
8. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong
9. Kepompong berbentuk koma
10. Gerakannya lambat
11. Sering berada dipermukaan air
12. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk Aedes aegypti menyenangi area gelap dan benda-benda berwarna hitam atau
merah. Nyamuk ini banyak ditemukan di bawah bangku, meja, kamar yang gelap, atau
9
dibalik baju-baju yang di gantung. Nyamuk ini menggigit pada siang hari (pukul 09-10) dan
sore hari (pukul 16.00-17.00), demam berdarah sering menyerang anak-anak karena anak-
anak cenderung duduk didalam kelas selama pagi sampai siang hari. (Anggraeni, 2010)
Menurut Sitio (2008), Penularan DBD antara lain dapat terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penularnya, tempat yang potensial untuk penularan penyakit DBD antara
lain :
A. Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD.
B. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang, orang dating
dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe
virus dengue cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel, puskesmas, rumah sakit dan
sebagainya.
C. Pemukiman baru di pinggir kota, karena dilokasi ini, penduduk umumnya berasal dari
berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita atau karier
yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya
pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan khusus. Surveilans untuk
nyamuk Aedes aegypti sangat penting untuk menentukan distribusi, kepadatan
populasi, habitat utama larva, faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat yang
berkaitan dengan penyebaran dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan
insektisida yang dipakai, untuk memprioritaskan wilayah dan musim untuk
pelaksanaan pengendalian vektor. Data tersebut akan memudahkan pemilihan dan
penggunaan sebagian besar peralatan pengendalian vektor, dan dapat dipakai untuk
memantau keefektifannya. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah survei jentik.
Pengendalian vektor, surveilans kasus, dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk
merupakan pencegahan primer.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini merupakan upaya manusia untuk menyembuhkan orang
yang sakit, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi dan
mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan skunder dapat dilakukan dengan cara
mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat.
Penemuan, pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh petugas
kesehatan dan masyarakat dengan cara :
a. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan
pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan obat
penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat serta segera bawa ke
dokter atau unit pelayanan kesehatan.
b. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaan/diagnosa dan
pengobatan segaera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD
tersebut kepada Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima
laporan segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan
penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk mencegah
kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.
c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan
kejadianluar biasa (KLB) kepada Camat, dan Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, disertai dengan cara penanggulangan seperlunya serta
diagnosis dan diagnosis laboratorium.
11
C. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan
memaksimalkan organ yang cacat. Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat
simptomatik dan suportif yaitu dukungan pada penderita serta mendirikan pusat-pusat
rehabilitasi medik.
4. Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk Aedes berkembang
biak.
Plus:
Jangan menggantung baju
Memelihara ikan
Membubuhkan abate
BAB 3
Data sekunder yang didapat dari laporan PKPUS tahunan Puskesmas Condong
memuat profil Puskesmas Condong, data kasus DBD dan ABJ di seluruh desa di wilayah
kerja Puskesmas Condong, serta identifikasi berbagai masalah berdasarkan setiap
program. Data ini diolah untuk mendapatkan satu dari program yang paling sesuai dan
memungkinkan untuk dilakukan intervensi. Cara yang digunakan untuk mengolah data
tersebut adalah dengan memilih desa dengan angka pencapaian ABJ yang cukup rendah
yang dikaitkan dengan kejadian kasus DBD terbaru tahun 2017, maka dipilih Desa
Mojolegi.
13
14
Instrumen pengumpulan data pada mini project ini adalah data laporan program
tahunan PKPUS Puskesmas Condong tahun 2017 serta laporan tahunan perihal
pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) dan Peyelidikan Epidemiologi (PE) kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Puskesmas Condong tahun 2015 sampai tahun 2017 di tiap-tiap
desa di wilayah kerja Puskesmas Condong.
3.1.5 Cara Pengumpulan Data
Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer berupa profil responden dan hasil intervensi.
Sedangkan data sekunder berupa profil Puskesmas Condong serta profil desa
Mojolegi.
3.2.2 Petugas
3.2.4 Sasaran
Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh warga yang terpilih menjadi
Pemantik Mandiri di desa Mojolegi (100 warga)
BAB 4
HASIL INTERVENSI
17
18
Dari data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa wilayah yang terluas di wilayah kerja
Puskesmas Condong adalah desa Ranuwurung dan wilayah yang tersempit/ terkecil adalah
19
desa Sumbersecang. Luas wilayah desa se-wilayah Puskesmas Condong dapat dilihat pada
Gambar 2.
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa Desa Condong merupakan desa dengan jumlah
dusun terbanyak dan desa Sumber Secang ada desa dengan jumlah dusun yang paling
sedikit.
20
4.2 DEMOGRAFI
Uraian tentang kependudukan ini sebagian besar di ambil dari buku “ Kecamatan
Gading dalam Angka Tahun 2014 “ (Terbitan BPS Kabupaten Probolinggo). Luas desa,
jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas Condong menurut
kepadatan per Desa dapat dilihat dari Tabel 3.
Jumlah rumah tangga dan penduduk per desa di wilayah Puskesmas Condong Tahun
2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Jumlah Rumah Tangga dan penduduk per desa se wilayah Puskesmas Condong
NO DESA JUMLAH JUMLAH RATA-RATA
RUMAH TANGGA PENDUDUK per RT
1. Condong 1442 5479 3
2. Kaliacar 1352 4402 3
3. Jurang Jero 825 2818 4
4. Sumber Secang 428 1815 3
5. Ranuwurung 707 2670 4
6. Mojolegi 820 2502 3
Tabel 4.5. Jumlah Penderita DBD di wilayah kerja puskesmas condong dalam kurun waktu Agustus 2015 hingga Agustus 2017
JUMLAH PENDERITA DBD TAHUN 2015
TOTA
BULAN CONDONG JURANG JERO KALIACAR RANU WURUNG MOJOLEGI SUMBER SECANG
L
HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL
GUSTUS - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
EPTEMBER - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KTOBER - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
OVEMBER - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
ESEMBER - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
OTAL - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
JANUARI
FEBRUARI - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
MARET - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
APRIL - - - - - - - - - 1 - 1 - - - - - - 1
MEI - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
JUNI 1 - 1 - - - - - - 1 - 1 - - - - - - 2
JULI 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1
AGUSTUS 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1
SEPTEMBER 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1
OKTOBER - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - - 1
NOVEMBER - - - - - - - - - - - - 1 - 1 - - - 1
DESEMBER 1 - 1 - - - - - - - - - 5 - 5 - - - 6
TOTAL 5 - 5 1 - 1 - - - 2 - 2 6 - 6 - - - 14
24
V.1 Kinerja Jumantik terhadap upaya penurunan kejadian penyakit DBD beberapa
wilayah kerja Puskesmas
Penelitian dilakukan terhadap beberapa wilayah kerja puskesmas Condong antara
lain desa Condong, desa Jurang jero, desa Kaliacar, desa Ranu Wurung, desa Mojolegi,
desa Sumber Secang. Adapun para peserta Jumantik merupakan kepala keluarga dari 100
rumah yang dipilih di desa Mojolegi.
Telah dijadwalkan pengambilan data dalam kegiatan jumantik yang dilakukan
dirumah masing – masing ,jumantik memeriksa setiap satu kali seminggu, lalu hasil
pemeriksaan ditulis menjadi satu di lembar jumantik dan kader akan mengambil hasil
pemeriksaaan setiap 1 bulan sekali .
Data angka kesakitan penyakit DBD pada bulan tahun 2016 ditemukan sebanyak
14 kasus sedangkan bulan Januari hingga september tahun 2017 ditemukan 5 kasus.
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan jumlah peningkatan bebas jentik setelah
direkrutnya Jumantik.
V.3 Mengetahui efektivitas dari penyuluhan terhadap lingkungan desa Mojolegi dengan
melihat kebersihan rumah warga
Pada saat dilakukan penyuluhan terhadap desa Mojolegi didapatkan jentik
nyamuk DBD pada 15 rumah, sedangkan 85 rumah tidak ditemukan jentik. Hal ini
menandakan terjadi peningkatan angka bebas jentik di desa mojolegi yaitu 85 %
dibandingkan pada tahun 2016 angka bebas jentik di desa mojolegi yaitu 70% .
27
mengisi lembar jumantik dan pengumpulan ini sangat memerlukan koordinasi yang baik
antara kader kesehatan dengan warga. Selain itu, kendala kesibukan dan usia untuk
mengisi lembar jumantik juga berperan penting dalam kepatuhan mengumpulkan hasil
lembar jumantik ini. Disini kami juga menilai bagaimana tingkat pemahaman dan
keakuratan para warga dalam mengisi lembar jumantik. Kami menilainya dengan
beberapa kriteria sebagai berikut :
1. terdapatnya nama kader jumantik
2. ada 1 kolom yang diperiksa
3. tanggal dan hari pemeriksaan benar
28
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari mini project adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan angka bebas jentik didesa Mojolegi dari 70% menjadi 85%.
2. Terdapat peningkatan pengetahuan kepada kader, kepala keluarga dan anggota keluarga
terhadap pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik.
3. Peningkatan kemandirian untuk pemantauan jentik, serta turut aktif melakukan kegiatan
pemberantasan jentik.
4. Intervensi yang diberikan berupa penyuluhan dapat dievaluasi keberhasilannya karena
proses pengerjaan post test dari kader sebelum terjun ke pemantik mandiri.
6.2. Saran
1. Perlunya bantuan air bersih dari Pemerintah didesa Mojolegi supaya masyarakat bisa
menguras bak mandi seminggu sekali.
2. Memperluas ruang lingkup pemantuan jentik di wilayah pondok pesantren.
3. Masyarakat menyiapkan senter di rumah
DAFTAR PUSTAKA
29
Anggraeni, Mardiana. 2010. Respon Komunitas Penghuni Pemukiman Baru Terhadap Kondisi
Lingkungan Di Kecamatan Peronpong Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Sarjana
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Demam Berdarah Dengue. Katalog Dalam Terbitan,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Info Epidemiologi Demam Berdarah di Indonesia. Katalog
Dalam Terbitan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Demam Berdarah Dengue. Katalog Dalam Terbitan,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Katalog Dalam Terbitan,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Jendela Epidemiologi Demam Berdarah.
Jakarta: Kemenkes RI.
Sitio,A., 2008, Hubungan Perilaku Tentang PSN dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian
DBD di Kecamatan Medan Perjuangan, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro Semarang.
Soedarmo, S.P. Sumarmo. 2010. Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta:Universitas
Indonesia
Sudjana P, Achmadi UF, Sukowati S. 2010. Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela
Epidemiologi. Agustus 2010; Volu
30
LAMPIRAN
31