Anda di halaman 1dari 36

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

F7- MINI PROJECT

PEMBENTUKAN PEMANTIK MANDIRI (PEMANTAU JENTIK DI RUMAH


SENDIRI) DI DESA MOJOLEGI KECAMATAN GADING KABUPATEN
PROBOLINGGO TAHUN 2017

Oleh:
dr. Aryoga Samudra Asmara
dr. Nunki Aprillita
dr. Denny Efendi
dr. Ubaidillah Afiff
dr. Hakam Maulayana

Pendamping:
dr. Hadi Purnomo, M.MKes

PUSKESMAS CONDONG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO


2017
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBENTUKAN PEMANTIK MANDIRI (PEMANTAU JENTIK DI RUMAH


SENDIRI) DI DESA MOJOLEGI KECAMATAN GADING KABUPATEN
PROBOLINGGO TAHUN 2017

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internsip Indonesia 2017

Penyusun :
dr. Aryoga Samudra Asmara
dr. Nunki Aprillita
dr. Denny Efendi
dr. Ubaidillah Afiff
dr. Hakam Maulayana

Telah Disetujui Oleh :

Pendamping

dr. Hadi Purnomo, M.MKes


NIP. 19650526 199003 1 008
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................................. ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
Daftar Tabel......................................................................................................................... iv
Daftar Gambar..................................................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4


2.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue........................................................ 4
2.2 Etiologi....................................................................................................... 4
2.3 Patogenesis dan Patofisiologi..................................................................... 5
2.4 Gambaran Klinis......................................................................................... 6
2.5 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue........................................................ 7
2.6 Siklus Penularan Demam Berdarah Dengue............................................... 7
2.7 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue....................................................... 9
2.8 Pencegahan Demam Berdarah Dengue...................................................... 9
2.9 Pemberantasan Sarang Nyamuk................................................................. 11

BAB 3 PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI................................... 13


3.1 Metode Pengumpulan Data......................................................................... 13
3.2 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi....................................................... 15

BAB 4 HASIL INTERVENSI...................................................................................... 17


4.1 Hasil Pengumpulan Data............................................................................ 17
4.2 Demografi................................................................................................... 20
4.3 Data Kesehatan Masyarakat....................................................................... 21

BAB 5 DISKUSI........................................................................................................... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 27


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembagian Luas Wilayah Puskemas Condong....................................... 18


Tabel 4.2 Dusun, RT dan RW per desa se wilayah Puskesmas Condong............... 19
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Condong............................... 20
Tabel 4.4 Jumlah Rumah Tangga dan penduduk per desa se wilayah
Puskesmas Condong................................................................................ 21
Tabel 4.5 Jumlah Penderita DBD di wilayah kerja puskesmas condong dalam
kurun waktu Agustus 2015 hingga Agustus 2017................................... 22
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti........................................................................ 5


Gambar 2.2 Siklus hidup Nyamuk Aedes..................................................................... 8
Gambar 2.3 4M Plus...................................................................................................... 11
Gambar 4.1 Peta Wilayah Puskemas Condong............................................................. 18
Gambar 4.2 Grafik Luas Desa se-Wilayah Puskesmas Condong.................................. 19
Gambar 4.3 Grafik Kepadatan Penduduk Wilayah Puskesmas Condong..................... 21
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari
seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD
setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi
di Asia Tenggara. ( Kemenkes RI, 2010)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada
tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia
(Angka Kematian (AK) : 41,3 %) dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh
Indonesia. Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah
Dengue (DBD) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu:
Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. (Kemenkes RI, 2010)
Virus ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus. Nyamuk penular DBD terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia
(Depkes RI 1, 2010: 2). Pada umumnya vektor yang paling berperan dalam penularan demam
berdarah dengue adalah Aedes aegypti, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah,
sedangkan Aedes albopictus di kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia (Depkes
RI 3, 2010: 1).
Kasus penyakit Demam Berdarah di Puskesmas Condong dalam kurun waktu Agustus
2015 hingga Agustus 2017 ditemukan 18 kasus. Kasus DBD per tahun di Puskesmas
Condong paling banyak ditemukan pada bulan Februari-Juni.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka DBD adalah jentik nyamuk yang
ada di rumah-rumah warga. Oleh karena itu, pada September 2015, Puskesmas Condong

1
2

melakukan pemeriksaan jentik berkala dan ditemukan bahwa masih banyak desa-desa yang
memiliki angka bebas jentik yang rendah. Pada September 2015, Desa Sumbersecang
merupakan desa dengan angka bebas jentik paling rendah yaitu 34%, disusul Ranuwurung
(64%), Condong (72%), Kaliacar (81%), Mojolegi (91%), dan Jurangjeru (100%). Pada
Februari 2017, angka bebas jentik paling rendah ditemukan di desa Ranuwurung (59%),
disusul Jurangjero (68%), Mojolegi (70%), Sumbersecang (77%), Kaliacar (86%), dan
Condong (88%).
Berdasarkan data tersebut di atas melatarbelakangi kami untuk membuat project dengan
judul “Pembentukan Pemantik Mandiri (Pemantau Jentik Di Rumah Sendiri) Di Desa
Mojolegi Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo Tahun 2017”.

1.2 Rumusan Masalah


A. Angka kejadian demam berdarah yang masih tinggi di daerah cakupan puskesmas
Condong.
B. Angka bebas jentik yang masih rendah di daerah cakupan puskesmas Condong.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue di wilayah Puskesmas
Condong.
1.3.2 Tujuan khusus
A. Meningkatkan wawasan masyarakat mengenai pemeriksaan jentik sendiri
B. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan jentik di rumah
sendiri
C. Melaksanakan program satu rumah satu juru pemantau jentik di wilayah cakupan
Puskesmas Condong
D. Meningkatkan angka bebas jentik di setiap desa di wilayah kerja Puskesmas Condong

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bagi institusi kesehatan
A. Sebagai informasi tambahan mengenai demam berdarah serta pentingnya pemantauan
jentik di rumah sendiri
3

B. Sebagai masukan untuk puskesmas Condong mengenai program satu rumah satu
pemantau jentik dan menjadi bahan evaluasi
1.4.2 Manfaat akademik
A. Sebagai acuan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
A. Sebagai informasi mengenai bahaya demam berdarah dan pentingnya pemantauan
jentik di rumah sendiri
B. Memacu masyarakat untuk ikut bergerak dalam program gerakan satu rumah satu
juru pemantau jentik
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue


Demam berdarah dengue merupakan salah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak
selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas disertai dengan lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati
disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik merah, lebam (echymosis) atau ruam
(purpura). Kadang-kadang disertai dengan mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran
menurun atau renjatan (syok) (Depkes RI, 2010b).
Menurut Depkes RI (2013), Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi dengan salah satu dari empat virus
dengue. Virus tersebut dapat menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa.
Sedangkan menurut Depkes RI (2011), Demam berdarah dengue adalah penyakit akut
yang disebabkan oleh Virus DBD dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
(Aedes aegypti atau Aedes albopictus) yang terinfeksi virus DBD.
Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan
tulang. Penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah dengue/dengue
hemorraghagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan
manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan
pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue
shock syndrome (DSS) (Mardiana, 2010).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Pada tahun 2011 tercatat terjadi 65.432 kasus dengan 595 kematian di Indonesia dengan
angka Case Fatality Rate (CFR) DBD sebesar 0,91% dan IR27,56/100.000 penduduk dengan
daerah terjangkit mencapai lebih dari 78% kabupaten/kota. Tiga provinsi dengan kasus DBD
tertinggi adalah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah (Depkes RI,
2012a).

2.2 Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah

4
5

Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B
Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4
(Depkes RI, 2010b).

Gambar 2.1. Nyamuk Aedes Aegypti


Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak tahun 1975 di beberapa
rumah sakit menunjukkan ke empat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun.
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang
menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2012b)

2.3 Patogenesis dan Patofisiologi


Secara umum, kelainan yang terjadi pada penyakit DBD akibat adanya kebocoran plasma
yang disebabkan oleh Virus dengue. Hal ini disebabkan oleh Virus dengue yang dapat
menyebabkan kerusakan pada kapiler sehingga dapat menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan penurunan volume plasma. Akibatnya, plasma
akan keluar ke ekstravaskular (ruang interstisial dan rongga serosa). Sedangkan pada
intravaskular akan terjadi peningkatan konsentrasi plasma (hematrokrit/HT meningkat,
trombosit menurun, dan leukosit menurun. Selain itu, akibat virus dengue menginfeksi
endotel dan menyebabkan gangguan fungsi dari endotel maka pembuluh darah tidak
berfungsi dengan baik dan mengakibatkan kebocoran darah. Apabila kebocoran ini terjadi
pada pembuluh darah kulit akan tampak bercak-cak kemerahan pada kulit yang disebut
petekiae. Sedangkan bila terjadi kebocoran pada saluran pencernaan akan menyebabkan
perdarahan yang terus menerus (Soedarmo, 2010) Virus dengue masuk kedalam tubuh inang
kemudian mencapai sel target yaitu makrofag. Sebelum mencapai sel target maka respon
6

imun non-spesifik dan spesifik tubuh akan berusaha menghalanginya. Aktivitas komplemen
pada infeksi virus dengue diketahui meningkat seperti C3a dan C5a mediator-mediator ini
menyebabkan terjadinya kenaikan permeabilitas kapiler celah endotel melebar lagi. Akibat
kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke extravaskuler dan
menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma seperti hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
efusi pleura, asites, penebalan dinding vesica fellea dan syok hipovolemik. Kenaikan
permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun
dan tanda syok lainnya merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi pada DBD (Depkes
RI, 2010b).

2.4 Gambaran Klinis


Menurut Sudjana (2010), gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase
febris, fase kritis dan fase pemulihan.
A. Pada fase febris, biasanya demam mendadak tinggi terus menerus berlangsung selama
2-7 hari (38⁰C-40⁰C), naik turun (demam bifosik) dan tidak mempan obat
antipirektik. Kadang-kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40⁰C disertai muka
kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala.
Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva,
anoreksia, mual dan muntah dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam
merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase tersebut sebagai
awal kejadian syok, biasanya pada hari ke 3, 4, 5 adalah fase kritis yang harus
dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi syok kemungkinan dapat terjadi perdarahan dan
kadar trombosit sangat rendah (<20.000/ul). Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda
perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi
perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal
B. Fase kritis, Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala kliniks menghilang
setelah demam turun sertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah, akan teraba dingin di sertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma
yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pada saat
atau beberapa saat setelah suhu turun antara 3-7 terdapat tanda kegagalan sirkulasi,
kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, sianosis di sekitar
mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba dan
7

ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan
timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24–48 jam.
Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung
trombosit dibawah 100.000/mm3
C. Fase pemulihan,bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48–72 jam setelahnya. Keadaan
umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan
dieresis membaik.

2.5 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), klasifikasi penyakit Demam Berdarah Dengue
yaitu :
A. Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (Dengue Without
Warning Signs). Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya
:
1) Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue.
2) Demam disertai 2 dari hal berikut : mual, muntah, ruam, sakit dan nyeri, uji
tournikuet positif, lekopenia, adanya tanda bahaya
3) Tanda bahaya adalah nyeri perut atau kelembutannya, muntah berkepanjangan,
terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa, letergis, lemah, pembesaran hati
>2cm, kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang
cepat
4) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma
tidak jelas)
B. Dengue Berat (Severe Dengue). Kriteria dengue berat : kebocoran plasma berat, yang
dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan dengan distress pernafasan.
Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi gangguan organ berat, hepar (AST atau
ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran, gangguan jantung dan organ lain). Untuk
mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji tourniquet

2.6 Siklus Penularan Demam Berdarah Dengue


Siklus hidup dan prilaku nyamuk Aedes aegypti :
Telur→ Jentik →Kepompong →Nyamuk
8

Gambar 2.2. Siklus hidup Nyamuk Aedes

Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk kurang lebih dari 9-10 hari :
1. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir.
2. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm
3. Telur ini ditempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan
4. Telur itu akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang dari 2 hari setelah
terendam air
5. Jentik kecil yang menetas dari telur itu akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5-
1 cm
6. Jentik Aedes aegyptiakan selalu bergerak aktif dalam air, geraknya berulangulang dari
bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun, kembali
kebawah dan seterusnya.
7. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air biasanya berada
di sekitar dinding tempat penampungan air.
8. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong
9. Kepompong berbentuk koma
10. Gerakannya lambat
11. Sering berada dipermukaan air
12. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk Aedes aegypti menyenangi area gelap dan benda-benda berwarna hitam atau
merah. Nyamuk ini banyak ditemukan di bawah bangku, meja, kamar yang gelap, atau
9

dibalik baju-baju yang di gantung. Nyamuk ini menggigit pada siang hari (pukul 09-10) dan
sore hari (pukul 16.00-17.00), demam berdarah sering menyerang anak-anak karena anak-
anak cenderung duduk didalam kelas selama pagi sampai siang hari. (Anggraeni, 2010)
Menurut Sitio (2008), Penularan DBD antara lain dapat terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penularnya, tempat yang potensial untuk penularan penyakit DBD antara
lain :
A. Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD.
B. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang, orang dating
dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe
virus dengue cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel, puskesmas, rumah sakit dan
sebagainya.
C. Pemukiman baru di pinggir kota, karena dilokasi ini, penduduk umumnya berasal dari
berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita atau karier
yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.

2.7 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue


Dalam penatalaksanaan kasus demam berdarah dengue dikutip oleh WHO (2004)
menyatakan bahwa dasar pengobatan demam berdarah Dengue adalah pemberian cairan ganti
secara adekuat. Penderita DBD tanpa renjatan tersebut dapat di beri minum banyak 1,5-2 liter
perhari, berupa air putih, teh manis, sirup, susu, oralit. Terhadap penderita DBD yang tidak
disertai dengan renjatan tersebut dapat diberikan dengan penurun panas. Karena besarnya
risiko bahaya yang mengancam, setiap orang yang diduga menderita DBD harus sesegera
mungkin di bawa ke rumah sakit. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk pemantauan
kemungkinan terjadinya komplikasiyaitu perdarahan dan renjatan (shock).
Pada orang dewasa kemungkinan ini sangat kecil dan banyak terjadi pada anak-anak.
Penderita biasanya mengalami demam 2-7 hari diikuti fase kritis 2-3 hari. Pada fase kritis ini,
suhu menurun tetapi risiko terjadinya penyakit justru meningkat bahkan bila tidak diatasi
dengan baik dapat menimbulkan kematian.

2.8 Pencegahan Demam Berdarah Dengue


Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier (Depkes RI, 2012b).
1. Pencegahan Primer
10

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya
pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan khusus. Surveilans untuk
nyamuk Aedes aegypti sangat penting untuk menentukan distribusi, kepadatan
populasi, habitat utama larva, faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat yang
berkaitan dengan penyebaran dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan
insektisida yang dipakai, untuk memprioritaskan wilayah dan musim untuk
pelaksanaan pengendalian vektor. Data tersebut akan memudahkan pemilihan dan
penggunaan sebagian besar peralatan pengendalian vektor, dan dapat dipakai untuk
memantau keefektifannya. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah survei jentik.
Pengendalian vektor, surveilans kasus, dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk
merupakan pencegahan primer.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini merupakan upaya manusia untuk menyembuhkan orang
yang sakit, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi dan
mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan skunder dapat dilakukan dengan cara
mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat.
Penemuan, pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh petugas
kesehatan dan masyarakat dengan cara :
a. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan
pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan obat
penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat serta segera bawa ke
dokter atau unit pelayanan kesehatan.
b. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaan/diagnosa dan
pengobatan segaera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD
tersebut kepada Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima
laporan segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan
penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk mencegah
kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.
c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan
kejadianluar biasa (KLB) kepada Camat, dan Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, disertai dengan cara penanggulangan seperlunya serta
diagnosis dan diagnosis laboratorium.
11

C. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan
memaksimalkan organ yang cacat. Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat
simptomatik dan suportif yaitu dukungan pada penderita serta mendirikan pusat-pusat
rehabilitasi medik.

2.9 Pemberantasan Sarang Nyamuk


Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) juga merupakan salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah demam berdarah dengue. PSN terdiri dari 4M
Plus yaitu

Gambar 2.3. 4M Plus


1. Menguras. Menguras wadah air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas bunga, tempat
minum burung, penampung air kulkas agar telur dan jentik Aedes mati.
2. Menutup. Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk Aedes tidak dapat masuk dan
bertelur.
3. Mengubur. Mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang dapat menampung
air hujan seperti ban bekas, kaleng bekas, pecahan botol agar tidak menjadi sarang dan
tempat bertelur nyamuk Aedes.
12

4. Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk Aedes berkembang
biak.
Plus:
 Jangan menggantung baju

 Memelihara ikan

 Hindari gigitan nyamuk

 Membubuhkan abate
BAB 3

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 Metode Pengumpulan Data


3.1.1 Rancangan Pengumpulan Data

Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang


pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan metode 4M+ khususnya di desa Mojolegi.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer berupa wawancara
terhadap warga yang dipilih secara acak dan post test untuk 14 kader kesehatan di desa
Mojolegi. Data sekunder berupa laporan tahunan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan
Peyelidikan Epidemiologi (PE) kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Puskesmas
Condong tahun 2015 sampai tahun 2017.

Data sekunder yang didapat dari laporan PKPUS tahunan Puskesmas Condong
memuat profil Puskesmas Condong, data kasus DBD dan ABJ di seluruh desa di wilayah
kerja Puskesmas Condong, serta identifikasi berbagai masalah berdasarkan setiap
program. Data ini diolah untuk mendapatkan satu dari program yang paling sesuai dan
memungkinkan untuk dilakukan intervensi. Cara yang digunakan untuk mengolah data
tersebut adalah dengan memilih desa dengan angka pencapaian ABJ yang cukup rendah
yang dikaitkan dengan kejadian kasus DBD terbaru tahun 2017, maka dipilih Desa
Mojolegi.

3.1.2 Populasi dan Sampel


3.1.2.1 Populasi
Populasi target adalah seluruh rumah warga di desa Mojolegi
3.1.2.2 Sampel
Sampel dipilih secara acak dengan metode Snowball sampling. Dari total 14
kader kesehatan di desa Mojolegi, setiap kader akan ditugaskan untuk mencari
7 sampel yang nantinya akan menjadi Pemantau jentik rumah sendiri
(Pemantik Mandiri) sehingga didapatkan total 100 sampel atau 100 Pemantik.

13
14

3.1.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 23 September 2017 dan 26 September


2017 di Puskemas Condong.

3.1.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada mini project ini adalah data laporan program
tahunan PKPUS Puskesmas Condong tahun 2017 serta laporan tahunan perihal
pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) dan Peyelidikan Epidemiologi (PE) kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Puskesmas Condong tahun 2015 sampai tahun 2017 di tiap-tiap
desa di wilayah kerja Puskesmas Condong.
3.1.5 Cara Pengumpulan Data

Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer berupa profil responden dan hasil intervensi.
Sedangkan data sekunder berupa profil Puskesmas Condong serta profil desa
Mojolegi.

3.2. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


3.2.1 Metode Intervensi

Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini :


1. Penyuluhan dan Pelatihan Kader
Penyuluhan dan Pelatihan dilakukan dengan alat bantu slide, lembar
balik dan leaflet. Sebagai evaluasi terhadap penyuluhan ini, dilakukan
posttest. Posttest akan diberikan dalam bentuk Multiple Choice Question
(MCQ). Pernyataan tersebut berkaitan tentang pemberantasan sarang
nyamuk 4M+ dan juga tentang pemantau jentik.

2. Pemantauan langsung kepada sampel (warga)


Pemantauan langsung kepada warga dilakukan dengan mendatangi
secara acak warga yang telah ditunjuk menjadi Pemantik mandiri, lalu
dilakukan evaluasi keberhasilan kegiatan kader dengan melakukan
wawancara terhadap warga. Lembar wawancara berisi pengetahuan
tentang PSN 4M+ dan juga tentang tatacara pemantauan jentik.

3.2.2 Petugas

Petugas yang hadir dari kegiatan mini project ini adalah :


1. Dokter Internship Puskesmas Condong sebagai narasumber
2. Bidan Desa Mojolegi
3. Pemegang Program Promosi Kesehatan dan Kesehatan lingkungan.

3.2.3 Lokasi dan Waktu Penyuluhan


Lokasi : Di balai desa Mojolegi.
Waktu : Pada tanggal 23 September 2017 pukul 09.00 – 12.00 WIB dan 25
September 2017 pukul 13.00 – 15.00 WIB.

3.2.4 Sasaran
Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh warga yang terpilih menjadi
Pemantik Mandiri di desa Mojolegi (100 warga)
BAB 4
HASIL INTERVENSI

4.1 Hasil Pengumpulan Data


4.1.1 Letak dan Luas Wilayah
Puskesmas Condong terletak di Desa Condong, Kecamatan Gading, Kabupaten
Probolinggo. Kecamatan Gading terletak di wilayah Kabupaten Probolinggo yang berada
di bagian tenggara dengan batas – batas :
Utara : Kecamatan Krejengan dan Besuk
Timur : Kecamatan Pakuniran
Selatan : Kecamatan Krucil dan Tiris
Barat : Kecamatan Maron
Kecamatan Gading berada pada ketinggian 70 sampai 400 meter di atas
permukaan laut. Kecamatan Gading beriklim tropis yang terbagi menjadi dua musim,
yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada bulan
Oktober sampai April dan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai Oktober.
Sedangkan keadaan iklim umumnya ditinjau dengan indikator curah adalah
sebagai berikut:
Curah hujan terbesar : 395 mmHg
Curah hujan terkecil : 14 mmHg
Jumlah hari hujan : 95 hari
Curah hujan setahun : 1553 mmHg
Temperatur udara di Kecamatan Gading relatif panas yaitu berkisar 28˚C s/d 32˚C.
Puskesmas Condong yang terletak di wilayah kecamatan Gading, memiliki
wilayah kerja yang mencakup 6 Desa, yaitu :
1. Desa Condong
2. Desa Jurang Jero
3. Desa Kaliacar
4. Desa Mojolegi
5. Desa Ranuwurung
6. Desa Sumber Secang

17
18

Puskesmas Condong memiliki batas-batas wilayah kerja, yaitu:


Sebelah barat : Kecamatan Maron
Sebelah Timur : Kecamatan Krucil
Sebelah Utara : Kecamatan Pajarakan
Sebelah selatan : Kecamatan Tiris

Peta Wilayah Puskesmas Condong:

Gambar 4.1.Peta Wilayah Puskemas Condong

Tabel 4.1. Pembagian Luas Wilayah Puskemas Condong


TANAH TANAH
NO DESA JUMLAH
SAWAH KERING
1. Condong 142,00 379,99 521,99
2. Jurang Jero 181,00 217,41 398,41
3. Kaliacar 356,00 347,67 703,67
4. Mojolegi 252,00 167,45 419,45
5. Ranuwurung 104,00 619,18 723,18
6. Sumber Secang 104,00 132,56 236,26

Dari data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa wilayah yang terluas di wilayah kerja
Puskesmas Condong adalah desa Ranuwurung dan wilayah yang tersempit/ terkecil adalah
19

desa Sumbersecang. Luas wilayah desa se-wilayah Puskesmas Condong dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 4.2.Grafik Luas Desa se-Wilayah Puskesmas Condong

4.1.2 PEMERINTAHAN DI WILAYAH PUSKESMAS CONDONG


Banyaknya Dusun, RW dan RT per Desa di wilayah Puskesmas Condong dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 4.2. Dusun, RT dan RW per desa se wilayah Puskesmas Condong
NO DESA DUSUN RW RT
1. Condong 7 4 18
2. Kaliacar 6 6 20
3. Jurang Jero 6 3 10
4. Sumber Secang 4 4 9
5. Ranuwurung 5 2 20
6. Mojolegi 5 5 11

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa Desa Condong merupakan desa dengan jumlah
dusun terbanyak dan desa Sumber Secang ada desa dengan jumlah dusun yang paling
sedikit.
20

4.2 DEMOGRAFI
Uraian tentang kependudukan ini sebagian besar di ambil dari buku “ Kecamatan
Gading dalam Angka Tahun 2014 “ (Terbitan BPS Kabupaten Probolinggo). Luas desa,
jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas Condong menurut
kepadatan per Desa dapat dilihat dari Tabel 3.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Condong


N DESA LUAS (Km²) PENDUDUK KEPADATAN
O
1 5,22 4642 889,27
Condong
.
2 7,04 4418 627,55
Kaliacar
.
3 3,98 2958 743,21
Jurang Jero
.
4 2,37 1340 565,40
Sumber Secang
.
5 7,23 2670 369,29
Ranuwurung
.
6 4,19 2511 599,28
Mojolegi
.

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi terdapat di


DesaCondong dan terkecil berada di desa Sumber Secang. Sedangkan kepadatan penduduk
desa di wilayah Puskesmas Condong dapat dilihat pada Gambar 3. Dari Gambar 3 dapat
diketahui bahwa desa Condong mempunyai kepadatan penduduk terbesar dibandingkan
desa yang lain dan desa Ranuwurung mempunyai kepadatan penduduk yang terkecil.
21

Gambar 4.3.Grafik Kepadatan Penduduk Wilayah Puskesmas Condong

Jumlah rumah tangga dan penduduk per desa di wilayah Puskesmas Condong Tahun
2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Jumlah Rumah Tangga dan penduduk per desa se wilayah Puskesmas Condong
NO DESA JUMLAH JUMLAH RATA-RATA
RUMAH TANGGA PENDUDUK per RT
1. Condong 1442 5479 3
2. Kaliacar 1352 4402 3
3. Jurang Jero 825 2818 4
4. Sumber Secang 428 1815 3
5. Ranuwurung 707 2670 4
6. Mojolegi 820 2502 3

4.3 Data Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan data yang masuk ke Puskesmas sejak Januari hingga September 2016,
jumlah penderita DBD di wilayah kerja puskesmas condong dalam kurun waktu Agustus 2015
hingga Agustus 2017 ditemukan 18 kasus dengan rincian seperti pada tabel 5 berikut ini.
22

Tabel 4.5. Jumlah Penderita DBD di wilayah kerja puskesmas condong dalam kurun waktu Agustus 2015 hingga Agustus 2017
JUMLAH PENDERITA DBD TAHUN 2015
TOTA
BULAN CONDONG JURANG JERO KALIACAR RANU WURUNG MOJOLEGI SUMBER SECANG
L
HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL
GUSTUS - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
EPTEMBER - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KTOBER - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
OVEMBER - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
ESEMBER - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
OTAL - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

JUMLAH PENDERITA DBD TAHUN 2016


TOTA
BULAN CONDONG JURANG JERO KALIACAR RANU WURUNG MOJOLEGI SUMBER SECANG
L
HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL
23

- - - - - - - - - - - - - - - - - - -

JANUARI

FEBRUARI - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
MARET - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
APRIL - - - - - - - - - 1 - 1 - - - - - - 1
MEI - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
JUNI 1 - 1 - - - - - - 1 - 1 - - - - - - 2
JULI 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1
AGUSTUS 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1
SEPTEMBER 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1
OKTOBER - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - - 1
NOVEMBER - - - - - - - - - - - - 1 - 1 - - - 1
DESEMBER 1 - 1 - - - - - - - - - 5 - 5 - - - 6
TOTAL 5 - 5 1 - 1 - - - 2 - 2 6 - 6 - - - 14
24

JUMLAH PENDERITA DBD TAHUN 2017


TOTA
BULAN CONDONG JURANG JERO KALIACAR RANU WURUNG MOJOLEGI SUMBER SECANG
L
HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL HIDUP MATI TOTAL
JANUARI - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
FEBRUARI - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - - 1
MARET 2 - 2 - - - - - - 1 - 1 - - - - - - 3
APRIL - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
MEI - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
JUNI - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
JULI - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
AGUSTUS - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TOTAL 2 - 2 1 - 1 - - - 1 - 1 - - - - - - 4
BAB V
ANALISA KEGIATAN

V.1 Kinerja Jumantik terhadap upaya penurunan kejadian penyakit DBD beberapa
wilayah kerja Puskesmas
Penelitian dilakukan terhadap beberapa wilayah kerja puskesmas Condong antara
lain desa Condong, desa Jurang jero, desa Kaliacar, desa Ranu Wurung, desa Mojolegi,
desa Sumber Secang. Adapun para peserta Jumantik merupakan kepala keluarga dari 100
rumah yang dipilih di desa Mojolegi.
Telah dijadwalkan pengambilan data dalam kegiatan jumantik yang dilakukan
dirumah masing – masing ,jumantik memeriksa setiap satu kali seminggu, lalu hasil
pemeriksaan ditulis menjadi satu di lembar jumantik dan kader akan mengambil hasil
pemeriksaaan setiap 1 bulan sekali .
Data angka kesakitan penyakit DBD pada bulan tahun 2016 ditemukan sebanyak
14 kasus sedangkan bulan Januari hingga september tahun 2017 ditemukan 5 kasus.
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan jumlah peningkatan bebas jentik setelah
direkrutnya Jumantik.

V.2 Mengetahui tingkat pengetahuan kader kesehatan


Berdasarkan hasil yang didapatkan setelah dilakukan pelatihan kepada kader
kesehatan desa Mojolegi sebanyak 14 orang, lalu dilakukan post test dengan 10 soal
didapatkan rata- rata nilai 9 hal ini menandakan bahwa pengetahuan kader terhadap
materi yg disampaikan sudah baik.

V.3 Mengetahui efektivitas dari penyuluhan terhadap lingkungan desa Mojolegi dengan
melihat kebersihan rumah warga
Pada saat dilakukan penyuluhan terhadap desa Mojolegi didapatkan jentik
nyamuk DBD pada 15 rumah, sedangkan 85 rumah tidak ditemukan jentik. Hal ini
menandakan terjadi peningkatan angka bebas jentik di desa mojolegi yaitu 85 %
dibandingkan pada tahun 2016 angka bebas jentik di desa mojolegi yaitu 70% .

V.4 Mengetahui kepatuhan warga dalam mengisi lembar jumantik


Dari ke 100 rumah yang melakukan program jumantik semua warga mengisi
lembar pemeriksaan jumantik setiap minggunya dan disusun dengan rapi. Kepatuhan

27
mengisi lembar jumantik dan pengumpulan ini sangat memerlukan koordinasi yang baik
antara kader kesehatan dengan warga. Selain itu, kendala kesibukan dan usia untuk
mengisi lembar jumantik juga berperan penting dalam kepatuhan mengumpulkan hasil
lembar jumantik ini. Disini kami juga menilai bagaimana tingkat pemahaman dan
keakuratan para warga dalam mengisi lembar jumantik. Kami menilainya dengan
beberapa kriteria sebagai berikut :
1. terdapatnya nama kader jumantik
2. ada 1 kolom yang diperiksa
3. tanggal dan hari pemeriksaan benar

V.5 Kendala pelaksanaan Kegiatan


Dalam melaksanakan kegiatan jumantik ini, peneliti menemukan beberapa
kendala yang cukup bermakna terhadap hasil kegiatan dalam menurunkan angka kejadian
DBD.
Adapun beberapa kendala berikut dalam hal lembar jumantik yaitu kurangnya
kesadaran warganya. Hal ini mengakibatkan beberapa warga tidak mengumpulkan
lembar jumantik sesuai jadwal. Masalah lain yaitu pengisian lembar jumantik, banyak
kami temukan kesalahan dalam pengisian. Hal ini dikarenakan pada saat kegiatan
pelatihan, pemantik kurang memahami pelaksanaan program. Beberapa pemantik juga
tidak memahami secara baik tujuan dan pelaksanaan kegiatan jumantik ini, sehingga saat
anggota keluarga bingung dalam cara mengisi lembar jumantik. Kendala lain berupa
tidak tersedianya lampu senter dirumah warga. Tidak terpenuhinya kriteria juru pemantau
jentik yang telah ditetapkan resmi oleh dinas kesehatan Republik Indonesia.
Kader juru pemantau jentik direkrut dari masyarakat sesuai dengan tujuan
berfungsi sebagai penggerak masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. Adapun
kriteria yang dimaksud:
a. pendidikan : minimal SMA atau sederajat
b. berasal dari desa / kelurahan yang bersangkutan
c. belum atau tidak mempunyai pekerjaan tetap
d. mampu melaksanakan tugas dan bertanggung jawab
e. mampu menjadi motivator ditempat tinggalnya
f. mampu bekerja sama dengan petugas PUSTU, puskesmas dan masyarakat

28
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari mini project adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan angka bebas jentik didesa Mojolegi dari 70% menjadi 85%.
2. Terdapat peningkatan pengetahuan kepada kader, kepala keluarga dan anggota keluarga
terhadap pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik.
3. Peningkatan kemandirian untuk pemantauan jentik, serta turut aktif melakukan kegiatan
pemberantasan jentik.
4. Intervensi yang diberikan berupa penyuluhan dapat dievaluasi keberhasilannya karena
proses pengerjaan post test dari kader sebelum terjun ke pemantik mandiri.

6.2. Saran

1. Perlunya bantuan air bersih dari Pemerintah didesa Mojolegi supaya masyarakat bisa
menguras bak mandi seminggu sekali.
2. Memperluas ruang lingkup pemantuan jentik di wilayah pondok pesantren.
3. Masyarakat menyiapkan senter di rumah

DAFTAR PUSTAKA

29
Anggraeni, Mardiana. 2010. Respon Komunitas Penghuni Pemukiman Baru Terhadap Kondisi
Lingkungan Di Kecamatan Peronpong Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Sarjana
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Demam Berdarah Dengue. Katalog Dalam Terbitan,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Info Epidemiologi Demam Berdarah di Indonesia. Katalog
Dalam Terbitan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Demam Berdarah Dengue. Katalog Dalam Terbitan,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Katalog Dalam Terbitan,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Jendela Epidemiologi Demam Berdarah.
Jakarta: Kemenkes RI.
Sitio,A., 2008, Hubungan Perilaku Tentang PSN dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian
DBD di Kecamatan Medan Perjuangan, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro Semarang.
Soedarmo, S.P. Sumarmo. 2010. Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta:Universitas
Indonesia
Sudjana P, Achmadi UF, Sukowati S. 2010. Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela
Epidemiologi. Agustus 2010; Volu

30
LAMPIRAN

31

Anda mungkin juga menyukai