Anda di halaman 1dari 6

Modul V

Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

Untuk memberi pemahaman mengenai perbedaan antara pengetahuan dan ilmu


pengetahuan, dibahas melalui dua beberapa pendekatan, baik berdasarkan makna kata
(etimologis), maupun pendekatan yang berdasarkan istilah (terminologis).

Selain itu juga akan dikemukakan mengenai apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan
menurut pandangan atau pendapat para ahli.

Ilmu pengetahuan sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu ilmu pengetahuan alamiah
dan ilmu pengetahuan ilmiah. Bagaimana proses atau skema dari pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan, hal itu menjadi sangat menarik untuk diketahui.

Selain itu, sumber-sumber ilmu dan batas-batas ilmu pengetahuan juga penting untuk
disimak.

A. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990) diartikan sebagai segala
sesuatu yang diketahui/kepandaian; atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan
hal (mata pelajaran) di sekolah.

Istilah pengetahuan mengacu kepada makna pengetahuan (knowledge), sedangkan


pengetahuan ilmiah mengacu makna sains (science),

Menurut Martini Djamaris (2011), pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin
kuat hasrat ingin tahu manusia akan semakin banyak pengetahuannya. Pengetahuan
diperoleh manusia melalui pengalaman yang diamati oleh indera atas gejala (fenomena)
terhadap diri dan lingkungan hidupnya.

Manusia adalah makhluk berpikir yang selalu ingin tahu tentang sesuatu. Rasa ingin tahu
mendorong manusia mengemukakan pertanyaan. Bertanya tentang dirinya, lingkungan di
sekelilingnya, ataupun berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Dengan bertanya itu
manusia mengumpulkan segala sesuatu yang diketahuinya. Begitulah cara manusia
mengumpulkan pengetahuan.

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pengetahuan adalah produk dari tahu, yakni
mengerti sesudah melihat, menyaksikan dan mengalami (KBBI,1990).

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan yang dimaksud dengan sains (science) adalah pengetahuan ilmiah atau
pengetahuan bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (hukum) ilmu
pengetahuan (KBBI, 1990: 324).

Sedangkan science berarti keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti
pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan dengan intuisi dan kepercayaan (Mulyadhi
Kartanegara, 2003).

Dengan demikian, hanya pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat dimaksud bisa disebut
sebagai sains (ilmu pengetahuan). Di luar ketentuan ini, segala bentuk pengetahuan tidak
termasuk dalam ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan dapat dibedakan ke dalam ilmu pengetahuan alamiah, dan ilmu
pengetahuan ilmiah. Untuk mengetahui perbedaan dari keduanya, dapat diamati melalui
penjelasan berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Alamiah

Menurut Koentjaraningrat, pengetahuan tentang alam seperti musim, tentang sifat-sifat


gejala alam, bintang-bintang, dan sebagainya, biasanya berasal dari keperluan praktis untuk
berburu, bertani, atau melaut. Pengetahuan tentang alam flora terkait dengan mata
pencaharian hidup yang pokok seperti pertanian, perburuan, atau perikanan. Untuk
kepentingan pengobatan (penyakit), muncul hasrat untuk mengetahui tentang fauna.
Demikian juga dengan pengetahuan tentang alam yang lainnya.

Pengetahuan seperti itu disebut pengetahuan alamiah, atau pengetahuan biasa, atau
pengetahuan.

Jadi awalnya masih sangat sederhana. Hanya sekedar ingin tahu tentang sesuatu melalui
proses berpikir secara alamiah, secara sederhana dan apa adanya. Berpikir alamiah itu
sendiri merupakan pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh
alam sekelilingnya (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 1992).

2. Ilmu Pengetahuan Ilmiah

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, maka pengetahuan yang bersifat alamiah


ini kemudian dikembangkan hingga menjadi ilmu pengetahuan. Dari berbagai pengetahuan
yang diperoleh dari proses belajar yang dilakukan, membuat manusia mampu membuka
rahasia alam yang ada di balik struktur yang tersembunyi (Martini Djamaris: 102).

Seiring dengan berkembangnya kemampuan berpikir, manusia mulai meragukan kebenaran


pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman seperti itu. Pengetahuan yang bersifat
alamiah, apalagi yang sudah terkontaminasi oleh unsur-unsur magis dan takhayul.

Manusia kemudian semakin sadar akan eksistensi dirinya. Sadar bahwa dirinya adalah
makhluk berpikir. Dengan potensi yang dimiliki ini, manusia mampu mengatasi sendiri
masalah-masalah kehidupannya. Tidak perlu bergantung kepada unsur-unsur dewa yang
dianggap sebagai sosok penguasa dan penentu nasib manusia.

Seiring dengan munculnya kesadaran rasional ini, manusia mulai meninggalkan kesadaran
magis yang mendorong manusia untuk menempuh cara baru dalam memperoleh
pengetahuan.

Selanjutnya akan dikemukakan sejumlah pendapat mengenai apa sebetulnya yang dimaksud
dengan ilmu pengetahuan.

Dalam pandangan van Puersen yang disebut ilmu pengetahuan (sains) ialah pengetahuan
yang terorganisasi, yaitu dengan sistem dan metode berusaha mencari hubungan-hubungan
tetap di antara gejala-gejala.

Achmad Baiquni mengemukakan pengertian singkat ilmu pengetahuan atau sains, sebagai
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat
diterima oleh rasio, artinya dapat dinalar. Jadi kita dapat mengatakan bahwa sains adalah
himpunan rasionalitas kolektif insani.

C. Skema Ilmu Pengetahuan

Menurut Martini Djamaris, pada perkembangan berikutnya, berbagai pengetahuan disusun


ke dalam suatu bentuk yang terstruktur, terdiri dari konsep-konsep, prinsip-prinsip,
proporsi-proporsi, dan teori-teori yang berkaitan dengan struktur alam tertentu yang
disebut ilmu.

Selanjutnya Conny R. Semiawan mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan itu sendiri perlu
ditopang oleh ciri yang berlandaskan asas ilmiah dan kaidah ilmiah. Adapun yang dimaksud
dengan asas ilmiah, yakni proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-
fakta yang telah diamati (observasi ilmiah).

Observasi ilmiah sebagai manifestasi dari metode ilmiah secara murni yang sepenuhnya
didasarkan pada rasio atau empiri. Dengan demikian, subjektivitas dan kehidupan emosi
dikesampingkan. Sedangkan kaidah ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan
keajegan atau hubungan tata tertib yang konsisten dan sistematis.

Penjelasan dari para ahli tersebut dapat digambarkan dalam sebuah skema proses ilmu
pengetahuan, sebagai berikut:
1. Pengetahuan (dalam Dimensi Realitas)
2. Fenomena; kejadian atau gejala-gejala yang ditangkap oleh indera manusia dan dijadikan
masalah karena belum diketahui (apa, mengapa, dan bagaimana) adanya.
3. Konsep; istilah atau simbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena, atau
abstraksi dari fenomena.
4. Variabel; variasi sifat, jumlah, besaran yang mempunyai nilai kategorial (bertingkat) baik
kualitatif maupun kuantitatif sebagai hasil penelaahan dari konsep.
5. Proposisi; kalimat ungkapan yang terdiri dari dua variabel atau lebih yang menyatakan
hubungan sebab akibat.
6. Fakta; proposisi yang telah teruji secara empiris (hubungan yang ditunjang oleh data
empiris).
7. Teori; jalinan fakta menurut kerangka yang bermakna (meaningful construct).
8. Ilmu atau Ilmu Pengetahuan (dalam Dimensi Abstrak)

Gambar: Skema Anatomi Ilmu Pengetahuan

D. Sumber Ilmu Pengetahuan

Adapun yang dimaksud dengan sumber ilmu pengetahuan, adalah faktor yang
melatarbelakangi lahirnya ilmu pengetahuan. Dari mana atau dengan cara bagaimana
manusia memperoleh ilmu pengetahuan itu. Ternyata latar belakang ini tak dapat
dilepaskan dari kebutuhan manusia dalam mempertahankan dan mencapai tujuan
hidupnya.

Kebutuhan hidup itu sendiri tergantung dari kemampuan, maupun upaya manusia untuk
mengelola atau memanfaatkan lingkungannya. Kemampuan tersebut diperoleh melalui
berbagai pengalaman. Ada yang diperoleh melalui pengalaman individu secara langsung dari
lingkungannya, atau diterima dari pengalaman orang lain.
Suparlan Suhartono menulis, masalah sumber-sumber pengetahuan terkait erat dengan
sebab-musabab pengetahuan. Menurutnya beberapa sumber pengetahuan yang dikenal
adalah: 1) kepercayaan, berdasarkan tradisi, agama, dan adat istiadat; 2) kesaksian orang
lain; 3) panca indera (pengalaman); 4) akal pikiran; dan 5) intuisi.

Sedangkan Jujun S. Suriasumantri mengungkapkan, bahwa sumber ilmu pengetahuan terdiri


dari rasionalisme, empirisme, intuisi, dan wahyu.

Penganut rasionalisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar diperoleh melalui rasio
(penalaran). Beda dengan kaum empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh
melalui pengalaman yang konkret.

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui penalaran tertentu. Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Intuisi dipercaya mampu memahami banyak hal
yang tidak bisa dipahami oleh akal. Untuk menutupi kekurangan itu, manusia dilengkapi
oleh Tuhan dengan intuisi atau hati (qalb), sehingga akan lengkaplah seluruh perangkat ilmu
bagi manusia.

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia, melalui
para Nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman. Wahyu adalah isyarat yang cepat atau bisikan
halus, atau firman Tuhan yang disampaikan kepada para anbiya' (Nabi-nabi), dan awliya'
atau para wali, yaitu hamba Allah yang tulus yang tidak diangkat sebagai Nabi. Para filsuf
Muslim juga mengakui wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Para ilmuwan tampaknya tak berbeda pendapat mengenai sumber ilmu pengetahuan ini.
Walaupun cara menguraikan dan menjelaskannya berbeda, namun keempat sumber
dimaksud tercakup di dalamnya.

Sedangkan M. Quraish Shihab, 1996 berpandangan bahwa berangkat dari ada tidaknya
usaha manusia secara aktif ini, maka ilmu pengetahuan dibedakan menjadi acquired
knowledge dan perennial knowledge.

Jenis yang pertama (acquired knowledge) adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui
usaha aktif manusia dengan menggunakan pendekatan ilmiah, baik melalui pengalaman,
riset, survei, eksperimen, dan sebagainya. Sebaliknya, perennial knowledge diperoleh tanpa
upaya manusia.

Dalam pendekatan wahyu (Al-Qur'an), acquired knowledge disebut dengan ‘ilm kasbi dan
perennial knowledge dinamai ‘ilm laduni. Ayat-ayat 'ilm kasbi jauh lebih banyak daripada
yang berbicara ‘ilm laduni.

E. Batas-batas Ilmu Pengetahuan

Sejak menemukan kesadarannya, manusia menuntut dirinya untuk hidup dalam apa yang
disebutnya kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang dianggapnya baik dan punya nilai,
yang dapat dijadikan pegangan dalam bertindak.
Yakob Sumardjo (2000) berpandangan bahwa dalam sejarah umat manusia, lembaga
kebenaran yang dikenal adalah agama, filsafat, ilmu, dan seni. Sedangkan ilmu merupakan
lembaga kebenaran yang dianggap relatif “muda".

Sebagai lembaga kebenaran yang tertua, kebenaran agama bersumber dari wahyu. Oleh
penganutnya, kebenaran agama diterima sepenuhnya sebagai sebuah keyakinan.

 Agama merupakan pengetahuan, bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang


terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat
transendental, seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat
nanti (Jujun S. Suriasumantri, 2000).

 Adapun kebenaran filsafat didasarkan pada produk aktivitas penalaran manusia secara
optimal. Filsafat adalah kegiatan refleksif, yang direfleksikan pada apa saja, tanpa
terbatas pada bidang dan tema tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
kebenaran yang mendasar, menemukan makna, dan inti dari segala inti (Anton Bakker
dan Achmad Charris Zubair, 1990).

 Dalam hubungan dengan kebutuhan hidup praktis manusia, ternyata terdukung oleh
kebenaran ilmu pengetahuan. Untuk mengatasi segala kebutuhan hidupnya, manusia
memerlukan jawaban yang kebenarannya dapat dibuktikan secara konkret. Ternyata
tuntutan ini dapat dipenuhi oleh lembaga kebenaran ilmu. Alat untuk menemukan
kebenarannya adalah nalar, logika, bermetode, dan sistematis. Sumbernya bersifat
empirik, fakta apa adanya (Yakob Sumardjo: 5).

 Setelah ilmu pengetahuan terhenti, penjelajahan dilanjutkan oleh filsafat, Kemampuan


filsafat juga kemudian terhenti pada puncak jelajahannya, yakni pada batas kemampuan
optimal rasio manusia. Ketika aktivitas filsafat terhenti, penjelajahan dilanjutkan oleh
seni dan agama.

Dengan demikian, segala sesuatu yang berada di luar alam fisis, sama sekali tak dapat
dijelajahi oleh jangkauan ilmu pengetahuan. Memang ilmu pengetahuan digunakan manusia
hanya sebatas upaya untuk memprediksi, mengontrol, memanipulasi, serta menguasai alam
berdasarkan gejala-gejala, fenomena-fenomena yang teramati oleh indera.

***

Anda mungkin juga menyukai