Anda di halaman 1dari 6

MATERI HUKUM ADMINISTRASI PUBLIK

DOSEN (TEDI KUSWANDI.SH,MH)


KELOMPOK 2

PERBUATAN PEMERINTAH DARI SUDUT PANDANG


ADMINISTRASI PUBLIK
PUTUSAN MK BATAS MINIMUM CAPRES - CAWAPRES
(SAH SECARA MATERIl,TERINDIKASI CACAT SECARA
FORMIL)

A. PengertianPerbuatanPemerintah
Secara garis besar, perbuatan pemerintah merupakan tindakan hukum yang
dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan.
Sedangkan menurut Van Vallen Hoven, perbuatan pemerintah merupakan
tindakan secara spontan atas inisiatif sendiri dalam menghadapi keadaan dan
keperluan yang timbul tanpa menunggu perintah atasan, dan atas tanggung jawab
sendiri demi kepentingan umum.
B. Jenis-jenis perbuatan pemerintah
Perbuatan pemerintah dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Perbuatan Non Yuridis (Fiete Logtie Handilugen). Yaitu perbuatan pemerintah
berdasarkan fakta atau tidak berdasarkan hukum serta tindakannya tidak
mempunyai akibat hukum. Contohnya, Walikota mengundang masyarakat
untuk menghadiri 17 agustus.
2. Perbuatan Yuridis (Rech Handilugen). Yaitu perbuatan pemerintah berdasarkan
hukum serta tindakannya mempunyai akibat hukum. Perbuatan Yuridis ini
dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu :
a. Perbuatan Pemerintah Bersifat Hukum Privat
Artinya, dalam perbuatan pemerintah ini penguasa mengadakan
hubungan hukum berdasarkan hukum privat. Menurut Prof. Krobbe
Kranenburg, Vegtig, Donner dan Hassh, bahwa pejabat administrasi
negara dalam menjalankan tugasnya dalam hal-hal tertentu dapat
menggunakan hukum privat.
Contohnya : perbuatan sewa menyewa, jual-beli tanah dan perjanjian-
perjanjian lainnya.
b. Perbuatan Pemerintah Bersifat Hukum Publik
perbuatan pemerintah bersifat hukum publik ada dua macam, yaitu :
1) Perbuatan Hukum Publik bersegi dua
Yaitu adanya persetujuan kehendak/kemauan antara dua pihak
yang terikat. Contohnya dalam perjanjian/kontrak kerja.
2) Perbuatan Hukum Publik bersegi satu
Yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dari satu pihak
yaitu perbuata dari pemerintah itu sendiri. Contohnya ketetapan
atau keputusan pemerintah.

Beberapa Waktu yang lalu, MK memutus beberapa permohonan Uji Materi (Judical
Review) terhadap pasal 169 huruf (q) UU Pemilu No 7 Tahun 2017 berkaitan dengan
batas usia minimum capres atau cawapres. Tercatat ada belasan Permohonan yang
diajukan, keseluruhan nya ditolak dan hanya satu yang dikabulkan sebagian, yaitu
permohonan no. 90/PUU-XXI/2023 yang diajukan oleh Almas Tsagibbiru.
Dalam putusan ya MK memutuskan seorang capres-cawapres berusia minimal 40 atau
di bawah 40 namun pernah/sedanq menduduki jabatan publik vang dipilih melalui
pemilu.Putusan ini menarik atensi publik, seta membuat gaduh seantero negeri, karena
diindikasi sebagai "jalan tol" bagi gibran sang putra presiden untuk maju di pilpres
2024 walaupun ia belum berusia 40 tahun.
C. Apakah Putusan MK Benar Secara Hukum?
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi
terbagi menjadi 3 macam : Permohonan dikabulkan, permohonan ditolak serta
permohonan tidak dapat diterima.
Seiring dengan berialannya waktu, bentuk permohonan dikabulkan dapat
berupa :
Permohonan dikabulkan seluruhnya, dikabulkan sebagian, melebihi petitum
permohonan (ultra petita), konstitusional bersyarat, inkonstitusional bersyarat,
menunda keberlakuan putusan (temporary Constitutional) serta merumuskan norma
baru.
Melihat dari bentukya putusan MK no. 90/PUU-XXI/2023 termasuk putusan
yang memberlakukan norma baru, atau dalam hal ini Mk Berlaku sebagai Positive
Legislator, yaitu MK memasukkan norma baru terhadap suatu Pasal atau Undang-
undang yang sudah berlaku.
Terkait dengan posisi Mk Sebagai Positive Legislator, memang terdapat
perbedaan pendapat di antara ahli hukum, Prof. Jimly Asshiddiqie berpandangan
bahwa Posisi
MK Hanya dengan Negative Legislator, yaitu MK tidak berhak untuk membuat
norma baru dalam suatu pasal atau Undang-undang dalam artian MK hanya
berwenang untuk menguji sebuah norma yang ada dalam Undang-undang, sedangkan
Prof. Mahfud MD berpendapat bahwa untuk Keadilan MK dapat merumuskan sebuah
norma baru dalam Undang-undang.
Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, putusan MK no. 90/PUU-XXI/2023
secara materil sudah tepat karena sesai dengan ketentuan Pasal 56 Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

D. Apakah Putusan MK juga Benar Secara Formil?


Pasal 17 Ayat (4) UU no. 48 tentang kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa
seorang Ketua Majelis, Hakim, jaksa serta panitera harus mengundurkan diri apabila
ia memiliki hubungan sedarah atau semenda Sampai derajat ketiga dengan pihak yang
diadili. Sedangkan ketua MK Anwar Usman yang juga Ketua majelis Hakim yang
memeriksa Permohonan ini memiliki hubungan semenda sebagai paman Gibran
Rakabuming karena pernikahan ya dengan bibi Gibran.
secara kasat mata Gibran bukanlah termasuk pihak yang diadili namun
bilamana kita membaca permohonan yang diajukan oleh almas ini secara lengkap kita
akan mengetahui bahwa permohonan ini kuat dugaan diajukan untuk gibran, hal ini
dapat diketahui dengan berkali-kali disebutkan nama Gibran dalam posita,
mengindikasikan bahwa permohonan ini diajukan untuk member jalan kepada Gibran
untuk maju pilpres.
Bilamana dugaan ini salah, secara lebih lanjut pasal 17 ayat (5) UU no. 48
Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman menyatakan bahwa hakim atau panitera
wajib mengundurkan dir apabila ia mempunyai kepentingan baik langsung atau tidak
langsung dengan perkara yang diperiksa baik atas permohonan para pihak yang
berperkara ataupun tidak. Dengan posisi Anwar Usman yang sebagai paman gibran,
walaupun permohonan ini tidak ditujukan untuk memuluskan jalan gibran untuk maju
pilpres, tentu keikutsertaan anwar usman dalam menangani permohonan ini syarat
akan Konflik kepentingan dan sudah seharusya dia mengundurkan diri dari
keikutsertaan memeriksa permohonan ini.
Melihat penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Putusan MK no. no.
90/PUU-XXI/2023 cacat secara formil.
D. Apakah Putusan MK no. 90/PUU-XXI/2023 dapat dibatalkan melihat adanya
cacat formil?
Putusan MK no. 90/PUU-XXI/2023 tidak dapat dibatalkan karena putusan MK
bersifat Final and Binding, terakhir dan memaksa, akan tetapi putusan ini dapat
dianggap batal demi hukum dan dapat diperiksa oleh susunan hakim yang berbeda
apabila anwar Usman sebagai hakim yang memeriksa terbukti tidak patut untuk
memeriksa permohonan Uji Materil ini karena adanya konflik kepentingan.

E. Hubungan Jenis-Jenis Perbuatan Pemerintah dengan Putusan Mahkamah


Konstitusi (MK) No. 90/PUU-XXI/2023

Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki keterkaitan dengan jenis-jenis perbuatan


pemerintah, terutama perbuatan pemerintah bersifat hukum publik dan bersifat
yuridis.

Putusan MK No. 90/PUU-XXI/2023


 Materi Putusan: MK memutuskan bahwa seorang capres/cawapres harus
minimal berusia 40 tahun atau di bawah 40 tahun namun pernah menduduki
jabatan publik yang dipilih melalui pemilu
 Legalitas Putusan: Putusan MK no. 90/PUU-XXI/2023 secara materil sesuai
dengan ketentuan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi

Kaitan dengan Jenis-Jenis Perbuatan Pemerintah

 Hukum Publik: Putusan MK termasuk dalam perbuatan pemerintah bersifat


hukum publik bersegi satu, yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dari
satu pihak, dalam hal ini perbuatan dari pemerintah sendiri
 Posisi MK Sebagai Positive Legislator: MK dalam putusannya memasukkan
norma baru terhadap suatu Pasal atau Undang-undang yang sudah berlaku,
sehingga dapat dikategorikan sebagai Positive Legislator

Legalitas dan Formilitas Putusan MK

 Cacat Formil: Pasal 17 Ayat (4) UU no. 48 tentang kekuasaan Kehakiman


menyatakan bahwa Anwar Usman, yang memeriksa permohonan ini, memiliki
hubungan semenda dengan pihak yang diadili, menimbulkan konflik
kepentingan Kebenaran Secara Formil: Putusan MK no. 90/PUU-XXI/2023
memiliki cacat secara formil, mengingat adanya konflik kepentingan yang
melibatkan hakim yang memeriksa permohonan

Batal atau Tidaknya Putusan MK

 Keterikatan Putusan: Putusan MK no. 90/PUU-XXI/2023 bersifat Final and


Binding, namun dapat dianggap batal demi hukum dan diperiksa oleh susunan
hakim yang berbeda apabila terbukti tidak patut untuk memeriksa permohonan
Uji Materil ini karena adanya konflik kepentingan
Dengan demikian, meskipun secara materil putusan MK sesuai dengan ketentuan
hukum, namun secara formil terdapat cacat yang memungkinkan putusan ini dapat
diperiksa ulang.

Anda mungkin juga menyukai